Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh nilai r hitung antara perilaku belajar dengan prestasi belajar adalah
0,040 dengan nilai probabilitas sebesar 0,693. Angka tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku belajar mahasiswa dengan prestasi belajar tidak
signifikan karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0.040 0.195 dan nilai probabilitas
sebesar 0,693 lebih besar dari taraf signifikansi
sebesar 0,05.
C. Pembahasan
1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa. Pernyataan ini berdasarkan analisis koefisien
korelasi r hitung yaitu lebih kecil dari r tabel atau 0,074 0,195 dan nilai probabilitas
sebesar 0,466 lebih besar dari = 0,05. Artinya bahwa tinggi rendahnya tingkat kecerdasan emosional mahasiswa tidak
menyebabkan prestasi belajar yang tinggi. Berdasarkan temuan peneliti menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional bukan merupakan faktor penentu yang dominan untuk meningkatkan prestasi belajar. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Goleman 2000 dan Patton 2002. Goleman 2000
menyatakan bahwa kecerdasan emosional dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar. Kecerdasan emosional terbentuk
melalui keselarasan emosi dan pengungkapanya melalui pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, sikap empati dan kemampuan
membina hubungan dengan orang lain. Selain itu, kecerdasan emosional dapat meningkat prestasi seseorang juga dikuatkan oleh
penelitian Patton 2002 yang menyatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mudah untuk mencapai kesuksesan
pribadinya. Deskripsi tingkat kecerdasan emosional mahasiswa pendidikan
akuntansi menunjukkan bahwa sebagian besar dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 64 mahasiswa atau 64. Kecerdasan emosional adalah
adalah kemampuan mahasiswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
empati dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama dengan orang lain.
Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pendidikan akuntansi dikategorikan memiliki prestasi
belajar yang tinggi yaitu sebanyak 44 atau 44. Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang mahasiswa
berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester. Hal
tersebut tercermin dari nilai Indek Prestasi Kumulatif IPK mahasiswa pendidikan akuntansi.
Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan teoritis ini tentu perlu digali. Kecerdasan emosional tidak berhubungan
positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi. Artinya bahwa, tinggi rendahnya tingkat kecerdasan
emosional mahasiswa pendidikan akuntansi belum tentu menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar. Ada faktor-faktor yang menyebabkan
tidak ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
Faktor pertama adalah kecerdasan intelektual. Patut diketahui bahwa prestasi belajar yang dapat dicapai oleh mahasiswa selalu
paralel dengan tingkat kecerdasan intelektualnya, Lamson dalam Rachmi, 2010. Berbagai studi juga telah membuktikan bahwa
individu yang cerdas akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan yang dapat dicapai oleh individu yang kurang
cerdas dalam situasi belajar yang sama. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang
tinggi tidak menjamin akan mendapatkan prestasi yang baik tanpa ditunjang dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya. Kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional tidak dapat dipisahkan karena saling keterkaitan dan berkesinambungan. Begitu juga prestasi belajar
yang baik apabila dibentuk dan diperoleh dari IQ dan EQ yang berfungsi secara bersamaan dalam kehidupannya Goleman, 2000 : 9 .
Faktor yang kedua yaitu kecerdasan emosional tidak bisa dimiliki begitu saja, tetapi harus dilatih, dipelajari dan dapat
dikembangkan. Namun semua itu perlu proses, semangat dan keberanian untuk mencoba. Maka dari itu kecerdasan emosional
seseorang tidak dapat dikuasai sekaligus dalam waktu bersamaan. Dalam penelitian ini tingkat kecerdasan emosional mahasiswa sudah
tinggi, namun demikian masalah yang sering dihadapi mahasiswa sangat komplek, tidak dapat diselesaikan sekaligus dan untuk
menyelesaikan permasalahanya juga berbeda-beda. Karena begitu banyaknya masalah-masalah seperti menumpuknya tugas individu
maupun kelompok, bisa membuat mahasiswa merasa tertekan, dan kelelahan karena harus meluangkan waktu yang ekstra untuk
menyelesaikannya sehingga membuat mahasiswa kelelahan dan tidak bisa berkonsentrasi saat belajar Harso, 2010. Namun, apabila semua
permasalah-permasalahan yang banyak tersebut dapat diatasi dengan baik, maka akan memudahkan mahasiswa untuk mencapai prestasi
belajarnya. Oleh karena itu, meskipun mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi apabila menghadapi masalah-
masalah individu dan tidak bisa mengatasinya maka akan membuat mahasiswa mengalami kesulitan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
2. Hubungan antara perilaku belajar dengan prestasi belajar. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
positif dan signifikan antara perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Pernyataan ini berdasarkan analisis koefisien korelasi
hitung yaitu r hitung lebih kecil dari r tabel atau 0,040 0,195 dan nilai probabilitas
sebesar 0,693 lebih besar dari = 0,05. Artinya bahwa baik buruknya perilaku belajar mahasiswa tidak
menentukan tinggi rendahnya prestasi seseorang. Berdasarkan temuan peneliti menunjukkan bahwa perilaku
belajar yang baik tidak menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Rachmi 2010 yang
menyatakan perilaku belajar berperan penting dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar.
