Analisis Resiko Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals Pada Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS

PADA BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ADINATAN

090502152

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS PADA BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada subsektor semen ; keramik porselen dan kaca ; logam dan sejenisnya ; kimia ; plastik dan kemasan ; pakan ternak ; kayu dan pengolahannya dan ; pulp dan kertas pada perusahaan

Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data saham emiten, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku - buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis uji One Way Anova dan analisis uji Independent Samples t-test.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata resiko sistematis antara subsektor semen dengan rata – rata resiko sistematis subsektor keramik, porselen dan kaca, subsektor logam dan sejenisnya, subsektor plastik dan kemasan, dan subsektor pulp dan kertas. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata – rata resiko tidak sistematis antara subsektor pada perusahaan Basic Industry and Chemicals.

Kata Kunci : Resiko Sistematis, Resiko Tidak Sistematis, Saham, dan Basic Industry and Chemicals


(3)

ABSTRACT

STOCK RISK ANALYSIS ON BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS’ COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purposes of this study were to find out and to analyze any differences of systematic risk and unsystematic risk of cement subsector ; ceramics, porcelain and glass subsector ; metal and allied products subsector ; chemicals subsector ; plastics and packaging subsector ; animal feed subsector ; wood industries subsector and ; pulp and paper subsector in Basic Industry and Chemicals’ companies that were listed in the Indonesia Stock Exchange.

The types of this study were descriptive analysis and comparative analysis and the type of data used for this study were quantitative secondary data which came from Indonesia Stock Exchange’s publication about issuers’ stock data, reference books, magazines, internet, and the other scientific literatures related to this study.

The methods used for collecting the data were through the documentation study from collecting the supporting data from literatures, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis were descriptive analysis, One Way Anova analysis and Independent Samples t-test analysis.

The results of the first hypothesis shows that there were an average difference of systematic risk between cement subsector and those of ceramics, porcelain and glass subsector, metal and allied subsector, plastics and packaging subsector, and pulp and paper subsector. The results of the second hypothesis shows that there were no differences of unsystematic risk among all the subsectors in the Basic Industry and Chemicals’ companies.

Key Words : Systematic Risk, Unsystematic Risk, Stock , and Basic Industry and Chemicals


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha kuasa, atas berkat dan karunia-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih kepada Ayah dan Ibu saya tercinta, Tandiyono dan Kwok Kim Tie yang senantiasa mendoakan dan mendukung, mencukupi segala

kebutuhan dana dan material, nasehat - nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis.

Skripsi ini berjudul “Analisis Resiko Saham Perusahaan Basic Industry and Chemicals Pada Bursa Efek Indonesia”, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, SE, Msi selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi selaku Ketua Program Studi Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu DR. Khaira Amalia fachrudin., SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa - jasanya selama masa perkuliahan.

8. Abang dan adik saya tercinta Jonatan, ST dan Juliana yang telah memberikan dukungan kepada saya selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini. 9. Sahabat - sahabat terbaikku Steven, Suhendry, William, Budiman, Denny,

Wandy, Henry, Julianto, Hendry Willam, Surya Jaya, Harri Pranata, Gary Hadi, dan Steven Wang atas dorongan, semangat, motivasi, perhatian, dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

10.Teman - teman di Manajemen 2009: Rudolffo Sinaga, Clara Sirait, Yolanda Tanika, Ricardo Sijabat, Leonardo Harianja, Arum, Adibara Tarigan, Fajar, Indri, Astri, Jonalsal Sipayung, Herico serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu - persatu. Terima kasih atas pertemanan dan bantuannya selama perkuliahan.


(6)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, 12 April 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Tinjauan Pustaka ... 15

2.1.1 Pengertian Resiko ... 15

2.1.1.1 Resiko Sistematis ... 16

2.1.1.2 Resiko Tidak Sistematis ... 20

2.1.2 Harga Saham ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 27

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional ... 32

3.5 Populasi dan Sampel ... 33

3.6 Jenis Data ... 37

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 43

4.1.1 Gambaran umum pasar modal di Indonesia ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Basic Industry And Chemicals di Indonesia ... 46

4.2 Hasil Penelitian ... 80

4.2.1 Analisis Data ... 80

4.2.2 Analisis Deskriptif ... 89


(8)

4.2.3.1 Uji Homogenitas Varians ... 94

4.2.3.2 Analisis Uji Anova Resiko Tidak Sistematis ... 95

4.2.4 Analisis Independent Samples t-test Resiko Sistematis .. 96

4.3 Pembahasan ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

5.1 Kesimpulan ... 131

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN ... 135


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari

tahun ke tahun ... 3

1.2 Perkembangan Produksi Pakan Ternak Tahun 1992-1998 ... 8

1.3 Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditi Industri 1994-1998 ( juta US$ ) ... 10

3.1 Daftar Emiten Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Indonesia ... 34

4.1 Pengembalian Saham Individual ( Ri ) ... 80

4.2 Pengukuran Resiko Sistematis ... 83

4.3 Pengukuran Resiko Tidak Sistematis ... 85

4.4 Pengukuran Resiko Total ... 87

4.5 Analisis Deskriptif Resiko Sistematis ... 90

4.6 Analisis Deskriptif Resiko Tidak Sistematis ... 92

4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Resiko Sistematis 4.8 Hasil Uji Homogenitas Varians Resiko Tidak Sistematis ... 94

4.9 Hasil Uji Anova Resiko Tidak Sistematis .. 94

4.10 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan ... 95

Keramik, Porselen dan Kaca 4.11 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan ... 96

Logam dan Sejenisnya 4.12 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan Kimia ... 97

4.13 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan ... 98

Plastik dan Kemasan ... 99

4.14 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan Pakan Ternak 4.15 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan ... 100

Kayu dan Pengolahannya 4.16 Hasil Uji Independent Samples t-test Semen dan ... 101

Pulp dan Kertas 4.17 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 102

dan Kaca dan Logam dan Sejenisnya 4.18 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 103

dan Kaca dan Kimia 4.19 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 104

dan Kaca dan Plastik dan Kemasan 4.20 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 105

dan Kaca dan Pakan Ternak 4.21 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 106

dan Kaca dan Kayu dan Pengolahannya 4.22 Hasil Uji Independent Samples t-test Keramik, Porselen ... 107


(10)

4.23 Hasil Uji Independent Samples t-test Logam dan Sejenisnya dan Kimia

4.24 Hasil Uji Independent Samples t-test Logam dan

... 109 Sejenisnya dan Plastik dan Kemasan

4.25 Hasil Uji Independent Samples t-test Logam dan

... 110 Sejenisnya dan Pakan Ternak

4.26 Hasil Uji Independent Samples t-test Logam dan

... 111 Sejenisnya dan Kayu dan Pengolahannya

4.27 Hasil Uji Independent Samples t-test Logam dan

... 112 Sejenisnya dan Pulp dan Kertas

4.28 Hasil Uji Independent Samples t-test kimia dan

... 113 Plastik dan Kemasan

4.29 Hasil Uji Independent Samples t-test Kimia dan

... 114 Pakan Ternak

4.30 Hasil Uji Independent Samples t-test Kimia dan

... 115 Kayu dan Pengolahannya

4.31 Hasil Uji Independent Samples t-test Kimia dan

... 116 Pulp dan Kertas

4.32 Hasil Uji Independent Samples t-test Plastik dan

... 117 Kemasan dan Pakan Ternak

4.33 Hasil Uji Independent Samples t-test Plastik dan

... 118 Kemasan dan Kayu dan Pengolahannya

4.34 Hasil Uji Independent Samples t-test Plastik dan

... 119 Kemasan dan Pulp dan Kertas

4.35 Hasil Uji Independent Samples t-test Pakan Ternak

... 120 dan Kayu dan Pengolahannya

4.36 Hasil Uji Independent Samples t-test Pakan ternak

... 121 dan Pulp dan Kertas

4.37 Hasil Uji Independent Samples t-test Kayu dan

... 122 Pengolahannya dan Pulp dan Kertas

4.38 Rangkuman Uji Independent Samples t-test

... 123


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Emiten Perusahaan Sektor Basic Industry and

Chemicals ... 136

2 Pengembalian Saham Individual ... 139

3 Pengukuran Resiko Sistematis ... 141

4 Pengukuran Resiko Tidak Sistematis ... 143

5 Pengukuran Resiko Total Sistematis ... 145 .


(13)

ABSTRAK

ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS PADA BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada subsektor semen ; keramik porselen dan kaca ; logam dan sejenisnya ; kimia ; plastik dan kemasan ; pakan ternak ; kayu dan pengolahannya dan ; pulp dan kertas pada perusahaan

Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data saham emiten, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku - buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis uji One Way Anova dan analisis uji Independent Samples t-test.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata resiko sistematis antara subsektor semen dengan rata – rata resiko sistematis subsektor keramik, porselen dan kaca, subsektor logam dan sejenisnya, subsektor plastik dan kemasan, dan subsektor pulp dan kertas. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata – rata resiko tidak sistematis antara subsektor pada perusahaan Basic Industry and Chemicals.

Kata Kunci : Resiko Sistematis, Resiko Tidak Sistematis, Saham, dan Basic Industry and Chemicals


(14)

ABSTRACT

STOCK RISK ANALYSIS ON BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS’ COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purposes of this study were to find out and to analyze any differences of systematic risk and unsystematic risk of cement subsector ; ceramics, porcelain and glass subsector ; metal and allied products subsector ; chemicals subsector ; plastics and packaging subsector ; animal feed subsector ; wood industries subsector and ; pulp and paper subsector in Basic Industry and Chemicals’ companies that were listed in the Indonesia Stock Exchange.

The types of this study were descriptive analysis and comparative analysis and the type of data used for this study were quantitative secondary data which came from Indonesia Stock Exchange’s publication about issuers’ stock data, reference books, magazines, internet, and the other scientific literatures related to this study.

The methods used for collecting the data were through the documentation study from collecting the supporting data from literatures, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis were descriptive analysis, One Way Anova analysis and Independent Samples t-test analysis.

The results of the first hypothesis shows that there were an average difference of systematic risk between cement subsector and those of ceramics, porcelain and glass subsector, metal and allied subsector, plastics and packaging subsector, and pulp and paper subsector. The results of the second hypothesis shows that there were no differences of unsystematic risk among all the subsectors in the Basic Industry and Chemicals’ companies.

Key Words : Systematic Risk, Unsystematic Risk, Stock , and Basic Industry and Chemicals


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari – hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko adalah perbedaan antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Dalam melakukan investasi, para investor juga harus mempertimbangkan resiko yang mungkin akan dialami dari investasi yang dilakukannya, karena apabila resiko yang terjadi lebih besar dari pengembalian yang diperoleh, maka investor akan mengalami kerugian.

Menurut Halim (2005:4), investasi dapat dilakukan pada aset – aset finansial seperti yang ada di dalam pasar uang dan pasar modal, serta pada aset – aset riil seperti pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan dan lain – lain. Namun, yang menarik untuk dibahas dewasa ini adalah investasi pada aset – aset finansial, mengingat pertumbuhannya yang signifikan belakangan ini.

Pasar uang menurut Brigham dan Houston (2001:122) ialah “pasar sekuritas utang jangka pendek yang sangat likuid”, sedangkan pasar modal ialah “pasar untuk utang jangka panjang dan saham perusahaan”. Di dalam pasar uang, investasi dapat dilakukan dalam bentuk tabungan, sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Berbeda dengan pasar uang, di dalam pasar modal investasi dilakukan oleh para investor dengan membeli saham


(16)

ataupun obligasi dari perusahaan lain, waran, opsi dan lainnya. Namun, dalam kasusnya, sebagian besar investor cenderung lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham.

Di dalam pasar modal akan selalu terdapat pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki kelebihan dana. Distribusi dana di dalam pasar modal dilakukan melalui transaksi pembelian dan penjualan saham. Di dalam pasar modal, biasanya pihak yang membutuhkan dana baik untuk melakukan ekspansi ataupun untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaannya dapat memilih alternatif untuk menerbitkan saham di dalam pasar primer dan pasar sekunder.

Pasar primer menurut Brigham dan Houston (2001:122) adalah “pasar dimana perusahaan dapat memperoleh modal baru”, sedangkan pasar sekunder adalah “pasar dimana sekuritas yang beredar diperdagangkan diantara investor”. Tujuan dari investasi saham yang dilakukan oleh investor adalah untuk mendapatkan laba atas selisih transaksi pembelian dan penjualan saham yang biasanya disebut sebagai Capital Gain, memiliki hak suara di dalam perusahaan, dan juga mendapatkan dividen atau bagi hasil saham dari perusahaan pada akhir periode

Indikator baik atau tidaknya saham dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh harga saham perusahaan tersebut yang terdaftar di Bursa Saham, mengingat harga saham biasanya cenderung dipengaruhi oleh kinerja dan prospek dari perusahaan yang bersangkutan. Investor perlu mengingat bahwa untuk mendapatkan saham dengan tingkat pengembalian yang tinggi, maka mereka akan


(17)

menghadapi resiko yang tinggi juga. Hal ini merupakan defenisi dari konsep “ High Risk High Return ”.

Perusahaan Basic Industry and Chemicals merupakan perusahaan yang berorientasi pada teknologi, sehingga memiliki prospek yang baik di masa mendatang, karena adanya perkembangan teknologi yang sangat signifikan belakangan ini. Pentingnya sektor ini bagi perkembangan sektor – sektor industri lainnya juga menjadi alasan mengapa perusahaan Basic Industry and Chemicals

memiliki prospek yang baik di masa mendatang.

Perusahaan Basic Industry and Chemicals tergolong ke dalam 8 subsektor, diantaranya yaitu : Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan Sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya ; Pulp dan Kertas.

Perkembangan subsektor semen sangat berkaitan dengan perkembangan industri real estate dan properti, karena sebagian besar penggunaan semen digunakan untuk mendirikan bangunan dan sebagainya. Berikut ini adalah data konsumsi nasional dan ekspor semen dari tahun 1990–2012 :

Tabel 1.1

Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)

1990 13.762.000 2.516.000

1991 15.513.000 1.041.000

1992 15.801.000 2.570.000

1993 17.804.000 1.409.000

1994 21.527.000 536.000

1995 23.979.000 154.000


(18)

Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)

1997 27.940.000 801.000

1998 19.243.000 4.420.000

1999 18.769.000 5.108.000

2000 22.290.000 4.903.000

2001 25.530.000 5.750.000

2002 27.180.000 4.183.000

2003 27.528.000 3.073.000

2004 30.069.000 2.946.000

2005 31.433.000 3.289.000

2006 Data tidak tersedia Data tidak tersedia 2007 Data tidak tersedia Data tidak tersedia 2008 Data tidak tersedia Data tidak tersedia

2009 38.400.000 Data tidak tersedia

2010 41.500.000 3.000.000

2011 45.000.000 2.000.000

2012 48.150.000 Data tidak tersedia

Sumber: Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Semen)

Pertumbuhan industri semen terus mengalami peningkatan dari tahun 1990–2012. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2011, di bawah pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 2000, yaitu sebesar 18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi pada tahun 1998–1999. Pada tahun 2000, bisnis properti mulai membaik dilihat dari adanya penurunan suku bunga kredit hingga 15%, sehingga juga mendorong pertumbuhan industri semen.


(19)

Pada periode tahun 2011-2012, pemerintah mulai mencanangkan program MP3EI ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ) yaitu suatu proyek infrastruktur secara besar - besaran dan dalam waktu yang bersamaan yang menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam. Konsumsi semen pada tahun 2012 terus meningkat, walaupun adanya dampak krisis di kawasan Uni Eropa yang mempengaruhi arah investasi yang berhubungan dengan proyek properti dan infrastruktur ( Sumber : Wikipedia ).

Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca memiliki pengaruh yang sangat kuat dengan sektor konstruksi dan property, karena keramik dan kaca merupakan komponen bahan bangunan untuk sektor konstruksi dan property. Pada masa krisis moneter tahun 1998, menurunnya pembangunan yang terjadi di Indonesia juga mengakibatkan perkembangan subsektor keramik, porselen dan kaca menjadi terhambat. Perkembangan industri keramik mulai meningkat kembali pada tahun 2000, dimana ekonomi Indonesia juga sedang berada dalam masa perbaikan. Membaiknya ekonomi Indonesia ini ditandai dengan mulai dibangunnya sektor perumahan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran walaupun jumlahnya masih sedikit. Perkembangan yang terjadi di sektor konstruksi dan property

mengakibatkan permintaan produk keramik dan kaca di dalam negri mengalami peningkatan ( Sumber : binaukm.com ).

Subsektor logam dan sejenisnya mengalami penurunan efisiensi pasca masa krisis ekonomi. Penurunan efisiensi yang terjadi adalah sebesar 18,51%, dimana tingkat efisiensi industri logam sebelum masa krisis adalah sebesar 57,79%, kemudian pasca masa krisis menurun menjadi 76,30%. Hal ini


(20)

disebabkan oleh adanya kenaikan biaya input yang melampaui kenaikan biaya

output karena lemahnya daya beli untuk industri logam. Biaya input yang tinggi pada masa krisis moneter disebabkan oleh sebagian besar komponen bahan baku dan bahan penunjang lain yang digunakan dalam industri logam masih mengandalkan impor, sedangkan adanya perubahan kebijakan sistem nilai tukar pada Agustus 1997 menjadikan nilai mata uang rupiah terdepresiasi terhadap nilai mata uang dollar pada masa tersebut. Terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap nilai mata uang dollar menyebabkan komponen bahan baku impor harus dibayar lebih mahal untuk kuantitas yang sama ( Sumber : Tri Wibowo dalam Potret Industri Manufaktur Indonesia Sebelum dan Pasca Krisis ).

Subsektor kimia adalah pada umumnya menggunakan teknologi maju, padat energi serta padat modal, dan juga berkembang sebagai industri penghasil bahan baku dan bahan setengah jadi. Industri kimia berhubungan dengan berbagai jenis industri termasuk industri agrokimia, industri kimia organik, industri kimia anorganik, dan industri mineral bukan logam terutama industri semen.

Industri kimia pada awal masa krisis moneter masih terus berproduksi secara meningkat, karena masih menggunakan bahan baku yang ada dari tahun sebelumnya. Pada periode tahun 1998-1999, produksi industri kimia mengalami penurunan karena adanya kenaikan beban biaya bahan baku impor sebagai akibat dari nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar yang tidak stabil. Industri kimia yang berorientasi ekspor


(21)

mungkin dapat pulih lebih cepat, dan tumbuh lebih kuat apabila tidak terkena masalah bahan baku impor ( Sumber : Bappenas ).

Resiko lain yang terdapat pada industri kimia adalah bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan yang berasal dari limbah industri. Pengelolaan Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tanggal 26 November 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3. Pengertian B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999, adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain ( Sumber : Daftar Peraturan Limbah B3 di Indonesia 2011 ).

Subsektor plastik dan kemasan mengalami masa produksi stagnan pada masa krisis utang yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 yang lalu, bahan baku mengalami penurunan harga akibat krisis utang yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, akan tetapi negara – negara Eropa melakukan politik banting harga yang mempengaruhi produksi industri plastik dan kemasan. Industri plastik dan kemasan yang dapat memenuhi permintaan pasar mengalami penurunan penjualan dikarenakan tidak semua produknya dapat diserap oleh pasar ( Sumber : www.indonesiafinancetoday.com ).

Resiko lain yang terdapat pada subsektor plastik dan kemasan adalah dengan diberlakukannya UU Nomor 18 Tahun 2008 yang mengatur tentang


(22)

pengelolaan sampah. Produsen kemasan plastik di dalam negri yang tergabung dalam Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia ( GIATPI ) menyatakan bahwa mereka merasa dirugikan apabila tindakan untuk mengolah sampah kemasan yang telah digunakan masyarakat menjadi tanggung jawab produsen. Menurut para produsen yang tergabung dalam GIATPI, pemerintah seharusnya menerima tanggung jawab penuh atas pengelolaan sampah tersebut dengan memfasilitasi peralatan daur ulang ( Sumber : www.antaranews.com ).

Subsektor pakan ternak sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein Pada saat kondisi perekonomian nasional sedang mengalami krisis moneter, perkembangan industri pakan ternak mengalami penurunan karena lemahnya konsumsi oleh industri peternakan dan juga kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Produsen yang dapat bertahan pada masa krisis moneter adalah produsen besar, walaupun dengan kinerja yang terus menurun, sedangkan sebagian besar produsen kecil memilih untuk menghentikan produksinya.

Tabel 1.2

Perkembangan Produksi Pakan Ternak Tahun 1992-1998

Tahun Produksi ( Ton ) Pertumbuhan (%)

1992 3.620.000 -

1993 4.460.000 23,30

1994 5.370.000 20,40

1995 6.010.000 11,92

1996 6.829.000 13,63

1997 5.000.000 -26,78

1998 1.920.000 -61,60

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan ( Jan Riahman Lingga dalam InfoRDev , 1999 )


(23)

Dari Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa perkembangan industri pakan ternak dari tahun 1992-1996 mengalami peningkatan secara terus – menerus. Pada tahun 1997, produksi pakan ternak terus menurun sampai dengan tahun 1998, dimana penurunan produksi pakan ternak mencapai 61,60% dibandingkan dengan tahun sebelumnya ( Sumber : Jan Riahman Lingga – MB IPB ).

Tingkat produksi industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata - rata 8,4% dalam periode lima tahun. Total produksi pakan ternak nasional merosot menjadi 7,7 juta ton pada tahun 2007 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9,9 juta ton. Hal ini diakibatkan oleh maraknya kasus flu burung H51N pada tahun 2007 lalu di sejumlah provinsi, sehingga masyarakat khawatir mengkonsumsi ayam dan produk turunannya, menyebabkan konsumsi ayam dan produk turunannya anjlok hingga 50% - 60% sehingga menimbulkan kerugian pada industri peternakan. Industri pakan ternak juga merasakan imbas dari kasus flu burung ini. Bencana tersebut mengakibatkan permintaan terhadap pakan ternak merosot hingga 30% pada tahun 2007 lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Pasca meredanya wabah flu burung pasar kembali pulih, konsumsi ayam dan produk turunannya kembali tinggi. Hal ini juga mendorong permintaan pakan ternak kembali melonjak. Konsumsi pakan ternak diperkirakan akan meningkat menjadi 8,13 juta ton pada tahun 2008 dari sebelumnya 7,6 juta ton ( Sumber : duniasosial.wordpress.com, 26 Oktober 2010 ).


(24)

Subsektor kayu dan pengolahannya mengalami penurunan permintaan pada masa krisis ekonomi global yang menimpa negara – negara Uni Eropa. Penurunan permintaan kayu oleh negara – negara Uni Eropa menyebabkan harga kayu semakin melemah. Produksi kayu pada periode tahun 2011-2012 mengalami penurunan sampai dengan 50%. Pada awal masa krisis utang Eropa dan Amerika Serikat, produksi kayu di Indonesia hanya sebesar 55,5% dari target kapasitas produksinya, dimana produksi yang terealisasi hanya sebesar 4 juta m3 dari target produksi sebesar 9 juta m3. Pada tahun 2012, produksi kayu baru bisa mengalami peningkatan sebesar 12%, dimana produksi yang terealisasi meningkat menjadi 6 juta m3 dari target produksi sebesar 9 juta m3

Subsektor pulp dan kertas memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan industri lainnya. Pada tahun 1998, ketika krisis moneter sedang melanda Indonesia, industri pulp dan kertas mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan industri lainnya. Permintaan domestik terhadap produk kertas memang mengalami penurunan, akan tetapi penurunan tersebut dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor, sehingga industri ini tetap bisa bertahan pada masa krisis moneter di tahun 1998. Berikut ini adalah data perkembangan ekspor beberapa komoditi industri 1994 – 1998 :

( Sumber : indusri.kontan.co.id ).

Tabel 1.3

Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditi Industri 1994-1998 ( juta US$ )

Jenis 1994 1995 1996 1997 1998 Pertumbuhan

( %/tahun )

Tekstil dan Produk Tekstil

5.779,70 6.196,20 6551,70 7409,80 7.390,5 6,25

Kayu Olahan


(25)

Jenis 1994 1995 1996 1997 1998 Pertumbuhan ( %/tahun )

Kayu Lapis

4.125,25 3.826,97 3.991,45 3.742,79 2.232,05 -14,23 Karet

Alam Olahan

1.391,30 2.190,40 2.226,60 1.929,20 1.548,10 2,71

Minyak Nabati

1.142,60 1.057,00 1.395,40 2.236,70 1.163,90 0,46 Kertas

dan Barang

dari Kertas

671,30 1.009,80 955,30 938,40 1.425,60 20,72

Pulp 137,72 440,17 431,61 489,34 689,82 49,61

Sumber : Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, Setditjen Perdagangan Luar Negeri Depperindag, edisi 3, Juni 1999 ( diolah Dr.Ir.Gatot Ibnusantosa )

Dari Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa perkembangan ekspor industri pulp dan kertas pada tahun 1998 mengalami peningkatan yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk industri kertas dan industri pulp masing – masing sebesar 20,72% dan 49,61%. Peningkatan ekspor industri pulp dan kertas menjadikan industri ini menjadi sumber devisa bagi negara Indonesia pada masa krisis moneter ( Sumber : Dr. Ir. Gatot Ibnusantosa dalam Prospek dan Tantangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia Dalam Era Ekolabelling dan Otonomi Daerah ).

Berdasarkan permasalahan inilah penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Resiko Saham Perusahaan Basic Industry and Chemicals Pada Bursa Efek Indonesia”.


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan resiko sistematis pada subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas pada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI?

2. Apakah terdapat perbedaan resiko tidak sistematis pada subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas pada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis pada subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertaspada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI.


(27)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis adanya perbedaan resiko tidak sistematis pada subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertaspada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada perusahaan Basic Industry and Chemicals.

b. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para investor, terutama yang tertarik di dalam sektor Basic Industry and Chemicals

sehubungan dengan keputusannya untuk menginvestasikan modalnya terhadap saham perusahaan di sektor tersebut.

c. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif tentang adanya pengaruh faktor resiko sistematis dan resiko tidak sistematis terhadap harga saham di suatu perusahaan.


(28)

d. Bagi peneliti lanjutan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna bagi para peneliti yang ingin melakukan pengembangan penelitian yang lebih lanjut mengenai analisis resiko sistematis dan resiko tidak sistematis terhadap saham perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Resiko

Resiko menurut Keown (2008:198) adalah prospek dari suatu hasil yang kurang menguntungkan. Resiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Resiko dapat juga diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, yang artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, maka kita akan dihadapkan pada resiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik - turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, resiko adalah uncertainty about future event. Adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan resiko pada 3 hal, yaitu :

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan.

2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya. 3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja


(30)

David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa resiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum resiko dapat diartikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu definisi, resiko (Risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.

Resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai resiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.

2.1.1.1Resiko Sistematis

Menurut Tandelilin (2001:50), resiko sistematis merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan, perubahan pasar tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Resiko sistematis merupakan resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, dan sering juga disebut sebagai resiko pasar ( market risk ), karena fluktuasi resiko disebabkan oleh faktor - faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor - faktor tersebut adalah seperti kondisi perekonomian, tingkat


(31)

inflasi, tingkat bunga dan lain - lain. Faktor - faktor tersebut menyebabkan kecenderungan saham bergerak bersama.

Menurut Brigham dan Houston (2001:238), resiko pasar ( market risk ) itu sendiri adalah resiko yang tumbuh dari faktor – faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti adanya perang, inflasi, resesi, dan juga tingkat suku bunga yang tinggi. Kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor – faktor tersebut, dan juga resiko pasar ini tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

Berikut ini adalah beberapa jenis resiko yang tidak dapat didiversifikasi : 1. Resiko suku bunga

Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, yang berarti jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga saham akan meningkat.

2. Resiko pasar

Yang dimaksud resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik.

3. Resiko inflasi

Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan, sehingga resiko ini juga bisa disebut sebagai resiko daya beli.


(32)

4. Resiko nilai tukar mata uang ( valas )

Resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Resiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk.

5. Resiko negara

Resiko ini juga disebut sebagai resiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari resiko negara yang terlalu tinggi.

Resiko sistematis ini dapat diukur melalui indeks beta suatu saham. Indeks beta saham adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara pengembalian suatu saham dan pengembalian pasar yang berbeda (Keown, 2008:209). Indeks beta saham ditentukan dengan cara membandingkan tingkat resiko suatu saham terhadap resiko seluruh saham, dimana resiko ini dicerminkan oleh fluktuasi harga saham bersangkutan dan harga pasar rata - rata dari seluruh saham yang tercatat.

Indeks beta saham mengukur sampai sejauh mana harga saham individu turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta saham dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta saham negatif berarti selalu terjadi kondisi yang berlawanan. Jika secara umum harga saham mengalami kenaikan, maka saham yang mewakili indeks beta saham negatif mengalami penurunan.


(33)

Indeks beta saham yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentasi yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Apabila indeks beta suatu saham nol, maka saham tersebut bebas dari resiko. Indeks beta saham nol menunjukkan bahwa meskipun semua saham yang tercatat rata - rata mengalami perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali.

Indeks beta saham sangat membantu investor untuk melakukan investasi terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur portofolio. Selain itu Indeks beta saham juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor untuk menanggung resiko. Untuk investor yang menyukai resiko ( risk lover ), maka ia akan memilih saham - saham yang mempunyai gejolak harga yang tinggi, atau saham – saham dengan indeks beta yang besar. Sebaliknya, investor yang tidak menyukai resiko ( risk averter ) akan memilih saham - saham yang mempunyai indeks beta yang kecil karena resiko saham – saham tersebut juga akan lebih kecil. Untuk investor yang tidak takut, tetapi tidak terlalu berani ( moderate investor / indiferrence investor ) tidak hanya akan melihat indeks beta saham, akan tetapi juga return saham yang diberikan. Tipe moderate investor seperti ini akan sangat senang apabila ia dihadapkan pada saham dengan indeks beta yang tinggi yang juga sebanding dengan returnnya yang tinggi. Jika investor ingin mengoptimumkan resikonya yaitu dengan resiko yang minimum tetapi mengharapkan pendapatan yang maksimum, investor


(34)

tersebut dapat mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang berbeda - beda.

2.1.1.2Resiko Tidak Sistematis

Menurut Tandelilin (2001:51), resiko tidak sistematis adalah resiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko tidak sistematis ini biasa disebut juga sebagai resiko spesifik ( resiko perusahaan ), karena resiko tidak sistematis yang timbul akan lebih terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio, disebutkan bahwa resiko perusahaan ini bisa diminimalkan atau dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas.

Menurut Brigham dan Houston (2001:238), resiko yang dapat didiversifikasikan ( diversifiable risk ) adalah resiko yang disebabkan oleh peristiwa acak seperti tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, kalah atau menang dalam suatu kontrak besar, dan peristiwa – peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Pengaruh dari berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, atau peristiwa yang merugikan akan dihilangkan oleh peristiwa yang menguntungkan pada perusahaan tersebut. Diversifikasi tersebut dapat dilakukan dengan memilih portofolio yang besar, membeli saham perusahaan lain dalam bentuk reksa dana, dan sebagainya.


(35)

Berikut ini adalah beberapa jenis resiko tidak sistematis yang dapat didiversifikasikan :

1. Resiko bisnis

Resiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak di bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.

2. Resiko finansial

Resiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar pula resiko yang akan ditanggung.

3. Resiko likuiditas

Resiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Dan demikian pula sebaliknya.

4. Resiko manajemen

Resiko ini berkaitan dengan penurunan nilai aset yang diakibatkan oleh kesalahan pengelola aset investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa resiko manajemen ini timbul karena adanya keputusan bisnis yang kurang baik. Keputusan yang kurang baik itu misalnya : tidak mengasuransikan aset perusahaan, keputusan tentang Research & Development, dan keputusan tentang strategi pemasaran.


(36)

Resiko tidak sistematis dapat diukur dengan mengurangkan total resiko ( total risk ) dari resiko sistematis.

2.1.2 Harga Saham

Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan ( demand ) dan penawaran ( supply ). Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual sahamnya kembali, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.

Tandelilin (2001:183), menyebutkan bahwa dalam peniliaian saham dikenal ada tiga jenis nilai yang dikenal, yaitu :

1. Nilai buku ( book value ), yaitu nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham ( emiten ).

2. Nilai pasar ( market price ), yaitu nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Market price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupannya (closing price ).

3. Nilai intrinsik, yaitu nilai yang seharusnya terjadi, dan biasa disebut dengan nilai teoritis.


(37)

Jogiyanto dalam bukunya yang berjudul Teori Portofolio dan Analisis Investasi (2003:80) menjelaskan tentang nilai nominal yang terdapat pada saham, dimana nilai nominal saham itu adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh para pemegang saham (Jogiyanto dalam Kieso dan Weygandt, 1996:576). Ada kalanya suatu saham tidak memiliki nilai nominal, sehingga dewan direksi akan menentukan nilai sendiri per lembarnya.

Investor berkepentingan untuk mengetahui keempat nilai saham ini sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Apabila nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong dalam kategori

overvalued, sehingga dalam keadaan ini investor dapat mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan sebaliknya, apabila nilai pasar suatu saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong dalam kategori

undervalued, dan pada keadaan ini investor sebaiknya mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut.


(38)

Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Terdapat beberapa istilah yang terkait dengan harga saham, yaitu sebagai berikut :

1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya

2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi perdagangan I, yaitu jam 09.30 pagi.

3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepannjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir yang terjadi.

7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Gomgom Erwin Manurung ( 2009 )

Dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Resiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) “, peneliti menemukan bahwa kedua variabel bebas, yaitu resiko sistematis dan likuiditas secara bersama – sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Akan tetapi variabel


(39)

resiko sistematis adalah variabel yang paling mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian saham tersebut.

2. Sugianto Lumban Gaol ( 2010 )

Dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Resiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ”, peneliti menemukan bahwa resiko sistematis yang diukur melalui beta dan likuiditas saham yang diukur melalui bid ask spread baik secara parsial maupun secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Gustiaveny ( 2010 )

Dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Pengaruh Resiko Sistematis dan Likuiditas Saham Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Pertambangan Terbuka yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ”, peneliti menemukan bahwa variabel resiko sistematis tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan pertambangan terbuka yang terdaftar di BEI, sedangkan variabel likuiditas saham berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan pertambangan terbuka yang terdaftar di BEI.


(40)

4. Ledi Lasni ( 2009 )

Dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”, peneliti menemukan bahwa faktor fundamental BVS dan PBV mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. Sedangkan secara bersama-sama semua faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR dan BETA) berpengaruh terhadap harga saham.

5. Dodie Setio Wibowo, Imam Ghozali, dan Waridin ( 2002 )

Dalam penelitiannya “ Analisis Resiko Sistematik yang Dikeluarkan Dari Lantai Bursa : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta ”, penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 2 variabel independen yang berpengaruh terhadap resiko sistematis saham biasa, yaitu deviasi standar return saham dan korelasi return saham terhadap return pasar. Hal ini disebabkan oleh, semakin tingginya fluktuasi return saham, maka akan semakin tinggi pula beta sahamnya. Dengan semakin pekanya return saham terhadap return pasar, maka akan menaikkan deviasi standar return saham dan juga korelasi return saham terhadap return pasar.


(41)

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Tandelilin (2001:48), resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula resiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber resiko yang bisa mempengaruhi besarnya resiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah : resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis, resiko finansial, resiko likuiditas, resiko nilai tukar mata uang dan resiko negara.

Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi modern juga dikenal pembagian resiko total investasi ke dalam dua jenis resiko, yaitu: resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Resiko sistematis ( resiko umum – general risk ) merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Resiko sistematis tidak dapat diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return

suatu investasi. Resiko tidak sistematis disebut juga sebagai resiko spesifik ( resiko perusahaan ), yaitu resiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko tidak sistematis ini lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi.


(42)

Resiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap resiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Resiko sistematis ini dapat diukur melalui indeks beta suatu portofolio. Indeks beta saham adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara pengembalian suatu saham dan pengembalian pasar yang berbeda (Keown, 2008:209). Indeks beta saham ditentukan dengan cara membandingkan tingkat resiko suatu saham terhadap resiko seluruh saham, dimana resiko ini dicerminkan oleh fluktuasi harga saham bersangkutan dan harga pasar rata-rata dari seluruh saham yang tercatat.

Indeks beta saham mengukur sampai sejauh mana harga saham individu turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti selalu terjadi kondisi yang berlawanan. Jika secara umum harga saham mengalami kenaikan, maka saham yang mewakili indeks beta negatif mengalami penurunan.

Indeks beta saham yang normal adalah satu, terjadi jika rata - rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentasi yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Indeks beta saham nol menunjukkan bahwa suatu saham bebas dari resiko. Hal ini berarti meskipun semua saham yang tercatat rata - rata mengalami perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali. Dalam aplikasinya, semakin tinggi tingkat beta, maka akan semakin tinggi resiko sistematis dari saham atau portofolio tersebut.


(43)

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini akan ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut :

1. Resiko Sistematis

≠ ≠

2. Resiko Tidak Sistematis

≠ ≠ ≠ ≠ ≠

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual Penelitian

Resiko Sistematis Subsektor Pakan Ternak Resiko Sistematis Subsektor Plastik dan Kemasan Resiko Sistematis Subsektor Kimia Resiko Sistematis Subsektor Keramik, Gelas, dan Porselen

Resiko Sistematis Subsektor Logam dan Sejenisnya Resiko Sistematis Subsektor Semen Resiko Sistematis Subsektor Pulp dan Kertas

Resiko Sistematis Subsektor Kayu dan Pengolahannya Resiko Tidak Sistematis Subsektor Logam dan Sejenisnya Resiko Tidak Sistematis Subsektor Semen Resiko Tidak Sistematis Subsektor Keramik, Gelas, dan Porselen

Resiko Tidak Sistematis Subsektor Pakan Ternak Resiko Tidak Sistematis Subsektor Plastik dan Kemasan Resiko Tidak Sistematis Subsektor Kimia Resiko Tidak Sistematis

Subsektor Pulp dan Kertas

Resiko Tidak Sistematis

Subsektor Kayu dan Pengolahannya


(44)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. “ Terdapat perbedaan resiko sistematis pada saham Subsektor Semen, Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca, Subsektor Logam dan Sejenisnya, Subsektor Kimia, Subsektor Plastik dan kemasan, Subsektor Pakan Ternak, Subsektor Kayu dan Pengolahannya, dan Subsektor Pulp dan Kertas pada perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.

2. “ Terdapat perbedaan resiko tidak sistematis pada saham Subsektor Semen, Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca, Subsektor Logam dan Sejenisnya, Subsektor Kimia, Subsektor Plastik dan kemasan, Subsektor Pakan Ternak, Subsektor Kayu dan Pengolahannya, dan Subsektor Pulp dan Kertas pada perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan penelitian komparatif. Penelitian deskriptif menurut Kuncoro (2009:192) dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengurutan, pengaturan atau manipulasi data bisa memberikan informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam defenisi masalah. Menurut Situmorang (2012:10), statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi.

Penelitian komparatif dalam penelitian ini adalah penelitian yang berusaha untuk membandingkan variabel yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk membandingkan variabel resiko sistematis dan variabel resiko tidak sistematis yang terdapat pada saham perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui media internet di website Bursa Efek Indonesia dengan situs www.idx.co.id, dan website Yahoo!Finance dengan situs www.finance.yahoo.com.


(46)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis mulai dari bulan Januari tahun 2013 sampai dengan bulan April tahun 2013.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah resiko sistematis dan resiko tidak sistematis.

2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar ( listing ) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1 Januari – 31 Desember tahun 2012.

3. Data yang digunakan adalah data harga saham dan Indeks Harga Saham Gabungan harian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1 Januari – 31 Desember tahun 2012.

3.4 Definisi Operasional

X1

X

( Resiko sistematis ) :

1.1

X

: Resiko sistematis sub sektor Semen

1.2

X

: Resiko sistematis sub sektor Keramik, Porselen, dan Kaca

1.3

X

: Resiko sistematis sub sektor Logam dan Sejenisnya

1.4

X

: Resiko sistematis sub sektor Kimia

1.5

X

: Resiko sistematis sub sektor Plastik dan Kemasan


(47)

X1.7

X

: Resiko sistematis sub sektor Kayu dan Pengolahannya

1.8

X

: Resiko sistematis sub sektor Pulp dan Kertas

2

X

( Resiko tidak sistematis ) :

2.1

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Semen

2.2

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Keramik, Porselen, dan Kaca

2.3

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Logam dan Sejenisnya

2.4

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Kimia

2.5

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Plastik dan Kemasan

2.6

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Pakan Ternak

2.7

X

: Resiko tidak sistematis sub sektor Kayu dan Pengolahannya

2.8 : Resiko tidak sistematis sub sektor Pulp dan Kertas

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi penelitian

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar ( listing ) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1 Januari – 31 Desember 2012, yang berjumlah 60 emiten.

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2009:118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sampel jenuh, yaitu metode


(48)

pengambilan sampel dimana seluruh populasi yang ada akan digunakan sebagai sampel penelitian

Berikut adalah daftar emiten perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals beserta tanggal listing yang terdaftar di BEI :

Tabel 3.1

Daftar Emiten Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

N O

Nama Perusahaan

Kode Emiten

Tanggal Listing

I Sub sektor Semen

1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 05-12-1989

2 Holcim Indonesia Tbk SMCB 10-08-1977

3 Semen Gresik Tbk SMGR 09-07-1991

II Sub sektor Keramik, Porselen & Kaca

4 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 08-11-1995

5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA 17-07-2001

6 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI 04-06-1997 7 Keramika Indonesia Asosiasi Tbk KIAS 08-12-1994

8 Mulia Industrindo Tbk MLIA 17-01-1994

9 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 30-10-1990

III Sub sektor Logam & Sejenisnya

10 Alaska Industrindo Tbk ALKA 12-07-1990

11 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 02-01-1997

12 Beton Jaya Manunggal Tbk BTON 18-07-1991

13 Citra Turbindo Tbk CTBN 28-11-1989

14 Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST 23-12-2009


(49)

N O

Nama Perusahaan

Kode Emiten

Tanggal Listing

16 Itamaraya Tbk ITMA 10-12-1990

17 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk JKSW 06-08-1997

18 Jaya Pari Steel Tbk JPRS 04-08-1989

19 Krakatau Steel Tbk KRAS 10-11-2010

20 Lion Metal Works Tbk LION 20-08-1993

21 Lionmesh Prima Tbk LMSH 04-06-1990

22 Hanson International Tbk MYRX 31-10-1990

23 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 14-12-2009

24 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO 23-09-1996

25 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS 23-05-1990

IV Sub sektor Kimia

26 Barito Pasific Tbk BRPT 01-10-1993

27 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 08-05-1995

28 Duta Pertiwi Nusantara DPNS 08-08-1990

29 Ekadharma International Tbk EKAD 14-08-1990

30 Eterindo Wahanatama ETWA 16-05-1997

31 Intan Wijaya International Tbk INCI 24-07-1990 32 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 03-08-1992

33 Indo Acitama Tbk SRSN 11-01-1993

34 Chandra Asri Petrochemical TPIA 26-05-2008

35 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 06-11-1989

V Sub sektor Plastik & Kemasan

36 Alam Karya Unggul Tbk AKKU 01-11-2004

37 Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI 18-12-1992

38 Asiaplast Industries Tbk APLI 01-05-2000


(50)

N O

Nama Perusahaan

Kode Emiten

Tanggal Listing

40 Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI 21-03-2002

41 Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR 05-11-1990 42 Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL 09-07-2010

43 Sekawan Intipratama Tbk SIAP 17-10-2008

44 Siwani Makmur Tbk SIMA 03-06-1994

45 Trias Sentosa Tbk TRST 02-07-1990

46 Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS 05-03-2008

VI Sub sektor Pakan Ternak

47 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 18-03-1991

48 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 23-10-1989

49 Malindo feedmill Tbk MAIN 10-02-2006

50 Siearad Produce Tbk SIPD 27-12-1996

VII Sub sektor Kayu & Pengolahannya

51 Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI 21-03-1994

52 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT 13-12-1999

VIII Sub sektor Pulp & Kertas

53 Alkindo Naratama Tbk ALDO 12-07-2011

54 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 19-12-1994

55 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 16-07-1990

56 Toba Pulp Lestari Tbk INRU 03-12-2007

57 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk KBRI 11-07-2008 58 Surabaya Agung Industri Pulp & kertas Tbk SAIP 03-05-1993

59 Suparma Tbk SPMA 16-11-1994

60 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 03-04-1990 Sumber : Performance Profile IDX, IDX Fact Book, dan ICMD ( diolah peneliti,


(51)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia yang terdapat di

Yahoo!Finance tentang data saham emiten yang diperoleh mulai dari tanggal 1 Januari – 31 Desember tahun 2012, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan, buku - buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan terhadap resiko sistematis dan resiko tidak sistematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Return Saham

�� = ��−�−��−1 1 ………(3.1) b. Return Pasar ( IHSG )

�� =���������−�����−1 ……….(3.2) c. Beta (β) masing – masing Saham

β= [n(ΣRmtxΣRit)− (ΣRmtxΣRit)]


(52)

d. Varians saham

σi2 = βi2σm2 + σei2

e. Resiko Sistematis

………(3.4)

= βi2

= β

x ( Variance Index )

2σ m2

f. Resiko Tidak Sistematis

………(3.5)

= ( Total Variance ) – ( Resiko Sistematis ) = e2

Setelah hasil penghitungan dari resiko sistematis dan resiko tidak sistematis telah diperoleh, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis One Way Anova.

………(3.6)

3.8.1. One Way Anova ( Analysis of Variance )

Menurut Situmorang (2012:59), analisis One Way Anova dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis varians dari sebuah data. Analisis varians ini dilakukan untuk menguji 2 varians berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians yang pertama adalah varians antarcontoh ( amongsamples ) dan varians yang kedua adalah varians di dalam masing – masing contoh ( withinsamples ). Uji Anova ini merupakan pengembangan dari uji-t 2 sampel, hanya saja anova mampu mengakomodasi pengujian kesamaan rata – rata untuk 3 atau lebih populasi.


(53)

Di dalam penelitian ini, uji One Way Anova akan dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan resiko sistematis antara subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas. Selain itu, uji One Way Anova ini juga akan menguji apakah terdapat perbedaan resiko tidak sistematis antara subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang akan dilakukan dalam melakukan uji One Way Anova :

a. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan / dikelompokkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan secara objektif. Menurut Situmorang (2012:10), statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi. b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah kelompok data yang diteliti memiliki varians yang sama, dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Apabila nilai sig > 0,05 , maka varians kelompok data adalah sama. 2. Apabila nilai sig < 0,05 , maka varians kelompok data adalah berbeda.


(54)

Setelah dilakukan uji homogenitas varians, apabila ketiga varians kelompok data telah terbukti sama, maka akan dilakukan pengujian F test untuk melihat apakah ketiga kelompok memiliki nilai rata – rata yang sama. Namun, apabila ketiga varians kelompok data terbukti berbeda, maka peneliti akan melakukan uji Independent Samples t–test.

c. Uji Anova

Sebelumnya, peneliti harus merumuskan hipotesis penelitian terlebih dahulu : 1. Ho : Tidak terdapat perbedaan rata – rata antara resiko sistematis dari

subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas.

Ha : Terdapat perbedaan rata – rata antara resiko sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas.

2. Ho : Tidak terdapat perbedaan rata – rata antara resiko tidak sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas.

Ha : Terdapat perbedaan rata – rata antara resiko tidak sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas.


(55)

Kriteria pengujian yang akan digunakan dalam penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Jika Fhitung≤ Ftabel

2. Jika F

, atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima.

hitung > Ftabel

d. Post Hoc Test

, atau nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak.

Setelah uji Anova telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

Post Hoc Test. Post Hoc Test dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja antar kelompok. Dalam Post Hoc Test, apabila didapat nilai signifikan ( sig ) < 0,05, maka hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan kinerja antar kelompok yang diteliti.

3.8.2 Independent Samples t–test

Independent Samples t–test dilakukan untuk menguji signifikansi beda rata – rata dua kelompok. Independen memiliki arti kedua kelompok tersebut sama sekali tidak terkait, dan berasal dari dua populasi yang berbeda. Langkah – langkah yang dilakukan dalam Independent Samples t–test adalah sebagai berikut : 1. Menguji asumsi dengan menggunakan F-test dan nilai probabilitas untuk menguji persamaan varians kedua populasi apakah varians kedua populasi sample tersebut sama ( Equal Variances Assumed ) ataukan berbeda ( Equal Variances not Assumed ) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for Quality of Variances dengan kriteria sebagai berikut :

- Apabila nilai p > 0,05, maka digunakan Equal Variances Assumed.


(56)

2. Menguji perbedaan signifikansi rata – rata dua kelompok dengan kriteria sebagai berikut :

- Apabila t hitung > t tabel, atau sig < 0,05, maka Ho ditolak. - Apabila t hitung < t tabel, atau sig > 0,05, maka Ho diterima.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran umum pasar modal di Indonesia

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia. Bursa Batavia tersebut merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbuerus, dan penyelenggaranya adalah Verreniging Voor de Effectenhandel. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan – perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnya.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I (1914-1918) dan II (1942-1952), perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.


(58)

Perkembangan bursa efek yang pesat mendorong pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa Efek di Indonesia akhirnya resmi ditutup pada tanggal 10 Mei 1940 karena terjadinya Perang Dunia II, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pada tahun 1952, Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrument yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977, bursa efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini tidak berlangsung lama sebab Bursa Efek Jakarta buka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal.

Pada tanggal 10 agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto, BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Pada awalnya tujuam pengaktifan kembali pasar modal lebih ditekankan pada asas pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak terjatuh pada segolongan masyarakat saja. Untuk itu, pemerintah berperan aktif dalam menangani pasar modal Indonesia. BAPEPAM dan PT Danareksa


(59)

diberikan prioritas untuk membeli sedikitnya 50% dari saham yang ditawarkan. Pada tahun 1977 sampai 1987, adanya deregulasi perbankan menyebabkan tingkat suku bunga deposito naik, sehingga perdagangan di Bursa Efek lesu karena masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument pasar modal. Pada tahun 1987, ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Dan Desember 1988 dikeluarkan kebijakan tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek.

Pada tanggal 16 juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 juli 1992. Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 24 saham pada tahun 1988 menjadi lebih dari 200 saham. Pada tahun 1995, Bursa paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 november 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek


(1)

Lampiran 3

Tabel

Pengukuran Resiko Sistematis Subsektor No Kode

Emiten

Beta Saham

(βi)

βi2 Varians Saham

(σm2

Resiko Sistematis (%)

) (βi2σm2) Semen

1 INTP 1.218 1.484 0.0000758 0.01125 2 SMCB 1.158 1.342 0.0000758 0.01017 3 SMGR 1.248 1.557 0.0000758 0.01180 Keramik,

Porselen dan Kaca

4 AMFG 0.346 0.120 0.0000758 0.00091 5 ARNA 0.688 0.473 0.0000758 0.00358 6 IKAI 0.257 0.066 0.0000758 0.00050 7 KIAS 0.980 0.959 0.0000758 0.00727 8 MLIA 0.161 0.026 0.0000758 0.00020 9 TOTO 0.267 0.071 0.0000758 0.00054

Logam dan Sejenisnya

10 ALKA 0.000 0.000 0.0000758 0.00000 11 ALMI 1.142 1.305 0.0000758 0.00989 12 BTON 1.417 2.008 0.0000758 0.01522 13 CTBN -0.168 0.028 0.0000758 0.00021 14 GDST 0.633 0.400 0.0000758 0.00304 15 INAI 0.798 0.637 0.0000758 0.00483 16 ITMA 0.226 0.051 0.0000758 0.00039 17 JKSW -0.032 0.001 0.0000758 0.00001 18 JPRS 0.994 0.988 0.0000758 0.00749 19 KRAS 0.000 0.000 0.0000758 0.00000 20 LION -0.183 0.033 0.0000758 0.00025 21 LMSH -0.160 0.026 0.0000758 0.00019 22 MYRX 0.842 0.708 0.0000758 0.00537 23 NIKL 0.464 0.215 0.0000758 0.00163 24 PICO -0.065 0.004 0.0000758 0.00003 25 TBMS 0.169 0.029 0.0000758 0.00022

Kimia

26 BRPT 1.219 1.486 0.0000758 0.01127 27 BUDI 0.664 0.442 0.0000758 0.00335 28 DPNS 0.403 0.162 0.0000758 0.00123 29 EKAD 1.465 2.145 0.0000758 0.01626 30 ETWA 0.573 0.328 0.0000758 0.00249 31 INCI 1.017 1.035 0.0000758 0.00785 32 SOBI -0.152 0.023 0.0000758 0.00018 33 SRSN 0.587 0.345 0.0000758 0.00261 34 TPIA 0.688 0.473 0.0000758 0.00359 35 UNIC 0.033 0.001 0.0000758 0.00001 Plastik

dan Kemasan

36 AKKU 0.384 0.148 0.0000758 0.00112 37 AKPI 0.113 0.013 0.0000758 0.00010 38 APLI 0.591 0.349 0.0000758 0.00265


(2)

Plastik dan Kemasan

41 IGAR 1.033 1.067 0.0000758 0.00808 42 IPOL 0.639 0.408 0.0000758 0.00309 43 SIAP -0.338 0.114 0.0000758 0.00087 44 SIMA 0.000 0.000 0.0000758 0.00000 45 TRST 1.014 1.027 0.0000758 0.00779 46 YPAS 0.871 0.759 0.0000758 0.00576 Pakan

Ternak

47 CPIN 1.468 2.155 0.0000758 0.01634 48 JPFA 0.741 0.548 0.0000758 0.00416 49 MAIN 1.256 1.577 0.0000758 0.01196 50 SIPD 0.424 0.180 0.0000758 0.00136 Kayu dan

Pengolahan

51 SULI 0.120 0.014 0.0000758 0.00011 52 TIRT 1.458 2.127 0.0000758 0.01612

Pulp dan Kertas

53 ALDO 0.947 0.897 0.0000758 0.00680 54 FASW 0.645 0.416 0.0000758 0.00315 55 INKP 0.810 0.656 0.0000758 0.00497 56 INRU 0.018 0.000 0.0000758 0.00000 57 KBRI 0.177 0.031 0.0000758 0.00024 58 SAIP 0.433 0.187 0.0000758 0.00142 59 SPMA 0.535 0.286 0.0000758 0.00217 60 TKIM 0.572 0.327 0.0000758 0.00248


(3)

Lampiran 4

Tabel

Pengukuran Resiko Tidak Sistematis Subsektor No Kode

Emiten

Varians Saham

(σi2

Resiko Sistematis (%) ) (βi2σm2

Resiko Tidak Sistematis (%) ) (e2) Semen

1 INTP 0.000379 0.01125 0.02662

2 SMCB 0.000591 0.01017 0.04896

3 SMGR 0.000392 0.01180 0.02740

Keramik, Porselen dan Kaca

4 AMFG 0.000249 0.00091 0.02403

5 ARNA 0.000788 0.00358 0.07524

6 IKAI 0.000920 0.00050 0.09149

7 KIAS 0.001462 0.00727 0.13890

8 MLIA 0.002257 0.00020 0.22547

9 TOTO 0.001204 0.00054 0.11983

Logam dan Sejenisnya

10 ALKA 0.000000 0.00000 0.00000

11 ALMI 0.000718 0.00989 0.06188

12 BTON 0.001992 0.01522 0.18402

13 CTBN 0.000095 0.00021 0.00928

14 GDST 0.000432 0.00304 0.04018

15 INAI 0.001215 0.00483 0.11669

16 ITMA 0.001046 0.00039 0.10420

17 JKSW 0.002635 0.00001 0.26352

18 JPRS 0.000992 0.00749 0.09167

19 KRAS 0.000000 0.00000 0.00000

20 LION 0.000947 0.00025 0.09444

21 LMSH 0.000750 0.00019 0.07476

22 MYRX 0.001178 0.00537 0.11241

23 NIKL 0.000462 0.00163 0.04461

24 PICO 0.002427 0.00003 0.24265

25 TBMS 0.001372 0.00022 0.13701

Kimia

26 BRPT 0.001015 0.01127 0.09025

27 BUDI 0.000525 0.00335 0.04917

28 DPNS 0.001581 0.00123 0.15687

29 EKAD 0.001212 0.01626 0.10497

30 ETWA 0.000544 0.00249 0.05191

31 INCI 0.001030 0.00785 0.09510

32 SOBI 0.001275 0.00018 0.12735

33 SRSN 0.000542 0.00261 0.05163

34 TPIA 0.002508 0.00359 0.24722

35 UNIC 0.000098 0.00001 0.00975

Plastik dan Kemasan

36 AKKU 0.001171 0.00112 0.11602

37 AKPI 0.000833 0.00010 0.08316


(4)

Plastik dan Kemasan

41 IGAR 0.001213 0.00808 0.11318

42 IPOL 0.000356 0.00309 0.03252

43 SIAP 0.003429 0.00087 0.34203

44 SIMA 0.000000 0.00000 0.00000

45 TRST 0.000579 0.00779 0.05013

46 YPAS 0.000187 0.00576 0.01297

Pakan Ternak

47 CPIN 0.000484 0.01634 0.03207

48 JPFA 0.000574 0.00416 0.05321

49 MAIN 0.000745 0.01196 0.06251

50 SIPD 0.000385 0.00136 0.03713

Kayu dan Pengolahan

51 SULI 0.002389 0.00011 0.23879

52 TIRT 0.001821 0.01612 0.16595

Pulp dan Kertas

53 ALDO 0.000654 0.00680 0.05860

54 FASW 0.000490 0.00315 0.04586

55 INKP 0.000435 0.00497 0.03849

56 INRU 0.000797 0.00000 0.07967

57 KBRI 0.000489 0.00024 0.04869

58 SAIP 0.001790 0.00142 0.17761

59 SPMA 0.001421 0.00217 0.13992


(5)

Lampiran 5

Tabel

Pengukuran Resiko Total Subsektor

No Kode Emiten

Resiko Sistematis (%)

(βi2σm2

Resiko Tidak Sistematis (%)

) (e2

Resiko Total (%) ) (σi2) Semen

1 INTP 0.01125 0.02662 0.03787

2 SMCB 0.01017 0.04896 0.05913

3 SMGR 0.01180 0.02740 0.03920

Keramik, Porselen dan

Kaca

4 AMFG 0.00091 0.02403 0.02493

5 ARNA 0.00358 0.07524 0.07882

6 IKAI 0.00050 0.09149 0.09199

7 KIAS 0.00727 0.13890 0.14617

8 MLIA 0.00020 0.22547 0.22566

9 TOTO 0.00054 0.11983 0.12037

Logam dan Sejenisnya

10 ALKA 0.00000 0.00000 0.00000

11 ALMI 0.00989 0.06188 0.07177

12 BTON 0.01522 0.18402 0.19924

13 CTBN 0.00021 0.00928 0.00950

14 GDST 0.00304 0.04018 0.04322

15 INAI 0.00483 0.11669 0.12152

16 ITMA 0.00039 0.10420 0.10459

17 JKSW 0.00001 0.26352 0.26353

18 JPRS 0.00749 0.09167 0.09916

19 KRAS 0.00000 0.00000 0.00000

20 LION 0.00025 0.09444 0.09469

21 LMSH 0.00019 0.07476 0.07496

Logam dan Sejenisnya

22 MYRX 0.00537 0.11241 0.11778

23 NIKL 0.00163 0.04461 0.04624

24 PICO 0.00003 0.24265 0.24268

25 TBMS 0.00022 0.13701 0.13722

Kimia

26 BRPT 0.01127 0.09025 0.10152

27 BUDI 0.00335 0.04917 0.05252

28 DPNS 0.00123 0.15687 0.15810

29 EKAD 0.01626 0.10497 0.12123

30 ETWA 0.00249 0.05191 0.05440

31 INCI 0.00785 0.09510 0.10295

32 SOBI 0.00018 0.12735 0.12753

33 SRSN 0.00261 0.05163 0.05424

34 TPIA 0.00359 0.24722 0.25081

35 UNIC 0.00001 0.00975 0.00976

36 AKKU 0.00112 0.11602 0.11714

37 AKPI 0.00010 0.08316 0.08326


(6)

Kemasan 41 IGAR 0.00808 0.11318 0.12127

42 IPOL 0.00309 0.03252 0.03562

43 SIAP 0.00087 0.34203 0.34289

44 SIMA 0.00000 0.00000 0.00000

45 TRST 0.00779 0.05013 0.05792

46 YPAS 0.00576 0.01297 0.01872

Pakan Ternak

47 CPIN 0.01634 0.03207 0.04840

48 JPFA 0.00416 0.05321 0.05737

49 MAIN 0.01196 0.06251 0.07446

50 SIPD 0.00136 0.03713 0.03849

Kayu dan Pengolahannya

51 SULI 0.00011 0.23879 0.23890

52 TIRT 0.01612 0.16595 0.18207

Pulp dan Kertas

53 ALDO 0.00680 0.05860 0.06540

54 FASW 0.00315 0.04586 0.04902

55 INKP 0.00497 0.03849 0.04346

56 INRU 0.00000 0.07967 0.07967

57 KBRI 0.00024 0.04869 0.04893

58 SAIP 0.00142 0.17761 0.17903

59 SPMA 0.00217 0.13992 0.14208