Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya kalangan dunia usaha dan instansi terkait mengenai Perjanjian Pembiayaan gadai rahn emas pada BSM.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan di beberapa perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, diketahui belum ada suatu penelitian yang khusus memusatkan penelitian mengenai “Pelaksanaan Gadai Emas pada PT. Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Meulaboh Menurut Hukum Islam”, sehingga penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun penulis ada menemukan beberapa tesis karya mahasiswa yang menyangkut masalah gadai, namun permasalahan dan bidang kajiannya berbeda, yaitu : - Tesis atas nama Rina Dahlina, NIM: 037011072, dengan judul Kedudukan Gadai Syariah Ar-rahn dalam Sistem Perekonomian Islam Studi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan dan BNI Unit Syariah Cabang Medan. - Tesis atas nama Dessy Hamrina, NIM: 087011035, dengan judul Eksistensi Parate Eksekusi dalam Perjanjian Gadai di Perum Pegadaian.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 21 Teori adalah ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan Variable dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berpikir Frame of Thingking dalam memahami serta menangani segala permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut. 22 Kerangka Teori yakni kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan problem , yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak setujuinya. 23 Menurut pendapat Sugiyono mengenai fungsi dari kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan yaitu bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. 24 Teori yang dipakai dalam tesis ini adalah Teori Kepercayaan vertrouwenstheorie yaitu Teori yang mengatakan bahwa kata sepakat ini terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan. 25 21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hal.6. 22 Bintaro Tjokroamidjoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Haji Masagung, Jakarta, 1998, hal.12. 23 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80 24 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1983, hal. 200 25 R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, 1987, Bandung, hal.59. Universitas Sumatera Utara Menurut Mariam Darus Badrulzaman, Asas Kepercayaan merupakan kemauan untuk saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian, membangkitkan kepercayaan bahwa perjanjian itu dipenuhi. Asas kepercayaan ini merupakan nilai etis yang bersumber pada moral. 26 Menurut Kasmir, kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah bank baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 27 Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan Verbintenis , sebagaimana diatur d alam Pasal 1234 BW yang berbunyi : “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Subekti dalam bukunya mengenai Hukum Perjanjian menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 28 Di dalam Islam, kepercayaan berarti amanah menepati janji. Amanah berasal dari kata a-mu-na – ya‘munu, yang artinya jujur atau dapat dipercaya. 26 Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1983, hal. 89. 27 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 94 28 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta 1979, hal. 1 Universitas Sumatera Utara Secara bahasa, amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan al- wadi‘ah. 29 Menurut Pendapat Ulama Kontemporer yaitu Mujamma‟ Fiqih Islam di Jeddah dalam keputusan Nomor 2 daurah ke-5 yang diadakan di Kuwait periode 1-6 Jumadal Ula 1409 H memutuskan sebagai berikut: 30 Menepati janji menjadi suatu keharusan bagi penjanji secara keagamaan kecuali bila ada ‘udzur halangan. Ia harus memenuhinya dari sisi penunaian bila terkait dengan sebab dan orang yang diberi janji menghadapi kesulitan akibat janji tersebut. Pengaruh komitmen terhadap kondisi ini dapat dilakukan, baik dengan cara melaksanakan janji tersebut atau mengganti kerugian yang timbul secara langsung akibat tidak dipenuhinya janji tersebut tanpa ‘u dzur . Menurut pendapat Syaikh Asy-Syanqithi, bahwa mengingkari janji tidak boleh sebab ia merupakan salah satu tanda kemunafikan, akan tetapi bila penjanji menolak untuk memenuhi janjinya, maka tidak dapat dituntut hukuman apa pun terhadapnya dan tidak harus dipaksa pula. Tetapi ia mesti diperintahkan untuk memenuhinya, tidak dipaksa. 31 Jaminan merupakan kepercayaankeyakinan dari Bank atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan agunan diartikan sebagai barangbenda yang dijadikan jaminan untuk melunasi utang nasabah debitur. Istilah agunan terdapat dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang 29 Al-Munawwir, Kamus al-Munawir, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997. 30 Abualbinjy, Mengenal Tanda Munafik, diakses dari http:abualbinjy.wordpress. com20080308hadits, pada tanggal 20 Maret 2011. 31 Ibid. Universitas Sumatera Utara Perbankan, yaitu: “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah”. Jadi agunan merupakan jaminan tambahan accesoir . Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Unsur-unsur agunan, yaitu: 32 1. Jaminan tambahan 2. Diserahkan oleh debitur kepada bank 3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan Dalam Pasal 24 angka 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 tentang perbankan disebutkan “Bank umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapapun juga.” Dalam Pasal 8 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan mengenai jaminan, yaitu: ”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.” Mengingat agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, agunan hanya dapat 32 H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 21 Universitas Sumatera Utara berupa barang proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. 33 Dalam Pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa segala kebendaan si penghutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Secara umum jaminan dalam hukum Islam fiqh dibagi menjadi dua: jaminan yang berupa orang personal guarancy sering dikenal dengan istilah kafalah dan jaminan yang berupa harta benda dikenal dengan istilah rahn . Menurut ulama fiqh, rahn adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan utang, agar utang bisa dilunasi dengan jaminan tersebut, ketika si peminjam tidak mampu melunasi utangnya. Ulama fiqh juga berpendapat bahwa Apabila barang jaminan itu telah dikuasai oleh pemberi utang, maka akad ar- rahn bersifat mengikat bagi kedua belah pihak. Oleh sebab itu, utang itu terkait dengan barang jaminan, sehingga apabila utang tidak dapat dilunasi, barang jaminan dapat dijual dan utang dibayar. Apabila dalam penjualan barang jaminan itu ada kelebihan, maka wajib dikembalikan kepada pemiliknya. 34 Dalam pelaksanaan gadai emas pada BSM KCP Meulaboh, pihak Bank membutuhkan jaminan sebagai kepercayaan atas kemampuan atau kesanggupan nasabahnya dalam memenuhi kewajiban dari hubungan timbal balik. Penyerahan 33 H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia , Andi Offset, Yogyakarta, 2000, hal. 54 34 Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, II, hal. 268. Universitas Sumatera Utara barangbenda yang dijadikan jaminan gadai adalah untuk melunasi utang nasabah dan mempermudah proses eksekusi apabila dikemudian hari nasabah wanprestasi.

2. Konsepsi