Tekad dan perjuangan Cuplikan 1:

belajar menyalakan tungku oven dan memasak nasi. Dengan patuh, Akihiro pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh nenek. Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa nenek Osano mempunyai penokohan yang mendidik.Namun, ada sisi dalam wataknya yang sedikit keras yang membuat dirinya seperti acuh dan tidak peduli terhadap cucunya.Hal ini terlihat dari sambutannya yang dingin terhadap kedatangan Akihiro.Tetapi ini harus nenek Osano lakukan.Pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih di sebuah sekolah dasar, menengah dan universitas membuatnya harus melakukan aktivitas pada pagi hari. Jadi ia tidak bisa untuk mengurusi kebutuhan sarapan Akihiro sehingga Akihiro sendirilah yang harus melakukannya. Itulah alasan mengapa nenek Osano pertama kali harus mengajarkan Akihiro untuk menanak nasi. Nilai pendidikan yang diajarkan melalui penokohan nenek Osano adalah dalam memenuhi segala kebutuhan yang berhubungan dengan diri sendiri, maka kita harus melakukannya sendiri juga, dengan kata lain kita harus mandiri. Tidak salah apabila kita meminta bantuan orang lain. Tapi terkadang bantuan tersebut malah membuat kita menjadi ketergantungan. Hal positif yang didapat apabila kita mandiri adalah membuat kita menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang kita lakukan, karena kita akan melakukannya dengan sungguh- sungguh untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan kepuasan pribadi.

3.2.2 Tekad dan perjuangan Cuplikan 1:

Universitas Sumatera Utara Nenek lahir pada tahun ke-33 era Meiji Tahun 1900.Dia hidup sejalan dengan perkembangan Abad ke-20, bersama generasi yang lebih awal daripada generasi pendahulu. Di tahun 17 era Showa 1942, pada masa perang, suaminya meninggal. Kemudian sejak saat itu dia hidup dalam masa pasca-perang yang berat sebagai tukang bersih-bersih di Universitas Saga dan SDSMP yang terafiliasi dengannya. Nenek bertahan hidup sambil membesarkan lima anak perempuan dan dua anak laki-laki, total tujuh anak. Aku mulai hidup bersama nenek sejak tahun 33 era Showa 1958, ketika itu nenek berusia 58 tahun, namun masih saja tetap beker ja sebagai tukang bersih-bersih. Sudah pasti hidupnya jauh dari kemewahan.halaman 10 -11 Analisis pragmatik cuplikan 1: Dari cuplikan di atas dapat diketahui bagaimana perjuangan nenek Osano dalam menghidupi kebutuhan dirinya dan ketujuh anaknya sepeninggal sang suami pada masa perang. Perannya sebagai seprang ibu dan pengganti ayah dalam mencari nafkah tetap ia laksanakan. Kehidupan pasca perang yang sulit membuat ia rela menjadi tukang bersih-bersih di sekolah dasar, menegah dan sebuah Universitas. Itu semua dilakukan demi membesarkan anak-anaknya. Dari segi pragmatik dapat bahwa nenek Osano mempunyai penokohan yang tegar, tangguh dan bertanggung jawab. Walaupun hidup sulit, ia tidak pernah mengemis dan meminta bantuan dari orang lain. Ia tetap berusaha dan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Universitas Sumatera Utara Nilai pendidikan yang diajarkan dari penokohan nenek Osano adalah sebagai orang tua, kita harus bertanggung jawab untuk memenuhi kabutuhan anak-anak sampai mereka bisa hidup mandiri. Bentuk dari tanggung jawab ini dapat kita lakukan dengan cara melakukan pekerjaan yang halal dan sesuai dengan kemampuan kita. Cuplikan 2: Aku terus berdiri di tepi sungai, lalu ketika siang datang, tanpa benar - benar berniat mengamati, aku melihat kearah jalan di depan suatu rumah yang tak terduga banyak dilalui orang. Di sanalah, dari kejauhan aku dapat melihat sosok nenek yang berjalan pulang. … … … Meski begitu, sosok nenek yang kian mendekat tampak aneh.Bersamaan dengan setiap langkahnya, aku dapat mendengar suara -suara yang mencurigakan. Klang klang klang klang… Bila dilihat dengan cermat, sepertinya nenek mengikat pinggangnya dengan seutas tali tersebut. “Aku pulang.” … … … Ketika nenek sudah di dalam dan sedang melepaskan tali dari pinggang, aku pun melihat ke belakangnya. Setelah itu, aku pun tak tahan lagi untuk bertanya, “Nek, itu apa ?” “Magnet,” jawab nenek sambil memperlihatkan ujung akhir tali. Dan di ujung tali itu memang tampak ada magnet yang terikat di sana. Lalu di magnet tersebut menempel paku ataupun sampah logam lainnya. Universitas Sumatera Utara “Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan.Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya.” “Menguntungkan ?” “Kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda yang jatuh pun kalau kita sia - siakan, bisa dapat tulah” Sambil berkata begutu, nenek mencabuti sampah logam dari magnetnya kemudian memasukkannya ke dalam ember khusus yang sudah berisi tumpukan logam-logam lain. halaman 39-41 Analisis pragmatik cuplikan 2: Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Akihiro dan nenek Osano yang terjadi di halaman ruman nenek.Dari komunikasi tersebut dapat terlihat bahwa ide nenek dalam memenuhi kebutuhan hidup sangat kreatif.Selain mendapat keuntungan dengan menjual kembali benda-benda logam yang lengket pada magnet, nenek juga sudah menolong masyarakat sekitar agar terhindar dari bahaya yang ditimbulkan benda-benda tersebut.Ini merupakan salah satu perjuangan yang dilakukan nenek untuk melanjutkan hidup. Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa nenek Osano memepunyai penokohan yang percaya diri.Hal ini terlihat dari aktivitas nenek sepulang bekerja yang selalu mengikatkan tali ke pinggangnya yang di ujung tali tersebut sudah terdapat magnet.Nenek tidal malu dengan hal yang dilakukannya ini. Karena ia merasa tidak melakukan hal-hal yang bersifat kriminal. Bahkan ia telah melakukan hal yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Nilai pendidikan yang diajarkan melalui penokohan nenek Osano adalah kita tidak perlu merasa malu dengan apa yang kita lakukan selagi hal tersebut bersifat positif dan tidak mengganggu atau merugikan kehidupan orang lain. Percaya diri merupakan modal yang sangat besar dalam melanjutkan hidup, karena dengan percaya diri menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh dengan ejekan atau gangguan dari pihak luar. Cuplikan 3: … … … nenek berjalan cepat ke arah sungai. Ketika aku mengikutinya, entah karena apa aku mendapati nenek sedang tersenyum lebar sambil mengamati aliran sungai. “Akihiro, kau juga bantu,” sambil menoleh untuk berkata begitu, selanjutnya nenek mulai mengambili potongan ranting atau batang pohon dari sungai. Di permukaan sungai yang bergelombang tampak terapung sebatang galah yang dibentangkan sedemikian rupa.Kemudian tersangkut pada galah tersebut, ranting pohon atau semacamnya. … … … Ternyata nenek biasa mengumpulkan ranting atau batang pohon yang tersangkut di galah tersebut, mengeringkannya, kemudian menggunakannya sebagai kayu bakar. “Selain sungai jadi bersih, kita mendapatkan bahan bakar secara cuma- cuma.Sekali dayung, dua - tiga pulau terlampaui.” halaman 42-43 Analisis pragmatik cuplikan 3: Universitas Sumatera Utara Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Akihiro dan nenek Osano yang terjadi di pinggir sungai dekat rumah nenek. Dari komunikasi tersebut terlihat bagaimana perjuangan nenek untuk bertahan hidup dalam hal penghematan biaya dalam hal pemenuhan bahan bakar yang biasa digunakan untuk memasak.Nenek Osano sangat peduli terhadap lingkungan dengan menjaga kebersihan sungai yang terdapat di samping rumahnya itu.Dengan hanya bermodalkan sebatang galah yang dibentangkan di atas sungai, nenek dapat memanfaatkan ranting-ranting yang menyangkut pada galah tersebut.Ranting-ranting itu dijemur yang kemudian dijadikan bahan bakar. “Selain sungai jadi bersih, kita mendapatkan bahan bakar secara cuma- cuma.”, itulah kata-kata bijak yang diucapkan oleh nenek. Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa nenek Osano mempunyai penokohan yang peduli.Tidak hanya peduli terhadap sesama manusia, tetapi nenek juga peduli terhadap lingkungan.Hal kecil yang dilakukannya pada cuplikan ini merupakan sesuatu yang besar dan sangat bermanfaat bagi masyarakat karena nenek Osano telah mengurangi resiko terjadinya bencana alam, yaitu banjir. Nilai pendidikan yang diajarkan dari penokohan nenek Osano adalah agar kita selalu menjaga kebersihan lingkungan.Karena hal itu sangat berguna untuk diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Lakukanlah hal positif dalam melakukan sebuah perubahan karena hal kecil sekalipun apabila kita melakukannya secara rutin, maka akan menghasilkan manfaat yang besar. Begitu juga sebaliknya, apabila kita tidak peduli terhadap lingkungan, maka lingkungan pun tidak akan memperdulikan kita. Selain itu nenek Osano juga mengajarkan kita Universitas Sumatera Utara untuk tidak menganggap rendah suatu hal karena di balik semua itu, pasti ada kelebihan yang dimiliki. Cuplikan 4: … … … Melihat anak-anak yang berlatih di doujou keluar satu persatu dari sana, aku dan geng bocah bandelku pun jadi tak tahan untuk pergi mengintip latihan mereka. Aku pun jadi berniat ikut berlatih kendo.Segera sampai di rumah, aku memberitahu nenek tentang niatku itu. “Nenek, hari ini aku pergi melihat latihan kendo.” “Hmm.” “Keren sekali deh.” “Oh, bagus itu.” “Aku juga mau latihan kendo.” “Ya sudah, lakukan saja.” “Sungguh ?” “Kalau memang mau kenapa tidak ?” “Sungguh aku boleh ikut latihan?Kalau begitu, besok nenek ikut aku mendaftar ke doujou ya?Katanya di sana mereka bakal memberitahu kita peralatan apa saja yang diperlukan, misalnya pelindung badan, masker pelindung, dan sebagainya.” “He?Bakal butuh uang ya?” Universitas Sumatera Utara “Ya.Butuh dong.” Mendadak sikap nenek berubah. “Kalau begitu batalkan saja.” “Hah?” “Batalkan saja” Aku benar-benar kecewa.Namun kemudian seorang teman sekelas berkata kepada diriku yang kecewa, “Tokunaga-kun, kau mau ikut latihan judo?” Aku pun buru-buru pulang, kemudian masih dengan napas terengah- engah memohon kepada nenek. “Aku ikutan judo ya, Nek?Dibandingkan kendo, judo tidak butuh banyak uang kok.” “Gratis?” “Yah, tidak gratis juga sih…” “Lupakan saja.” Biasanya bila sudah begini keadaannya, aku tidak akan berkeras memaksakan kehendak. Masalahnya aku sudah benar -benarmenetapkan di dalam hati untuk punya kegiatan olah raga.Sesaat kemudian nenek berkata. “Baiklah.Kalau begitu, aku puny aide bagus.Mulai besok kau lari saja.” “Lari?” “Ya.Tidak perlu peralatan dan tempat berlarinya juga gratis.Lari saja.” Karena masih anak-anak, aku pun setuju dan memutuskan untuk mulai olah raga lari. halaman 57-60 Analisis pragmatik cuplikan 4: Universitas Sumatera Utara Dari cuplikan di atas diketahui adanya komunikasi antara Akihiro dan nenek Osano yang terjadi di dalam rumah.Dari komunikasi tersebut dapat terlihat bagaimana tekad Akihiro dalam memenuhi keinginannya untuk mempunyai kegiatan olah raga seperti kendo dan judo.Namun keterbatasan keuangan dalam memenuhi peralatan pendukung kegiatan olah raga tersebut membuat nenek Osano tidak dapat mengabulkan permintaan Akihiro itu. Nenek malah menyarankan Akihiro untuk melakukan olah raga lari saja karena nenek menganggap olah raga tersebut tidak memerlukan biaya. Akhirnya Akihiro menyetujui pendapat nenek.Setiap hari sepulang sekolah Akihiro pun latihan dengan sungguh-sungguh.Ia mengorbankan waktu bermainnya. Dengan kesungguhan tersebut, akhirnya akihiro selalu menjadi juara 1 dalam festival olah raga yang diadakan di sekolah dan menjadi kapten tim dalam klub baseball. Nilai pendidikan yang diajarkan dari penokohan nenek Osano adalah sebelum melakukan suatu hal, kita harus mempunyai niat yang kuat. Niat adalah awal yang menentukan bagaimana akhir yang akan kita capai. Setelah niat, kemudian kita harus bertekad dengan bersungguh-sungguh untuk melakukan hal tersebut. Jangan melakukannya setengah-setengah, karena hasil yang akan kita capai pun tidak akan maksimal. Intinya, segala sesuatu yang akan kita lakukan harus menggunakan hati. Cuplikan 5: Biarpun bobrok, rumah kami tetap dapat melindungi di kala hujan.Pakaian pun bila tak perlu mewah, yang seadanya juga tak Universitas Sumatera Utara masalah.Namun kalau soal makanan, setiap hari kita harus selalu makan.Di sinilah pengetahuan nenek terutama dapat diakui kehebatannya. Pertama, karena nenek sangat gemar minum teh, sehabis minum, pasti bakal ada ampas tehnya. Ampas teh itu kemudian akan dijemur hingga kering, lalu dipanggang di penggorengan sambil dibubuhi garam. Furikake sejenis abon cap nenek ini bisa jadi sama dengan furikake zaman sekara ng yang kaya akan katekin, yang mungkin saja akan laku dijual. Lalu tulang ikan.“Banyak kalsiumnya, ayo dimakan.” Sambil berkata begitu, nenek selalu membuatku menghabiskan tulang ikan, baik itu yang kecil maupun yang besar sekalipun.Meski begitu, sudah pasti terkadang ada tulang yang sangat keras, yang tak mungkin aku kunyah. Ikan kembung rebus kecap asin pun, sehabis dimakan tulangnya akan dimasukkan ke mangkuk lalu disiram air panas. Dengan begitu, kamipun mendapatkan pengganti sup.Tapi ide nenek tidak berakhir di situ. Tulang yang tersisa pun akan dijemur dan dikeringkan, untuk kemudian dicacah halus dengan pisau hingga menyerupai bubuk, selanjutnya dijadikan pakan ayam. Selain tulang, kulit apel ataupun bagian sayur yang cacat pun, semua dijadikan makanan untuk ayam. “Benda yang didapat memungut sekalipun, belum tentu pantas dibuang,” demikianlah nenek selalu berujar dengan penuh keyakinan. Selain itu, ada pasar di daerah hulu sungai dekat rumah nenek.Selain ranting-ranting, makanan pun sering tersangkut di galah yang nenek bentangkan.Lobak atau timun yang berujung dua atau timun yang bengkok atau sayur-sayuran lain yang tidak lakudijual biasa dibuang ke sungai. Nenek Universitas Sumatera Utara mengambil sayuran yang bentuknya aneh dan berkata, “Lobak yang berujung dua sekalipun, kalau dipotong-potong dan direbus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun, bila diiris-iris dan dibumbui garam, tetap saja t imun.” Demikian juga sayur dan buah yang separuh rusak atau cacat, karena tidak laku dijual, dibuang begitu saja.Namun bagi nenek, “Kalau bagian yang cacat dipotong, sisanya masih dapat digunakan dengan sama baiknya.” Ini pemikiran yang masuk akal. halama n 72-73 Analisis pragmatik cuplikan 5: Dari cuplikan di atas dapat diketahui bagaimana perjuangan nenek Osano dalam memenuhi kebutuhan makan dirinya dan Akihiro.Walaupun hidup sangat miskin, sebagai manusia mereka tetap harus makan setiap hari.Pada cuplikan inilah Akihiro menceritakan kehebatan ide-ide dari nenek Osano untuk memenuhi kebutuhan tarsebut.Misalnya, nenek sangat suka minum teh.Oleh nenek, ampas dari teh tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi makanan sejenis abon.Tidak hanya itu, masih banyak pengetahuan nenek lainnya yang diajarkan pada Akihiro. Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa nenek Osano mempunyai penokohan yang cerdas dan hemat.Banyak pengetahuan nenek yang tida diduga dan ternyata sangat berguna. Hal ini nenek lakukan karena keterbatasan keuangan yang ia miliki. Gaji yang ia milikin dan kiriman bulanan dari ibu Akihiro tidak ia gunakan dengan boros. Ia menggunakan seperlunya saja karena ia menganggap pasti ada kebutuhan lain yang lebih penting yaitu kebutuhan sekolah Akihiro. Universitas Sumatera Utara Nilai pendidikan yang diajarkan melalui penokohan nenek Osano adalah kita harus memanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyia-nyiakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Misalnya dalam hal makan, kita tidak boleh membuang makanan karena masih banyak orang lain yang juga membutuhkan makanan. Nenek Osano juga mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan apa adanya, tida berlebihan. Cuplikan 6: Pada suatu hari saat sebelum tidur, nenek pernah berkata kepadaku, “Hidup itu selalu menarik.Daripada hanya pasrah, lebih baik selalu coba cari jalan”. halaman 87 Analisis pragmatik cuplikan 6: Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya pelajaran hidup yang diajarkan oleh nenek Osano kepada Akihiro. Nenek mengucapkan kata-kata bijak yang selalu ia terapkan di kehidupannya, yaitu “Hidup itu selalu menarik. Daripada hanya pasrah, lebih b aik selalu coba cari jalan”.Dari kata-kata tersebut terlihat bahwa nenek Osano mempunyai penokohan yang giat dan optimis dalam menjalani hidup. Dikatakan demikian karena walaupun hidup miskin, nenek tidak mau hanya tinggal diam tanpa melakukan apapun dan hanya menunggu belas kasihan dari orang lain. Nenek selalu berusaha untuk memenuhi kebituhan dirinya dan Akihiro dengan cara melakukan apapun yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Universitas Sumatera Utara Nilai pendidikan yang diajarkan melalui penokohan nenek Osano adalah kita harus selalu berusaha keluar dari masalah yang kita hadapi.Jangan hanya bisa pasrah dan menunggu bantuan. Kita harus yakin kalau kita tetap berusaha pasti Tuhan YME akan membantu kita untuk keluar dari permasalahan tersebut.

3.2.3 Selalu bersyukur Cuplikan: