itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak-anaknya dan merupakan pertimbangan terakrir.
14. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
penyalahgunaan dalam kegiatan polotik pelibatan dalam sengketa bersenjata; pelibatan dalam kerusuhan sosial; pelibatan dalam
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan pelibatan dalam peperangan.
15. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sesuai
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukum yang tidak manusiawi.
16. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum. 17.
Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya di
lakukan sebagai upaya terakhir. 18.
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak; mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatanny dipisahkan dari orang
dewasa; memproleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku dan membela
diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
2.3 Pengertian Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan agresif dan pelanggaran penyiksaan, pemukulan, pemerkosaandan lain-lain yang menyebabkan atau dimaksudkan
untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada
situasi dan nilai-nilai sosial. Istilah “kekerasan” juga mengandung kecenderungan
agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak
terencanakan. Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya
sistematik untuk mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi oleh karena kekerasan tersebut. Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya
perilaku kekerasan di masyarakat baik dilihat dari kacamata nasional maupun internasional.
Tindakan kekerasan terhadap anak tidaklah asing lagai untuk kita dengar, banyak kita lihat dalam media masa maupu televisi tindakan kekerasan ini sangat
meningkat kuhususnya kekerasan taerhadap anak-anak, dimana anak sebagai mahluk yang masih lemah, sebagai generasi penerus bangsa hendaknnya
mendapatkan perlindung hukum secara kuhusus. Dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia “kekerasan diartikan dengan yang bersifat, keras perbuatan seseorang
yang menyebabkan atau matinya orang lain sehingga meyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain atau paksaan.
11
Menurut penjelasan ini, kekerasan merupakan wujud perilaku yang tidak menyenangkan terhadap orang lain atau
anak, atau perbuatan lebih bersifat fisik yang mengakibatkan orang lain luka-luka, cacat, atau penderitaan berkepanjanggan pada orang lain. Yaitu salah satu unsur
yang perlu di perhatikan adalah perbuatan paksa atau ketidak relaan adanya persetujuan pihak lain yang di lukai
12
istilah kekerasan memiliki ciri-ciri tertentu antara lain:
1. Dikehendaki atau diniati oleh pelaku.
2. Dapat berupa fisik maupun non fisik
3. Ada akibat atau kemungkinan akibat yang merugikan para korban atau
yang tidak di kehendaki oleh korban. 4.
Dapat dilakukan dengan cara aktif maupun pasif Tidak berbuat
13
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembang Bahasa, h. 425.
12
Abdul Wahid, Muhammad Irfan, 2010, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan seksual, Refika Aditama, ha. 30
13
Tapi Omas Ihromi etal, 2000,Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Alumni, Bandung, h. 267
Dapat di rumuskan bahwa kekerasan adalah tindakan atau sikap dilakukan dengan tujuan tertentu sengingga dapat merugikan korban psikis maupun fisik.
Sedangkan dalam KUHP Pasal 89, yang berbunyi : “Yang dimaksud dengan
kekerasan, yaitu membuat orang lain pinsan atau tidak berdaya lagi. Di lihat dari perngertian tersebut kekerasan di atas dimaksudkan dengan membuat orang lain
menjadi pinsan atau tidak berdaya. pinsan berati hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya. Sedangkan tidak berdaya berate tidak mempunyai kekuatan atau
tidak mempunyai kekuatan sama sekali, sehingga tidak mampu mengadakan perlawanan sedikitpun, meskipun dia tidak berdaya tetapi orang tersebut masih
dapat mengetahui apa yang terjadi atas dirinya tersebut.
14
Masalah kekerasan terhadap anak-anak, sebgai berikut yaitu: Sebagai pelaku pisik, mental atau seksual. Kekerasan ini umumnya dilakukan oleh orang-
orang yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap kesejahteraan anak yang mana itu diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesejahteraan
anak.
15
Contoh jelas dari tindak kekerasan yang dialami anak-anak tersebut seperti penyerangan atau pemukulan secara fisik berkali-kali sampik terjadi luka-luka
atau bentakan yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dan mental seorang anak. Dalam UU No. 23 tahun 2002 sudah dirubah dengan UU No. 35 Tahun
2014 tentang Perlindungan Anak, pengertian tentang kekerasan tidak disebutkan dengan jelas, hanya dikemukaan secara contohnya saja. Mengenai perlakuan
14
R Sugandi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya,h. 107.
15
Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi, 2002, Krisis dan Child Abuse,Kajian Sosiologis Tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak dan Anak-anak Yang Membutuhkan
Perlindungan KhususCildren
in Need
Special Protection,
Airlangga University
Press,Surabaya,h. 115.
kekerasan dan penganiayaan seperti yang dituangan kedalam Pasal 13 huruf d yang menyetakan” perlakuan kekerasan dan penganiayaan misalnya perbuatan
melukai atau mencederai anak yang tidak semata-mata fisik tetapi juga mentaldan sosial. DidalamBAbIII Pasal5 dan pengertiannya dijelaskan pada Pasal 6,7 dan 8
yang menyebutkan bahwa : setiap orang dilarang melakukan kekerasan terhadap orang dalam lingkungan rumah tangga, dengan cara :
a. Kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau penderitaan psikis berat terhadap seseorang
b. Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkn rasa sakit,jatuh sakit,atau
luka berat c.
