selama tahun berjalan pra kebijakan upah minimum, terjadi peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,09.
Nilai Ri yang bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kontribusi persektor usaha ditingkat Propinsi, hal tersebut terjadi pada hampir
seluruh sektor usaha. Sedangkan nilai Ri yang bernilai negatif menunjukkan terjadinya penurunan kontribusi persektor usaha ditingkat Propinsi, hal tersebut
terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian 0,10; sektor usaha listrik, gas, dan air bersih 0,04; sektor jasa 0,04.
Nilai ri yang bernilai positif yang mengindikasikan bahwa selama tahun berjalan pra kebijakan upah minimum terjadi peningkatan kontribusi persektor
usaha ditingkat kabupaten, hal tersebut juga terjadi pada sebagian besar sektor usaha. Sedangkan sektor usaha yang memiliki nilai ri negatif adalah sektor usaha
pertanian 0,37 dan sektor usaha pertambangan dan penggalian 0,03.
5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Pada analisis
shift share , pertumbuhan suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu komponen pertumbuhan regional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Pada Tabel 5.7
memperlihatkan hasil perhitungan shift share berdasarkan komponen pertumbuhan regional. Nilai PR menggambarkan perubahan kontribusi
penyerapan tenaga kerja disuatu wilayah akibat dari adanya kebijakan regional mengenai ketenagakerjaan. Bila ditinjau secara keseluruhan, kebijakan regional
mengenai ketenagakerjaan telah mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Bogor, yaitu terjadinya penurunan nilai kesempatan kerjanya sebesar 27.396 jiwa
atau sebesar 2,00 persen dan juga adanya nilai negatif pada setiap sektor usaha yang terdapat di Kabupaten Bogor.
Keseluruhan nilai negatif dari nilai komponen pertumbuhan regional PR mengindikasikan bahwa kebijakan nasional mengenai ketenagakerjaan
memberikan pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor. Sektor usaha yang sangat merasakan pengaruh negatif dari kebijakan
regional mengenai kebijakan upah minimum adalah sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran yaitu terjadi penurunan sebesar 7.574 jiwa, posisi kedua
diduduki oleh sektor usaha jasa-jasa yang mengalami penurunan sebesar 5.647 jiwa, sedangkan posisi ketiga diduduki oleh sektor usaha industri pengolahan
dengan nilai penurunan sebesar 4.991 jiwa, dan seterusnya. Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor
Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 1998 dan 2004
No Sektor Usaha
PR ij
jiwa persen
1 Pertanian -3.483
-2,00 2
Pertambangan dan Penggalian -178
-2,00 3 Industri
Pengolahan -4.991
-2,00 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih -159
-2,00 5 Bangunan
-2.460 -2,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
-7.574 -2,00
7 Transportasi dan
Komunikasi -2.320
-2,00 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -583
-2,00 9 Jasa-jasa
-5.647 -2,00
Total -27.396 -2,00
Sumber : BPS Data diolah
Sektor usaha yang mengalami pengaruh terkecil dari kebijakan nasional adalah sektor gas, listrik, dan air bersih dengan kontribusi sebesar 159 jiwa,
disusul dengan sektor usaha pertambangan dan penggalian sebesar 178 jiwa. Nilai tersebut sangatlah kecil jika dibandingkan dengan total penurunan pertumbuhan
regionalnya yang sebesar 27.396 jiwa.
Tabel 5.8 mengidentifikasi komponen pertumbuhan regional sebelum kebijakan upah minimum dilakukan oleh pemerintah. Keadaan tersebut sangat
bertolak belakang dengan keadaan sesudah kebijakan upah minimum, dimana nilai komponen pertumbuhan regional dari semua sektor bernilai positif.
Tabel 5.8. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 1992 dan 1997
No Lapangan Usaha
PR ij
jiwa persen
1 Pertanian
25.855 9,00
2 Pertambangan dan Penggalian
1.699 9,00
3 Industri Pengolahan
22.158 9,00
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
382 9,00
5 Bangunan
6.355 9,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
28.554 9,00
7 Transportasi dan Komunikasi
5.753 9,00
8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan
1.047 9,00
9 Jasa-jasa
15.766 9,00
Total 107.571 9,00
Sumber : BPS Data diolah
Sektor usaha yang paling berpengaruh adalah perdagangan, hotel, dan restoran 28.554 jiwa, sedangkan yang berpengaruh paling kecil adalah sektor
usaha listrik, gas, dan air bersih 382 jiwa. Bila ditinjau dari keseluruhan, pertumbuhan kesempatan kerja Kabupaten Bogor telah dipengaruhi oleh
pertumbuhan kesempatan kerja regional sebelum adanya kebijakan upah minimum adalah sebesar 107.571 jiwa Tabel 5.8.
Tabel 5.9. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1998 -2004
No Sektor Usaha
PP ij
jiwa persen
1 Pertanian -15.673
-8,99 2
Pertambangan dan Penggalian -3.287
-36,99 3 Industri
Pengolahan 7.487
3,00 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih -3.574
-45,00 5 Bangunan
-7.382 -5,99
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7.574 1,99
7 Transportasi dan
Komunikasi 33.643
28,99 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 22.441
77,00 9 Jasa-jasa
-25.410 -8,99
Total 15.819 1,15
Sumber : BPS Data diolah
Tabel 5.9 menggambarkan komponen pertumbuhan proporsional yang merupakan pengaruh kedua dari pertumbuhan kesempatan kerja regional, nilai PP
ini menjelaskan mengenai perbedaan kenaikan kesempatan kerja regional dan kenaikan kesempatan kerja sektor usaha secara keseluruhan. PP yang bernilai
positif mengindikasikan bahwa sektor usaha tersebut di Kabupaten Bogor memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian sebaliknya jika PP bernilai negatif
berarti memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor usaha dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja terbesar adalah
sektor usaha transportasi dan komunikasi yaitu sebesar 33.643 jiwa 28,99 persen nilai ini sekaligus menjadikan sektor usaha ini sebagai sektor usaha dengan laju
pertumbuhan tercepat. Tingginya pertumbuhan pada sub sektor usaha komunikasi ditandai dengan banyaknya operator atau profider telepon seluler baru yang
masuk sehingga perang tarif sering terjadi, sedangkan pada sub sektor usaha transportasi ditandai dengan banyaknya angkutan umum yang beroperasional di
wilayah Kabupaten Bogor.
Sektor usaha lain yang tergolong memiliki pertumbuhan cepat antara lain sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan sebesar 22.441 jiwa
77,00 persen; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7.574 jiwa 1,99 persen; sektor usaha industri pengolahan 7.487 jiwa 3,00 persen, untuk
sektor usaha ini walaupun mengalami peningkatan presentase rendah tetapi nilai kontribusinya cukup besar jika dibandingkan dengan keseluruhan kesempatan
kerja. Terlihat pada Tabel 5.9 terdapat lima sektor usaha yang tergolong
memiliki pertumbuhan lambat antara lain sektor usaha jasa-jasa 8,99 persen; sektor usaha pertanian 8,99 persen; sektor usaha bangunan 5,99 persen; sektor
usaha listrik, gas dan air bersih 45,00 persen; sektor usaha pertambangan dan penggalian 36,99 persen. Apabila dilihat dari keseluruhan nilai komponen
pertumbuhan proporsional di Kabupaten Bogor maka terlihat terjadi pergeseran pertumbuhan dari sebelum kebijakan upah minimum dilakukan yaitu sebesar
66.428 jiwa 5,56 persen menjadi 15.819 jiwa 1,15 persen setelah dilakukan kebijakan upah minimum.
Berdasarkan Tabel 5.10 sektor usaha yang memiliki nilai komponen pertumbuhan proporsional tertinggi pra kebijakan upah minimum di Kabupaten
Bogor adalah sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 60.281 jiwa 19,00 persen. Hal tersebut sekaligus mengindikasikan bahwa sektor usaha
memiliki pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Sedangkan sektor usaha yang memiliki tingkat pertumbuhan paling
lamban adalah sektor usaha pertanian.
Tabel 5.10. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1992-
1997
No Lapangan Usaha
PP ij
jiwa persen
1 Pertanian -25.855
-9,00 2
Pertambangan dan Penggalian -3.586
-18,99 3 Industri
Pengolahan -2.462
-0,99 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih -552
-13,00 5 Bangunan
32.482 46,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
60.281 19,00
7 Transportasi dan Komunikasi
14.064 21,99
8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan
815 6,99
9 Jasa-jasa -8.759
-5,00 Total 66.428
5,56 Sumber : BPS Data diolah
Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW menunjukkan kemampuan daya saing suatu sektor usaha disuatu wilayah dibandingkan dengan sektor usaha di
wilayah lain. Apabila nilai PPW positif maka dapat dikatakan bahwa sektor usaha tersebut berdaya saing baik, sebaliknya apabila nilai PPW negatif berarti sektor
usaha tersebut tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain. Pengaruh daya saing merupakan komponen ketiga dari perubahan
kesempatan kerja di Kabupaten Bogor yang setara dengan perubahan nasional, menyebabkan secara keseluruhan kesempatan kerja di Kabupaten Bogor menurun
sebesar 18.345 jiwa atau sebesar 1,34 persen. Tabel 5.11 mengidentifikasikan bahwa sektor usaha pertanian mampu
berdaya saing dengan baik dengan sektor usaha yang sama di wilayah lainnya karena terjadinya peningkatan kontribusi sebesar 116.679 jiwa 66,99 persen. Hal
ini terjadi karena dalam sektor usaha pertanian tenaga kerja yang terlibat tidak diharuskan berpendidikan tinggi, sehingga banyak orang dengan mudah bekerja
dalam sektor usaha pertanian. Sedangkan sektor usaha jasa-jasa tidak dapat
berdaya saing dengan baik dengan sektor usaha yang sama di wilayah lainnya, ini diperlihatkan dengan angka yang bernilai negatif dengan menunjukkan terjadinya
penurunan kontribusi sebesar 53.644 jiwa 19,00 persen. Tabel 5.11. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor
Berdasarkan Komponen Pangsa Wilayah, Tahun 1998 dan 2004
No Sektor Usaha
PPW ij
jiwa persen
1 Pertanian 116.679
66,99 2
Pertambangan dan Penggalian 4.708
52,99 3 Industri
Pengolahan 47.417
18,99 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.429
17,99 5 Bangunan
-24.607 -19,99
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
-45.445 -11,99
7 Transportasi dan
Komunikasi -26.703
-23,00 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -38.179
-131,00 9 Jasa-jasa
-53.644 -19,00
Total -18.345 -1,34
Sumber : BPS Data diolah
Nilai PPW pada masa sebelum kebijakan upah minimum dilakukan, terjadi peningkatan kontribusi dengan nilai peningkatan tertinggi dipegang oleh sektor
usaha jasa-jasa dengan nilai peningkatan 127.881 jiwa 72,99 persen. Sedangkan penurunan kontribusi terbesar terjadi pada sektor usaha pertanian sebesar 106.294
jiwa 37,00 persen, nilai ini sekaligus mengidentifikasikan bahwa sektor usaha ini tidak dapat berdaya saing dengan baik bila dibandingkan dengan sektor usaha
lain di wilayah lainnya Tabel 5.12. Tabel 5.12. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor
Berdasarkan Komponen Pangsa Wilayah, Tahun 1992 dan 1997
No Lapangan Usaha
PPW ij
jiwa persen
1 Pertanian -106.294
-37,00 2
Pertambangan dan Penggalian 1.321
6,99 3 Industri
Pengolahan 34.468
13,96 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih 127
2,99 5 Bangunan
-6.355 -8,99
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
22.209 7,00
7 Transportasi dan
Komunikasi 25.572
40,00 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 20.957
179,99 9 Jasa-jasa
127.881 72,99
Total 119.886 10,03
Sumber : BPS Data diolah
