Sagu Skenario Pengelolaan Hutan

2.5.5 Sagu

Sagu Metroxylon spp termasuk ordo Sapindiciflorae, sub famili Calamoideae dari famili Palmae. Nama tanaman sagu yang dengan bahasa latin Metroxylon spp, berasal dari 2 tiga kata yaitu Metra yang berarti empulur, Xylon yang berarti Xylem dan sagu menunjukkan kepada pati. Metroxylon sagu berarti tanaman yang tumbuh di daerah berair, berbunga hanya sekali, serta toleran terhadap salinitas. Sagu dianggap penting karena menghasilkan pati yang merupakan sumber karbohidrat. Flach 1983 Sagu memiliki potensi yang baik, yaitu : produksinya tinggi, dapat tumbuh, dan berproduksi pada daerah rawa. Tanaman sagu termasuk dalam kelompok tanaman tahunan dan cocok untuk daerah basah dataran rendah tropis. Tanaman sagu sendiri mulai bisa dipanen setelah berumur 5-10 tahun. Setiap tahun akan tumbuh tunas dan anakan baru dengan tingkat produksi yang juga tinggi. Pemanenan sagu saat ini dilakukan dengan cara tradisional dengan teknologi sederhana yaitu dengan penebangan kemudian diambil empulurnya, dihaluskan dan disaring pati dari sagu tersebut lalu dikeringkan. Pada umumnya sagu tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Habitat sagu adalah rawa, di sekitar daerah sumber air, di sekitar sungai dan di dataran rendah yang lembab. Tanaman sagu juga memiliki kemampuan tumbuh dengan sedikit atau tanpa pemeliharaan serta memiliki kemampuan tumbuh di daerah berair dengan derajat keasaman tanah pH antara 3,7 sampai 6,5 dan suhu diatas 25⁰C. Yumte 2008 Menurut Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993 dalam Djoefrie 1999, daerah utama kawasan sagu di nusantara adalah Papua, Maluku, Sulawesi terutama Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara, Kalimantan terutama Kalimantan Barat, serta Sumatera terutama di Kepulauan Riau. Di Jawa, sagu ditemukan secara terbatas di Bogor Barat sampai ke Banten. Luas Hutan sagu sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Luas hutan sagu di Indonesia diperkirakan mencapai 1 juta hektar yang tersebar di Papua 800.000 ha, Maluku 50.000 ha, Sulawesi 40.000 ha, Kalimantan 45.000 ha, Sumatera 32.000 ha dan sisanya di Jawa. Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 25 ton pati keringhatahun. Produktivitas ini setara dengan tebu, namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang dengan produktivitas pati kering 10-15 tonhatahun. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia 2007. Sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton per ha, jauh melebihi pati beras dan jagung yang hanya 6 ton per ha dan pati kering jagung hanya 5,5 tonha. Yuniarsih 2009

2.6 Pemodelan Sistem