Deskripsi variabel perilaku belajar mahasiswa pendidikan akuntansi sebagian besar dikategorikan memiliki perilaku belajar yang
tergolong baik yaitu terdapat 52 atau 52 . Perilaku belajar adalah kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar oleh individu, karena
individu memiliki tujuan tertentu. Tujuan itu dapat berupa prestasi belajar mahasiswa tersebut.
Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pendidikan akuntansi dikategorikan memiliki prestasi
belajar baik yaitu sebanyak 44 atau 44. Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang mahasiswa berupa suatu
kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester. Hal tersebut tercermin
dari nilai Indek Prestasi Kumulatif IPK mahasiswa pendidikan akuntansi.
Hasil penelitian ini mengatakan perilaku belajar mahasiswa pendidikan akuntansi tergolong baik, hal ini sejalan dengan prestasi
belajar yang tergolong tinggi maka dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar yang baik seharusnya dapat menentukan tinggi rendahnya
prestasi belajar mahasiswa. Namun dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa ternyata perilaku belajar yang baik tidak ada
hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar seseorang, sehingga menimbulkan pertanyaan bahwa prestasi belajar
yang baik bukan semata-mata disebabkan oleh perilaku belajar yang baik, tetapi ada faktor-faktor lain yang diduga dapat menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar. Faktor-faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya prestasi
belajar adalah faktor dari dalam diri mahasiswa tersebut salah satunya yaitu kecerdasan intelektual. Patut diketahui bahwa prestasi belajar
yang dapat dicapai oleh mahasiswa selalu paralel dengan tingkat kecerdasan intelektualnya, Lamson dalam Rachmi,2010. Kecerdasan
intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan,
dan mengolah informasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan
intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat di simpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat yang
dibutuhkan. Perilaku belajar yang baik akan berfungsi maksimal apabila ditunjang dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh
mahasiswa. Apabila mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi maka mahasiswa tersebut bisa dengan mudah
memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh dosen, sehingga mereka mampu mendapatkan hasil yang maksimal dalam bidang
akademik yang tercermin dalam Indeks Prestasi Akademik IPK, sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara perilaku belajar
dan kecerdasan intelektual yang baik akan menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi.
Faktor yang kedua adalah faktor dari luar mahasiswa salah satunya yaitu lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah
lingkungan belajar yang bersih, tenang, tidak ada gangguan dan tersedia sarana dan prasarana untuk belajar. Orang-orang yang tinggal
di lingkungan belajar yang baik akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang yang tinggal dilingkungan belajar
yang tidak baik akan mendapatkan hasil belajar yang tidak baik. Sebagaimna mana hasil penelitian Gusmao Vaz 2010 , ditemukan
bahwa lingkungan belajar berhubungan positif dan segnifikan dengan prestasi belajar. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
prestasi belajar yang baik disebabkan lingkungan belajar yang baik.
Semakin baik dan nyaman lingkungan belajar, prestasi belajar mahasiswa semakin baik, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang baik bukan hanya disebabkan oleh perilaku belajar
seseorang, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih dominan dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari dalam diri mereka sendiri, yaitu kecerdasan intelektual, dan dan faktor dari luar mahasiswa seperti lingkungan belajar. Apabila
faktor-faktor tersebut bisa dikombinasi dengan baik, maka prestasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi semakin baik, begitu juga
sebaliknya.
86
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mendeskripsikan hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data yang dikemukakan di bab V maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi. Hasil perhitungan statistika menunjukkan bahwa pada
output kolom sig.2 – tailed hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah 0.466. Oleh karena angka
tersebut di atas 0,05 maka Ho diterima, atau tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar. 2.
Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi.
Hasil perhitungan statistika menunjukkan bahwa pada output kolom sig.2 – tailed hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar adalah 0.693. Oleh karena angka tersebut di atas 0.05 maka Ho diterima, atau tidak ada hubungan yang positif