Nilai Pergeseran Bersih PB menunjukkan penjumlahan antara PP dan PPW. Apabila hasil penjumlahan tersebut bernilai positif, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan sektor usaha tersebut di Kabupaten Bogor tergolong kedalam kelompok progresif. Sektor usaha yang tergolong progresif adalah pertanian;
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; bangunan; transportasi dan komunikasi Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Pergeseran Bersih Kabupaten Bogor Tahun 1998 dan 2004
No Sektor Usaha
PB ij
jiwa persen
1 Pertanian 101.006
58,00 2
Pertambangan dan Penggalian 1.421
15,99 3 Industri
Pengolahan 54.904
21,99 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih -2.145
-27,00 5 Bangunan
31.989 25,99
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
-37.871 9,99
7 Transportasi dan
Komunikasi 6.940
5,98 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -15.738
-54,00 9 Jasa-jasa
-79.054 27,99
Total 61.452 4,48
Sumber : BPS Data diolah
Nilai PB yang negatif mengidentifikasikan bahwa pertumbuhan sektor usaha tersebut pada wilayah Kabupaten Bogor termasuk lamban. Terdapat empat
sektor usaha yang tergolong pertumbuhannya lamban di Kabupaten Bogor, yaitu listrik, gas, dan air bersih; perdagangan, hotel, dan restoran; keuangan, perbankan,
dan jasa perusahaan; jasa-jasa. Sedangkan secara keseluruhan, PB menyebabkan peningkatan sebesar 4,48 persen.
Masa sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan, nilai peningkatan kontribusi PB tertinggi dipegang oleh sektor usaha jasa-jasa yaitu sebesar 119.122
jiwa 67,99 persen. Nilai penurunan kontribusi PB terbesar dipegang oleh sektor usaha pertanian yaitu sebesar 132.149 jiwa 46,00 persen, sekaligus
menggambarkan bahwa sektor usaha tersebut berdaya saing lamban bila dibandingkan dengan sektor usaha lain lihat Tabel 5.14. Sedangkan secara
keseluruhan kontribusi nilai PB pada masa sebelum kebijakan upah minimum lebih besar dari pada setelah kebijakan upah minimum.
Tabel 5.14. Pergeseran Bersih Kabupaten Bogor Tahun 1992 dan 1997
No Sektor Usaha
PBij jiwa
persen
1 Pertanian -132.149
-46,00 2
Pertambangan dan Penggalian -2.265
-12,00 3 Industri
Pengolahan 32.006
12,99 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih -425
-10,00 5 Bangunan
26.127 37,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
82.490 26,00
7 Transportasi dan
Komunikasi 39.636
62,00 8
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 21.772
186,99 9 Jasa-jasa
119.122 67,99
Total 186.314 15,58
Sumber : BPS Data diolah
Gambar 5.1 dibawah, merupakan gambar profil pertumbuhan sektor usaha di Kabupaten Bogor yang terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I terletak
disebelah kanan atas, apabila terdapat sektor usaha di wilayah ini, maka dapat disimpulkan bahwa sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat
dengan daya saing yang baik bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain karena wilayah ini tergolong wilayah progresif maju.
Sektor usaha yang berada di kuadran I adalah sektor usaha industri pengolahan, maka dapat disimpulkan bahwa sektor usaha tersebut memiliki
pertumbuhan yang cepat dengan daya saing yang baik di wilayah Kabupaten Bogor pasca kebijakan upah minimum. Hal ini terjadi karena kebijakan upah
minimum yang ditetapkan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap proses produksi pada sektor industri pengolahan yang cenderung menggunakan teknologi
canggih padat modal. Kuadran II terletak di sebelah kanan bawah ditempati oleh tiga sektor
usaha, yaitu : sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran.
Setiap sektor usaha yang berada diwilayah ini tergolong lapangan usaha yang pertumbuhannya cepat tetapi memiliki daya saing yang kurang baik jika
dibandingkan dengan wilayah lain. Sektor usaha bangunan dan jasa-jasa berada di kuadran III yang terletak di
sebelah kiri bawah, ini mengidentifikasi bahwa sektor usaha tersebut tergolong sektor usaha yang memiliki pertumbuhan lamban dan memiliki daya saing yang
kurang baik bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain, oleh karena itu Kuadran III disebut wilayah lamban. Sektor usaha yang berada di kuadran III
yaitu sektor usaha bangunan dan sektor usaha jasa-jasa.
Profil Pe rtumbuhan Sektor Usaha
-80000 -60000
-40000 -20000
20000 40000
60000 80000
100000 120000
140000
-50000 50000
PPW P
P
P ert anian P ert ambangan dan
P enggalian Indust ri P engolahan
List rik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan P erdagangan, Hot el,
dan Rest oran T ransport asi dan
Komunikasi Keuangan,
P erbankan, dan Jasa P erusahaan
Jasa-jasa
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 1998 dan 2004
Kuadran IV ditempati oleh tiga sektor usaha yaitu, sektor usaha pertanian; sektor usaha pertambangan dan penggalian; sektor usaha listrik, gas, dan air
bersih. Ini mengartikan bahwa tiga sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi berdaya saing baik jika dibandingkan wilayah-wilayah lainnya.
Sebuah garis diagonal 45° membagi kuadran II dan IV menjadi dua bagian, tiap sektor usaha yang berada diatas garis tersebut maka tergolong sektor
usaha progresif, sektor usaha tersebut adalah sektor usaha pertanian; sektor usaha industri pengolahan; sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha
keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor usaha yang berada dibawah garis diagonal adalah sektor
usaha pertambangan dan penggalian; sektor usaha listrik, gas, dan air bersih; sektor usaha bangunan; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran; sektor
usaha jasa-jasa. Sektor-sektor usaha tersebut tergolong dalam sektor usaha yang lambat.
Gambar 5.2 mengidentifikasi profil pertumbuhan sektor usaha di kabupaten Bogor sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan dengan selang
waktu antara tahun 1992-1997. Pada gambar 5.2 sektor usaha yang berada di kuadran I yaitu sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha
perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan. Ini menunjukkan sektor-sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan
yang cepat dan berdaya saing baik.
Gambar 5.2. Profil Pertumbuhan Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 1992-1997
Sektor usaha yang berada di kuadran II adalah sektor usaha bangunan yang mengartikan bahwa sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan cepat tetapi daya
saingnya kurang baik. Sektor usaha yang berada di kuadran III yaitu sektor usaha pertanian, itu berarti sektor usaha tergolong dalam pertumbuhan yang lambat dan
Profil Pertumbuhan Sektor Usaha
-150000 -100000
-50000 50000
100000 150000
-50000 50000
PPW PP
Pertanian Pertambangan dan
Penggalian Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan
Restoran Transportasi dan
Komunikasi Keuangan, Perbankan,
dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
berdaya saing kurang baik. Sektor usaha yang berada di kuadran IV yaitu sektor usaha industri pengolahan, sektor usaha pertambangan dan penggalian, sektor
usaha jasa-jasa, yang berarti sektor usaha tersebut tergolong dalam pertumbuhan cepat dan berdaya saing kurang baik.
Sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan di Kabupaten Bogor, sebagian besar sektor usaha tergolong dalam sektor usaha progresif, karena
letaknya yang berada diatas garis diagonal. Sektor-sektor usaha tersebut yaitu sektor usaha jasa-jasa; sektor usaha industri pengolahan; sektor usaha keuangan,
perbankan, dan sektor usaha jasa perusahaan; sektor usaha bangunan; sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha perdagangan, hotel dan restoran.
Sedangkan sektor usaha yang tergolong lambat karena letaknya berada dibawah garis diagonal yaitu sektor usaha pertanian; sektor usaha pertambangan dan sektor
usaha penggalian, listrik, gas dan air bersih.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN