PEMBAHASAN Daya atibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai bahan medikamen saluran akar secara in vitro.

55

BAB 6 PEMBAHASAN

Uji aktivitas antibakteri secara in vitro bertujuan untuk mengetahui bahan uji antibakteri yang masih dapat digunakan untuk mengatasi masalah infeksi oleh mikroorganisme. Uji aktivitas antibakteri pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu metode difusi cakram dan metode dilusi. Pada metode difusi cakram, penilaian aktivitas antibakteri dilihat dari pengukuran zona inhibisi yang dipengaruhi kelarutan dan difusi bahan yang diuji sehingga kurang efektif dalam menginhibisi miroorganisme. Sedangkan metode dilusi oleh Fereira et al., 2002 telah dilakukan untuk mengamati aktivitas antibakteri , karena bahan coba langsung berkontak dengan mikroorganisme dan langsung diperoleh nilai KHM Konsentrasi Hambat Minimal dengan mengamati perubahan kekeruhan suspensi setelah diinkubasi 37°C selama 24 jam dan KBM Konsentrasi Bakterisidal Minimal dari bahan coba dengan perhitungan jumlah bakteri pada petri dish sehingga hasil penelitian akan lebih representatif. Atas dasar inilah maka peneliti memilih metode dilusi untuk menguji daya antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap Fusobacterium nucleatum. Dalam penelitian ini, ektraksi buah mahkota dewa dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol. Pelarut etanol adalah pelarut yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol diketahui lebih aman tidak bersifat toksik jika dibandingkan dengan pelarut metanol. Etanol yang Universitas Sumatera Utara 56 digunakan adalah etanol 96, dan bukan 70. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan untuk menghindari adanya efek antibakteri yang didapat dari bahan etanol, sebab dalam hal ini etanol 70 memiliki daya antibakteri, sedangkan konsentrasi 96 adalah konsentrasi etanol yang ideal untuk digunakan sebagai bahan pelarut. Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah mahkota dewa yang masih segar, bertujuan untuk menghindari rusaknya kandungan zat akibat proses enzimatis. Buah mahkota dewa yang digunakan sebanyak 1000 gram karena diperkirakan akan dapat menghasilkan ekstrak kental buah mahkota dewa dengan konsentrasi 100 yang cukup untuk melakukan pengujian antibakteri terhadap F.nucleatum. Buah mahkota dewa terlebih dahulu diiris kecil dengan tujuan untuk mempercepat proses maserasi. Bagian tanaman yang diiris adalah buah mahkota dewa, tanpa bijinya karena biji tanaman mahkota dewa diketahui mengandung toksik. Sampel mahkota dewa yang diiris kecil akan memperbanyak permukaan serta memperpendek jarak antar sel sehingga bahan coba dapat berkontak langsung dan lebih banyak dengan pelarut etanol sehingga pelarut etanol akan dapat dengan sempurna berdifusi ke dalam molekul-molekul senyawa buah mahkota dewa. Untuk menghindari terjadinya pembusukan, buah yang telah diiris harus dikeringkan terlebih dahulu di dalam lemari pengering. Dalam hal ini, kandungan berupa senyawa aktif buah mahkota dewa tahan terhadap pengeringan. Irisan kering buah mahkota dewa kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk yang disebut simplisia lalu dimaserasi selama 3 jam dengan pelarut etanol. Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi, alasannya karena pelaksanaanya sederhana serta untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penguraian Universitas Sumatera Utara 57 zat aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa oleh pengaruh suhu, karena dalam maserasi tidak ada proses pemanasan. Tujuan maserasi adalah untuk memberi kesempatan pada simplisia untuk berdifusi ke dalam pelarut. Kemudian diperkolasi hingga diperoleh 4 liter maserat cair, yang akan dilakukan penguapan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator yang bekerja dengan cara menurunkan tekanan udara dari tekanan udara luar menjadi 1 ATM, sehingga tekanan uap pelarut serta titik didih pelarut menurun. Penurunan tekanan akan berbanding lurus dengan penurunan temperatur sehingga menghindari terjadinya penguraian kandungan kimia maserat cair yang diekstraksi. Senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah saponin, alkaloid dan tanin. Adanya efek antibakteri dari senyawa aktif ekstrak buah mahkota dewa saponin sebagai deterjen yang memiliki molekul ampifatik mengandung bagian hidrofilik dan hidrofobik yang dapat melarutkan protein membran. Ujung hidrofobik saponin berikatan pada region hidrofobik protein membran sel dengan menggeser sebagian besar unsur lipid yang terikat. Ujung hidrofilik saponin merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan sebagai kompleks deterjen-protein sehingga sel bakteri menjadi lisis. Saponin akan membentuk busa yang stabil dalam larutan air, serta mengandung makna kadar racun yang tinggi. Dalam penelitian ini, pada saat sampel buah mahkota dewa dicuci hanya sedikit dihasilkan busa. Hal ini membuktikan adanya kandungan saponin dengan konsentrasi yang rendah pada buah mahkota dewa, dan hal ini berarti juga bahwa buah mahkota dewa toksisitasnya rendah. Universitas Sumatera Utara 58 Senyawa lain seperti alkaloid, tanin dan flavonoid turut bekerja sebagai antibakteri. Senyawa alkaloid mampu berikatan dengan DNA sel, sehingga mengganggu fungsi sel diikuti dengan pecahnya sel dan diakhiri dengan kematian sel. Tanin dan flavonoid keduanya sebagai polifenol, dan merupakan bagian dari senyawa fenolik kompleks tanaman. Senyawa polifenol mempunyai kemampuan untuk merusak senyawa protein bakteri dan menginhibisi enzim penting pada bakteri, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan semipermeabilitas membran sel yang diikuti dengan kematian sel. Senyawa tanin berperan dalam mengikat dan mengendapkan protein bakteri. Seluruh senyawa dari ekstrak etanol buah mahkota dewa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah termasuk senyawa yang tahan terhadap suhu pengeringan. Metode dilusi dilakukan pada penelitian ini, dimana pengenceran dilakukan sebesar setengah dari konsentrasi awal, yaitu konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 6,25. Setiap konsentrasi dilakukan replikasi 6 sampel sehingga didapat jumlah sampel yang digunakan baik pada penentuan KHM dan KBM masing-masing adalah 32 sampel. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi standar penelitian yaitu minimal 25 sampel. Penentuan konsentrasi tersebut disesuaikan berdasarkan standard konsentrasi pengujian antibakteri yang ada di laboratorium Tropical Disease, UNAIR. Setelah dilakukan pengujian nilai KHM dan KBM dalam berbagai konsentrasi tersebut, tidak dijumpai adanya pertumbuhan bakteri steril atau 0 CFUml, yang bermakna bahwa pada seluruh konsentrasi tersebut, semuanya memberikan daya antibakteri, dan belum didapati nilai KHM dan KBM dari bahan tersebut sehingga Universitas Sumatera Utara 59 dilakukan pengenceran lagi di bawah konsentrasi 6,25 yaitu konsentrasi 3,125 dan 1,56. Pada konsentrasi 3,125 dan 1,56 juga dilakukan replikasi sebanyak 6 kali baik pada penentuan KHM maupun KBM bahan coba. Sehingga jumlah akhir sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 44 sampel baik untuk penentuan KHM maupun KBM. Efek antibakteri dari ekstrak etanol mahkota dewa dengan konsentrasi 100 sangat kental terhadap F.nucleatum akan secara langsung membunuh bakteri karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Demikian juga yang terjadi pada konsentrasi 50, 25,12,5,6,125, dan 3,125 tidak ditemui pertumbuhan bakteri media steril dengan jumlah koloni senilai 0 CFUml. Sedangkan pada konsentrasi 1,56 yang telah dilakukan pengenceran akan semakin mengurangi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri dilihat dari terbentuknya koloni bakteri 141,20 CFUml. pada replikasi 1. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bahan coba yaitu ekstrak buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri terhadap F.nucleatum dengan pengukuran nilai KHM dan KBM bahan coba. Efek antibakteri bahan coba dilihat dari besar nilai KHM dan KBM bahan coba terhadap pertumbuhan bakteri, dengan jumlah bakteri yang sama untuk setiap perlakuan yaitu 10 8 CFUml. Nilai minimal ditunjukkan pada bahan coba dengan konsentrasi 3,125 yaitu 0 CFUml. Ekstrak etanol mahkota dewa dengan konsentrasi 3,125 adalah konsentrasi minimal yang dibuktikan dengan diperolehnya nilai KBM 0 CFUml pada media pembenihan. Hal ini mungkin terjadi karena saat ekstrak berkontak dengan sel dapat berdifusi pada membran sel Universitas Sumatera Utara 60 F.nucleatum dan menghasilkan efek antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri F.nucleatum. Jika dibandingkan penelitian daya antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap bakteri F.nucleatum dengan Enterococcus faecalis maka terdapat perbedaan KHM dan KBM antara keduanya, dimana untuk bakteri Enterococcus faecalis KHM dan KBM yang lebih besar, yaitu 12,5. Perbedaan KHM dan KBM ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap F.nucleatum dan E.faecalis disebabkan karena perbedaan struktur dinding sel kedua bakteri tersebut. F.nucleatum merupakan bakteri gram negatif, sedangkan E.faecalis adalah bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif maupun gram positif mengandung peptidoglikan. Peptidoglikan merupakan bahan padat yang dibentuk oleh karbohidrat seperti pada tulang belakang. Pada bakteri gram negatif, peptidoglikannya hanya merupakan lapisan tipis yang berada di dalam rongga periplasmik antara lapisan dalam dan lapisan luar yang disusun atas senyawa fosfolipid yang tebal. Sedangkan dinding sel bakteri gram positif dominan disusun oleh senyawa peptidoglikan melalui ikatan peptida, antar lapisan dinding sel dihubungkan oleh asam teichoic, sehingga tercipta sebuah lapisan yang sangat padat yang memberikan perlindungan tambahan pada bakteri. Karena itu, E.faecalis membutuhkan konsentrasi KHM dan KBM yang lebih tinggi daripada F.nucleatum, sebab dinding sel bakteri E.faecalis tersusun lebih padat daripada F.nucleatum. 33 Ada kemungkinan adanya konsentrasi lain diantara 1,56 -3,125 yang dapat membunuh F.nucleatum, sehingga perlu dilakukan pengujian antibakteri dengan metode lain. Selain itu, ekstrak etanol mahkota dewa yang memiliki saponin dengan Universitas Sumatera Utara 61 kandungan yang rendah berarti memiliki makna toksisitas yang rendah dapat menjadi pertimbangan pengembangan ekstrak tersebut sebagai salah satu bahan alternatif untuk digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pada akhir penelitian tidak dilakukan uji statistik terhadap hasil yang didapat, karena nilai yang didapat pada konsentrasi 100, 50, 25, 12,5, 6,25, 3,125 dan 1,56 telah memiliki perbedaan yang jelas antar konsentrasi. Universitas Sumatera Utara 62

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN