Pada serbuk simplisia daun jambu mete yang ditambah dengan serbuk Mg dan serbuk Zn dengan asam klorida pekat memberikan warna merah,
menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin ungu.
Penambahan FeCl
3
1 memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya senyawa tanin. Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna
biru hijau menunjukkan adanya steroid. Adanya kandungan senyawa flavonoid, tanin, steroid menunjukkan bahwa daun jambu mete mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri Jayalakshmi, 2011. Hasil maserasi 500 g serbuk simplisia daun jambu mete diperoleh 58,8 g
ekstrak etanol. Terhadap 20 g ekstrak etanol daun jambu mete dilakukan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, setelah diuapkan diperoleh sebanyak
3,5 g. Hasil difraksinasi dengan pelarut kloroform setelah diuapkan diperoleh sebanyak 4,3 g. Hasil difraksinasi dengan pelarut etilasetat setelah diuapkan
diperoleh sebanyak 4,5 g.
4.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Jambu Mete
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etilasetat terhadap bakteri Staphylococcusepidermidis,
Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi etilasetat dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Hasil pengukuran daya hambat ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak etanol daun jambu
mete terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Konsentrasi Ekstrak
etanol mgml
Diameter daerah hambatan mm SE
mm SM
mm SA
mm EC
mm 500
23,73 22,13
22,00 21,90
400 23,03
19,73 21,03
21,20 350
21,01 18.93
18,55 20,26
300 19,85
18,26 17,56
19,23 250
19,38 17,33
16,95 18,70
200 18,56
16,41 15,48
17,90 150
17,38 15,75
15,15 16,65
100 16,23
15,01 14,73
15,80 75
15,10 13,78
13,88 15,10
50 14,00
12,68 13,01
13,78 25
12,50 12,45
12,30 12,16
10 11,66
11,10 11,13
10,98 5
- -
- -
Blanko -
- -
- Keterangan: hasil rata-rata tiga kali pengukuran, - tidak ada hambatan
SE = Staphylococcus epidermidis, SM = Streptococcus mutans, SA =Staphylococcus aureus, EC = Escherichia coli
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan akan menghasilkan daerah hambat yang semakin besar, hal ini
disebabkan semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol. Hasil skrining fitokimia dijumpai adanya senyawa yang bersifat sebagai antibakteri
yaitu senyawa flavonoid Igbinosa, 2009, tanin Wonghirundecha dan Punnanee, 2012, saponin Ayepola dan Ishola, 2009 dan triterpenoidasteroida Saleem, et
al., 2009.
Efektifitas flavonoid melawan patogen dengan cara merusak permeabilitas dinding sel dan porin pada membran sel terluar pada mikroorganisme, hal ini
dapat menghalangi masuknya asam amino pada porin. Aktifitas flavonoid juga dapat melalui kemampuannya membentuk komplek dengan ekstraseluler dan
protein yang larut dan dilanjutkan dengan dinding sel. Mekanisme kerja tanin adalah dengan menciutkan dan mengendapkan protein sel yang dapat
mengganggu permeabilitas sel, sehingga pertumbuhannya akan terhambat atau bahkan mati Saleem, 2009.
Tanin memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu fungsi membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang
menginaktifkan system enzim bakteri. Sifat tanin yang sebagai pengelat memiliki efek spasmolitik yang menciutkan dinding sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel sehingga menghambat pertumbuhan Wonghirundecha dan Punnanee, 2012.
Diameter daerah hambatan terbesar pada konsentrasi 500 mgml ekstrak etanol terhadap SE 23,73 mm, SM 22,13 mm, SA 22,00 mm dan EC 21,90
mm. Pada data di atas telah memenuhi syarat Farmakope Indonesia yaitu ekstrak etanol konsentrasi 50 mgml diameter hambat efektif 14 mm terhadap SE dan
konsentrasi 100 mgml diameter hambat efektif terhadap SM 15,01 mm, SA 14,73 mm dan EC 15,80 mm.
Diameter daerah hambatan terbesar pada konsentrasi 500 mgml fraksi etilasetat terhadap SE 26,18 mm, SM 23,23 mm, SA 22,91 mm dan EC
26,03 mm dari data di atas dapat dilihat konsentrasi yang telah memberikan diameter hambat efektif yaitu konsentrasi 10 mgml terhadap bakteri SE 16,15
mm, SM 14,20 mm, SA 14,48 mmdan konsentrasi 5 mgml terhadap bakteri EC 14,10 mm.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan fraksi etilasetat daun
jambu mete terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Konsentrasi fraksi
etilasetat mgml
Diameter daerah hambatan mm SE
mm SM
mm SA
mm EC
mm 500
26,18 23,23
22,91 26,03
400 25,03
22,13 21,55
24,76 350
24,36 21,03
20,95 24,26
300 23,83
20,61 20,28
22,85 250
23,40 20,10
19,45 22,25
200 22,83
19,46 18,93
20,78 150
21,81 18,61
18,55 20,78
100 20,50
18,20 18,01
20,35 75
19,25 17,21
16,90 19,38
50 18,40
15,58 16,36
18,21 25
16,43 14,66
14,98 16,81
10 16,15
14,20 14,48
15,23 5
13,33 13,33
14,11 14,10
Blanko -
- -
- Keterangan: hasil rata-rata tiga kali pengukuran, - tidak ada hambatan
SE = Staphylococcus epidermidis, SM = Streptococcus mutans, SA =Staphylococcus aureus, EC = Escherichia coli
Aktivitas antibakteri pada fraksi etilasetat dijumpai diameter hambatan yang cukup besar setelah diuji terhadap ke empat bakteri. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan adanya senyawa flavonoid Igbinosa, et al., 2009 dan tanin Wonghirundecha dan Punnanee, 2012 yang memiliki sifat antibakteri yang kuat
dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri sepertiStaphylococcus aureus,Escherichia coli Jayalakshmi, et al., 2011 dan Streptococcus mutans
Masaki dan Isao, 1991. Fraksi n-heksan tidak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, hal ini dapat diketahui dari hasil skrining fitokimia
terhadap fraksi n-heksan daun jambu mete hanya terdapat senyawa terpenoidasteroida Saleem, et al., 2009.Fraksi kloroform tidak memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, pada fraksi
kloroform tidak dijumpai senyawa metabolit sekunderJayalakshmi, 2011.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN