berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Masalah penentuan besarnya investasinya atau alokasinya modal dalam persediaan juga mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga
semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan, demikian pula sebaliknya.
3. Rasio-rasio Likuiditas Menurut Harahap 2007:301 Ratio Likuiditas terdiri dari:
a. Current Ratio Rasio Lancar
Rasio ini menghitung kemampuan perusahan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia. Current Ratio dapat
dihitung dengan membandingkan aktiva lancar current asset di satu pihak dengan utang lancar current liabilities di lain pihak.
Current Ratio Rasio Lancar 100
Lancar Hutang
Lancar Aktiva
x
Aktiva lancar pada umumnya terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel,
hutang pajak, hutang gajiupah, dan hutang jangka pendek lainnya. Riyanto 2003: 26 berpendapat secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi
perusahaan-perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current ratio dari 2:1
Universitas Sumatera Utara
dianggap kurang baik. Pedoman current ratio 2:1 atau 200 bukanlah pedoman yang mutlak. Apabila suatu perusahaan menetapkan bahwa suatu
perusahaan adalah 3:1 atau 300, ini berarti bahwa setiap utang lancar sebesar Rp 1,00 harus dijamin dengan Rp 3,00 aktiva lancar. Menurut
Munawir dalam Abdullah 2005: 45, current ratio 200 kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan tetapi jumlah modal kerja dan
besarnya suatu rasio tergantung pada beberapa factor. Suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Dengan
demikian tidak dapat dirumuskan suatu standar rasio likuiditas yang pasti, karena sifatjenis perusahaan dan kualitas aktiva lancar ikut menentukan
kondisi likuiditas suatu perusahaan. b.
Cash Ratio Rasio Kas Atas Utang Lancar Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas dan setara kas dengan
kewajiban lancar yang dipakai untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari kas dan setara
kas yang tersedia. Cash
Ratio 100
Lancar Hutang
Kas Setara
dan Kas
x
Kas dan setara kas terdiri kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak
dijamin serta tidak dibatasi penggunaannya. c.
Acid Test Ratio Quick Ratio Ratio ini menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid. Ratio ini disebut Quick Ratio rasio cepat.
Universitas Sumatera Utara
Acid Test Ratio 100
Lancar Hutang
Persediaan -
Lancar Aktiva
x
Elemen persediaan barang inventory tidak diperhitungkan, karena persediaan dipandang sebagi elemen aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah dan
sering mengalami fluktuasi harga. Apabila suatu perusahaan menggunakan acid test ratio untuk menentukan tingkat likuiditasnya, maka secara umum
dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai “quick ratio”.
F. Rasio Profitabilitas