mengalami peningkatan adalah sektor usaha bangunan yaitu sebesar 55,09 persen. Kemudian posisi kedua dipegang oleh sektor usaha transportasi dan komunikasi
yaitu sebesar 31,66 persen. Sedangkan posisi ketiga dipegang oleh sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 28,68 persen.
Tetapi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja juga terjadi pada dua sektor usaha, masing-masing adalah sektor usaha pertambangan dan penggalian
yaitu sebesar 10,50 persen dan sektor usaha listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar 4,00 persen. Sedangkan dari keseluruhan sektor usaha dan jumlah tenaga
kerja, pertumbuhan kesempatan kerja di Jawa Barat sebelum kebijakan upah minimum mengalami peningkatan sebesar 10,52 persen dari 13.525.112 jiwa pada
tahun 1992 menjadi 14.947.979 jiwa pada tahun 1997.
5.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bogor Pasca Kebijakan Upah
Minimum Nilai Ra, Ri, ri
Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bogor dan Propinsi Jawa Barat yang memperlihatkan nilai Ra, Ri, ri sebagai hasil perhitungan shift share digunakan
untuk memperlihatkan perbandingan kesempatan kerja persektor usaha di Kabupaten Bogor dan Propinsi Jawa Barat Tabel 5.5. Nilai Ra sebesar -0,02
menunjukkan bahwa selama tujuh tahun berjalan pasca kebijakan upah minimum, terjadi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,02. Nilai Ra
menunjukkan selisih antara kesempatan kerja keseluruhan sektor di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2004 sebagai tahun akhir analisis dan tahun 1998 sebagai
tahun dasar analisis.
Tabel 5.5. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bagor dan Propinsi Jawa Barat Pasca Kebijakan Upah Minimum Nilai Ra, Ri, dan ri
No Sektor Usaha
Ra Ri ri
1 Pertanian -0,02
-0,11 0,56
2 Pertambangan dan Penggalian
-0,02 -0,39 0,14
3 Industri Pengolahan
-0,02 0,01 0,20
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
-0,02 -0,47 -0,29
5 Bangunan -0,02
-0,08 -0,28 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran -0,02
0,00 -0,12 7 Transportasi
dan Komunikasi
-0,02 0,27 0,04
8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan
-0,02 0,75 -0,56
9 Jasa-jasa -0,02
-0,11 -0,30 Total -0,02
-0,02 -0,02
Sumber : BPS Data diolah
Nilai Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Propinsi Jawa Barat pada tahun 2004 dan tahun 1998 masing-masing nilai diperoleh berdasarkan
sektor usaha. Nilai positif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kontribusi persektor usaha ditingkat Propinsi. Hal tersebut terjadi pada sektor usaha
keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan 0,75; transportasi dan komunikasi 0,27; industri pengolahan 0,01. Sektor usaha perdagangan, hotel,dan restoran
memiliki nilai Ri sebesar 0,00 ini berarti tidak terjadi peningkatan maupun penurunan atau dengan kata lain tetap, sehingga tidak memberikan kontribusi
kesempatan kerja Propinsi. Sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa terjadi penurunan kontribusi
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut terjadi pada sektor usaha listrik,gas, dan air bersih 0,47; pertambangan dan penggalian 0,39; pertanian dan jasa-jasa 0,11;
bangunan 0,08. Sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja ditingkat Propinsi adalah sektor usaha keuangan,
perbankan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar 0,75.
Nilai ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja di Kabupaten Bogor pada tahun 2004 dan tahun 1998, masing-masing nilai diperoleh berdasarkan
sektor usaha. Sektor usaha pertanian merupakan sektor usaha yang mengalami peningkatan tertinggi dalam kontribusi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten
Bogor dengan nilai 0,56. Sedangkan sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan mengalami penurunan dengan nilai yang sama yaitu sebesar 0,56.
Berikut urutan sektor usaha yang mengalami peningkatan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor setelah sektor usaha pertanian.
Sektor usaha industri pengolahan 0,20; pertambangan dan penggalian 0,14; transportasi dan komunikasi 0,02. Sedangkan sektor usaha yang mengalami
penurunan setelah sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan yaitu jasa-jasa 0,30; listrik, gas, dan air bersih 0,29; bangunan 0,28; perdagangan,
hotel, dan restoran 0,12. Tabel 5.6. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bogor dan Propinsi Jawa Barat Pra
Kebijakan Upah Minimum Nilai Ra, Ri, dan ri
No Lapangan Usaha
Ra Ri ri
1 Pertanian 0,09
0,00 -0,37
2 Pertambangan dan Penggalian
0,09 -0,10
-0.03 3 Industri
Pengolahan 0,09
0,08 0,22 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,09
-0,04 0,07 5 Bangunan
0,09 0,55 0,46
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
0,09 0,28 0,35
7 Transportasi dan
Komunikasi 0,09
0,31 0,71 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 0,09
0,16 1,96 9 Jasa-jasa
0,09 -0,04 0,77
Total 0,09 0,09
0,24 Sumber : BPS Data diolah
Tabel 5.6 menunjukkan nilai Ra, Ri, ri, sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan di Kabupaten Bogor. Nilai Ra sebesar 0,09 menunjukkan bahwa
selama tahun berjalan pra kebijakan upah minimum, terjadi peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,09.
Nilai Ri yang bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kontribusi persektor usaha ditingkat Propinsi, hal tersebut terjadi pada hampir
seluruh sektor usaha. Sedangkan nilai Ri yang bernilai negatif menunjukkan terjadinya penurunan kontribusi persektor usaha ditingkat Propinsi, hal tersebut
terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian 0,10; sektor usaha listrik, gas, dan air bersih 0,04; sektor jasa 0,04.
Nilai ri yang bernilai positif yang mengindikasikan bahwa selama tahun berjalan pra kebijakan upah minimum terjadi peningkatan kontribusi persektor
usaha ditingkat kabupaten, hal tersebut juga terjadi pada sebagian besar sektor usaha. Sedangkan sektor usaha yang memiliki nilai ri negatif adalah sektor usaha
pertanian 0,37 dan sektor usaha pertambangan dan penggalian 0,03.
5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah