BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam memberikan tempat dan perhatian yang tinggi kepada anak-anak, prinsipnya anak-anak di dalam Islam adalah amanah sekaligus karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Amanah tersebut harus kita pelihara dengan baik, karena di dalam diri anak terdapat
harkat, martabat, dan hak untuk hidup dengan layak. Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, agama, dan
keluarga. Memiliki posisi yang sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi kehidupan manusia di masa depan. Artinya, kondisi
anak pada saat ini sangat menetukan masa depan bangsa di masa yang akan datang, kebutuhan anak-anak baik kebutuhan fisik, sosial maupun mental
rohaniyah, harus terpenuhi agar tumbuh menjadi generasi yang berkualitas.
1
Anak-anak dari kaum miskin atau dhu’afa yang ada di Indonesia merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan anggota masyarakat yang lain untuk memperoleh pendidikan yang layak. Kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sejatinya dapat diberikan kepada mereka, baik melalui pemerintah atau pun melalui kelompok masyarakat
1
Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial Jakarta: Pusat Pelatihan Kesejahteraan Sosial Badan pelatihan dan Pengembangan Sosial Departement
Sosial Republik Indonesia 2005 h.42
1
yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada kelompok sosial yang kurang beruntung tersebut di atas.
2
”Anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, dan perlindungan yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraannya. Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dan kemampuannya.
Namun tidak semua keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak, disebabkan oleh krisis ekonomi, kemiskinan dan menurunnya
kegairahan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, maupun semakin keringnya spiritualitas adalah merupakan indikasi keputusan dan
ketidakberdayaan anak-anak akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan anak”.
3
Krisis ekonomi telah mempengaruhi kehidupan dan daya beli keluarga- keluarga, yang akhirnya juga berdampak kepada pendidikan anak-anak.
Sebagian besar anak-anak Indonesia telah kehilangan kesempatannya sebagai anak-anak bahkan kesulitan ekonomi keluarga dapat mengancam masa depan
mereka bila mereka tidak memperoleh pendidikan yang semestrinya, padahal pendidikan sangatlah penting bagi mereka terutama untuk memperbaiki
kondisi perekonomian keluarga. Sekalipun pemerintah merencanagkan
2
Owin Jamasy, Keadilan Pemberdayaan dan Penanggulangi Kemiskinan, Jakarta: Belantika, 1998, h. 28
3
Triyanti, Maria April Anny, Pemberdayaan Anak Jalanan, DKI Jakarta UI Indonesia Program Studi Sosiologi, 2002 h. 3
program wajib belajar Sembilan tahun dan telah mengurangi beban biaya pendidikan dan disebagian besar pemerintah daerah telah menggratiskan
uang sekolah mereka. Dalam undang-undang juga tertulis bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
4
Walaupun pemerintah dan sejumlah pemerintah daerah telah mengurangi beban biaya pendidikan peserta didik, realitasnya tidak sedikit di antara anak-
anak dari keluarga yang kurang mamapu justru terabaikan dan belum bisa terjamah oleh kebijakan tersebut, untuk itu kita saksikan masih banyak anak-
anak yang belum mendapatkan, mengikuti atau melanjutkan pendidikan. Selain pendidikan secara formal, anak-anak yang berusia dibawah 16 tahun
yang semsetinya masih harus diperhatikan memperoleh asuhan dari orang tuanya, karena berbagai alasan terjebak kedalam kondisi keterlantaran.
Banyak orang tua mengalami pemutusan hubungan kerja. Sementara harga-harga barang pun meningkat tinggi. Agar dapat mempertahankan
kehidupan ekonomi keluarga sebagian orang tua membolehkan anak-anak mereka masuk ke panti asuhan. Karena ketiadaan biaya.
5
4
Undang-undang No 2, Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003Baba II pasal 2
5
Departemen sosial RI Derektorat Jenderal Bida Kesejahteraan Sosial dan Di derektorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia Tunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan
Sosial Anak Jalanan, 1999, h. 1
Panti Asuhan “Baiturrahman” Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya menangkap realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat tersebut sebagai
sebuah peluang untuk membantu masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih komprehensip bagi pendidikan sebagian anak yang belum
memiliki kesempatan memperoleh pendidikan sebagaimana mestinya, yaitu membantu memberikan pembinaan dan kesempatan menempuh pendidikan
bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu atau dhu’afa. Atas dasar kondisi dan pemikiran tersebut di atas, maka maka Yayasan Masjid Jami’ Bintaro
Jaya mendirikan lembaga sosial yang memiliki perhatian untuk menjawab masalah tesebut di atas, yaitu dengan mendirikan Panti Asuhan yang diberi
nama Panti Asuhan “Baiturrahman” Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya dengan berpola pendidikan yang terlah direncanakan sesuai dengan visi misi
yang telah dibuat. Pernyataan tersebut menarik untuk dikaji dan dianalisi sekaligus yang
mendasari penulis untuk melakukan penelitian secara rasional dan objektif. Panti Asuhan Baiturrahman ini adalah disini mereka mencoba membantu
anak anak yang kurang mampu khususnya kepada masyarakat yang ada disekitar Panti Asuhan. Berdasarkan permasalahan sebagaimana disebutkan
diatas, untuk itu, penulis mengambil judul. “
STRATEGI PANTI ASUHAN BAITURRAHMAN DALAM PEMBERDAYAAN
ANAK ASUH DI YAYASAN MASJID JAMI BINTARO JAYA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah