Perumusan masalah Tujuan penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Prevalensi Parasit

diperairan umum seperti disungai atau di rawa-rawa. Pemeliharaan ikan di tambak biasanya lebih baik dari ikan yang hidup di rawa, karena di tambak kondisi ikan lebih terjaga kualitasnya dibandingkan dengan di rawa yang hanya mengandalkan pemeliharaan secara alami, sehingga kemungkinan terserang parasit pun lebih besar. Menurut Heryadi dan Sutarmanto 1995, dalam usaha disektor perikanan, hama dan penyakit ikan merupakan hal yang penting untuk di perhatikan. Hama dan penyakit ikan yang hidup di lingkungan air ataupun di lingkungan lain, dapat mengakibatkan penurunan produksi ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian secara masal. Infeksi parasit baik yang bersifat endoparasit maupun ektoparasit dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Selain itu ada juga yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia apabila mengkonsumsi ikan yang mengandung parasit zoonotik Akbar, 2011. Menurut Ersa 2008, parasit pada ikan biasanya terdiri dari hewan Arthropoda, karakteristik hewannya sangat beragam, tetapi yang sering dijumpai umumnya berasal dari kelas Crustacea, subkelas Branchiura misalnya Argulus dan Copepoda misalnya, Ergasilus dan Learnaea. Menurut Ramadhan et al.,2012 ikan mujair di sungai dan di tambak Alo sidoarjo tidak ditemukan parasit pada insang ikan mujair Oreochromis mossambicus tetapi pada usus ditemukan 2 jenis endoparasit yang masih dalam fase telur dan larva yaitu Ascaris sp. dan Trichuris trichiura. Sedangkan, menurut Rahayu et al., 2013 yang melakukan penelitian pada ikan mujair di kolam Kecamatan Dramaga dan di kolam Kecamatan Ciomas Bogor, menemukan beberapa jenis parasit dari kelas Trematoda yaitu Dactylogyrus sp, Discocotyle sp, dan Gyrodactylus sp, Tetraonchus sp.

1.2. Perumusan masalah

Penyakit yang disebabkan oleh parasit pada ikan dapat mengakibatkan kerugian terhadap investasi dan juga berdampak negatif pada perkembangan perikanan di suatu daerah dan sampai saat ini masih belum banyak diketahui mengenai jenis parasit yang menginfeksi Ikan Mujair. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang terdapat pada insang dan usus ikan mujair di Rawa dan Tambak Paluh Merbau. b. Untuk mengetahui perbandingan prevalensi parasit pada ikan mujair yang terdapat di Rawa dan Tambak Paluh Merbau.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah : a. Jenis parasit yang ditemukan pada insang dan usus ikan mujair di rawa lebih banyak daripada di tambak. b. Prevalensi parasit pada rawa lebih besar daripada di tambak.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Bahan Informasi kepada masyarakat tentang adanya parasit ikan, khususnya ikan mujair. b. Dapat digunakan sebagai pedoman konsumsi ikan bagi kesehatan masyarakat. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Mujair 2.1.1. Sistematika Dan Morfologi Ikan Mujair Ikan mujair berasal dari perairan Afrika, yaitu sekitar dataran rendah Zambezi, Shiré dan dataran pantai delta Zambezi sampai pantai Algoa. Pada saat ini, ikan mujair telah tersebar luas sekurang-kurangnya ke-90 negara di dunia, termasuk Indonesia. Ikan mujair diperkenalkan sebagai ikan budi daya atau ikan komersial dan di Indonesia, ikan Mujair awalnya diperkenalkan sebagai ikan hias. Klasifikasi ikan mujair sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis mossambicus Webb et al., 2007 . Ikan mujair dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain mujair biasa, mujair merah dan mujair albino. Berdasarkan warna sisik, ikan ini dapat dibedakan ke dalam lima varitas, yaitu mujair dengan warna sisik abu-abu, abu- abu bercak putih, putih, hitam dan merah Sugiarti, 1988. Ikan Mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam Gambar 2.1. Mujair memiliki bentuk badan yang pipih dan memanjang, bersisik kecil-kecil bertipe stenoid, tubuh memiliki garis vertikal, sirip ekor memiliki garis berwarna merah. Warna ikan ini tergantung pada lingkungan atau habitat yang di huni Webb et al., 2007 . Mulutnya agak besar dan mempunyai gigi-gigi yang halus. Letak mulut terminal atau di ujung tubuh. Posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoracic. Linea lateralis tidak sempurna atau terputus menjadi dua bagian. Jumlah Universitas Sumatera Utara sisik pada garis rusuk ada 10-15 buah. Sirip sirip punggung dan si Said, 2000. Ciri-ciri khas dan tanda tersebut bia dewasa. Ikan ini me badannya Setianto, 2012 G Ciri-ciri yang induk betina, yaitu pa dubur, lubang pengel kemerah-merahan, w ditekan tidak mengelua urogenital, yaitu anus berwarna kemerah-m hitaman, warna dagu ditekan akan mengelua

2.1.2. Ekologi Ikan M

Ikan mujair hidup di pe yang luas terhadap sa usuk bagian atas 18-21 buah dan pada garis rusuk rip dada dan sirip perut berwarna hitam kemera n sirip ekor berwarna kemerah-merahan pada khas dari ikan mujair yaitu dagu berwarna kekuni biasanya akan terelihat lebih jelas pada ikan jant memiliki panjang tubuh dua sampai tiga k o, 2012. Gambar 2.1. Ikan Mujair Oreochromis mossam ng perlu diperhatikan untuk membedakan induk u pada betina terdapat tiga buah lubang pada u geluaran telur dan lubang urin. Ujung sirip warna perut lebih putih, warna dagu putih, ngeluarkan cairan. Induk jantan memiliki dua bua nus dan lubang sperma merangkap lubang ur -merahan terang dan jelas. Warna perut lebih dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan, geluarkan cairan Popma dan Green, 1990 dalam an Mujair di perairan tawar, seperti danau, waduk dan raw p salinitas, menyebabkan ikan ini juga dapat hidup usuk bagian bawah erahan, sedangkan a ujung-ujungnya ekuning-kuningan n jantan yang sudah kali dari tinggi ossambicus induk jantan dan da urogenital, yaitu ip berwarna pucat ih, dan jika perut buah lubang pada urin. Ujung sirip bih gelapkehitam- n, dan jika perut am Erika, 2008. awa. Toleransinya hidup di air payau Universitas Sumatera Utara dan air laut Setianto, 2012. Ersa 2008 menambahkan, Ikan mujair bersifat herbivora, tetapi ikan ini juga mengkonsumsi detritus, crustacea, bentos, dan berbagai bentuk makanan suplemen yang tersedia di air. Ikan mujair O. mossambicus mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Telur mujair dierami di dalam mulut induk betina selama 3-4 hari. Larva yang baru menetas akan hidup dari kuning telurnya selama 5-7 hari. Larva ikan mujair mulai bisa makan pada hari ke delapan. Selama periode 14-17 hari larva mujair dilindungi oleh induk betina di dalam mulutnya. Pada waktu tertentu larva ikan keluar dari mulut induk, berenang di sekitar induk untuk mendapatkan pakan. Ketika lepas dari perlindungan mulut induk betina, larva mujair biasanya sudah mencapai ukuran 9-10 mm Setianto, 2012. Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairan yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mujair. Keasaman air pH yang baik untuk perkembangan ikan mujair berkisar antara 5-8, dengan suhu air berkisar antara 20- 27ºC. Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh, tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan limbah pabrik Sugiarti, 1988. Berat ikan dapat mencapai 120 sampai 200 gram dalam waktu empat bulan dengan sedikitnya 80 yang dapat bertahan hidup. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm. Ikan ini mulai bisa berkembang biak pada umur 3 bulan, dan setealh itu ikan mujair dapat berkembang biak setiap 1½ bulan sekali Setianto, 2012.

2.1.3. Kandungan Gizi Ikan Mujair

Ikan salah satu bahan makanan yang memiliki protein tinggi. Rasanya yang gurih meneyebabkan ikan disukai berbagai kalangan masyarakat. Salah satunya ikan mujair. Menurut Setianto 2012, ikan mujair merupakan salah satu sumber protein yang tinggi, mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, Eicosapentaenoic acidEPA, Docosahexanoic acidDHA yang berfungsi untuk Universitas Sumatera Utara perkembangan otak. Selain itu masih banyak lagi kandungan gizi dari ikan mujair ini, antara lain air 80,0 g, protein 16,0 g, energi 86,0 kalori, lemak 2,0 g, kalsium 20,0 mg, besi 2,0 g, vitamin A 150,0. Ikan mujair yang kaya akan gizi tersebut bisa juga dijadikan sebagai makanan pengganti ikan laut, yang mana seperti kita ketahui harga ikan laut semakin hari semakin mahal Ersa, 2008. Menurut Setianto 2012, tingginya kandungan gizi pada ikan, sangat berguna bagi kesehatan. Konsumsi ikan secara kontiniu juga terbukti mampu menghambat dampak buruk penyakit jantung. Menurut ahli gizi, mengkonsumsi ikan sebanyak 30 g dalam sehari dapat menurunkan resiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50.

2.2. Parasit Ikan

Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis, kondisi ini memberikan keuntungan bagi kehidupan mikroorganisme seperti parasit, jamur, bakteri dan virus untuk berkembang biak dengan baik di daratan maupun di perairan. Akibatnya banyak jenis-jenis ikan yang mudah terserang penyakit Handajani dan Sri, 2005. Penyakit ikan sebagian besar disebabkan karena adanya kontaminasi yang berasal dari luar tubuh eksternal baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Organ-organ yang sering terpapar oleh agen penyakit diantaranya adalah insang, saluran pencernaan, dan otot ikan. Salah satu penyebab terjadinya penyakit tersebut adalah parasit Cheng, 1973. Penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit disebut Parasiter. Sedangkan non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam Suwarsito dan Mustafidah, 2011. Parasit merupakan suatu organisme yang hidup pada tubuh organisme lain inang sebagai sumber nutrisi dan umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Salah satu organisme yang sering terserang parasit adalah ikan. Akbar, 2011. Adanya cacing parasitik di dalam tubuh ikan akan Universitas Sumatera Utara menyebabkan penurunan produksi dan bobot badan ikan, serta dapat menurunkan ketahanan tubuh ikan terhadap penyakit-penyakit lain Rahayu et al., 2013. Pemicu terjadinya serangan penyakit antara lain adanya ketidakseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan kuantitas produksi dalam satu areal budidaya infeksi tidak seimbang antara ikan, pathogen, dan lingkungannya Yuliartati, 2011. Menurut Suhendi 2009, penyebaran parasit ditentukan oleh musim, lokasi geografis, umur, ukuran dan daya tahan inang. Setiap parasit yang hidup dalam tubuh inang bisa menimbulkan pengaruh yang berbahaya bagi inang. Pengaruh ini dapat menyebabkan perubahan yang luas pada organ maupun jaringan, bahkan dapat mengakibatkan perubahan karakter inang secara umum. Ada sekitar 10.000 spesies parasit yang diketahui dapat menyerang ikan, terdiri dari Hirudinea, Acanthocephala, Monogenea, Digenea, Cestoda, Protozoa dan Crustacea Sasanti, 2000. Dan menurut Heryadi dan Sutarmanto 1995, berdasarkan serangan parasit pada hospes, parasit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ektoparasit dan endoparasit.

2.2.1. Ektoparasit

Menurut Ohoilum 2002, ektoparasit merupakan parasit yang menyerang organ tubuh bagian luar, seperti bagian sirip, kulit, insang, operculum, hidung, mata dan rongga mulut. Salah satu organ yang sering terserang ektoparasit adalah insang. Karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen Yuliartati, 2011. Menurut Sitanggang 2008, gejala serangan parasit pada insang berupa mengembangnya tutup insang dan munculnya bintik-bintik merah pada insang. Jika serangan parasit sudah terlalu banyak, maka ikan akan kesulitan bernapas. Dan golongan parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah Ciliata, Flagellata, Monogenea, Copepoda, Isopoda dan Branchiuran Yuliartati, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Endoparasit

Menurut Yuliartati 2011, endoparasit merupakan parasit yang menyerang organ tubuh bagian dalam ikan, seperti sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem pencernaan. Salah organ yang paling sering terserang endoparasit adalah usus, hal ini karena usus merupakan tempat yang paling banyak terdapat zat-zat makanan. Dan zat-zat makanan inilah yang dibutuhkan oleh parasit sebagai sumber nutrisinya Akbar, 2011. Masuknya cacing endoparasit ke tubuh ikan adalah melalui makanan seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing. Oleh sebab itu, ikan yang bersifat karnivora dan omnivora mempunyai kemungkinan terinfeksi cacing endoparasit yang jauh lebih besar dibandingkan dengan ikan herbivora Irianto, 2005. Menurut Yuliartati 2011, gejala serangan parasit pada bagian dalam tubuh ikan usus akan menyebabkan perut ikan membengkak dan sisiknya berdiri. Hal ini sering dialami oleh jenis ikan cupang. Jika serangan penyakit ini sampai pada gelembung renangnya, keseimbangan ikan saat berenang akan hilang, dan beberapa golongan parasit yang masuk kelompok endoparasit antara lain adalah Digenea, Cestoda, Nematoda, Acantocephala, Coccidia, dan Microsporidia. Parasit yang menyerang akan mempengaruhi hidup ikan dengan menghambat pertumbuhannya. Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem metabolisme tubuh inang sampai merusak organ. Pakan yang dikonsumsi ikan dan digunakan untuk pertumbuhan dimanfaatkan oleh parasit yang terdapat pada tubuh inang ikan sehingga tubuh inang kekurangan nutrien. Pengaruh tersebut terjadi mulai parasit menempel dan tumbuh pada organ inang sampai dengan yang merusak organ sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bahkan kematian inang Hadiroseyani, 2006. Serangan parasit dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Efek ekonomis parasit pada ikan antara lain pengurangan populasi ikan konsumsi, pengurangan berat ikan dan terjadinya perubahan morfologi ikan Akbar, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.3. Jenis-Jenis Parasit Yang Menyerang Ikan Mujair

Ada beberapa jenis parasit yang umum menyerang ikan mujair antara lain :

2.3.1. Plathyhelminthes

2.3.1.1. Monogenea

Monogenea adalah parasit yang memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan inang perantara yang berbentuk pipih dorsoventral, simetris bilateral, tidak bersegmen, dan tidak memiliki rongga tubuh, Monogenea merupakan jenis ektoparasit yang dapat ditemukan menginfeksi kulit, insang dan sirip Fernando et al.,1972. Ditambahkan oleh Noble and Noble 1989, bahwa Monogenea menempel pada organ-organ tersebut dengan menggunakan kait atau jangkar yang ada pada lempeng penempel Opisthaptor. Monogenea yang sering menyerang ikan salah satunya adalah Dactylogyrus. Menurut Yuliartati 2011, Dactylogyrus merupakan cacing insang atau habitat hidupnya di insang ikan. Menurut Kabata 1985, Dactylogyrus memiliki dua pasang bintik mata yang terdapat pada bagian anterior. Memiliki empat tonjolan pada bagian anterior dan 14 kait marginal pada bagian posterior.

2.3.1.2. Digenea

Digenea adalah parasit yang memiliki siklus hidup tidak langsung membutuhkan inang perantara, digenea bersifat endoparasit yang hidup dilapisan lumen usus, jaringan tubuh dan pembuluh darah. Digenea memiliki bentuk tubuh dorsoventral, tidak bersegmen, tidak memiliki rongga tubuh dan berbentuk oval. Yang membedakan Monogenea dengan Digenea yaitu terletak pada sucker, dimana Digenea memiliki dua buah sucker yaitu oral dan ventral sucker. Parasit yang tergolong Digenea adalah Bucephalus elegans dan Fasciola hepatica Kabata, 1985.

2.3.2. Protozoa

Protozoa adalah hewan bersel satu yang berukuran mikroskopis, Protozoa dapat hidup sebagai organism bebas maupun parasitik. Protozoa parasit ikan berbahaya bagi ikan disebabkan karena kemampuan multiplikasinya yang cepat dan dapat Universitas Sumatera Utara menyerang ikan dari berbagai umur. Protozoa pada ikan dapat ditemukan di sirip, kulit, insang, rongga mulut dan saluran pencernaan Kabata, 1985. Salah satu Protozoa yang paling sering menginfeksi ikan adalah Trichodina dan Icthyophthirius. Menurut Rukyani 1990, ciri Trichodina yang paling dominan adalah dari tipe pergerakkannya yang berputar-putar menyerupai piring terbang karena mempunyai dentikel dan alat gerak berupa cilia. Menurut Kabata 1985, pada Trichodina terdapat attachment disc yang berfungsi untuk menempel pada inang. Bentuk dan ukuran sel, bentuk dan jumlah dentikel, serta lingkaran silia merupakan dasar untuk mengidentifikasi spesies ini. Selain Trichodina, ada juga parasit yang dapat menyebabkan penyakit white spot atau bercak putih. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Ichtyoptirius yang menginfeksi kulit, insang, dan mata. Parasit ini dapat menyebabkan erupsi berat pada kulit yang kadang dapat menyebabkan kematian inang Noble and Noble, 1989.

2.3.3. Copepoda

Kabata 1985, mengatakan bahwa lebih dari 1500 spesies Copepoda merupakan parasit ikan air tawar, ada 4 genus yang biasa dijumpai pada ikan air tawar di Asia Tenggara, yaitu Learnea, Caligus, Ergasilus dan Lamproglena. Parasit yang sering menyerang ikan adalah Caligus dan Learnea. Menurut Sasanti 2000, family Caligidae Caligus memiliki bagian cephalothoraks pipih dorsoventral dengan permukaan ventral cekung dan permukaan dorsal cembung. Antena ke 2 dan maksilliped dilengkapi kuku yang tajam untuk mengait pada inang. Sedangkan menurut Dana et al.,1994, Learnea memiliki ciri-ciri tubuh yang tidak beruas, parasit ini sangat merugikan usaha budidaya ikan air tawar dikarenakan ukurannya yang relatif besar.

2.3.4. Nematoda

Menurut Kabata 1985, Nematoda berbentuk silindris, filiformis dan ditutupi oleh kutikula yang fleksibel. Dasar identifikasi yang penting adalah bentuk kepala dan mulut. Universitas Sumatera Utara Bentuk tubuh Nematoda tidak bersekat-sekat, cacing ini juga memiliki sistem pencernaan yang lengkap darimulut sampai ke anus. Salah satu cacing Nematoda yang sering dijumpai adalah Anisakis sp. sebagai penyebab penyakit Anisakiasis Noble and Noble, 1989.

2.4. Prevalensi Parasit

Untuk mengetahui tingkat infeksi atau serangan parasit dalam populasi inang dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit Yuliartati, 2011. Menurut Fernando et al.,1972, prevalensi menggambarkan persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik yang terinfeksi maupun tidak. Peningkatan kemampuan perkembangbiakan parasit akan meningkatkan prevalensi parasit pada tubuh hospes. Hal ini dapat memacu peningkatan perkembangbiakan parasit yang dapat merugikan inang. Penyakit pada ikan dapat mengakibatkan kerugian terhadap investasi dan juga berdampak negatif pada perkembangan budidaya perikanan suatu daerah Ramadan et al., 2012. Prevalensi parasit dipengaruhi oleh ukuran ikan, perubahan musim dan aktivitas pemeliharaan ikan. Perubahan umur ikan menyebabkan perubahan pada ukuran ikan, perubahan morfologi, perubahan fisiologi dan perubahan ekologi dari ikan, hal ini menyebabkan pola hubungan prevalensi dan ukuran ikan ini berbeda-beda pada tiap jenis ikan Ohoilum, 2002.

2.5. Kualitas Air

Dokumen yang terkait

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

9 144 57

Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Ciampea Bogor

9 39 76

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Aliran Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

8 69 125

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Aliran Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 16

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Aliran Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 2

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Aliran Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 6

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Aliran Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 47

Konsentrasi dan Lama Pemaparan Senyawa Organik dan Inorganik pada Jaringan Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) pada Kondisi Sub Lethal

0 0 6

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

0 1 13

Perbandingan Prevalensi Parasit Pada Insang Dan Usus Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

0 1 13