Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Dan Penerapan Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah

(1)

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH (Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

di Pemerintah Kota Bandung)

The Influence Of Internal Control System And Application Of Principles Of Financial Management Of The Quality Of Financial Statements

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Sugita Hamdani

21107095

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

APPLICATION OF PRINCIPLES OF FINANCIAL MANAGEMENT OF THE QUALITY OF FINANCIAL STATEMENTS

(In Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah at Bandung City Government)

Accountability reports became one of the obligations of local government in the framework of financial management is accountable and transparent regions which are embodied in the form of financial statements. Financial report is an essential component to create accountability of government and at the same time is one measure of financial performance of local governments. The purpose of this study to know the description of internal control systems, financial management, and quality of financial reporting areas, and to know how much influence either simultaneously or partially on DPKAD in Bandung City Government.

The method used in this research is descriptive method, survey, and explanatory. The unit of analysis in this study were DPKAD in Bandung City Government, and 86 employees DPKAD the sample. Statistical test used was path analysis, Pearson correlation analysis, coefficient determination and hypothesis testing.

The results showed that indicates that there is a strong relationship between the internal control system and the application of principles of financial management with the quality of financial reporting areas. While the coefficient of determination show that jointly the system of internal control and financial management principles to contribute to the dependent variable (quality of financial reporting areas) amounted to 73.3% while the remaining 26.7% influenced by other factors such as accounting systems and the Governmental Accounting Standards.

Keywords: Internal Control System, Local Financial Management ,Quality of Financial Statements


(3)

ii

PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH

(Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung)

Laporan pertanggungjawaban menjadi salah satu kewajiban pemerintah daerah dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas pemerintahan dan sekaligus merupakan salah satu tolak ukur kinerja financial pemerintah daerah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran sistem pengendalian intern, pengelolaan keuangan daerah, dan kualitas laporan keuangan daerah, serta mengetahui seberapa besar pengaruhnya baik secara simultan maupun parsial pada DPKAD di Pemerintah Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptive,

survey, dan explanatory. Unit analisis dalam penelitian ini adalah DPKAD di Pemerintah Kota Bandung, dan 86 Pegawai DPKAD yang menjadi sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis jalur, analisis korelasi pearson,

koefisien determinasi dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah dengan kualitas laporan keuangan daerah. Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah memberikan sumbangan terhadap variabel terikat (kualitas laporan keuangan daerah) sebesar 73,3% sedangkan sisanya 26,7% dipengaruhi faktor lain seperti sistem akuntansi dan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kata kunci : Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Keungan Daerah, Kualitas Laporan Keuangan Daerah


(4)

iii Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Atas Rahmat dan RidhoNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh Jenjang Strata 1 pada program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Judul penelitian ini yaitu : “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN PENERAPAN PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) DI PEMERINTAH KOTA BANDUNG”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun penelitian ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dari Ibu Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-3 dan Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi terselesaikannya penyusunan penelitian ini, akhirnya diiringi dengan doa, semangat, dan ikhtiar penulis mampu melewatinya.


(5)

iv

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak,. Ak selaku Penguji I. 6. Wati Aris Astuti, S.E., M.Si selaku Penguji II.

7. Dadan, Ak., M.Si selaku pembimbing di DPKAD Pemkot Bandung.

8. Ibunda dan Ayahanda serta keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti memberikan dorongan moril maupun materiil dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Mukhtar A. Adam, SE., M.Si dan Erwin Anthony, SE., Ak., ST., M., M.Si., Ak Selaku Dosen Khusus Konsentrasi Akuntansi Sektor Publik yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

10. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.


(6)

v penulisan skripsi ini.

13. Nia, Milla, Tiwi, Nadia, Revy, Dadan dan Ivan teman seperjuanganku selama bimbingan.

14. Untuk Aa yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayangnya. 15. Semua teman-teman kelas Akuntansi-3 2007 atas dukungan dan bantuannya. 16. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi pendorong untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011 Peneliti

SUGITA HAMDANI NIM. 211.07.095


(7)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat, pemberian otonomi daerah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. (Mardiasmo, 2002)

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dikuti dengan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam Aggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan salah satu perencanaan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan penyelenggaran pemerintahan. Disisi lain, dalam


(8)

rangka menilai efektivitas pelaksanaan perencanaan dimaksud, pemerintah daerah perlu membuat suatu laporan hasil pelaksanaan APBD untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan program-program pemerintah daerah. Laporan pertanggungjawaban menjadi salah satu kewajiban pemerintah daerah dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan . Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LPKD) tersebut diatas harus berpedoman dan berdasarakan pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). (Chabib dan Heru, 2010)

Laporan tersebut merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas pemerintahan dan sekaligus merupakan salah satu tolak ukur kinerja financialpemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Sementara bagi pihak internal pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk penilaian kinerja.

Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu yaitu Henry Purnomo (tanggal 14 Desember 2010) mengatakan bahwa pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Kementrian Keuangan, mengungkapkan bahwa


(9)

laporan keuangan Pemerintah Daerah (Pemda) masih belum berjalan baik. Pemda dinilai masih belum maksimal dalam penyampaian laporan keuangannya sehingga berpotensi terjadi penyalahgunaan anggaran. (http://www.jpnn.com)

Seperti yang diungkapkan oleh BPK RI perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam siaran persnya pada tanggal 8 Oktober 2010, bahwa hasil Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas sembilan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang ada di wilayah Jawa Barat (Jabar) untuk Tahun Anggaran (TA) 2009, untuk Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kabupaten Cianjur BPK RI memberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer). Sedangkan tujuh LKPD lainnya yaitu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya, Pemkab Garut, Pemkab Kuningan, Pemkab Majalengka, Pemkot Bogor, dan Pemkab Indramayu, BPK RI memberi opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). (http://www.bpk.bandung.go.id).

Dapat kita pahami dari fenomena umum diatas bahwa Laporan Keuangan Daerah pada dari Provinsi Jawa Barat masih belum berjalan baik serta Pemda dinilai masih belum maksimal dalam penyampaian laporan keuangannya sehingga berpotensi terjadi penyalahgunaan anggaran seperti pada 8 Pemda yang dijelaskan diatas.

Sedangkan pada Pemerintah Kota Bandung sendiri dijelaskan pada Laporan Hasil Evaluasi Tahun 2009, dari informasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sangat kurang memenuhi kriteria yaitu ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan BPK RI memperoleh Opini Disclaimer (TMP) dimana tidak menyajikan sebagian informasi mengenai Indikator Kinerja Utama (IKU),


(10)

perbandingan data kinerja yang memadai antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya dan perbandingan lain yang diperlukan, informasi dalam LAKIP belum dapat diandalkan dan hasil evaluasi belum ditindak lanjuti untuk perbaikan penerapan manajemen kinerja dan belum ditindak lanjuti untuk mengukur keberhasilan unit kinerja. Pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2009 juga ditemuai kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian daerah. (LHE dan IHPS II Tahun 2009)

Untuk mencapai pengelolaan keuangan Negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga Negara, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pemerintah Daerah yang tujuan rencana kerjanya sudah termaktub dalam sebuah Rencana Kerja untuk jangka waktu yang sudah ditentuklan yang selanjutnya dibuatlah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerajh (APBD) untuk mendukung pelaksanaan Rencanaan Kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja, Kepala Daerah melaksanakan beberapa fungsi yaitu perencanaan, penyusunan staf, pengarahan dan pengendalian.

Fungsi pengendalian dilakukan oleh Kepala Daerah melalui suatu Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan Pemerintah Daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan. (PP 58 Tahun 2005)


(11)

Dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II (IHPS) Tahun 2009, pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah ditemukan kelemahan sistem pengendalian intern, dimana terdapat kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan strukur pengendalian intern.

Sedangkan pada Pemerintah Kota Bandung dijelaskan pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II (IHPS) Tahun 2009 terdapat temuan kelemahan sistem pengendalian intern dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 1.1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

No Kelompok Temuan Jumlah

Kasus %

Total Nilai

(juta rupiah) 1 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi

dan Pelaporan 7 0.9

1.346,09 2 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja 4 0.8 3 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 2 1.1 Sumber: IHPS Semester II Tahun 2009

Dimana pada kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan itu terdiri dari Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat, Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan, Entitas terlambat menyampaikan laporan, Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai dan Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai. (IHPS semester II tahun 2009)

Kasus pada kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja yaitu perencanaan kegiatan tidak memadai, mekanisme pemungatan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai ketentuan, penyimpangan terhadap peraturan


(12)

perundang-undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja, pelaksanaan belanja diluar mekanisme APBD, hilangnya potensi penerimaan dan peningkatan belanja. (IHPS semester II tahun 2009)

Sedangkan kasus pada kelemahan struktur pengendalian intern terdiri dari Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur, SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak berjalan optimal, Satuan pengawasas intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan optimal dan Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai. (IHPS semester II tahun 2009)

Sejalan dengan perlunya dilakukan reformasi sektor publik, diawal periode otonomi daerah, telah keluar sejumlah peraturan pemerintah (PP) sebagai operasionalisasi dari Undang-undang Otonomi daerah. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan daerah selama ini menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara.

Adapun kekuasaan pengelolaan keuangan daerah menurut pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 merupakan bagian dari kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Dalam hal ini presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan


(13)

pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, kemudian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Selanjutnya, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh masing-masing kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Pengelolaan keuangan daerah harus transparansi yang mulai dari proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan anggaran daerah. Selain itu, akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik juga diperlukan, dalam arti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money yang berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka akan menghasilkan pengelolaan keuangan daerah (yang tertuang dalam APBD) yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya akan melahirkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Temuan kasus-kasus pada Pemerintah Kota Bandung dijelaskan pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II (IHPS) Tahun 2009 dimana terdapat


(14)

temuan ketidakpatuhan terhadap ketentaun perundang-undangan yang mengakibatkan, dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 1.2 : Ketidakpatuhan Terhadap Ketentaun Perundang-undangan yang Mengakibatkan

No kelompok Temuan Jumlah

Kasus %

Nilai (juta

Rp) Ketidakpatuhan Terhadap Ketentaun Perundang-undangan yang Mengakibatkan

1 Kerugian Daerah 5 0.7 351,41

2 Potensi Kerugian Daerah 1 0.9 710,77

3 Kekurangan Penerimaan 3 0.8 232,15

4 Administrasi 4 20.7

-5 Ketidakhematan 2 3.7 51,75

6 Ketidakefektifan 0 -

-Sumber: IHPS Semester II Tahun 2009

Dimana kasus-kasus kerugian daerah yaitu belanja barang/jasa fiktif, kekurangan volume pekerjaan dan atau barang, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan atau barang, pembayaran honorarium dan/atau perjalanan dinas ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan dan belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan. Kasus potensi daerah yaitu piutang/pinjaman atau dana bergulir yang berpotensi tidak tertagih, kasus kekurangan penerimaan yaitu penggunaan langsung penerimaan dan penerimaan daerah atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke kas daerah, penggunaan langsung penerimaan daerah dan pengenaan tariff pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan. (IHPS Semester II Tahun 2009)

Kasus pada administrasi penyimpangan yang bersifat administrative yaitu adanya pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/ tidak valid), penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik daerah, penyetoran penerimaan daerah melebihi batas waktu yang ditentukan, dan sisa kas di bendahara pengeluaran akhir TA


(15)

terlambat/belum disetor ke kas daerah. Sedangkan ketidakhematan yaitu adanya ketidakhematan dimana adanya pengadaan barang/jasa melebihi kebutuhan, adanya penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang digunakan tidak sesuai standar, dan terjadi pemborosan atau kemahalan harga. (IHPS Semester II Tahun 2009)

Dalam pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pendekatan superiritas negara telah membuat aparatur pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik tidak lagi dianggap berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintah yang baik yang sesuai dengan lingkungan pemerintah (PP No 60 Tahun 2008).

Berdasarkan uraian di atas Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian


(16)

latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Adanya kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan strukur pengendalian intern.

2. Adanya ketidakpatuhan terhadap ketentaun Perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan dan ketidakefektifan.

3. Masih sangat kurangnya memenuhi kriteria yang ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan BPK RI yang memperoleh opini disclaimer.

1.2.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang diuraikan diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanasistem pengendalian intern pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

2. Bagaimana penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

3. Bagaimana kualitas laporan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

4. Seberapa Besar pengaruh sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah secara simultan dan parsial pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.


(17)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis informasi beserta data yang relevan mengenai sistem pengendalian intern, penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah, dan kaualitas laporan keuangan daerah serta untuk memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan pelaksanaannya di lapangan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sistem pengendalian intern pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui kualitas laporan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

4. Untuk mengetahuipengaruh sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah secara simultan dan parsial pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

Penelitian atas pengaruh sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan daerah dapat berguna


(18)

bagi semua pihak yang berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat bagi :

1) Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengaruh sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan daerah.

2) Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama.

1.4.2 Kegunaan Operasional

Kegunaan operasional yang penulis tujukan adalah pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKAD) di Pemerintah Kota Bandung dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran-saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah di waktu yang akan datang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dimana penulis melakukan penelitian untuk tujuan penyusunan skripsi ini adalah Pemerintah Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Wastukencana No.2 Bandung.


(19)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juli 2011.

Tabel 1.3 Pelaksanaan Penelitian Tahap Prosedur Bulan Feb 2011 Mar 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agst 2011 Sept 2011 I Tahap Persiapan :

a. Membuat outline dan proposal UP

b. Mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat

penelitian

II Tahap Pelaksanaan : a. Bimbingan UP b. Acc UP

c. Pendaftaran seminar UP d. Seminar UP

e. Revisi UP f. Acc revisi UP g. Penelitian perusahaan h. Bimbingan di

perusahaan

i. Membuat outline dan proposal skripsi j. Penyusunan skripsi k. Bimbingan skripsi l. Acc skripsi III Tahap Pelaporan :

a. Menyiapkan draft skripsi b. Sidang akhir skripsi c. Revisi skripsi d. Acc revisi skripsi e. Penyempurnaan laporan

skripsi IV Tahap Akhir :

a. Wisuda


(20)

14

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian internal mencakup rencana organisasi dan seluruh metode koordinasi dan ukuran yang diadopsi dalam suatu usaha atau bisnis untuk melindungi aset-aset, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntasi, mendorong efisiensi kegiatan dan kepatuhan pada kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Pemerhati pengorganisasian memandang pengendalian internal sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting. Pengendalian dipahami sabagai usaha untuk mengarahkan dapat dicapainya tujuan organisasi. Konsep pengandalian internal dikembangkan oleh berbagai organisasi profesi auditor baik sektor publik maupun pemerintah. Mereka menerbitkan standar dan pedoman rancangan pengendalian internal dan membuat definisi dengan cara berbeda-beda. Masing-masing definisi menangkap konsep dasar pengendalian internal, tetapi menyatakannya dengan menggunakan kata-kata yang berbeda. (Indra Bastian, 2007)

2.1.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, audit, pelaporan dan telaah sejawat. Menurut I Gusti Agung Rai (2008: 283) pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut:


(21)

“Sistem pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya.”

Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 pengertian Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”

Sedangkan pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut Permendagri No. 4 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Daerah Pasal 1(10) adalah:

“Sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajeman yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam penciptaan efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keandalan penyajian keuangan daerah.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari keandalan laporan keuangan, efektif dan efisien.

2.1.1.2 Indikator Sistem Pengendalian Intern

Unsur sistem pengendalian intern yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan system pengendalian intern. Pengembangan unsur system pengendalian intern perlu


(22)

mempertimbangkan aspek biaya manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan criteria pengukuran efektivitas dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komperhensif.

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008, bahwa unsur sistem pengendalian intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikan di lingkungan pemerintah di berbagai Negara, yang meliputi:

1. Lingkungan Pengendalian

Tindakan, kebijakan, dan prosedur yang merefleksikan seluruh sikap top manajemen, dewan komisaris, dan pemilik entitas tentang pentingnya pengendalian dalam suatu entitas, yang mencakup:

a. Nilai intregritas dan etika

Memelihara suasana etika organisasi, menjadi teladan untuk tindakan-tindakan yang benar. Menghilangkan godaan-godaan untuk melakukan tindakan yang tidak etis dan menegakkan disiplin sebagaimana mestinya. b. Komitmen terhadap kompetensi

Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelasaikan tugas dan fungsi pada masing-masing oisisi dalam instansi pemerintah.

c. Kepemimpinan yang Kondusif

Pimpinan instansi pemerintah memiliki sikap yang selalu mempertimbangkan risiko dalam mengabil keputusan.


(23)

d. Memiliki stuktur organisasi

Kerangka kerja bagi manajement dalam perencanaan,pengarahan,dan pengendalian organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

e. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

Satuan usaha membatasi garis tanggung jawab dan wewang yang ada. f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM

Penetapan praktik-praktik yang layak dalam hal perolehan, orientasi,pelatihan,evaluasi, pembinan, promosi, kompensasi dan tindakan disiplin bagi sumber daya manusia.

g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern yang efektif h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait 2. Penilaian Risiko

Diawali dengan penetapan maksud dan tujuan instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat kegiatan. Selanjutnya Instansi Pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun luar instansi. Penaksiran risiko mencakup:

a. Identifikasi Resiko

Mengindentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan instansi, baik yang bersumber dari dalam maupun luar instansi.


(24)

b. Analisis Resiko

Menentukan dampak dari resiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi.

3. Kegiatan Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen ubtuk mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif, yang mencakup:

a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan

Memantau pencapaian kinerja instansi pemerintah tersebut dibandingkan dengan rencana sebagi tolak ukur kinerja.

b. Pembinan SDM

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi d. Pengendalian fisik atas aset

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik kepada seluruh pegawai.

e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

Ukuran dan indikator kinerja ditetapkan untuk tingkat instansi pemerintah, kegiatan dan pegawai instansi pemerintah mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja. f. Pemisahan fungsi

pimpinan instansi pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1(satu) orang.


(25)

g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan menkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada pegawai.

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otoisasi kepada pegawai.

i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya

Menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatanya, pemerintah wajib memberikan aksen hanya kepada yang berwenang dan mealakukan reviu atas pemabtasan tersebut secara berkala.

j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya

Pimpinan instansi pemerintah wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatanya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.

k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting

Instansi pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala memutakhiran dokumentasi yang mencangkup seluruh system mengendalian intern serta tranksaksi dan kejadian penting

4. Informasi dan komunikasi

Instansi pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan maupun non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal dan internal, yang


(26)

menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus.

5. Pemantauan

Kegiatan pengelolaan rutin supervise, pembandingan rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas, dimana evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah serta menggunakan daftar uji intern.

2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah

Mencermati perjalanan otonomi daerah satu dasawarsa terakhir ini, secara umum belumlah memperlihatkan hasil yang diharapkan, kendati ada juga beberapa daerah yang telah berhasil dengan baik, sesuai dengan filosofi dan semangat otonomi daerah itu sendiri. Jika diteliti dengan seksama, banyak factor yang menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan otonomi daerah selama ini. Salah satu factor itu adalah kemampuan daerah untuk mengelola keuangan dan asset daerahnya secara efektif, efisien, akuntabel dan berkeadilan. Hal ini bias dilacak dari lemahnya perencanaan, pemprograman, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta pertanggungjawaban. Kenyataan membuktikan bahwa otonomi daerah belum sepenuhnya diterjemahkan dengan benar, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya penyimpangan, seperti korupsi, pemborosan, salah alokasi serta banyaknya berbagai macam pungutan daerah


(27)

yang kontra produktif dengan upaya-upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat.

2.1.2.1 Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Menurut Permendagri 59 Tahun 2007 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

“Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.”

2.1.2.2 Indikator Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Chabib dan Rohcmansjah (2010:10), prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi: 1. Akuntabilitas

Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berprilaku sesuai dengan mandat atau amanah yang diterimanya. Untuk itu, baik dalam proses perumusan kebijakan, cara untuk mencapai keberhasilan atas kebijakan yang


(28)

telah dirumuskan berikut hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal kepada masyarakat, yang mencakup:

a. Kerugian Daerah

Berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

2. Value for Money

Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep value for money, yang mencakup:

a. Ketidakhematan

Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar, kuantitas/kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.

b. Ketidakefektifan

Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil (outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak


(29)

memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai

3. Kejujuran dalam Mengelola Keuangan Publik (Probity)

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan, yang mencakup:

a. Potensi kerugian daerah

Potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya.

4. Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah dalam membuat kebijkan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountabilityantara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang mencakup:

a. Administrasi

Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian daerah


(30)

atau potensi kerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah (kekurangan penerimaan), tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana.

5. Pengendalian

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering dievaluasi yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat sesegera mungkindicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian dilakukan tindakan antisipasi ke depan, yang mencakup:

a. Kekurangan penerimaan

Kerugian daerah adalah berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

2.1.2.3 Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah (APBD)

Paradigma baru pengelolaan keuangan daerah (APBD) didorong oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya tuntutan masyarakat daerah terhadap pengelolaan APBD secara transparan dan akuntabel

2. Pemberlakuan Undang-undang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Tentang Perimbangan Keuangan Daerah yang baru serta peraturan pelaksanaanya.

3. Sistem, prosedur dan format struktur APBD yang berlaku selama ini dinilai kurang mampu mendukung tuntutan perubahan sehingga perlu perencanaan


(31)

APBD yang sistematis, terstruktur dan komprehensif. Perencanaan APBD dengan paradigma baru tersebut adalah :

a. APBD yang berorientasi pada kepentingan publik b. APBD disusun dengan pendekatan kinerja

c. Terdapat keterkaitan yang erat antara pengambil kebijakan (decision maker) di DPRD dengan perencanaan operasional oleh pemerintah daerah dan penganggaran oleh unit kerja

d. Terdapat upaya untuk mensinergikan hunbungan antara APBD, system dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, Lembaga Pengelolaan Keuangan Daerah dan Unit-unit Pengelola Layanan Publik dalam pengambilan kebijakan.

Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah seharusnya melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa manjemen keuangan daerah masih memperhatinkan. Anggaran daerah, khusunya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju pembangunan daerah. Disamping itu, banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas, keadilan dan pemerataan.

Pengelolaan keuangan daerah, khususnya pengelolaan anggran daerah, dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki posisi yang sangat penting. Namun hingga saat ini, kualitas perencanaan anggaran daerah yang digunakan


(32)

masih relative rendah. Hal ini dapat dimengerti oleh karena masih banyak aparatur daerah maupun aparatur pemerintah pusat yang belum sepenuhnya bisa meninggalkan cara berfikir lama. Gejala ini nampak dari ketidakberanian aparatur daerah untuk mengambil keputusan, sekalipun hal itu berada dalam ranah kekuasaannya. Kebiasaan mohon petunjuk pelaksanaan adalah sesuatu yang sangat lumrah yang menjadi pemandangan keseharian. Akibatnya, proses anggaran daerah dengan paradigma lama cenderung lebih sentralisasi. Perencanaan anggaran didominasi dan diintervensi oleh pemerintah pusat dalam rangka mengakomodasikan kepentingan pusat di daerah. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah hanya mengikuti petunjuk dari pemerintah pusat dan atau pemerintah atasan.

Lemahnya perencanaan anggaran juga diikuti dengan ketidakmampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan. Sementara itu, pengeluaran daerah terus meningkat secara dinamis, sehingga hal tersebut meningkatkan fiscal gap. Keadaan tersebut pada akhirnya memunculkan kemungkinan underfinancing atau overfinancing yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas unit-unit kerja pemerintah daerah harus disusun berdasarkan pendekatan kinerja. Untuk menyusun anggaran daerah dengan pendekatan kinerja tersebut dapat digunakan model Analisis Standar Belanja (ASB). (Chabib dan Heru, 2010)

2.1.3 Kualitas Laporan Keuangan Daerah

Salah satu pilar utama tegaknya perekonomian suatu Negara adalah adanya akuntabilitas dari pemangku kekuasaan. Istilah lain dari akuntabilitas


(33)

tersebut adalah “amanah” yang berarti pemangku kekuasaan yang akuntabel atau amanah adalah mereka yang percaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya publik yang dipercayakan kepadanya. Setiap Rupiah uang public harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang telah memberikan uangnya untuk membiayai pembangunan dan berjalannya yang telah dicapai.

Dalam masyarakat yang maju peradabannya, pertanggung-jawaban tersebut tidak cukup dengan laporan lisan saja, namun perlu didukung dengan laporan pertanggungjawaban secara tertulis. Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban tertulis atas kinerja keuangan yang telah dicapai.

Mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan.

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Laporan Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah: “ Laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan.”


(34)

Menurut Baridwan (1992: 17), laporan Keuangan Daerah adalah:

“Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.”

Sedangkan menurut Mahmudi (2007:11) definisi laporan keuangan adalah:

Laporan keuangan adalah informasi yang disajikan untuk membantu

stakeholders dalam membuat keputusan sosial, politik dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa lebih berkualitas .”

2.1.3.2 Tujuan Laporan Kuangan Daerah

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.


(35)

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran.

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnyadan memenuhi kebutuhan kasnya.

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam menandai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksikan besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaopran keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:

1. Indikasinya apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran.

2. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan kententuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

1. Asset 2. Kewajiban


(36)

3. Ekuitas Dana 4. Pendapatan 5. Belanja 6. Transfer

7. Pembiayaan, dan 8. Arus Kas

2.1.3.3 Komponen-Komponen Laporan Keuangan Daerah

Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah ]daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD. Dengan demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan pendapatan pemerintah daerah dalam satu periode, belanja, surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan.

2. Neraca

Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi kuangan yang dapat dipercaya mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana.


(37)

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Disajikan secara sistematis sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, dimana setiap pos dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas, harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Disamping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuagan secara wajar.

2.1.3.4 Indikator Kualitas Laporan Keuangan Daerah

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normative yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: 1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka


(38)

mengevaluasi peristiwa masa lalu dan masa kini dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengeroksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Informasi yang relevan:

a. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

b. Tepat waktu, informasi yang disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

c. Lengkap, informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat memperngaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverikasi. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:


(39)

a. Penyajian jujur, inforamasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan

b. Dapat Diverifikasi, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keauangan entitas pelaporan lain pada umunya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akauntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan


(40)

batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.1.4 Hubungan Sistem Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip Pengelolaan Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah

2.1.4.1 Hubungan Sistem Pengendalian Intern dengan Kualitas Laporan Keuangan Daerah

Mahmudi (2007: 27) menyatakan bahwa:

“Untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan proses dan tahap-tahap yang harus dilalui yang diatur dalam sistem akuntansi pemerintah daerah. Sistem akuntansi di dalamnya mengatur tentang sistem pengendalian intern (SPI), kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh bagus tidaknya sistem pengendalian intern yang dimiliki pemerintah daerah.”

2.1.4.2 Hubungan Pengelolaan Keuangan Daerah dengan Kualitas Laporan

Keuangan Daerah

Mahmudi (2007: 27) menyatakan bahwa:

“Kualitas dari hasil (outcame) pengelolaan keuangan daerah sangat dipengaruhi oleh seberapa bagus pengelolaan pada setiap tahap, baik tahap perencanaan, implementasi maupun pelaporan.”

Jadi pengelolaan keuangan daerah itu supaya berkualitas teragantung pada setiap tahap pengeleloaannya salah satunya dilihat dari hasil tahap pelaporannya. Antara sistem akuntansi pemerintahan dengan standar akuntansi harus terdapat sinkronisasi dan harmonisasi. Sistem akuntansi merupakan alat untuk


(41)

menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan standar akuntasi merupakan pedoman yang mengatur bagaimanan laporan keuangan tersebut seharusnya disajikan.

2.1.4.3 Hubungan Sistem Pengendalian Intern dengan Pengelolaan Keuangan

Daerah

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Laporan Keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut harus disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemda (2008: 14) dikatakan bahwa:

”Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel. Hal tersebut dapat terwujud jika entitas pemerintah daerah dapat menciptakan, mengoperasikan serta memelihara Sistem Pengendalian Intern yang memadai.”

Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 134 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan


(42)

bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian, pengukuran dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan. Sistem inilah yang disebut dengan Sistem Akuntasi. Pada pemerintah daerah, Sistem Akuntansi. Pada pemerintah daerah, Sistem Akuntansi ditetapkan dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntasi dan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengendalian internnya. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan dan memelihara sistem pengendalian intern yang baik dalam rangka menghasilkan informasi keuangan yang andal.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Naratif

Dalam rangka penyelenggaran otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan semua urusan pemerintahan. Pengelolaan keuangan daerah yang dituangkan dalam bentuk APBD adalah salah satu aspek pelaksanaan otonomi daerah yang harus dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga bisa berpengaruh pada


(43)

kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, APBD dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah.

Dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance, maka perlu dilakukan pembenahan terhadap tata kelola pemerintahan yang ada dengan melakukan reformasi birokrasi, penegakan hukum, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk itulah, peran dan fungsi pengawasan internal di daerah sangat diperlukan dan harus ditingkatkan sesuai dengan garis kewenangan yang dimiliki.

Begitu juga dengan Pemerintah Daerah yang tujuan rencana kerjanya sudah termaktub dalam sebuah Rencana Kerja untuk jangka waktu yang sudah ditentukan yang selanjutnya dibuatlah suatu Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk mendukung pelaksanan Rencana Kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja, Kepala Daerah melaksanakan beberapa fungsi yaitu, perencanaan, penyusunan staf, pengarahan dan pengendalian. Fungsi pengendalian dilakukan oleh Kepala Daerah melalui suatu Sistem Pengendalian Intern.

Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 pengertian Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”


(44)

Suatu sistem dapat mencapai tujuannya karena diantara unsur-unsur yang membentuknya saling terkait dan saling berhubungan satu sama lainnya,demikian halnya dengan pengendalain intern yang memadai haruslah terdiri dari komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008), Pengendalian Intern memiliki 5 unsur pengendalian yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian

Efektivitas Pengendalian Intern dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan Pengendalian Intern. Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajemen puncak perusahaan mengenai pentingnya Pengendalian Intern bagi perusahaan tersebut.Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor antara lain :

a. Integritas dan Nilai Etika

Tindakan manajemen untuk mengurangi perilaku yang mendorong karyawan untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, illegal, atau tidak etis.

b. Komitmen terhadap Kompetensi

Kompetensi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Manajemen mempertimbangkan tingkat kompetensi untuk pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketrampilan dan pengetahuan yang dipertukan.

c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen dan anggotanya dilibatkan dalam aktivitas serta memeriksa aktivitas manajemen. Komite audit bertanggungjawab mengawasi


(45)

proses laporan keuangan dan harus terus memelihara komunikasi atau sebagai penghubung antara dewan komisaris dengan auditor internal maupun eksternal.

d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan.

e. Struktur Organisasi

Organisasi dibentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, Struktur organisasi memberikan kerangka kerja menyeluruh bagi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

f. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab

Merupakan perluasan lebih lanjut dari pengembangan struktur organisasi. Hal ini mencakup pentingnya pengendalian dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian, organisasi formal dan rencana operasi, deskripsi tugas karyawan dan kebijakan terkait,

g. Kebijakan dan Prosedur Kepegawaian

Aspek paling penting dalam sistem pengendalian adalah pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya dalam menyediakan pengendalian efektif, metode penyeleksian, pengevaluasian dan pemberian imbalan.


(46)

2. Penaksiran Risiko Manajemen

Manajemen mengindentifikasikan dan menganalisis risiko yang berhubungan dalam penyajian laporan keuangan, agar laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen menilai risiko sebagai bagian dan rencana dan operasi Pengendalian Intern untuk meminimalkan kesalahan.

3. Informasi Akuntansi dan Sistem Komunikasi

Sistem akuntansi dalam perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat, melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan memelihara aktiva perusahaan yang dapat dipertanggung jawabkan, Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua karyawan yang terlibat dalam pelaporan keuangan. Komunikasi mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.

4. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian terdiri dari kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilakukan untuk mengidentifikasi risiko dalam pencapaian tujuan perusahaan. Aktivitas ini dibagi menjadi 5 kategori yang diuraikan sebagai berikut:

a. Pemisahan tugas yang memadai Terdiri dari:

1) Pemisahan pemegang aktiva;

2) Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang bersangkutan; 3) Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pembukuan; 4) Pemisahan tugas dalam Electronic Data Processing.


(47)

b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas

Setiap transaksi harus diotorisasi dengan pantas bila pengendalian ingin memuaskan. Otorisasi adalah keputusan tentang kebijakan baik untuk transaksi yang bersifat umum maupun khusus. Otorisasi umum berarti manajemen menyusun kebijakan bagi organisasi untuk ditaati. Otorisasi khusus dilakukan terhadap transaksi individual.

c. Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen harus memadai untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh aktiva dikendalikan dengan pantas dan seluruh transaksi dicatat dengan benar.

d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

Tindakan perlindungan secara fisik untuk mengamankan aktiva dan catatan dapat berupa penggunaan gudang persediaan di bawah pengawasan pegawai yang kompeten, juga dapat digunakan kotak tahan api untuk melindungi aktiva seperti uang tunai dan dokumen penting.

e. Pengecekan independen atas pelaksanaan

Pegawai mungkin lupa atau dengan sengaja tidak mengikuti prosedur, kalau tidak ada orang yang rneninjau dan mengevaluasi. Oleh karena itu dibutuhkan pengecekan yang berkesinambungan atas pelaksanaan aktivitas perusahaan 5. Pemantauan

Aktivitas manajemen menyangkut penilaian yang terus menerus dan periodik terhadap kualitas Pengendalian Intern yang dilakukan oleh manajemen,


(48)

Pemantauan dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa Pengendalian Intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan.

Oleh karena itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 134 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian, pengukuran dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan. Sistem inilah yang disebut dengan Sistem Akuntasi.

Salah satu bentuk konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pengelolaan anggaran daerah merupakan salah satu perhatian utama para pengambil keputusan di pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai perundang-undangan dan produk hukum telah ditetapkan dan mengalami perbaikan atau penyempurnaan untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi,


(49)

demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah. Sadu Wasistiono (2010:10) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi :

1. Akuntabilitas, Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berperilaku sesuai dengan mandat atau amanah yang diterimanya. Untuk itu, baik dalam proses perumusan kebujakan, cara-cara untuk mencapai keberhasilan atas kebijakan yang telah dirumuskan berikut hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal kepada masyarakat.

2. Value for money, Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi anatara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep value for money.

3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memilki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.

4. Transparansi, keterbukaan pemerintahan daerah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD


(50)

dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

5. Pengendalian, Pendapatan dan belanja daerah (APBD) harus sering dievaluasi, yaitu dibandingkan antara yang diselenggarakan dengan yang dicapai. Untuk itu diperlukan analisis varians (selisih) terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian dilakukan tindakan antisipasi kedepan.

Salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kewajiban Kepala Daerah untuk menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebagai bentuk dari suatu tanggung jawab, pemerintah daerah yang mengeluarkan harus secara eksplisit menyatakan dalam surat pernyataan bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok menurut Permendagri No. 4 Tahun 2008, yaitu:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu dan masa kini dan memprediksi


(51)

masa depan, serta menegaskan atau mengeroksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Informasi yang relevan:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu, informasi yang disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap, informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat memperngaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverikasi. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut


(52)

secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a. Penyajian jujur, inforamasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan

b. Dapat Diverifikasi, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keauangan entitas pelaporan lain pada umunya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akauntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.


(53)

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntasi dan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengendalian internnya. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan dan memelihara sistem pengendalian intern yang baik dalam rangka menghasilkan informasi keuangan yang andal.

2.2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

No Penulis Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan Sumber

1 Ilya Avianti

2005 Peran satuan pengendalian internal dalam meningkatkan good corporate governance

Sasaran SPI yang berupa keandalan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan merupakan cerminan dari implementasi transparansi, keadilan, akuntabilitas dan responsibilitas.

Variabel independen sama yaitu sistem pengendalian intern sebagai X1

Variabel dependen (Y) yang digunakan berbeda yaitu kualitas laporan keuangan daerah sedangkan peneliti sebelumnya yaitu meningkatkan good corporate governance Jurnal bisnis dan manaje men 2 Anindita Primastu ti

2006 Kualitas sistem pengendalian intern sebagai penentu tingkat kepercayaan laporan

1. Untuk memenuhi kriteria keandalan dan relevansi suatu laporan keuangan juga sangat ditentukan oleh kualitas system pengendalian intern yang

Variabel independen sama yaitu sistem pengendalian intern sebagai X1

Variabel dependen (Y) yang digunakan berbeda yaitu kualitas laporan keuangan daerah http://ju rnal.pdii .lipi.go.i d widyapr


(54)

keuangan suatu pemerintah daerah.

baik.

2. Dengan sistem pengendalian intern yang berkualitas maka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah bias terhindar dari penyelewengan , resiko salah prosedur, dan inefisiensi sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

sedangkan peneliti sebelumnya yaitu tingkat kepercayaan laporan keuangan pemerintah daerah aja No.3 Vol.32 2 Ruslina Lisda 2007 Pengaruh kompetensi dan objektivitas fungsi auditor internal terhadap pelaksanaan pengendalian intern Pengaruh pelaksanaan pengendalian intern terhadap keandalan informasi keuangan pada Hotel Bintang Lima Kota Bandung yaitu sebesar 53,09%.

Variabel independen yang digunkan berbeda yaitu sistem pengendalain intern (X1) dan

penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah (X2)sedangkan

peneliti

sebelumnya yaitu pengaruh kompetensi dan objektivitas fungsi auditor.

Variabel dependen (Y) sama yaitu sistem pengendalian intern jurnal.p dii.lipi. go.id/a dmin/ju rnal/71 088696 .pdf Vol VII No.1 3 Purwani ati Nugrahe ni dan Imam Subawe h 2008 Pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan daerah

Persentase jawaban responden

sebesar 49% - 72% menyatakan bahwa

laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional memenuhi karakteristik laporan keuangan yang andal yaitu laporan keuangan telah memuat

informasi yang disajikan secara

jujur dan wajar, laporan keuangan dapat

diuji oleh beberapa pihak dengan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jauh,

dan laporan keuangan bersifat netral.

Variabel independen berbeda yaitu sistem

pengendalian intern sebagai X1

dan penerapan prinsip

pengelolaan keuanagn daerah sebagai X2

sedangkan peneliti sebelumnya yaitu pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan Variabel dependen sama yaitu kualitas laporan keuangan daerah http://ej ournal.g unadar ma.ac.id Jurnal ekonom i bisnis No 1 Vo.13


(55)

2.2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian naratif di atas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

.

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Dari kerangka penelitian diatas, maka dapat dibuat Paradigma Penelitian. Dengan Paradigma Penelitian, penulis dapat menggunakannya sebagai panduan untuk hipotesis penelitian yang selanjutnya dapat digunakan dalam mengumpulkan data dan analisis.

Otonomi Daerah

APBD

Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah

Sistem Pengendalian Intern Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Lingkungan pengendalian 3. Penilaian risiko

4. Aktivitas pengendalian 5. Informasi dan komunikasi 6. Pemantauan

1. Akuntabilitas 2. Value For Money 3. Probity

4. Transparansi 5. Pengendalian

Hipotesis

Sistem pengendalian intern dan penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah terhadap kualitas laporan

keuangan daerah Kualitas Laporan Keuangan Daerah


(1)

Bab V Kesimpulan dan Saran

189

dilingkungan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung sudah berjalan cukup baik.

4. Secara parsial sistem pengendalian intern memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas laporan keuangan daerah sebesar 0,657% dibanding pengelolaan keuangan daerah yang memberikan pengaruh sebesar 0,240%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern dan pengelolaan keuangan daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) di Pemerintah Kota Bandung. Sedangkan sistem pengendalian intern dan pengelolaan keuangan daerah secara simultan memberikan pengaruh sebesar 73,30% terhadap kualitas laporan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) di Pemerintah Kota Bandung dan sisanya sebesar 26,70% dipengaruhi faktor lain seperti sistem akuntansi dan standar akuntansi pemerintahan.


(2)

Bab V Kesimpulan dan Saran

190

5.2 Saran

1. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung harus membuat SOP yang formal untuk prosedur pengelolaan keuangan dan aset daerah sehingga ada kejelasan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. Disamping hal itu, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung harus memperbaiki kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, sehingga tidak adanya lagi belanja dilur mekanisme APBD.

2. Untuk mengatasi pemborosan keuangan daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung melakukan evaluasi secara menyeluruh dalam hal pengadaan barang/jasa dengan menetapkan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang digunakan sesuai standar, mengurangi pemborosan atau harga yang kemahalan, serta pemantauan yang ketat dan transparan.

3. Karena ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung harus melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesauaian terhadap peraturan perundang-undangan yang terbaru dan proses sosialisasi yang berkelanjutan, sehingga tidak ada lagi praktek-praktek yang menyimpang dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(3)

191

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2006. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Pustaka

Bastian Indra. 2007.Audit Sektor Publik, Jakarta: Selemba Empat.

Gujarati, D. N. 2003.Basic Econometrics. 4th edition. New York: McGraw-Hill

Harun Al Rasyid, 1994, Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Bandung: program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran

I Gusti Agung Rai. 2010. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Selemba Empat.

Juanim, 2004, Analisis Jalur Dalam Riset Pemasaran, Bandung ; Universitas Pasundan

Jonathan Sarwono. 2005. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan. Bandung : Andi Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi sektor publik. Yogyakarta : Penerbit Andi

Masyhuri dkk. 2009. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : Refika Aditama.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi II. BPFE- Yogyakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan. Fokusmedia.

Permendagri No. 4 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Daerah

.

Peraturan Pemerintah Repeblik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Nuansa Aulia.

Permendagri No.4 Tahun 2006. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Riduwan dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Cetakan Kedua. Alfabeta, Bandung.

Riduwan. 2003. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Cetakan Kesatu. Alfabeta, Bandung.


(4)

Riduwan, 2005, Dasar-dasar Statistika, edisi revisi, Bandung: Penerbit Alfabeta

Singgih Santoso, 2002, Buku Laithan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta

Soleh Chabib dan Rohcmansjah Heru. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Bandung: Fokusmedia.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keduabelas. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Supranto, 2000, Metoda Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Jakarta, Penerbit Erlangga

Team Redaksi Nuansa Aulia. 2005. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Bandung: Nuansa Aulia.

Umar, Husein, 2005, Metode Riset Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Umi Narimawati, 2007, Teknik-teknik Analisis Multivariat. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wasistiono, Sadu. 2010. Pengelolaan Keuangan Dan aset Daerah. Bandung : Fokusmedia.

http://apriwandi.wordpress.com http://gebyur.files.wordpress.com

http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/334/jiptummpp-gdl-s1-2009-anisnurlai-16677 PENDAHUL-N.pdf

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101086688.pdf

http://imanph.files.wordpress.com/2009/02/peranan-penatausahaan-keuangan daerah-dalam-meningkatkan-efektivitas-pelaksanaan-apbd.pdf

http://imanph.files.wordpress.com/2009/02/wawan-lia-jadi2.pdf

http://www.cmi.no/publications/file/1857-local-government-finances-and-financial-management.pdf


(5)

193 http://www.ambon.go.id

http://www.bpkp.go.id

http://dppkad.gorontalokab.go.id http://www.madani-ri.com


(6)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Sugita Hamdani

NIM : 21107095

Program Studi : Akuntansi Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Manna, 29 April 1987 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. A. Yani No.27 Rt 05/02 Manna. Bengkulu Selatan Email : Gitacencen@yahoo.com

Data Pendidikan Pendidikan Formal :

1. Tahun 1993-1994 : TK Bhayangkari Manna 2. Tahun 1994-2000 : SDN 05 Manna

3. Tahun 2000-2003 : Tsanawiyah Nahdhotul Muslimat Surakarta 4. Tahun 2003-2006 : SMA Bina Muda Cicalengka

5. Tahun 2007-Sekarang : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

Pendidikan Informal :


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

22 191 103

Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan dan Aset Daerah Pemerintah Kota Cimahi)

0 3 1

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

13 63 113

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 0 9

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 1 2

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

1 2 11

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 0 23

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 1 5

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN PENERAPAN PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH BARAT (Studi pada SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat)

0 0 8

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN, DAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEPARA

1 1 16