17
usahanya untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Dari membaca juga salah satu keterampilan dalam
berkomunikasi. Membaca merupakan suatu kegiatan yang terpadu dan mencangkup
beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud
bacaan. Farida Rahim 2005 : 3 sehubungan dengan hal diatas bahwa definisi membaca mencakup antara lain ialah :
1. Membaca merupakan suatu proses, dimaksudkan informasi dari teks
dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
2. Membaca adalah strategis, pembaca yang efektif menggunakan
berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
3. Membaca merupakan interaktif, orang yang senang membaca suatu
teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Sedangkan menurut Mulyati 2009 : 12 membaca adalah : Keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang
telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terinregrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
2.3.1 Prinsip-Prinsip Membaca
Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks, atau juga disebut sebagai kegiatan aktif reseptif. Hal ini terdiri dari sejumlah kegiatan mulai dari
memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh penulis, menginterpretasikan konsep-konsep penulis serta menyimpulkannya.
Prinsip-prinsip membacapemahaman menurut Farida Rahim 2005 : 4 seperti yang dikemukakan sebagai berikut ini :
1. Pemahaman merupakan proses kontruktivis social.
2. Keseimbangan dan kerangka kerja kurikulum yang membantu
perkembangan pemahaman. 3.
Guru membaca yang profesional mempengaruhi belajar siswa. 4.
Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
Universitas Sumatera Utara
18
5.
Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks
pada berbagai tingkat kelas.
7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman
membaca.
8.
Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
9.
Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
Sedangkan menurut Mulyati 2009 mengemukakan beberapa prinsip membaca adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun
kemampuan membaca anak. 2.
Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui intraksi antara guru dan di kelas.
3. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun
kemampuan anak berintraksi dengan teks. 2.3.2 Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti meaning erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Menurut Farida Rahim 2005 : 9 mengemukakan beberapa yang penting dalam
membaca adalah sebagai berikut : 1.
Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta reading fordetails or fact.
Yaitu menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh dan apa yang terjadi pada tokoh.
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama reading for main ideas.
Yaitu mengetahui topik dan masalah yang terdapat dalam cerita, yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh.
3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
reading for sequence or organization. Yaitu menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita, apa yang terjadi dari awal hingga akhir cerita.
4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensireading for
inference. Yaitu mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka
dan apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca
5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan reading to classify.
Universitas Sumatera Utara
19
Yaitu menemukan serta mengetahui sesuatu yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar.
6. Membaca mengevaluasi reading to evaluate.
Yaitu menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh sang tokoh atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan reading
to compare or contrast. Yaitu menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehdupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Sedangkan menurut Mulyati 2009 membaca adalah : Merupakan sarana untuk belajar bagi diri sendiri dan untuk rekreasi. Dia
samping itu, membaca juga merupakan sarana untuk mengusir kesepian, jendela bagi kehidupan dan pelita yang tak pernah padam untuk
memahami sesuatu. Dengan membaca mampu membawa masa lalu dan masa depan ke dalam masa kini. Dengan membaca kita memiliki tujuan
yang jelas dalam membaca, maka akan memperkuat pemahaman kita terhadap bacaan, dengan pemahaman bacaan, akan terjadi interaksi antara
bahasa dan pikiran kita. Selain itu kita juga bisa mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam.
Dari beberapa pendapat yang di atas, dapat diketahui bahwa tujuan utama membaca adalah, untuk memperoleh makna atau manfaat yang tepat dari bacaan
yang dibacanya. Oleh karena itu akan menjadikan seseorang terus berpikir untuk memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Semakin banyak seseorang
membaca, semakin tertantang seseorang untuk terus berpikir terhadap apa yang mereka telah baca.
Dengan membaca kita dapat memperoleh informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi manfaat yang ingin diperoleh itu, tentu
saja memerlukan sejumlah jenis dan corak atau ragam buku sehingga kebutuhan dan kenyataan individu setiap murid dapat terpenuhi dan tersalurkan secara tepat.
Menurut Mulyati 2009 : 15 adapun manfaat membaca adalah sebagai berikut :
Dengan membaca buku orang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa
membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
20
berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada
lambang-lambang tertulis.
