pada saat pertumbuhan aktif pada remaja dan secara khusus akan meningkat setelah onset menstruasi pada remaja perempuan. Kebutuhan
pada remaja laki-laki yaitu 10-12 mghari dan 15mghari pada remaja perempuan yang telah mengalami menstruasi IDAI, 2013.
•
Zinc Konsumsi seng Zn cukup penting untuk perkembangan dan maturasi
seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik IDAI, 2013. Kebutuhan pada remaja laki-laki usia 14-18
tahun adalah 11 mghari dan 8 mghari pada remaja perempuan Stang, 2007.
Di usia remaja, ditemukan banyak permasalahan gizi yaitu defisiensi mikronutrien anemia defisiensi zat besi dan masalah malnutrisi, baik gizi kurang
disertai perawakan pendek ataupun gizi lebih hingga obesitas disertai ko- morbiditas yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan yang salah.
Kebiasaan makan yang sering dijumpai pada remaja yaitu ngemil seringnya makanan tinggi kalori, waktu makan tidak teratur, melewatkan sarapan pagi,
jarang mengkonsumsi sayur, dan sering mengkonsumsi makanan cepat saji IDAI, 2013. Banyak faktor yang berperan dalam hal ini yaitu meningkatnya exposur
oleh media dan tingginya pengaruh teman atau lingkungan dalam memilih makanan yang dikonsumsi Stang, 2007.
2.2. STATUS GIZI
2.2.1. Definisi
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang ditimbulkan karena ada konsumsi makanan dan penggunaannya Almatsier, 2004. Keseimbangan
pengeluaran dan konsumsi zat gizi dapat diukur melalui variabel pertumbuhan seperti berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar lengan, lingkar
kepala dan panjang tungkai. Depkes RI 2000 menyatakan bahwa apabila pengeluaran energi dan protein lebih banyak dari pemasukan maka akan terjadi
Universitas Sumatera Utara
kekurangan energi protein KEP dan apabila berlangsung dalam keadaan yang lama akan menyebabkan KEP berat atau gizi buruk Marmi Rahardjo, 2012.
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Dalam menentukan status gizi seseorang ada dua cara untuk menilai status gizi yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung
dilakukan dengan metode antropometri, klinis, biofisika, dan biokimia. Untuk penilaian tidak langsung dilakukan dengan survei konsumsi makanan, statistik
vital, dan faktor ekologi. Soekirman 2000 menyatakan metode penilaian yang paling sering digunakan adalah pengukuran antropometri yang lebih sederhana
Marmi Rahardjo, 2012. Melalui penilaian status gizi, seseorang dapat ditentukan apakah status gizinya kurang, cukup atau berlebihan. Yang termasuk
dalam pengukuran antropometri Marmi Rahardjo, 2012 yaitu :
• BBU
Indikator BBU Berat BadanUmur menunjukkan status gizi sekarang saat diukur. Indikator ini tidak spesifik karena berat badan dipengaruhi
oleh umur dan tinggi badan tetapi sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek.
• TBU
Indikator TBU Tinggi BadanUmur menunjukkan status gizi masa lampau atau gizi kronis. Anak yang pendek stunted menunjukkan
kemungkinan gizi buruk pada masa lampau. Perubahan TB kurang sensitif terhadap kurang gizi pada pertumbuhan sekarang. Pengaruhnya baru akan
terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama.
• BBTB
Indikator BBTB merupakan pengukuran antropometri yang sensitif dan spesifik terhadap status gizi pada keadaan sekarang ataupun masalah gizi
akut. Berat badan memiliki korelasi yang linear dengan tinggi badan karena dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti
pertambahan tinggi badan.
Universitas Sumatera Utara
• INDEKS MASSA TUBUH IMT
Indeks massa tubuh merupakan suatu rumusan yang dikalkulasi dari tinggi dan berat badan anak. IMT merupakan indikator yang terpercaya untuk
mengukur lemak tubuh dari anak-anak dan remaja. Rumus untuk menghitung IMT yaitu :
Rekomendasi IDAI pada asuhan nutrisi pediatrik tahun 2011 menyatakan bahwa untuk anak usia 2-18 tahun digunakan grafik IMTU CDC. Klasifikasi
status gizi menurut IMTU CDC, 2011 yaitu : 5th persentil
: gizi kurang 5th persentil sd 85th persentil
: gizi baik 85th persentil sd 95th persentil
: gizi lebih ≥ 95th persentil
: obesitas
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi