1. Topografi
Kondisi Topografi daerah Tana Toraja adalah daerah pegunungan, berbukit dan berlembah. Terdiri dari 40 pegunungan dengan memiliki
ketinggian antara 150 M sampai dengan 3.083 M di atas permukaan laut dataran tinggi 20, dataran rendah 38, rawa dan sungai 2, dengan
perincian sebagai berikut : • 18.425 Ha pada ketinggian 150 - 500 M = 5,80
• 143.413 Ha pada ketinggian 501 - 1000 M = 44,70 • 118.330 Ha pada ketinggian 1000 - 2000 M = 36,90
• 40.508 Ha pada ketinggian 2000 M = 12,60 Bagian terendah daerah Kabupaten Bonggakaradeng, sedangkan
daerah tertinggi berada di Kecamatan Rindinggallo, dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° c - 28° c dengan kelembaban udara
antara 82-86. Curah hujan 1500 mmth sampai dengan lebih dari 3500 mmth.
Keadaan geologi Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari Gunung Latimojong dengan mencakup luas wilayah sekitar
1.565,69 Ha atau 48,84 yang terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan, soprin napalan abu-abu, batu gamping dan batu pasir
kwarsit, serta gradorir diorir, dan lain sebagainya. Jenis tanan di Tana Toraja berupa tanah alluvial kelabu, brown forest, mediteran dan podsolit
merah kuning.
2. Administratif
Secara administratif sejak Juni 2008 Tana Toraja telah resmi mengalami pemekaran menjadi 2 dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tana
Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Kabupaten Tana Toraja beribu kota Makale dan ibu kota Kapupaten Toraja Utara adalah Rantepao.
Kabupaten Toraja Utara adalah Kabupaten pemekaran yang diresmikan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 115.147 Ha, jumlah penduduk 226.479 jiwa, jumlah kecamatan adalah 21, jumlah kelurahan adalah 40, dan jumlah lembang
atau desa adalah 112. Wilayah pemerintahan Tana Toraja pasca pemekaran terdiri dari 13
kecamatan, yaitu Bituang, Bonggakaradeng, Buntao Rantebua, Makale, Mangkendek, Rantetayo, Saluputti, Sangalla, Simbuang, Rembon, Tondon,
Gandangbatu Sillanan.
3. Kependudukan