Sedangkan menurut Masri Sareb Putra 2008 : 7 dengan membaca buku yang bermutu dapat memperoleh wawasan lebih luas ialah :
Dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca, dengan orang yang
membaca lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga
budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk
membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa membaca dapat berpengaruh pada cara berpikir seseorang dalam melakukan segala aktifitas serta
daya analisis dalam menyelesaiakan segala macam persoalan dalam kehidupan keseharianya. Dengan demikian minat dapat ditingkatkan agar kebiasaan baca
terus menjadi aktifitas yang tidak asing dalam kehidupan keseharian kita. 2.4 Pengertian Budaya Baca
Budaya baca diawali dari minat baca dan kemampuan membaca, minat baca seseorang diartikan sebagai kecendrungan hati kepada suatu sumber bacaan
tertentu. Budaya baca merupakan persyaratan yang sangat penting di dunia pendidikan yang harus di miliki oleh setiap murid. Melalui budaya baca, mutu
pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya bacalah dunia pendidikan dapat diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca
seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai
oleh suatu seseorang, jika seseorang itu tidak memiliki budaya baca. Minat dan budaya baca, kedua istilah ini merupakan kata-kata yang
mengandung pengertian yang saling berhubungan. Minat seseorang terhadap sesuatu, kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap
seseuatu.
Universitas Sumatera Utara
21
Menurut Sutarno 2006 minat baca seseorang dapat diartikan adalah “sebagai kecenderungan hati yang tinggi orang tersebut kepada sumber bacaan
tertentu”. Sedangkan menurut Wijiyanti 2007 : 6 minat baca adalah :
Merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seorang yang mempunyai minat baca yang besar ditunjukan
oleh kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian menjadi membaca atas keinginan sendiri.
Budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir, sikap, ucapan dan tindakan seseorang di dalam hidupnya. Sedangkan membaca
adalah suatu kegiatan seseorang dengan menggunakan pengamatan melalui mata dan pikiran untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan
tulis, dan membaca merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang ilmu.
Menurut Sutarno 2006 : 27 mengemukakan bahwa budaya baca adalah : Suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan
secara teratur dan berkelanjutan. Seorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang tersebut telah terbiasa dan berproses dalam waktu
yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.
Sedangkan menurut Rozin 2008 budaya membaca adalah : Kegiatan positif rutin yang baik dilakukan untuk melatih otak untuk
menyerap apa – apa saja informasi yang terbaik diterima seseorang dalam kondisi dan waktu tertentu. Sumber bacaan bisa diperoleh dari buku, surat
kabar, tabloid, internet, dan sebagainya. Dianjurkan untuk membaca berbagai hal yang positif. Informasi yang baik akan membuat hasil yang
baik pula bagi anda.
Bahwa budaya baca dapat diketahui, suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.
Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang tersebut telah terbiasa dan berproses dalam waktu yang lama didalam hidupnya selalu
menggunakan sebagian waktunya untk membaca. 2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca
Minat yang dimiliki oleh setiap pelajar pastinya berbeda-beda, dengan kata lain tergantung pada masing-masing individu. Dalam hal ini, minat tersebut
Universitas Sumatera Utara
22
dengan minat terhadap membaca. Minat membaca tiap individu siswa tidaklah sama, ada pelajar yang suka dan hobi membaca dan ada pula yang tidak hobi
membaca. Namun, minat baca setiap orang siswa juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti yang dikemukakan oleh dalam Supriyadi 1986 : 75 menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi minat baca seseorang siswa adalah
sebagai berikut : 1.
Kondisi fisik, memang menjadi hal utama yang menjadi perhatian karena dengan kondisi fisik yang baik dan sehat, maka keadaan
seseorang siswa akan stabil. Hal itulah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap aktivitas yang ia lakukan, misalnya saja kegiatan
membaca buku. Apabila kondisi fisiknya sehat, maka ia akan merasa senang dan suka untuk membaca.
2. Kondisi mental, kondisi mental seseorang siswa juga sangat
berpengaruh terhadap aktivitasnya sehari-hari. Apabila mental seseorang sedang jatuh, maka pelajar tersebut tidak akan merespon
dengan baik apa yang akan ia kerjakan, misanya saja membaca buku. Sebaliknya, jika mental pelajar tersebut bagus, maka ia akan merasa
senang dan suka untuk melakukan kegiatan membaca.
3. Status emosi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi tiap individu
siswa. Apabila kondisi emosinya stabil dan baik, maka ia senang dan ringan dalam melakukan kegaitan yang ia sukai, misalnya kegiatan
membaca buku. Namun, apabila emosinya sedang labil, maka seorang pelajar tersebut juga enggan bahkan tidak mau untuk melakukan
kegiatan apapun, tak terkecuali kegiatan membaca.
4. Lingkungan sosial setiap individu siswa pastinya berbeda-beda. Jika
lingkungan sosial tempat individu siswa tinggal adalah lingkungan yang baik, dalam artian lingkungan masyarakat yang suka membaca,
maka si pelajar tersebut secara tidak langsung akan mulai suka dengan membaca, padahal ia sebenarnya tidak hobi membaca. Namun, apabila
lingkungan tempat tinggal si pelajar tidak sehat, dalam artian kondisi masyarakat yang amburadul, maka ia pun juga akan terpengaruh
menjadi amburadul dan cenderung atau tidak mau melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti kegiatan membaca.
Sedangkan menurut Mudjito 1994 : 87 faktor-faktor internal yang mempengaruhi pembinaan minat baca di dalam perpustakaan, antara lain meliputi:
1. Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan.
2. Kurangnya dana pembinaan minat baca.
3. Terbatasnya bahan pustaka.
4. Kurang bervariasinya jenis layanan perpustakaan.
5. Terbatasnya ruang perpustakaan.
6. Terbatasnya perabot dan peralatan perpustakaan.
7. Kurang sentralnya lokasi perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
23
8. Kurangnya promosipemasyarakatan perpustakaan.
Dengan demikian minat baca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang siswa melainkan harus dibentuk. Perlu suatu upaya, terutama dari
kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca.
Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan langkah yang akan kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu
kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa
minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca. 2.4.2 Upaya Menumbuhkan Minat Baca
Menumbuhkan minat membaca adalah suatu hal yang akan selalu mengemuka, terutama pada kalangan pelajar. Dampak yang dirasakan saat ini,
membaca belum menjadi suatu budaya dalam diri siswa. Salah satu hal yang mungkin bisa kita lakukan atau yang dapat dilakukan oleh kalangan pendidik
terhadap anak didiknya adalah memberi tugas membaca dan menulis isi dari buku yang mereka baca, lalu memberikan penghargaan dari tugas mereka. Tujuannya
adalah untuk menumbuhkan budaya membaca. Menurut Sutarno 2006: 292 memberikan masukan dalam hal upaya
meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca ditingkatan masyarakat pelajar anatara lain :
1. Memperbaiki dan meningkatkan sarana prasarana pada setiap
perpustakaan. 2.
Memperbaiki silabus atau sistem belajar mengajar di setiap sekolah. 3.
Mengadakan lomba penulisan karya ilmiah bagi pelajar. 4.
Membentuk club pecinta buku. 5.
Membuat program buku murah. Sedangkan menurut Darmono 2007
adapun kegiatan untuk meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca, pada perpustakaan sekolah
sebagai berikut : 1.
Penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah. 2.
Pemberian tugas membaca.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Mengajak siswa belajar ke perpustakaan.
4. Penyelenggaraan lomba membaca.
5. Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak.
6. Pemotivasian penerbitan majalah sekolah.
7. Penyelenggaraan pameran buku.
8. Penugasan siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah.
9. Memotivasi siswa agar banyak membaca pada waktu luang.
Beberapa langkah diatas adalah sebagai terkecil dari banyak solusi yang harus dilakukan oleh pustakawan dan guru sebagai penentu maju mundurnya
suatu perpustakaan dalam meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca murid. Hal ini akan bisa terlaksana dengan baik ketika pustakawan mampu
mebangun komunikasi yang baik dengan elemen-elemen yang memiliki hubungan atau keterkaitan dengan dunia perpustakaan.
Guru perlu bekerja sama dengan orang tua murid untuk memotivasi dan membimbing siswa untuk mencintai buku sejak awal. Karena itu upaya
pengembangan atau peningkatan minat baca dan kebiasaan membaca pada setiap murid.
Adapun kerangka konsep untuk menumbuhkan minat membaca sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka konsep minat baca
Konsep dukungan orangtua adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima dari orang tua dalam bentuk emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
Dukungan Orangtua
Konsep Diri
Minat Siswa
Universitas Sumatera Utara
25
Konsep diri adalah suatu gambaran dan penilaian tentang perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Data mengenai konsep diri diperoleh peneliti melalui skala berdasarkan aspek-aspek konsep diri yang meliputi pengetahuan,
harapan dan penilaan. Minat baca siswa adalah suatu keinginan atau kemampuan seseorang yang
mendorong dan dengan perasaan senang untuk membaca serta mengetahui manfaat dan mampu memahami bacaan yang dibaca. Data mengenai minat
membaca diperoleh peneliti melalui skala. Skala minat membaca diperoleh berdasarkan aspek-aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca,
kesadaran manfaat akan membaca, frekuensi membaca. 2.4.3 Tahapan Menuju Budaya Baca
Adakah tahapan-tahapan menuju budaya baca? Ada. Namun tidak mudah menyelesaikan secara saksama. Sebab, sering budaya baca tidak diawali dari
urutan biologis, atau sesuai dengan kronologi waktu. Budaya baca tidaklah linear, yang diawali dari seseorang mulai mengenal huruf dan membaca, sampai jadi
kutu buku, dan hingga ia merasa buku benar-benar menjadi bagian dari kehidupannya.
Fakta menunjukkan, ada orang yang sudah mulai suka membaca pada waktu TK, ada yang waktu SD, ada yang waktu SLTA, namun ada pula yang
ketika sudah masuk perguruan tinggi. Ini kalau yang bersangkutan menempuh jalur pendidikan formal. Namun,
ada juga orang yang tidak menempuh pendidikan formal dan autodidak yang gemar membaca. Bahkan, tokoh seperti Adam Malik mantan wakil presiden RI
dari 23 Maret 1978-1983, ia tidak berpendidikan formal tinggi, hanya SD. Namun, karena gemar membaca dan autodidak, salah satu pendiri Kantor Berita
antara ini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diakui setara, bahkan melebihi seorang akademisi. Berkat belajar mandiri, Adam Malik berhasil dalam
kehidupannya. Menduduki berbagai pos penting di lembaga negara. Sebagai wartawan dan penulis, ia terbilang sukses karena berbagai tulisannya
Universitas Sumatera Utara
26
memengaruhi banyak orang. Sebagai diplomat, ia berhasil menyelesaikan konflik politik antara indonesia dan malaysia.
Menurut Sutarno 2006 : 28 sehubungan dengan minat, kebiasaan, dan
budaya baca tersebut, paling tidak ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu :
1. Adanya kegemaran karena tertarik bahwa buku-buku tersebut dikemas
dengan menarik, baik disain, gambar, bentuk dan ukurannya. 2.
Setelah kegemaran tersebut di penuhi dengan ketersediaan bahan dan sumber bacaan yang sesuai dengan selera, ialah terwujudnya kebiasaan
membaca. 3.
Jika kebiasaan membaca itu dapat terus menerus dipelihara, tanpa gangguan media elektronik, yang bersifat entertainment, dan tanpa
membutuhkan keaktifan fungsi mental. Sedangkan menurut Mary Leonhardt 1993 yang di kutip dalam bukunya
Masri Sareb Putra terdapat sembilan tahapan menuju budaya baca sebagai berikut: 1.
Tidak sengaja membaca, bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja. Ketika sedang naik kendaraan, baik kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi, mata kita tidak sengaja membaca tulisan. Baik iklan atau tulisan dikendaraan, maupun tulisan di dinding. Bahkan, kalau
truk di dekat kita, tulisan truk pasti mencolok mata. Dari tulisan yang sopan, hingga tulisan yang seronok, hampir selalu ada di truk.
Misalnya, anak jalanan, kunanti cintamu, kutunggu jandamu dan sebagainya. Dan kita tidak sengaja membacanya, tapi kebetulan saja
pada saat itu, mata kita terarah pada tulisan. Ini adalah tahap pertama membaca, tidak sengaja, atau secara kebetulan.
2. Membolak-balik majalah dan buku secara acak, untuk menemukan
topik yang menarik, adalah awal yang baik menuju budaya baca. Kalau sudah menemukan bagian yang dirasa menarik, maka akan dibaca
sampai tuntas.
3. Membaca komik dan surat kabar, banyak orang tua dan pendidikan
melarang anak membaca komik. Alasannya, komik kurang mendidik. Pasti tidak semua komik adalah bacaan yang buruk, bukankah masih
bisa dipetik satu hikmah di dalamnya, jangan melakukannya yang buruk Kalau misalnya di dalam komik itu masih terdapat lebih dari
satu unsur baiknya, pasti bacaan itu sangat berguna.
4. Buku pertama apa yang mulai baca, bukan sekedar dibolak balik. Tapi
dibaca sampai tuntas. Tak ada sepatah kata pun yang terlewati. Saya sendiri baru membaca sebuah buku utuh waktu duduk di kelas satu
SMA. Waktu itu perpustakaan sekolah cukup lengkap menyediakan bacaan remaja. Meski sudah 29 tahun berlalu, samapi sekarang saya
masih ingat judul dan pengarang buku pertama yang saya baca ialah Ali Topan Anak Jalanan karangan Teguh Esha. Karena sangat
menyukai dan sayang pada bacaan pertama itu, saya sangat ingin memilikinya. Tahun 2003, dalam sebuah perjalanan libur ke bali, kami
sekeluarga istirahat di banyuwangi. Di salah satu kota indah perbatasan
Universitas Sumatera Utara
27
antara Jatim dan Bali ini, terdapat restoran, sekaligus gerai Vision 03. Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya membeli buku pertama yang
saya baca itu sebagai monumen. Meski puluhan tahun lalu pernah membacanya sampai tuntas, saya ingin mengulang membacanya lagi.
Tidak merasa bosan, bacaan itu saya baca lagi sampai tamat.
5. Bacaan tertentu, orang hanya mau dan menyukai bacaan itu saja.
Misalnya, komik saja, atau novel saja. Bahkan, hanya menyukai jenis bacaan komik saja, bisa jadi seseorang fanatik pada pengarang tertentu.
Menyukai novel, hanya suka pengarang tertentu. Kalau anak anda, atau bahkan anda sendiri demikian, jangan cemas. Teruskan saja membaca
Menyukai bacaan tertentu, suatu saat akan beralih ke bacaan yang lain.
6. Pengembangan secara umumnya, kutu buku tidak akan berhenti
membaca dan mengelana. Kalau sudah menemukan hiburan dalam buku, yang lain akan ditinggalkan. Waktu untuk menonton TV akan
semakin berkurang.
7. Bacaan yang lebih luas, seseorang merasa tidak puas hanya dengan
membaca jenis bacaan tertentu. Ia mulai merasa haus buku. Tidak hanya ia menemukan di dalam buku informasi yang penting buatnya,
ia juga menemukan hiburan. Dari awal mula membaca novel, ia memperluas bacaannya ke buku-buku serius, misalnya buku informasi
atau buku how to.
8. Mencari buku sendiri, seseorang tidak lagi menunggu. Kalau tidak
tersedia di perpustakaan pribadi di rumah, ia mencarinya keluar ke perpustakaan lain. Kalau tidak ada di sana, ia mencarinya ke toko
buku. Mencari buku sendiri ini, menimbulkan bukan saja kesenangan, tapi juga kebanggaan. Biasanya, pada tahapan ini seseorang yang
sudah memiliki perpustakaan pribadi. Koleksi pribadinya sudah cukup banyak, setelah sekian lama membeli dan mengoleksi. Setiap bulan,
sudah ada pos pembelian buku yang jumlahnya bervariasi. Tentu tidak semua orang pada tahapan ini bisa menyamai penulis dan signer
seperti Andrias Harefa atau Eduard Depari yang sebulan menghabiskan Rp 2 juta hanya untuk membeli buku, satu bulan, satu
buku, sudah cukup memadai. Sekian tahun mencari buku sendiri. Anda akan mengumpulkan puluhan atau bahkan ratusan buku. Saya
mencapai tahapan ini kira-kira enam tahun lalu saat memasuki usia 40 tahun. Sejak itu, saya rutin membeli buku. Sebab buku yang saya beli
itu pasti memnghasilkan lebih dari biaya yang dikeluarkan. Kalau tidak diulas dan ditulis menjadi resensi setelah dibaca, buku itu menjadi
referensi saya menulis. Kini koleksi buku pribadi saya baru 3 ribu judul.
9. Tidak hanya gemar membaca, orang yang sudah mencapai tahap
puncak membaca ini juga ingin menuangkan perolehannya dari membaca ke dalam tulisan. Seseorang yang banyak membaca,
kepalanya serasa pecah karena berjejal begitu banyak pengetahuan dan informasi. Ia ingin menumpahkan semuanya itu ke dalam tulisan.
Maka tidak ada penulis yang tidak suka membaca. Setiap penulis adalah kutu buku. Tidak mudah meniti jalan menuju puncak membaca.
Namun, kalau ada kemauan. Manfaat membaca sebenarnya dirasakan
Universitas Sumatera Utara
28
dalam waktu tidak terlalu lama. Seseorang yang ketika ujian wacana misalnya, kalau tidak bisa membaca, akan lama mengenalisis. Tapi
orang yang suka membaca, akan cepat terbiasa, karena neoron syarafnya akan terbiasa bekerja.
Setelah tahap-tahap tersebut dapat di lalui dengan baik, maka pada diri seseorang tersebut mulai terbentuk adanya suatu budaya baca. Sebuah budaya
baca memberikan corak warna, yang tergambarkan dalam pola, sikap, perilaku, seperti bagaimana cara pandang dan respon dalam kehidupan sehari-hari yang apa
adanya.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB III PERAN PERPUSTAKAAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
MTsN 1 MEDAN DALAM MENINGKATKAN BUDAYA BACA SISWA
3.1 Sejarah Singkat Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan memiliki sejarah yang panjang. MTsN 1 Medan, pada mulanya merupakan satu-satunya Madrasah Tsanawiyah
Negeri di kota Medan. Gedung sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan ketika itu menumpang kepada Pendidikan Guru Agama Negeri PGAN Medan di
Jalan Pancing No. 7A. Pada tahun 1984 dibangunlah gedung MTsN di Jalan Pertahanan Patumbak. Pada awalnya terdapat 9 ruang kelas di Patumbak.
Sementara itu, gedung di Jalan Pancing masih tetap beroperasi. Dengan demikian, MTsN memiliki dua gedung.
Pada tahun 1990 dibangun gedung MTsN 1 Medan di Jalan Peratun dan siswa yang berada di lokasi Jalan Pancing pindah ke Jalan Peratun. Sejalan
dengan perubahan kebijakan pendidikan, PGAN dihapus dan berubah menjadi MAN 2 Medan. Pada tahun 1996 MTsN Medan dipisah menjadi dua, yaitu lokasi
Patumbak menjadi MTsN 1 Medan dan lokasi di Jalan Peratun menjadi MTsN 2 Medan. Guru-gurunya diberikan pilihan, mengajar di Patumbak atau di Jalan
Peratun. Biasanya, guru memilih dengan mempertimbangkan kedekatan tempat tinggal mereka dengan sekolah.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan berada di jalan Pertahanan Patumbak Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan,
Provinsi Sumatera Utara. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan terletak di atas tanah seluas 14908 m² dan luas bangunan 2078 m². adapun jumlah rombongan
belajar ROMBEL 28 kelas, yaitu kelas 7 10 kelas, kelas 8 9 kelas, kelas 9 9 kelas. kelas reguler 22 kelas, kelas plus 6 kelas. kelas reguler belajar sampai
pukul 14.00 dengan kurikulum KTSP. sedangkan, kelas plus, belajar sampai pukul 17.30 full dayschool dengan kurikulum KTSP dan kurikulum plus dengan mata
pelajaran bilingual.
Universitas Sumatera Utara