Konsep ฀echnovation Tujuan dan Manfaat .1 Tujuan Penelitian

b. Kendalikan kegiatan sejak awal. c. Jangan menyalahkan orang lain. d. Bertindak berdasarkan Prinsip Prioritas. e. Proses berikutnya adalah pelanggan. f. Setiap tindakan perbaikan diikuti pencegahan. g. Berbicara berdasarkan data. h. Perbaikan diawali dengan penetapan sasaran. i. Konsep Pasar Market in Concept. j. Biasakan mencatat, membuat prosedur, dan menetapkan standar.

2.1.8 Peningkatan Standar

Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan suatu kriteria, metode, proses dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi Prawirosentono, 2002. Menurut Prihantoro 2012 suatu standar teknis dapat dikembangkan baik secara sendiri-sendiri atau unilateral, misalnya oleh suatu perusahaan, atau militer. Standar juga dapat dikembangkan oleh suatu kelompok seperti persekutuan atau asosiasi perdagangan. Peningkatan standar tidak bisa dilepaskan dari kata inovasi. Dimana proses inovasi terdiri dari tahap identifikasi, perumusan ide, penyelesaian masalah, solusi, pengembangan, difusi, dan utilisasi. Peningkatan kualitas produk sudah barang tentu menjadi nilai tambah bagi produkjasa yang kita jual Prihantoro, 2012.

2.1.9 Konsep ฀echnovation

Salah satu teknik peningkatan standar kualitas yang saat ini banyak dilaksanakan di perusahaan adalah konsep technovation. Technovation adalah upaya secara berkelanjutan dalam melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan metode kerja ke tingkat yang lebih tinggi, agar produk yang dihasilkan memberi nilai tambah yang tinggi bagi konsumen, agar produk yang dihasilkan selalu berdaya saing Prihantoro, 2012. Technovation mengandung tiga aspek, yaitu kemampuan technology innovation, entrepreneurship dan technology ฀anage฀ent. Kemampuan technology innovation dan entrepreneurship saja misalnya, tidaklah cukup. Tanpa dukungan technology ฀anage฀ent, seringkali produk yang dihasilkan gagal tahap komersialisasi di pasar. Di lapangan sering ditemukan, dari sisi teknologi dan inovasi banyak pengusaha yang berkemampuan membuat produk yang menarik. Saat bersaing di pasar, produk mereka kalah karena kurangnya kemampuan technology ฀anage฀ent. Pasar menuntut skala ekonomi yang cukup dan kemampuan delivery yang tepat. Kemampuan technology ฀anage฀ent dalam kegiatan proses produksi sangat penting, agar barang yang dibuat bisa memenuhi standar yang diharapkan konsumen, baik dari sisi kualitas maupun delivery-nya Prihantoro, 2012. Pengalaman kemitraan Matsushita-Gobel selama hampir 50 tahun, memberi pelajaran yaitu pentingnya menjaga semangat untuk selalu meningkatkan nilai produk di mata konsumen. Oleh karena itu, kegiatan research develop฀ent RD pada setiap jenjang kerja perlu selalu ditekankan. Menurut Prihantoro 2012 salah satu bentuk technovation adalah “Kaizen” perbaikan berkelanjutan, berupaya menyempurnakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita demi sebuah kemajuan. Pelajaran lain didapat dari kemitraan Panasonic-Gobel adalah kegiatan RD perlu dilandasi semangat entrepreneurship. Kegiatan RD betul-betul harus direncanakan dan disiapkan. Dalam hal ini, menurut Prihantoro 2012 pendekatan Volu฀e Zone dan People Before Product menjadi sangat penting. Inilah kunci keberhasilan perusahaan Matsushita dan banyak perusahaan Jepang lainnya. Dengan pendekatan Volu฀e Zone, kita akan mengetahui dengan baik kebutuhan setiap lapisan konsumen, khususnya konsumen yang terbesar dalam jumlah volume. Kita akan bisa memilah mana produk yang perlu dikembangkan karena permintaan memenuhi syarat skala ekonomis untuk diproduksi. Melalui People Before Product, kita perlu menyiapkan sumber daya manusia dan melatihnya untuk bisa membuat produk yang akan kita buat. Manage฀ent by Participation, mengajak seluruh karyawan untuk ikut mencurahkan seluruh pikiran dan kemampuannya demi kemajuan perusahaan, misalnya melalui sistem saran yang sangat bermanfaat. Ketika kita mampu memahami secara persis keinginan dan kebutuhan pasarkonsumen dari waktu ke waktu, kita tidak akan pernah membuat produk hanya karena kita bisa membuat produk tersebut. Kita harus selalu mengembalikannya ke pasar, apakah konsumen memerlukan atau membutuhkan produk ini, atau tidak. Orientasi dari produk yang akan selalu kita produksi adalah selalu konsumen atau pasar.

2.2 Penelitian Terdahulu