Keluarga Ina Keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni

4.2.4. Keluarga Ina

Keluarga Ibu Ina tinggal di sebuah rumah yang berada pada sebuah kompleks sekolah madrasah. Suaminya merupakan penjaga sekolah sehingga mereka dapat menempati salah satu rumah di madrasah tersebut. Ibu Ina membuka sebuah warung kecil di depan rumahnya. Kamar mandi yang digunakan oleh keluarga ini merupakan kamar mandi sekolah. Selain mereka, maka anak-anak sekolah di madrasah tersebut juga menggunakan kamar mandi tersebut. Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa bak yang ada di kamar mandi tersebut jarang dibersihkan, karena tampak beberapa jentik-jentik di dalam bak tersebut. Suami ibu Ina pernah menderita DBD pada bulan September 2008. Tetapi Ibu Ina merasa bahwa suaminya terkena gigitan nyamuk penyebab DBD bukanlah dari lingkungan sekitar rumahnya, tetapi dari tempat lain. Suami Ibu Ina memang mempunyai pekerjaan lain yaitu “mocok-mocok” sehingga sering bepergian ke tempat-tempat lain. Dan, dari mereka sekeluarga hanya suaminya yang terkena DBD, jadi hal ini menguatkan keyakinan Ibu Ina bahwa penyakit DBD yang mengenai suaminya diperolehnya dari tempat lain.

4.2.5. Keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni

Ketiga ibu ini merupakan saudara kandung. Mereka tinggal bersama dalam sebuah rumah berukuran 12x15 meter. Rumah ini milik Dinas Pertanian. Bapak mereka dahulu adalah pegawai Dinas Pertanian, selanjutnya salah seorang abang dan kakak mereka juga pegawai Dinas Pertanian, sehingga mereka diperbolehkan untuk menempati rumah tersebut. Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 Ibu Yati memiliki seorang anak dan tidak bekerja, suaminya bekerja sebagai TKI di Kuwait. Ibu Ita memiliki 2 orang anak, suaminya memiliki pekerjaan “mocok- mocok”, dan Ibu Ita berjualan rujak di depan rumah tersebut. Kemudian, Ibu Arni memiliki satu orang anak, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sendiri berjualan goreng-gorengan, juga di depan rumahnya. Alasan mereka sehingga tinggal satu rumah dikarenakan tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa rumah, Dinas Pertanian juga masih mengizinkan mereka untuk menggunakan rumah tersebut. Rumah ini memiliki 3 buah kamar yang ditempati oleh masing-masing keluarga. Memiliki 2 buah kamar mandi yang tampak kotor, karena banyaknya kain- kain kotor bergantungan dan barang-barang bekas yang tidak digunakan lagi tapi berserakan di kamar mandi tersebut. Pada bagian dapur tampak sebuah rak piring tergantung pada pojok ruangan ini, tetesan air dari rak piring membuat suasana dapur tampak lembab. Kondisi rumah dapat saya gambarkan sangat jauh dari kesan bersih, hasil pengamatan menunjukkan banyaknya pakaian-pakaian kotor bergantungan di mana- mana. Hal ini terjadi karena dalam rumah tersebut ada beberapa tali yang direntangkan menjadi gantungan ¯walaupun tidak terlalu panjang¯ sehingga meninggalkan kesan suasana rumah yang dipenuhi oleh kain-kain kotor yang bergantungan. Rumah yang mereka tempati memang cukup besar, tetapi ventilasi udara sangat sedikit tidak sesuai dengan luas rumah, sehingga keadaan rumah tampak Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 kurang sehat. Hal ini menyebabkan keadaan rumah tampak lembab. Ketika saya meminta izin untuk melihat kondisi kamar masing-masing, ketiga informan tersebut tidak memperkenankannya dengan alasan merasa malu karena kamar mereka berantakan, “maklumlah bu, anak saya masih kecil-kecil, mereka suka bermain di tempat tidur, jadi kamarnya selalu berantakan, ujar ibu Ita”.

4.2.6. Keluarga Ibu Hani