Kekerasan seksual yang meliputi : -
Pemaksa hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut
- Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan kormesial dan atau tujuan tertentu
Jadi bahwa pengertian dari tindakan kekerasan terhadap anak tersebut dan dapat dilihat dari kekerasan tidak haya menyebaban terjadinya luka-luka maupun
fisik saja tetapi dapat terjadinya luka secara psikologis yang sangat sulit dan akan terlihat ketika sudah terjadi tekenan terhadap anak tersebut sehingga berdampak
pada kehidupan si anak tersebut. Sangatlah penting kita mengetahui pengertian tentang seorang anak. Pengertian anak sangat beragam sehingga terdapat kreteria
tentang anak hal ini di sebabkan tiap-tiap peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tersendiri mengenai keteria tentang anak.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak yanag kemudian diadopsi dalam UU No. 23 Tahun 2002 sudah dirubah dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Perlindunga Anak, ada empat macam perinsip-prinsip umum tentang perlindungan anak yang menjadi dasar setiap Negara dalam meyeleng garakan
perlindungan anak, antara lain ; 1.
Prinsip Nondiskeriminasi Artinya semua hak ysng diakui dan terkandung dalam KHA harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun, Prinsip ini ada dalam Pasal 2 KHA ayat 1, yang berbuyi : “Negara-negara pihak
menghormati dan menjamin hak-hak yang ditepatkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berbeda di wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam
bentuk apapun, tanpa memandang ras, warna kulit,jenis kelamin, bahasa,agama, panadagan politik atau pandangan-pandangan lain, asal usul
kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kehilangan atau status lainnya baik dari sianak sendiri atau dari orang tua wilanyah yang
sah.
Ayat 2: “Negara-Negara pihak akan mengambil semua langkah yang perlu untuk menjamin agar anak dilindungi dari semua diskriminasi atau
hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang di kemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah atau anggota
keluarganya.
16
2. Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak Best Interests of The Child
Prinsip ini tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 KHA : “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak dilakukan lembaga-leambaga kesejahteraan
sosial pemerintah maupun swasta,lembaga peradilan, lembaga pemerintah atau badan legislatif maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus mejadi
pertimbangan utama ”. Prinsip ini mengingatkan kepada semua penyelenggaran perlindungan
anak bahwa pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan menyangkutan masa depan anak, bukan dengan ukuran orang dewasa, apalagi
berpusat kepada kepentingan orang dewasa. Apa yang menurut ukuran orang dewasa baik, belum tentu baik pula menurut ukuran kepentingan anak. Boleh
jadi maksud orang dewasa memberikan bantuan dan menolong, tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah penghancuran masa depan anak.
3. Prinsip Hak Hidup,Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan The Right to
life, Suvival and Development
16
M. Nasir Djamil, Anak bukanlah Untuk Dihukum, Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana AnakUU-SPPA, Jakarta Timur, 2013,h. 29
Prinsip ini tercantum dalam Pasal 6 KHA ayat 1 : “Negara-negara pihak mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas
kehidupan. Ayat 2:” Negara-negara pihak akan menjamin sampai batas
maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Pesan dari prinsip ini sangat jelas bahwa Negara harus memastikan
setiap anak akan terjamin kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam dirinya, bukan pemberian dari Negara atau per
orang. Untuk menjamin hak hidup tersebut berate Negara harus menyediakan lingkungan yang kondusif, sarana dan prasana hidup yang memadai, serta
akses setiap anak untuk memperoleh kebutuhan kebutuhan dasar. Berkaitan dengan prinsip ini, telah juga dijabarkan dalam pembahasan sebelumnya
berkaitan dengan hak-hak anak.
4. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak Respect for the views of the
child Prinsip ini ada dalam Pasal 12 ayat 1 KHA : “Negara-negara pihak
akan menjamin anak-anak yang mempunyai pandangan sendiri memperoleh hak menyatakan pandangan-pandangan secara bebas dalam semua hal yang
memengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak.
Prinsip ini menegaskan bahwa anak memiliki otonomi kpribadian. Oleh sebab itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam posisi yang lemah,
menerima, dan pasif, tetapi sesungguhnya pribadi yang memiliki pengalaman, keinginan, imajinasi obsessi, dan apirasi yang belum tentu sama dengan orang
dewasa. Dapat ditarik suatu simpulan pengertian bahwa perspetif Perlindungan anak adalah cara pandang terhadap semua persoalan dengan
menempatkan posisi anak sebagai yang pertama dan utama. Impelementasi cara pandang demikian adalah ketika kita selalu menempatkan urusan anak
sebagai hal yang utama.
17
2.4 Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Anak