PEMBAHASAN Efek Anti Bakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In Vitro)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian tentang ekstrak lidah buaya terhadap Staphylococcus aureus adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak lidah buaya mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan melihat adanya zona hambat di sekeliling disc dan membandingkan ekstrak tersebut dengan lidah buaya komersial. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode agar diffusion test yaitu untuk melihat apakah ekstrak lidah buaya memiliki efek anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini digunakan lidah buaya dalam bentuk sediaan ekstrak. Ekstrak lidah buaya yang digunakan adalah whole extract yaitu ekstrak daun lidah buaya secara utuh atau tanpa memisahkan setiap bagian daun. Hal ini dilakukan berdasarkan pernyataan di literatur yang menyatakan bahwa tidak hanya gel yang bersifat menyembuhkan, namun seluruh bagian daun bersifat menyembuhkan. 10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agarry., et al 2005 yang menggunakan ekstrak kulit daun lidah buaya dan ekstrak gel lidah buaya membuktikan bahwa baik ekstrak gel maupun ekstrak kulit daun memiliki efek anti bakteri. Ekstraksi merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk memisahkan komponen atau senyawa dari tumbuhan. Dalam penelitian ini pengekstraksian dilakukan dengan pelarut etanol dan pengenceran ekstrak dilakukan dengan menggunakan larutan dimethyl sulfoksida DMSO. Penggunaan pelarut ini adalah untuk mendapatkan senyawa- senyawa yang terdapat di dalam tanaman sehingga semua senyawa tersebut dapat ditarik keluar. Ada beberapa faktor utama yang menjadi pertimbangan pada Universitas Sumatera Utara pemilihan cairan yaitu selektivitas, kemudahan bekerja, ekonomis, ramah lingkungan, dan keamanan. Oleh karena pelarut etanol hampir dapat memenuhi syarat maka larutan ini diperbolehkan untuk digunakan. Alasan tidak menggunakan pelarut metanol yang lebih murah adalah karena metanol memiliki sifat toksik yang akut dan kronik. DMSO merupakan cairan tidak berwarna yang sering digunakan dalam pengenceran ekstrak. karena sifat fisis DMSO adanya twitzer ion yang dapat melarutkan senyawa polar dan non polar sehingga ekstrak merata pada cairan DMSO. Konsentrasi ekstrak lidah buaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25, 50 dan 75 kemudian dibandingkan dengan lidah buaya komersial dalam bentuk sediaan obat kumur. Hal ini didasarkan pada pra penelitian yang telah dilakukan. Pra penelitian diawali dengan menggunakan konsentrasi 25 mg ml 2,5 karena didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Agarry., et al 2005 yang menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya sudah menunjukkan efektifitas anti bakterinya dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25 mgml 2,5 sebesar 18 mm oleh ekstrak gel lidah buaya dan 4 mm oleh ekstrak kulit daun lidah buaya, namun hal ini berbeda dengan pra penelitian yang telah dilakukan. Pada pra penelitian yang didapatkan bahwa ekstrak lidah buaya whole extract 25 mgml 2,5 tidak menunjukkan adanya daya hambat yang terjadi. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena metode yang digunakan pada penelitian Agarry adalah metode cork borer yaitu suatu metode melubangi media kemudian ekstrak sebanyak 0,1 ml dimasukkan kedalam lubang dengan diameter 10 mm pada media sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode cakram yaitu ekstrak sebanyak 10 µL diteteskan pada cakram kosong dengan diameter 5 mm. Oleh karena jumlah pemakaian ekstrak berbeda maka akan mempengaruhi zona Universitas Sumatera Utara hambat yang terjadi. Ditambah lagi, tanaman lidah buaya yang digunakan berbeda asalnya, namun jenis tanaman lidah buaya yang digunakan adalah sama yaitu Aloe barbadensis Miller. Tanaman yang digunakan Agarry berasal dari Nigeria yang merupakan tempat yang baik untuk tanaman lidah buaya karena lidah buaya merupakan tanaman kaktus yang sangat cocok ditanam di daerah bersuhu tinggi sedangkan lidah buaya yang dipakai pada penelitian ini berasal dari tanaman peneliti sendiri di kota Medan. Keadaan tanah, suhu dan iklim sangat mempengaruhi tanaman lidah buaya sehingga efek anti bakterinya juga dapat berbeda. Pada penelitian ini ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun secara utuh Whole extract sedangkan penelitian Agarry., et al memisahkan antara bagian gel dan kulit daun lidah buaya. Pada pra penelitian juga didapatkan bahwa pada konsentrasi 8 zona bening sudah mulai terlihat, namun masih sangat kecil dan sebagian bakteri masih dapat tumbuh pada zona tersebut. Jika dibandingkan dengan penelitian Agarry dapat diketahui bahwa ekstrak lidah buaya yang secara utuh whole extract lebih baik karena kulit daun juga memiliki efek anti bakteri. Sebaliknya penelitian Agarry yang menggunakan ekstrak gel banyak mengandung komponen anti bakteri sehingga sifat anti bakteri lebih besar, tetapi tidak efektif untuk penggunaan kulit daun. Berdasarkan hasil penelitian, rata- rata diameter zona hambat ekstrak lidah buaya 25 adalah 10,37 mm dengan standard deviasi 0,76, ekstrak lidah buaya 50 adalah 13,7 mm dengan standard deviasi 1,244, ekstrak lidah buaya 75 adalah 17,69 dengan standard deviasi 1,287 dan lidah buaya komersil adalah 16,27 dengan standard deviasi 1,648. Ekstrak lidah buaya 75 mempunyai zona hambat paling besar yang menunjukkan bahwa konsentrasi ini mempunyai efek anti bakteri paling besar Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang besar akan memperbesar luasnya zona hambat sehingga efektifitas anti bakteri akan semakin besar. Lidah buaya komersil mempunyai zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya 50 dan 25 yang menunjukkan bahwa lidah buaya komersil mempunyai efek anti bakteri yang lebih besar. Hal ini terjadi karena lidah buaya komersil mengandung bahan– bahan lain yang bersifat anti bakteri sehingga secara langsung mempengaruhi besar zona hambat, namun konsentrasi ekstrak lidah buaya yang terkandung di dalam lidah buaya komersil tidak diketahui. Pada kenaikan konsentrasi bahan coba, zona hambat yang terbentuk juga makin besar. Hal ini membukt ikan bahwa peningkatan konsentrasi ini memiliki korelasi yang positif terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini sejalan dengan pernyataan Boel T 2002 yang menyatakan bahwa daerah hambat yang dihasilkan akan semakin kecil dengan penurunan konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya anti bakteri akan semakin tinggi pada konsentrasi murni 100. Menurut Wijayakusuma 1992 cit Boel T 2002, tanaman lidah buaya akan memberikan efek penyembuhan yang baik dengan mengoleskan getah segar lidah buaya yang berasal dari daunnya pada luka di kulit, sariawan dan lesi- lesi lainnya. Kandungan glikosida yang terkandung pada getah segar daun lidah buaya akan berdifusi secara langsung pada permukaan membran terluar jaringan seperti jaringan kulit dan mukosa sehingga terjadiya pemecahan sel- sel yang mengalami kerusakan dan akan segera merangsang pembentukan sel yang baru. Lidah buaya terbukti memiliki efek anti bakteri karena lidah buaya mengandung senyawa- senyawa seperti saponin, glikosida dan acemannan yang dapat menghambat dan membunuh bakteri pada konsentrasi tertentu Universitas Sumatera Utara Zona bening yang ditunjukkan ekstrak lidah buaya 25 dan 50 tidak setegas zona bening lidah buaya komersial. Namun ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 75 mempunyai zona bening yang tegas sama seperti lidah buaya komersial. Ekstrak lidah buaya 75 mempunyai efektifitas anti bakteri yang lebih besar dibandingkan dengan lidah buaya komersial yang menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 75 lebih baik dibandingkan dengan lidah buaya komersil. Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN