Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan ( Studi Kasus tentang Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan Usia 6 – 12 Tahun di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua )

(1)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Panduan Wawancara Penelitian Skripsi

Tujuan Wawancara

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak-anak panti asuhan.

2. Untuk mengetahui kemandirian anak asuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua terkhusus pada usia 6-12 tahun.

Perkenalan

Biodata informan, antara lain :

Nama :

TTL :

Usia :

Suku :

Agama :

Jenis Kelamin : Pendidikan terakhir :

Anak ke :

Lama bekerja : Posisi pekerjaan : Tempat Tinggal :

Pengalaman Pelaksanaan Pengasuhan

A. Khusus untuk Penanggung Jawab Panti (Informan 1)

1. Apa saja program-program yang dilakukan di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua untuk pengasuhan anak ?

2. Apa saja tugas-tugas yang dilakukan anak asuh ?

3. Bagaimana pembagian tugas yang diberikan pada setiap jenjang usia anak asuh ?

B. Pertanyaan untuk Seluruh Informan

4. Apa saja tugas Bapak/Ibu sesuai dengan bidang yang diasuh ? 5. Apa alasan dan tujuan Bapak/ ibu menjadi seorang pengasuh ? 6. Apa suka-dukanya menjadi pengasuh di panti asuhan ?


(2)

7. Sudah mengenal semua kepribadian tiap-tiap anak ?

8. Bagaimana pertemanan/persaudaraan di antara anak-anak panti ? Pandangan Umum tentang Kemandirian

9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang kemandirian ? Bagaimana anak yang mandiri itu ?

Deskripsi Strategi Komunikasi oleh Pengasuh

10. Bagaimana ciri kemandirian anak pada awal masuk ke panti asuhan ? 11. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk ? 12. Biasanya anak-anak mau cerita atau tidak kepada Bapak/Ibu tentang

dirinya/masalahnya ?

13. Apakah anak-anak harus disuruh atau sudah berinisiatif mengerjakan tugasnya ? Bagaimana dengan anak-anak usia 6-12 tahun ?

14. Apa nasehat/motivasi yang biasa diberikan ?

15. Apa yang pengasuh lakukan saat anak membandel ? 16. Apa yang pengasuh lakukan saat anak berprestasi ?

Ciri Kemandirian yang Ada pada Anak Asuh Usia 6-12 Tahun

17. Menurut pandangan Bapak/Ibu, bagaimana kemadirian yang dimiliki oleh para target observasi, antara lain :

1. Yesenia 2. Fitri 3. Mona 4. Elsa Penutup

18.Bagaimana tingkat kemandirian anak panti ?

19.Apakah sudah ada standar pencapaian kemandirian yang ditetapkan oleh panti sendiri ?


(3)

Lampiran 2. Hasil Wawancara Informan Utama 1. Hasil Wawancara Suster Bernadette (Informan 1)

Panti Asuhan Putri St. Angela awalnya masih dinaungi oleh yayasan yang sama di Panti Asuhan Bethlehem pada tahun 1974. Panti Asuhan Bethlehem merupakan panti asuhan yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan yang pertama kali ada di Panti Asuhan Betlehem sejumlah 17 orang. Pada kurun waktu 1978 hingga 1979, dibentuk panti asuhan khusus putri dan dipisah dari Panti Asuhan Bethlehem. Panti Asuhan Putri St. Angela dikelola oleh Konggregasi Fransiskan St. Elizabeth. Bangunan untuk menampung anak panti asuhan masih disatukan dengan gedung asrama putri Yayasan Pendidikan Don Bosco Deli Tua. Pada tahun 1989 hingga 1980 dibangunlah gedung khusus panti asuhan.

Panti Asuhan Putri St. Angela mengasuh anak yang berasal dari berbagai daerah seperti Riau, Nias, Batam, Samosir, dan Simalungun. Anak-anak ini merupakan anak yatim-piatu, anak yatim, anak yang orangtuanya bermasalah sehingga memerlukan perlindungan, anak yang ditinggal di rumah sakit dan di tinggal di panti asuhan, serta anak-anak gelandangan. Anak-anak yang masih memiliki keluarga tetap diberi kesempatan untuk mengunjungi keluarganya pada masa liburan. Selayaknya panti asuhan, Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua membina anak agar tumbuh dan berkembang dengan wajar. Hal ini menunjukkan panti asuhan sebagai pengganti keluarga yang keluarga anak sendiri mengalami disfungsi. Panti asuhan memberikan pendidikan formal, budi pekerti, keterampilan, dan agama. Selain itu kekerasan merupakan hal yang sangat dilarang di panti asuhan.

Pada kehidupan sehari-hari, anak-anak di panti asuhan diharuskan untuk saling memperhatikan dan menjaga. Anak-anak panti yang dianggap sudah mampu mengurus dirinya sendiri akan diberi tanggung jawab untuk menjaga adik asuh. Sistem kakak asuh-adik asuh ini berlaku sampai adik asuh bisa mandiri mengurus dirinya. Pada kenyataannya ada pula adik asuh yang meminta untuk tidak memiliki kakak asuh lagi karena sudah merasa mampu. Umumnya usia anak


(4)

yang sudah mandiri adalah anak di tingkat kelas empat sekolah dasar. Adik asuh akan dibantu untuk kegiatan hariannya seperti bangun pagi, memilihkan pakaian, mengerjakan tugas, dan sebagainya.

Panti asuhan sendiri menetapkan berbagai jadwal program harian, bulanan, dan tahunan yang akan dikerjakan anak panti. Fasilitas yang ada di panti asuhan antara lain ruang makan, dapur, 1 gudang makanan kering, 1 gudang basah, 1 gudang alat-alat, kamar musik, kamar tidur dengan tempat tidur masing-masing, lemari pakaian masing-masing, kamar mandi, kamar cuci, ruang studi, lemari studi, ruang rekreasi, perpusktakaan aras dan bawah, kantor, ruang obat, alat-alat musik.

Perkembangan jumlah anak yang diasuh disesuaikan dengann jumlah fasilitas yang ada atau sesuai daya tampung panti. Kegiatan-kegiatan anak dan program-program panti terdapat pada lampiran. Target panti asuhan terhadap anak yang diasuh adalah dengan program yang ada disesuaikan dengan tahapan usia/pendidikan, target yang harus dicapai dilakukan dengan sistem asuh-asih secara kekeluargaan.

2. Hasil Wawancara Ibu Lina (Informan 2) Apa saja tugas dan pekerjaan Ibu di panti ini ?

Saya ? Ya, mengawasi anak-anak disinilah, mengajari, mendidik mereka. Jadi ibu menjadi benar-benar seperti ibu rumah tangga ?

Ya.

Apa saja kegiatan sehari-hari yang dikerjakan anak-anak panti, Bu ?

Kegiatan-kegiatan mereka, yang pertama dari apa dulu ya. Wirausaha , kedua itu ada keterampilan seperti ya pekerjaan tangan. Ketiga berkebun, yang keempat itu mereka ya seni, bagian-bagian kebudayaan seperti itu. Seperti seni musik, seni budaya,ya gitulah kegiatan mereka. Kegiatan-kegiatan atau program yang dilakukan anak-anak disini.

Apa saja tugas dan tanggung jawab anak-anak panti ?

Ya tugas kelompok mereka, seperti itu tadi berkebun, beternak, bewirausaha, seperti buat kue-kue dan mereka berjualan ke rumah sakit.


(5)

Terus kegiatan kebersihan mereka sehari-hari. Inilah kan, kayak ruangan ini. Inilah dibagi-bagi, ada kelompok cuci piring, kelompok ruang makan, ruang studi, kamar mandi, gitulah. Kerja kelompok mereka, kegiatan mereka sehari-hari.

Lalu apa saja hak/ hal yang mereka dapatkan di panti asuhan ?

Ya, hak mereka itu. Ya gimana kita katakan disini ya ? Gimana kita mengatakan hak mereka disini kan ? Yang mereka dapatkan, ya itulah mereka harus bisa berhasillah begitu. Hm. Berhasil mereka dibina disini kan. Mereka ya belajarlah disini. Itulah hak mereka.

Bisakah Ibu jelaskan pandangan ibu tentang kemandirian ?

Ya mereka paling berkembang ini berjualan. Karena mereka itu ingin, butuh ini. Gimana sih kalo kami buat usaha begini. Mereka mencoba dulu ternyata mencoba-coba seperti membuat kue, mereka berhasil dan dijual ke Rumah Sakit Elisabeth, kadang keluaran, kadang orang kesini datang. Jadi kemadirian itu berani berkreasi dan mencoba. Ada inisiatiflah.

Bagaimana cara pengasuh menanggapi kepribadian anak-anak ?

Ya kepribadian anak berbeda-beda memang. Cara menanggapinya ya ada bakatnya dimana gitu kan. Contoh di usaha ini buat-buat kue, tapi kita lihat dia sehari-harinya kurang kreatif kurang minatlah dia untuk itu, tapi dia minatnya di keterampilan, seni musik itu. Jadi sehari-harinya kita bisa melihat dia, bagaimana pola pikir dan cara bekerja mereka begitu.

Bagaimana cara pengasuh untuk mendekati anak yang baru datang ke panti asuhan ?

Ya dia mesti menyesuaikan diri dululah. Dengan teman-temannya, masih mengikuti dulu. Jadi kalau misalnya langsung kita berikan pekerjaan begitukan, dia belum pengalaman. Masih bertanya-tanya sama temannya dulu, masih mengikut-ikuti. Jadi nanti sudah 1 bulan, 3 bulan dia sudah mengertikan. Oh, jadi ini tugas saya, tanggung jawab saya, gitu.

Karena kita disini sulit lho, karena namanya anakkan ? Begitu banyaknya anak, ya mesti bisa menilai satu per satu. Oh orangnya begini sifatnya, oh ini bidangnya dibidang mana dia. Kan nggak sama semua. Jadi ada pendekatan yang berbeda-beda.


(6)

Apakah di panti asuhan ini ada strategi menjanjikan sesuatu agar anak-anak menjadi patuh ?

Gimana ya, saya katakan, patuh. Ya, kalau patuh dalam peraturan ya mereka harus kan ? Kalau menjanjikan, seperti hadiah nggak ada disini menjanjikan hadiah. Disini tidak ada memberikan imbalan jika anak mengerjakan sesuatu begitu. Kalau begitu namanya bukan mendidik, disini tidak boleh begitu. Harus benar-benar.

Apakah ada pemberian hukuman untuk anak-anak yang tidak patuh ? Kalau hukuman adalah. Kalau dia terlalu bandal ya. Seperti dia bertengkar dengan teman, bermusuhanlah dikatakan ya. Tidak mau berdamai pokoknya dendamlah, nah itu diberikan sanksi. Atau mencuri.

Apakah pengasuh memberti motivasi kepada anak-anak ?

Kalau mereka baik di prestasi ya, kita bilang ini contoh yang bagus. Begitu juga kalau sebaliknya. Buruk yang begitu, harusnya begini.

Apakah pengasuh menunjukkan ekspresi yang berbeda kepada anak tidak patuh dan anak yang patuh ?

Samalah disini. Pengasuh itukan ya kalau baik ya memang baik, tapi kalau membandel, kita pun menghadapinya ya harus dengan ramah. Nggak bisa kita langsung apalah, marahlah emosi, harus bersabarlah.

Apakah pengasuh memberikan penghargaan kepada anak-anak panti ? Kalau pujian sih biasanya itu kalau biasanya kayak bercanda-canda gitu sih. Dipuji biar dia semangat. Jadi anak-anak kalau nggak ada motivasi baik dari teman-temannya nantikan jadi seperti depresi begitu.

Apakah di panti ini ada kebiasaan seperti meminta timbal balik/utang dalam memberi dan menerima bantuan dalam hal kepatuhan ?

Yang seperti itu, susah kita mengatakan itu nanti. Menurut saya itu sama aja. Kemarin dikasi ini jadi sekarang kasih ini, jadi seperti itu nggak ada disini. Pokoknya sama aja gitu. Siapa pun sehari-harinya kan, ya langsung dikerjakan saja begitu.

Apakah mereka sudah mengenal identas dirinya sendiri ?

Sudah. Kalo secara umum anak SD sudahlah, Cuma ini yang paling kecil si Belina ini ya belum, kan masih kelas 1 SD juga kan.


(7)

Apakah anak-anak panti usia 6 hingga 12 tahun sudah memiliki inisiatif ? Belum. Mereka ini harus disuruh-suruh masih, masih diperintah-perintah. Paling itu anak-anak SMA lah yang udah mengerti. Kalau anak SD ini belum bisalah. Kalau untuk kerjaan memang masih diperintah-perintah. Tapi untuk dirinya sendiri, kayak milih baju sendiri. Ya itu sudah tau sendirilah dia. Untuk kerjaannya sendiri pun kadang ada malas-malasnya. Jadi belum bisalah kita katakan mandiri mereka, masih harus kita perintah juga. Karena kalau misalnya tidur, kalau nggak kita banguni. Nggak bangun-bangun. Disini iya begitu. Ada sebagian lagi nggak mau tidur, masih pengen belajar. Jadi anak seperti ini terpaksalah kita banguni, kita suruh mandi, yang inilah ya segalalah. Namanya pun anak panti.

Apakah anak-anak sudah bertanggung jawab atas tindakannya ?

Mereka tanggung jawab sih tanggung jawab. Mereka disinikan diajari bertanggung jawab jugakan. Karena mereka kalau tidak bertanggung jawab sama tugasnya atau kerja kelompoknya, mereka akan kena teguran juga kan ? Jadi panti asuhan inikan, memang dijadikan rumah keberhasilan kan ? Bukan kita harus meminta-minta kan ? Harus bisa mandiri, bisa maju.

Apakah anak-anak sudah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri ?

Oh mereka sudah bisalah sendiri, kalau misalnya lapar ya langsung ke sayalah “aku makan ya, Bu”. Udah, mereka nggak terlalu ribut.

Apakah anak-anak sudah memiliki pertimbangan dalam melakukan tindakan ?

Kalau anak sudah ada pertimbangan-pertimbangannya, tapi tetap kita ajarkan. Gimana kerja kamu yang bagus, mana yang tidak bagus. Kita tegurlah dan kita ajarkan bagaimana mengerjakan itu yang baik. Diberi contoh sama kakak-kakaknya yang mengajari. Mereka nanti meniru kan.

Apakah terdapat target dalam pencapaian kemandirian anak-anak di panti asuhan ini ?

Oh target mereka itu, ya biasanya nilai rapornya. Kalau misalnya dapat rangking segini akan lebih disekolahkan (untuk perguruan tinggi). Tapi kalau misalnya nggak dicapainya targetnya itu, gimana kita buat nanti. Mau kemana kita buat nanti. Begitu. Jadi memang mutu pendidikan itu memang harus ditingkatkan, cara


(8)

belajar. Kalau untuk target begini-begini itu nggak ada. Ya, target mereka itu ya tamat. Setelah tamat mau kemana lagi nanti, begitu. Tapi harus disesuaikan juga denga minat dan kemampuan dialah.

Kalau untuk target di bidang emosional itu ya kita liat dari segi umurnya. Kalau misalnya kan umur 6 sampe 12 tahun itu kan masih perkembang diakan. Ya masih ada bandel-bandelnya. Untuk anak SMP lebih bergejolak lagi. Kalau anak SMA itu pemikiran mereka kan sudah dewasa, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tapi yang paling membedakan, yang paling kita jaga ini sekarang yang SMP dengan yang SD. Disinilah pengasuh harus menahan emosi. Apapun yang dilaksanakan mereka, ya kita sudah maklum ajalah. Karena dari segi umur mereka kan, timbul gejolak-gejolak kan. Kalo sudah SMA kan udah tau mereka mana yang baikkan. Menahan emosinya pun sudah bisa terkontrol. Kalau anak SD gimana ? Main lempar-lemparannya. Namanya disini, ya sabar ajalah kita menghadapi.

Bisakah ibu ceritakan bagaimana tingkah polah anak-anak panti dalam kesehariannya ?

Ya kadang kalo main-mainlah. Seperti main lompat karet itulah, main kuaci. Ha itu sering bertengkar. “Aku yang menang, enggak”. Ya, kayak-kayak gitulah. Itu anak SD. Kalau anak SMP, taulah masa-masa ini kan. Teman, “temanku begini -begini.” Kalau dari SMA, ya taulah pacaran. Begitu sih. Itulah pengal aman-pengalama yang ada disini.

Berdasarkan interaksi dan pengamatan Ibu, bagaimana kemandirian Yesenia, Fitri, Mona dan Elsa ?

Mandiri ya ? Mandiri termasuk bijaklah kita bilang itu ya. Hm, kalau Yesenia itu saya lihat termasuk bijak. Dia itu mandiri, udah bisalah ngurus dirinya sendiri. Dia cepat itu ngurus dirinya. Cuma tetap aja malasnya kalau kerja. Tapi udah bisalah dibilang.

Seperti itu juga si Fitri. Dia juga sudah. Lagian memang disini semua kan dituntut untuk bijak, bisa ngurus dirinya kan. Tapi Fitri ini memang masih lebih bijak sedikit dibandingkan Yesenia.

Nah, kalo yang kurang bijak ini. Anak yang kurang memang, yang kurang nangkap itu Mona dan Elsa. Itu Mona punya kakak juga disini, kakak kandungnya


(9)

si Fani juga seperti itu. Kalau Elsa, dia mau bantu kerjaan temannya. Cuma dia lalai sama tugasnya sendiri. Kan ga bagus seperti itu.

Apakah Ibu memiliki saran terkait dengan pengasuhan anak-anak terkhusus anak panti asuhan ?

Kalau saran ya, jangan bicara sembarangan. Hargai orang tua. Harus mengenal diri, siapa kita, bagaimana kita, bagaimana keadaan asal kita sehingga datang kesini. Berarti karena kita kurang mampu kan ? Jadi disini memang harus betul-betul mandiri, supaya dia bisa berhasil di masa depannya kan.

Saran ke pengasuh diluar panti ?

Kalau saya sih, selagi bisa memberikan ilmu kepada mereka untuk mempelajari yang bisa menghasilkanlah ya. Seperti membuat usaha-usaha, saya berbagi kasih dengan mereka itu memberikan ilmu, membuat sesuatu. Gimana caranya bisa menghasilkan sesuatu, berupa uanglah begitu. Biar mereka nanti suatu saat, ataupun berumah tangga. Walaupun suaminya nanti ntah gimana-gimana, mereka udah bisa tahu usaha apa yang bisa mereka lakukan. Jangan mengharapkan dari orang kita meminta-minta. Misalnya suaminya sakit, mereka sudah punya bekal sendiri yaitu ilmu yang sudah saya berikan itu. Sehingga bisa berkembang gitu. Buat anak-anak disini gitu juga, baik yang keterampilan, baik yang seni musiknya, yang lain-lain jugalah, karena itu juga ilmu kan. Jadi bisa membuat mereka berkembang. Jadi kalo saya bilang, pokoknya harus bisa mandiri mereka.

3. Hasil Wawancara Ibu Lusi (Informan 3)

Secara teratur kita memberi tahu, itu kan anak belum bisa mungkin dulu sebelum masuk disini. Itu dia hidupnya tidak teratur. Jadi setelah dia masuk disini, semuakan ada aturan. Nah, jadikan sudah diatur bagaimana makan, jam berapa makan-minum. Lalu bangun tidur pagi dan tidur siang, dan pagi lagi itukan sudah ada aturannya, jadwal.

Jam kerja juga seperti itu. Jadi waktu main juga kita punya waktu, ada aturan waktunya, memang itu ada kesulitan karena adanya peraturan, anak sedikit memberontak. Akan tetapi, kami menjelaskan mengapa hidup itu punya aturan. Karena manusia itu, kalo nggak diatur, itu liar. Nah jadi hidupnya nggak jelas,


(10)

nggak tentu. Lalu suka-sukanya. Akan tetapi, dengan ada peraturan itu, kita bisa berkembang lalu terdidik dia. Jadi kualitas kita nampak, mental kita itu pun kelihatan.

Lalu dalam hal keterampilan ya. Kalau dalam hal keterampilan itu saya jelaskan, pertama memang semua anak ikut keterampilan. Lalu dari keseluruhan itu saya lihat yang ada bakat, yang tidak bakat tapi ada kemauan untuk belajar. Lalu dari situ saya lihat ada beberapa anak. Ada beberapa, saya ambil dulu yang besar itu anak SMA. Ada beberapa anak itu berbakat keterampilan. Akan tetapi mereka merasa jenuh. Memang betul itu keterampilan yang seperti ini sedikit jenuh. Akan tetapi, kejenuhan itu bisa menghasilkan sesuatu. “Coba kamu, kalau kamu rasa jenuh. Kamu pegang karya kamu sambil jalan. Lihat, tatap yang hijau-hijau. Pasti kamukan, hilang sudah rasa jenuhmu itu. Karena kamu itu capek apa ? Capek mata”

Makanya saya bilang kalo kamu tidak fokus dengan ini, merasa sedikit capek mata. Lihat keluar, jalan-jalan keluar. Lalu itu ada beberapa anaknya meningkat, lalu dari situ pun tamat dia kuliah. Kuliahnya diluar Sumatera. Lalu yang SMP dia tidak berbakat memang, tetapi kepengen ikut. Lalu saya cari tahum dia tidak berbakat tapi ada keinginannya mau ikut. Akan tetapi, setelah sambil jalan saya lihat barulah terbongkar. Anak ini mau lari dari tugasnya untuk kerja. Lalu saya arahkan untuk keterampilan jangan kita mau enak. Enggak. Ada tugas yang pertama itu kamu lari dari piketmu. Karena piketmu itu kamu rasa berat, kamu ikut keterampilan melihat teman-temanmu ikut keterampilan. Tapi kalau memang kamu ada keinginan-kemauan untuk belajar, boleh saya bilang. Akan tetapi, piket tetap jalan. Nah, habis piket baru masuk ke ruang keterampilan. Jadi waktu kamu yang kosong bukan hanya untuk main-main atau tidur-tiduran. Tidak. Jadi belajar keterampilan. Sejak itulah anak semakin jelas dia, anak bilang aku mau buk, aku mau buk. Tapi ingat kalau kamu lari karena meninggalkan pekerjaan ibu tidak pulangkan. Tapi kamu harus tau pekerjaan dan tanggung jawab dengan itu.

Nah, sejak itu mereka jalankan. Lalu untuk bertanggung jawab itu kadang saya lepas anak. Saya hanya melihat, jalan. Tapi memang perlu dukungan, itu


(11)

selalu kami dukung. Mereka kami biarkan mencoba idenya sendiri. Silakan kalian coba supaya semakin terampil, kreatif. Rupanya apa yang mereka buat itu para pelanggan senang. Oh berarti, saya berpikir anak berkembang. Saya juga kasih tau, keterampilanmu ini tidak hanya dipampang. Disimpan aja dilemari. Enggak. Coba kamu perlihatkan teman, atau guru, siapapun yang datang. Bilang saya buat ini. Ditunjukkan sama orang lain. Jadi terima baik tidaknya dari orang yang melihat kerajinan kita itu. Kalo baik terima kasih, ya kalau tidak baik ya saya akan perbaiki. Mereka pun menurut.

Jadi untuk anak kemandirian ini memang dari pelan-pelan kita ajari. Kita tunjukkan, dia buat ini kurang lengkap kita ajari sama-sama. “Mari seperti ini lho yang benar” begitu. Seperti itulah kemandirian anak, baik dalam keterampilan, berladang, berkebun, ternak bisa tapi terus diawasi.

Jadi taulah anak yang mau instan zaman sekarang ya. Kalo tidak ada yang lebih tua disitu ketika mereka kerja, itu bisa suka-sukanya. Asal jadi. Berladang, misalnya nanam ubi itu bisa asal tanam saja, tidak dipikirkan nanti akan bagaimana tumbuhnya ubi itu. Jadi memang harus terus diawasi. Tapi lama-lama juga bisa sendiri.

Jadwal

Memang sebenarnya jadwal saya itu tidak setiap hari, tapi kalau ada pelajaran keterampilan yang baru sebisa mungkin saya datang sampai mereka bisa untuk bagian itu. Untuk bentuk baru, itu tidak bisa saya lepas. Sampai anak-anak ini mampu. Setelah itu baru kembali lagi ke jadwal saya seminggu 3 kali. Jadi saya tidak asal memberi, siap nggak siap. Tidak, saya mau sampe anak itu mampu sekali. Karena gini, ada nanti beberapa anak itu ada yang bisa ada yang tidak, bisa putus asa. Karena nggak semua cepat nangkapnya. Itu ada yang ngeluh itu “Kok susah kali lah buk. Nggak bisalah buk”. Nah saya bilang apa. Hidup itu susah, kerja itu susah tapi kalau udah tekad nggak susah. Yang payah bisa menghasilkan yang senang. Makanya coba. Begitulah mereka coba juga, sambil saya temani.

Walau capek kita memang, tapi ngelihat anak-anak ini berhasil kita senang. Jadi anak-anak pun senang. Bahkan saya merepet pun dibencandain, dan


(12)

saya juga senang bisa akrab dengan anak-anak. Jadi tadinya sama-sama capek jadi berkurang. Kadang saya kasih waktu main, istirahat sebentar kalau sudah jenuh. Saya bacalah situasi anak-anak.

Nah untuk kepribadian mendalam anak-anak, saya memang tidak bisa lihat setiap hari karena tidak terus bersama. Tapi tetap bisa dilihat dari situasi anak pas buat keterampilan, ada masalahnya bisa kelihatan itu. Yang biasanya mampu, tiba-tiba bilang pusing. Padahal awal masuk ruangan tidak pusing, ada apa. Makanya disitu jadi ada kelihatan tandanya.

Kalau soal keterbukaan bercerita. Yah mereka ceritalah, tapi itulah semua anak ini tidak semua jujur. Walaupun kadang malu terbuka, kita tau. Tapi saya ajak cerita kalau di ruang keterampilan, dengan catatan tidak boleh ada yang menjelekkan “Satu orang jelek, kita semua jelek lho. Tapi satu orang baik, semua baik”. Sejak itu anak-anak ini mengerti. Kita tahulah anak perempuan ini biasa cerita tentang teman-teman dekatnya, teman laki-laki.

Kalau SD itu butuh perhatian. Karena disini kan ada terus yang baru masuk. Nah anak yang sudah lama disini, merasa perhatian yang didapatkannya itu jadi terbagi. Jadi kami para pengasuh berusaha membagi perhatian yang sama untuk anak-anak ini. Kami juga kasih pengertian untuk mereka, kenapa mereka diperhatikan lebih untuk sementara, karena mereka baru disini mereka belum kenal siapa-siapa. Kan kasihan kalau tidak diperhatikan.

Anak-anak yang baru datang kesini itu beda-beda. Ada yang sempat menghilang entah dimana dia sembunyi. Terus ada yang menangis dia dikamar itu. Ya, kita sebagai orang tua kan, ya kita bujuk. Kita tanya maunya apa, rindu sama siapa. Mungkin rindu sama oppungnya, karena selama ini sama oppungnya. Lalu oppungnya udah nggak sanggup lagi, antar kesini. Kan nggak bisa lepas, jadi kita kasih tau pelan-pelan. “Nanti kan ketemu oppung, pasti. Kalau enggak kita telpon oppung ya ? Tapi makan dulu, harus makan. Kayak mana nanti oppung dengar kamu nangis. Lalu nanti seperti kurang makan. Nggak ada tenaga, kan sedih oppung disana.” Dari situ anak mau turun, makan. Tapi janji kita itu tetap ditepati, supaya anak tidak merasa dibohongi. Jadi begitulah anak-anak kelas 1, 2


(13)

3, 4, itu perlu sekali diberi perhatian lebih. Karena memang masa-masa membutuhkan banyak perhatian. Kelas 5, 6 itu kan umur menuju masa remaja. Itu juga perhatiannya pun kurang penuh jadi kita beri pengetahuan, kalau masa anak-anakmu sudah dikurangi lalu sebentar lagi kamu akan masuk remaja. Memang nanti masih ada aja itu sikap ke-akuannya, masih muncul kekanak-kanakkannya. Jadi kita pengasuhlah berbagi.

Kalau untuk disuruh-suruh secara umum mereka sudah mengerti sendiri. Misalnya libur, mereka tetap kerjakan pekerjaan mereka. Kalau akan ada tamu yang datang, mereka itu sudah siap-siap sendiri, yang biasanya masih ada waktu istirahat itu mereka kerjakan itu keterampilan mereka. Malah mereka mau minta diajarkan untuk model baru karena lihat gelang punya teman mereka. Disitu saya tanya saja memang mau buat, bawa contohnya biar nanti saya beli bahan-bahannya. Tapi harus janji memang dikerjakan. Begitu. Setelah itu buat sesukamu, bisa dijual, tapi laporan harus jujur, beri tahu. Jadi memang disitu juga mereka diajarkan mandiri. Kalau misalnya musim hujan, nanam sayur. Mereka yang ajukan sayur apa yang mau ditanam. Tapi tidak semua anak punya inisiatif, karena kan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

Anak yang membandel biasanya akan diberi ganjaran dengan diberikan hukuman praktis seperti membersihkan kamar mandi atau mengerjakan pekerjaan lainnya. Sedangkan, untuk anak yang berprestasi pengasuh biasanya akan memberikan pujian dan kadang akan memberikan hadiah berupa perlengkapan belajar, seperti kotak pensil dan beberapa lainnya.

Yesenia dalam hal keterampilan dan kemandirian, anak ini memang karena sibuk disekolah merasa lelah, banyak PR. Kadang dia untuk keterampilan merasa bosan dan mengantuk walau memang berminat untuk itu. Yesenia untuk kemandirian secara umum sudah bisa, sedangkan untuk keterampilan seperti belajar sendiri membuat kreasi itu belum. Dia mesti diajari pelan-pelan dan dikasih saran warna apa yang bagus, warna apa yang cocok. Begitu. Kalau Fitri ya, kalau Fitri itu sebenarnya juga sudah bisa. Sudah bisa dia mengerjakan tugasnya, rapilah. Tapi untuk sikapnya memang, kadang terlihat seperti kurang perhatian dulunya. Jadi kalau kita mengajar dan fokus ke satu anak lain, dia itu


(14)

pasti tingkahnya aneh-aneh untuk mendapatkan perhatian kita. Jadi saya juga awalnya bingung tak ada angin, tak ada hujan, bisa tiba-tiba kelakuannya aneh. Seperti jadi ribut, ganggu teman, tidur-tiduran dia nanti. Selain itu kalau ada orang baru dia mau menunjukkan diri, aku yang lebih, ya kan ? Nanti pertama sama dia kita fokus, terus tiba-tiba datang orang kita beralih. Itu dia pasti cemburu. Sehingga saya berusaha untuk berbagi perhatian itu yang adil. Karena dia itu keakuannya besar, makanya kita selalu berusaha bilangin biar tidak semakin membesar keakuannya itu tadi.

Kalau Mona, dulu pernah ikut keterampilan tapi dia tidak bisa. Dia itu suka melihat keterampilan yang udah ada, kalau cantik kali dia ambil dan untuk dia. Setelah itu dia membuat keterampilan semaunya dia, dia nggak mau ikuti pengajaran kita. Anaknya mudah bosan, pinginnya main-main, bebas. Kalau Mona belum bisa dikatakan mandiri. Dia itu harus selalu diawasi, karena dia akan berbuat semaunya. Yah sepertinya memang itu sudah terbawa-bawa dari sananya. Selain itu dia manja sekali. Kalau kita dekat sama temannya yang lain, langsung itu buat aneh-aneh, pengen diperhatikan. Tapi kalau disuruh mandi dia bisa, disuruh ambil kain jemuran yang sudah kering dia bisa. Jadi untuk insiatif dia belum. Elsa, ini anaknya supel. Tapi kalau mau dikatakan mandiri, dia belum bisa dikatakan seratus persen. Dia itu kita kasih pekerjaan, tapi diliatnya kawannya nggak beres dia mau bantuin temannya. Nah, dia mau bantu tapi kerjaannya nggak beres. Jadikan dia belum bisa mandiri dengan belajar bertanggung jawab. Lalu kalau sifat anaknya ya terbuka. Dia juga anaknya patuh aja, tapi kalau dibilang kerjain ini dia iya aja. Cuma pas ngerjain itu ya, urusan temannya duluan yang dibantuin.

Target untuk di panti sendiri belum ada tertulis. Cuma target saya ini. Kalaulah nanti anak sudah besar keluarlah dari panti. Sekolah diluar, kuliah, dan dia sudah punya modal. Modalnya apa ? keerampilan. Nanti disana anak bisa buat dengan gaya apa pum. Bisa dijual, jadi uang masuk. Kalau nanti sudah tua tetap ada gunanya, untuk mengisi waktu luang.

Tujuan jadi pengasuh, kalo saya sih tugas saya untuk mengajari keterampilan itu supaya anak-anak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Jadi


(15)

mereka tidak menyia-nyiakan masa mudanya dengan yang tidak-tidak. Hanya hiburan-hiburan. Walau hiburan itu perlu, tapi jangan mau enaknya saja. Jadi saya mau anak ini berkembang. Saya bertujuan supaya anak ini menjadi orang yang bergunalah utnuk dirinya, keluarga, dan bangsa. Jadi kita nanti bisa berbagi dengan orang lain.

Untuk suka dukanya. Harus jatuh bangun juga kita membentuk pribadi anak. Saya liat anak itu. Kayak harus, harus bisa. Bagaimana pun Tuhan menciptakan semua sama. Jadi pas lagi keterampilan mau saya bilang itu begini, “Kamu akan saya asah terus sampai tajam. Walau nanti menipis”. Begitu saya buat guyon-guyon. Karena kadang anak sulit mengerti, tapi itu tadi saya harus bisa bentuk mereka. Dulu saya diajar sama orang tua saya begini, nah dari situ saya berkaca. Saya pilihlah yang baik-baik untuk diajarkan ke anak-anak ini. 4. Hasil Wawancara Pak Hantoro (Informan 4)

Soal pendidikan sekolah ya. Pendidikan sekolah itu. Kan saya punya metode. Metode pembelajaran gitu. Tapi disini kan apa ya ? Sekolah itu tidak ada tantangan. Sekolah itu tidak ada tantangan karena ujian dikasih tau. Makanya anak-anak memang susah dikasih tau bagaimana metode belajar, bagaimana metode membuat berprestasi itu sulit. Karena apa ? Ah ini juga bisa, ini juga nggak apa-apa. Nah itu, jadi kelemahannya disitu.

Kalo kemandirian itu sendiri menurut tanggapan bapak itu gimana Pak ? Nah kemandirian itu ya paling tidak dengan apa ya ? dengan bekerja. Hmm, inisiatif bekerja misalnya membuat masakan, kerja ini ya kerja apa aja lah. Dengan kerja di kebun, dengan mengerjakan kandang babi, seperti itu.

Jadi kalo adek-adek disini terkhusus untuk anak-anak yang SD, Pak udah mandiri atau belum Pak ?

Ya , kalo disini ya ada. Belajar itu juga disinikan udah jalan sendiri. Ya seperti inisiatif nyapu dan sebagainya itu kan sudah jalan.

Tanpa disuruh-suruh itu Pak ?

Tanpa disuruh-suruh. Tertib makan, tertib doa, semuanya sudah jalan sendiri. Kalau anak-anak yang baru masuk itu cara pendekatannya gimana, Pak ?


(16)

Yah aku kurang bisa jawab ini, karena setiap hari urusannya ternak sama pekarangan. Cuma kalo anak baru masuk yang dideketin pelan-pelan, nanti juga terbuka sendiri.

Anak yang baru masuk kemandiriannya seperti apa Pak ?

Kalo baru-baru yah masih bingung dia. Apalagi kita tau alasan anak dibawa kesini, pasti karena ada sesuatu di keluarganya. Jadi untuk kemandirian masih belum jadi sorotan utama kalo baru-baru.

Kalau perkembangannya setelah di sini bagaimana Pak ?

Perkembangannya, ya karena sudah terbiasa ya ikut jadwal sajalah. Ikut teman-temannya. Mereka sudah hapal itu tugasnya.

Kalo anak-anak disini terbuka nggak, Pak tentang masa lalunya, tentang sekolahnya, tentang yang dialaminya ?

Nggak. Nggak terbuka, susah ini ya. Ya, kadang-kadang kalo kita tanya pelan-pelan terbuka. Tapi kita tidak bisa mendetail karena apa ya masih ada yang masih ada yang ditutup-tutupi.

Lalu di panti ini sendiri ada nggak Pak standar kemandiriannya sendiri ? Nggak ada. Ya kemandirian lebih secara umumlah, gitu aja. Kan kalo misalnya umur sekian mandirinya begini, umur sekian mandirinya begini, ya nggak ada. Lisan ajalah. Lagian semua ini sebenarnya sudah termasuk disiplin dan mandiri, Cuma ya kan masih anak-anak, lalu ada yang remaja.

Kalo disini cara menjiwai anak itu sendiri gimana, Pak ?

Ya bergaul aja, dengan bergaul aja. Dengan bergaul nanti apa ya, kalo dekat kita tanyai. Sedikit-sedikit. Saya takut tersingggung.

Jadi Bapak sudah pada kenal dengan semua anak-anak disini , Pak ? Udah.

Tugas bapak disini lebih ke ngapain aja, Pak ?

Aku lebih kepada mengurus ternak, itu apa mengolah pekarangan. Terus yang bolak-balik naik mobil itu ngapain, Pak ?

Oh itu, itu ngambil nasi babi. Ya pokoknya yang berkaitan dengan ternaklah. Udah berapa lama bapak disini pak ?

2 tahun.


(17)

Sebelumnya ya dirumah, hehehe.

Kalo disini cara menasehati dan memotivasi anak-anak gimana, Pak ? Cara menasehati, kalo saya ya memang lebih tidak saat itu. Kalo saya. Jadi misalnya berdoa ya, ribut aja saya ya bilang “Ck, kamu berdoa kok begitu.” Nah bilang gitu aja, udah. Dia akan ketawa-ketawa jawabnya, dia ndak sakit hati. Nggak kayak Lastiar. Ooo, Lastiar frontal. Udah khotbah.

Itu (cara Kak Lastiar ) mempan nggak, Pak ? Endak, hahaha.

Jadi biasanya yang buat mempannya itu gimana, Pak ?

Ya, kalo pelan-pelan. Pelan-pelan itu memang lebih mempan. Tapi berproses, pakai waktu.

Kalo anak-anak bandel biasanya diapain, Pak?

Biasa aja. Kita omongi pelan-pelan. Asal nggal tegang aja, kalo saya. Ya diomongin, gini-gini-gini udah.

Terus mereka bilangnya apa, Pak ?

Ya, ya, ya, gitu. Lho iya, jadi dia nggak sakit hati dia.

Disini saya terfokus kebeberapa anak pak seperti Yesenia, Fitri, Mona dan Elsa untuk kemandiriannya. Nah kalo Yesenia itu gimana anaknya , Pak ? Yesenia itu baik dia. Apa ya ? Dia tekun dia. Dia mudah mengerti. Yesenia itu memang kadang agak tinggi juga. Kadang-kadang sih sulit menerima. Tapi ya kan memang anak-anak. Yesenia itu bisa dikatakan setengah mandirinya. Kalo yang tidak mandirinya misalnya sudah kita kasih tau pas makan misalnya. Kita bilangin ini-ini-ini, isi air aja mesti disuruh. Dia nggak bisa langsung. Oh ini nih nyiapin piring, nyiapin piring, dan sebagainya itu belum-belum.

Fitri itu udah bisa. Doa, dia doa , turun, ngumpul. Dia bagus dibilangin. Dia sudah agak sadarlah kalo dibilang. Pulang sekolah sama teman-teman nyapu. Kalau Mona itu gimana, Pak ?

Mona itu tertutup. Itu kaku itu. Gak mudah menerima kata-kata. Iyanya sih iya, tapi besok udah enggak. Hahaha. Dia sedikit-sedikit sih mandiri sudah, tapi secara keseluruhan belum. Malah mandiri itu yang kecil itu, Belina. Nyiapin piring bisa dia, kalau Mona masih dirinya sendiri.


(18)

Elsa ? Elsa itu juga tertutup itu. Elsa ini apa ya. Mungkin juga karena orang tuanya sudah meninggal semua ini jadi ya agak tertutup. Kemandiriannya ya ada. Pertemanan disini gimana, Pak ?

Kalo pertemanan disini baik dia. Tidak ada ekslusif-ekslusif, kelompok-kelompok. Ya begini ini, nanti disini-disana. Apa ya lebih fleksibel.

Kalau anak-anak yang SD ini sudah mengenal diri sendiri atau belum,Pak ? Mengenal diri sendiri. Sudahlah, mereka sudah mengerti. Mereka tidak langsung terbuka, tapi kalo ditanya ngaku.

Kalau bapak sendiri untuk mendekati anak-anak itu seperti apa, Pak ? Ya lebih pada pendekatan pribadi. Kan masing-masing anakkan berbeda, yang ini keras, yang ini pendiam, anak ini sering berisik. Jadi itukan pelan-pelan.

Sebelumnya Bapak bekerja apa Pak ? Sebelumnya ya guru agama di Jakarta. Akhirnya pindah kesini karena apa Pak ? Pensiun. Pensiun udah lama, tahun 2002.

Jadi kenapa Bapak milihnya jadi pengasuh, Pak ? Apa alasan dan tujuan bapak jadi pengasuh ?

Ah, enggak. Aku nggak milih. Aku ditawarin. Ditawarin ya mau aja. Hehehe. Daripada di rumah bengong.Alasannya ya itu tadi karena sudah pensiun. Cuma tujuannya yah sekalian berbagilah. Dulu sempat aku setahun, pas awal-awal ikut mengasuh bagian pendidikan. Karena mengajar itu kan boleh dimana saja.

Beda kehidupan setelah jadi pengasuh bagaimana, Pak ?

Kehidupannya ya menurut saya masih sama dengan mengajar. Ya karena saya bergaul dengan anak-anak. Cuma kan beda, kalau dulu saya mengajar kan laki-laki semua, sekarang perempuan semua. Tapi sama aja saya pikir. Kalau disanakan anak SMA semua, disini SD, SMP, SMA.

Boleh tau, Pak suka dukanya disini gimana, Pak ?

Apa ya ? Saya seneng-seneng aja. Ooo, yang nggak suka itu kadang anak-anak ini. Kalo misalnya alat, parang misalnya golok. Itu kalau dia pakai, dimana dia pakai ya disitu dia tinggal. Ah itu aku sering kali. Cangkul, habis pake di kebun ya tinggal di kebun. Jadi tidak dikembalikan, padahal aku udah membuat disana.


(19)

Ini golok, ini cangkul, ini untuk sepatu kan. Tapi yaudah tinggal aja gitu. Itu yang membuat alat-alat itu banyak yang ilang. Itu golok itu empat ilang.

Mereka telaten nggak pak ngerjain ternak, kebun ? Telaten.

Saran bapak untuk panti asuhan itu apa Pak ?

Ya kemandirian itu, keberhasilan. Disini itukan bukan panti asuhan tapi rumah keberhasilan. Jadi setiap anak yang ada disini itu ya harus berhasil.

Kemauan belajarnya kuatnya nggak pak ?

Enggak, terus terang enggak. Karen nggak ada tantangan di sekolah. Dulu aku setahun, waktu masih awal-awal. Tak tungguin belajar, begitu aku tau ulangan kek gitu. Alah, mundur aku. Nggak pernah lagi aku setahun ini. Males aku. Nggak ada tantangannya. Jadi belajar itu oret-oret. Ngerjain apalah. Asalnya duduk aja disitu. Bosan aku. Memang kita bilangin, tapi nggak ada tantangan disekolah. Hehehe. Kenapa kamu nggak belajar besok kan ujian ? Alah besokkan dikasih tau. Dikasih jawaban kuncinya. Yaaa, mau apa kalau udah gitu. Ya mundur aku pelan-pelan, udah. Nggak pernah lagi aku nongkrong disini (ruang belajar). Hahaha

5. Hasil Wawancara Kak Lastiar (Informan 5) Tugas kakak disini apa aja, Kak ?

Saya sih mobile aja. Karena kalo ada kegiatan ikut juga, ngasih materi juga. Alasan atau tujuan kakak menjadi pengasuh di panti apa, Kak ?

Kan saya sudah cerita awalnya saya disini karena diajak suster. Yah mengabdi gitulah. Kata suster untuk setahun aja. Yah disinilah jadinya saya.

Apa suka-dukanya Kakak selama jadi pengasuh disini ?

Suka dukanya ? Apa ya ? Sebenarnya kan saya jarang disini, cuma Sabtu-Minggu doang yang full. Cuma kalo sukanya ya bisa liat tingkah mereka yang kalau lagi mood. Kalau dukanya ya itulah, saya nggak ngerti mereka ini kadang. Payah banget ngertinya. Udah dibilangin masih aja, masih aja. Cepat banget bilang iya. Ntar itu lupa. Pernah saya bosan, saya diemin mereka. Saya cuma dikamar, terus ke dapur ketemu Bu Lina, ke ruang makan ambil nasi terus saya makan di kamar. Mereka heran awalnya. Tapi pas saya lewat, nggak sengaja dengar tuh ada yang


(20)

bilang “Kok gak marah-marah kakak itu ya ? Padahal aku suka dengar dia marah-marah”. Siapa yang nggak sebel coba. Makanya orang ini aneh, masa suka dengar marah.marah.

Motivasi yang biasa dikasi gimana, Kak ?

Kami tuh ada bikin disini namanya itu rekreasi terpimpin. Jadi itu kayak ada rohaninya, ada kek games-games gitulah, outbound-inbound. Trus ada sharing kitab suci, kasih tonton film terus ada reviewnya habis nonton. Selain belajar-belajar formil ya kayak, belajar-belajar-belajar-belajar kayak disekolah matematika, bahasa Inggris.

Biasanya inti pesannya itu apa, Kak ?

Ya intinya kesadaran. Kamu itu siapa, mau jadi apa, untuk apa disini. Kek gitu. Ya pokoknya sama kayak itu, kan ada slogan mereka itu tuh. Yang panti asuhan sebagai rumah keberhasilan , ya menuju kesitu.

Kakak udah kenal semua anak-anak di panti ?

Udahlah, kan nggak banyak-banyak juga mereka. Lagian pasti selalu ngumpulkan. Cerita-cerita semua. Untuk kenal nama yang luar-luar udah taulah. Cuma untuk semua latar belakang yang dalam, saya kurang tau.

Pendekatan untuk anak-anak yang baru masuk itu gimana Kak ?

Kalau yang baru. Yah dibiarin aja dulu, didiemin dulu. Enggak kita paksa langsung cerita semuanya. Setelah itu kita dekati pelan-pelan. Diajak ngobrollah, biar dia nyaman disini. Kan yang kesini pasti anak yang punya masalah. Jadi sebisa mungkin harus nyaman dululah. Kalau untuk kerjaan belum tau kan mereka, nanti mereka liat-liat tuh temen mereka yang udah duluan disini.

Kalo cara menjiwai anak-anak itu gimana, Kak ?

Diajak ngobrollah, diajak ngobrol, diliat-liat, diperhatiin dulu tingkahnya gimana. Terus kan mereka ikut serta sama kegiatan yang lain-lain itu, kita liatlah gimana ininya. Respon mereka ngerjain apa-apa, hasilnya hasil kerjanya atau tanya temannya yang lain. Kan bisa ditanya-tanyain.

Strategi mengasuh disini itu gimana, Kak ?

Tergantung sih. Kalau saya itu, awalnya diomongin biasa aja dulu baik-baik. Terus itu kalo buat salah itu ditegur atau dibentak. Tapi kalo masih bandel dibentak sambil dihukum, bukan kekerasan fisik. Tapi misalnya disuruh ngutip


(21)

sampah, bersihin kamar mandi, rapiin buku-buku, yang begitu-begitulah. Terus ada juga anak yang bebal, nah itu dibentak, dihukum terus diancam. Diancamnya ya diaduin ke susterlah. Tapi kalo masih bandel juga ya mereka diawasi terus kerjanya sampe bener. Sampe selesai. Dan ini sih yang paling bisa mempan. Tapi paling terakhir tuh, saya pernah sampe diemin mereka. Iya didiemin, nggak bergaul saya sama mereka. Cuma dikamar setelah kerja kan, terus ke dapur ketemu bu Lina. Ke ruang makan ambil nasi, terus makannya dikamar. Begitu. Kalau anak bandel diapain, Kak ?

Ditegur. Diajak ngobrol dulu, terus ditegurs, dikasih tau. Kalo nggak bisa juga dihukum, kalo nggak bisa juga didiemin, tunggu dia sadar sendiri itu.

Yang paling manjur itu yang mana, Kak ?

Yang paling manjur ya, kalau ditegur langsung ditempat dia kerja terus diawasin. Ditunggu sampai dia beresin, terus kita tegur lagi.

Kalau yang berprestasi itu gimana, Kak ?

Dikasih selamat, didoakan bersama-sama, misalnya kan dapat juara satu, ya ditepukin. Disini kan ga ada dikasih duit.

Kalau umumnya anak-anak SD itu masih sering-sering disuruh-suruh nggak kak atau gimana ?

Sebenarnya enggak, tapi kan karena sifat anak kecil. Konsentrasinya suka cepat ilang, suka main. Udah ditempat kerjaannya tapi malah melenceng-meleceng, tapi enggak sih pada umumnya tanpa disuruh sebenarnya.

Anak-anak SD terbuka nggak, Kak ?

Terbuka, biasa cerita tentang satu kelas dia, satu bangku dia, atau kakaknya disini. Tentang abang dia. Mau kok dia cerita, atau gini mau berantem dia sama temannya disekolah. Mereka cerita, tanpa ditanya.

Kalau mandiri itu menurut Kakak yang gimana ?

Ya, tanpa disuruhlah dia udah tau tanggung jawab dia. Dikerjain bagus, terus dia juga mau bantuin yang lain. Ngurusin kerjaan dia. Sadar gitu.

Ada nggak standar kemandirian anak disini, Kak ?

Harusnya ada, Cuma nggak tertulis. Ya secara lisan aja. Misalnya anak kelas 4 SD sampe kelas 6 SD itu udah nggak dihalaman aja kerjanya. Udah bisa bantuin di dapur atau beresin ruang makan, misalnya. Jadi nggak harus Cuma nyapu


(22)

halaman aja kayak anak kelas 1 sampe kelas 3. Udah gitu ikut ektranya mereka bukan Cuma kerajinan tangan, tapi mereka juga udah bisa ikut yang lain-lain drama kayak misalnya. Kegiatan yang membutuhkan konsentrasi lebihlah. Kayak gitu. Terus petugas di gereja juga anak kelas 4 keatas udah bisa. Jadi petugas misdinar, persembahan, begitu.

Kalau kemandirian Yesenia itu gimana, Kak ?

Yesenia, itu mandirinya nggak tau saya karena jarang disini kali ya. Cuma saya ngelihat dia kadang meler kadang mau. Tapi dia untuk dirinya sendiri dia iya bisa. Misalnya gini dia ini pasti udah mandi, terus udah siap-siap dia. Dia nggak ada yang bantu-bantu. Dia udah bereslah. Tapi kalau tugas kelompok dia juga udah bisa, tugas-tugas kelompok tuh dia kerjain tanpa disuruh. Malah dia manggilin temen satu kelompoknya.

Kalau Elsa gimana, Kak ?

Ah kalau Elsa saya nggak ngerti ngomongnya. Dia tuh, dia tuh bebal. Tapi kalo diliatin dia bagus kerja. Kalo diliatin. Kalo nggak diliatain nggak, nggak beres. Dia tuh ini, mengiyakan perintah cepat, tapi menjalankannya susah. Tapi kadang tanpa disuruh mau juga, nggak ada saya liat-liat itu dikerjain sama dia.

Itu biasanya karena apa, Kak ?

Nggak tau saya, apa pengaruhnya. Apa karena gara-gara lagi senang dia, happy dia, makanya gitu. Kan orang ini kek gitu. Mood-moodan dia.

Kalau Mona, Kak ?

Mona kan masih kecil, jadi dia kek gitulah. Kalau misalnya dia disuruh dikerjain. Dia kan tugasnya cuman ngasih makan anjing, nyapu halaman. Itu dia memang konsentrasinya cepat buyar jadi mesti ditemenin kerjanya baru beres. Tapi kalo untuk ngasih makan anjing dia bagus, nggak disuruh. Tapi itu aja sih tugasnya, tanpa disuruh dikerjain. Dia perhatiin anjing itu, diakan kenal semua anjing itu. Dia itu sama kayak Fitri. Mereka itu lebih bagus daripada yang besar-besar. Dengar lonceng bagus, tuh dia udah turun udah bangun.

Kalau Fitri gimana, Kak ?

Fitri bagus. Dia saya lihat nyuci baju sendiri, sebelum tidur siang. Belajarnya bagus, dia lebih baguslah. Terus dia tepat waktu, disiplin orangnya. Lonceng doa, udah turun dia ikut. Pokoknya disiplinlah Fitri ini. Sebenarnya mereka ini disiplin


(23)

semua, Cuma kadang meler ya harus ditemenin. Yang ada anak SD lebih cepat bangunnya, yang lain itu bangun terus tidur lagi. Bangun narik selimut lagi. Anak SD enggak, bangun dia diberesin tempat tidurnya. Udah, turun.


(24)

Lampiran 3. Hasil Observasi 1. Hasil Wawancara dengan Target Observasi 1

BIODATA :

a. Nama : Yesenia ASS

b. Tempat,tanggal lahir : Batam, 26 September 2005 c. Usia : 10 tahun

d. Suku : Batak Toba e. Agama : Katolik f. Asal : Batam

g. Masih punya orang tua : Orang tua (Ayah dan Ibu) h. Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

i. Pendidikan : Kelas 4 SD j. Lama tinggal di Panti : 11 bulan

k. Waktu wawancara (oleh peneliti) : Pukul 14:18 WIB Selasa, 3 Mei 2016 saat kegiatan keterampilan di Ruang Keterampilan bersama Ibu Lusi.

Peneliti mewawancarai Yesenia saat kegiatan keterampilan merangkai manik-manik berlangsung. Kegiatan keterampilan diasuh oleh Ibu Lusi. Kegiatan Keterampilan dilakukan dari pukul 1 siang sampai pukul 4 sore. Wawancara dilakukan sejak pukul 2 siang hingga pukul 4 sore. Selama wawacara berlangsung, Yesenia dan peneliti membuat keterampilan manik-manik menjadi cincin. Yesenia dengan sabar mengajari peneliti, dan dari ketika peneliti salah berkali-kali Yesenia langsung memperbaiki kesalahan peneliti dan mengajari lagi sambil tersenyum ramah. Yesenia tidak canggung berbicara dengan peneliti karena sebelumnya peneliti juga sudah melakukan pendekatan terhadap Yesenia dengan bercerita santai ala anak-anak. Kesemua karya Yesenia adalah cincin manik-manik, karena Yesenia terkhusus membuat perhiasan dari manik-manik.

Selama melakukan wawancara dengan Yesenia, Ibu Lusi sekalian mengajarkan kelima orang anak lainnya membuat keterampilan manik-manik dengan berbagai bentuk manik-manik, cara memilih/ memadu-madankan warna yang cocok, dan teknik mengikat dan memasukkan benang sehingga terbentuk rangkaian yang sesuai. Selain itu ibu Lusi juga bertanya tentang apa tujuan dari kegiatan wawancara peneliti ini. Karena baru kali ini peneliti bertemu dengan Ibu Lusi. Ibu Lusi juga membantu peneliti dengan menyuruh anak-anak untuk membantu peneliti dengan menjawab pertanyaan dengan sungguh. Yesenia merasa sungkan setelah diingatkan ibu Lusi untuk membuat


(25)

jenis cincin yang lingkarannya bukan hanya 7 tapi yang 8. Ketika peneliti melanjutkan pertanyaan, Yesenia nanti lagi. Akhirnya peneliti mengikuti kemauan Yesenia, yang ingin serius membuat cincin lagi. Dan selang beberapa menit melanjutkan wawancara lagi.

Ketika Yesenia ingin membuat cincin dengan bentuk manik-manik yang baru, dia bertanya dan meminta izin dulu kepada Ibu Lusi.

Wawancara berakhir pukul 15.25 WIB 1. Gimana dulunya keluarga kamu ?

Asalnya dari batam dekat dapur 12, karena ada simpang-simpang. Simpang nomor 12.

Tinggal sama siapa ?

Sama mamak, bapak, kakak, abang, adek. 2. Apa kerja orang tua ?

Mamak : Nyapu rumah, nyuci kain, nyuci piring, jaga adek

Kalo Bapak kerjalah ke PT. Dulu pertama PT (pabrik) kayak memasang kembali kapal gitu. Itu kedua ke pulau, ditengah-tengah hutan gitu. Situ bapak kerja ngangkati kayu. Pernah bapak sekalikan tenggelam dari kapal. Untunglah gak ditengah-tengah kali, dekat-dekat sikit dengan tepi. Jatuh karena kebanyakan bawa kayu.

Berapa bersaudara Yesenia ?

Empat , Yesenia anak ke 3. Pertama Kakak, Kedua Abang, Aku Ketiga, keempat adek laki-laki umur jalan 6 tahun rafael namanya. Kelas berapa Yesenia ?

Kelas 4 sebenarnya kelas 5, karena kata mamak tunggu dulu ada teman, tetangga biar bisa nanti pulang (ke Batam) sama. Jadi telat sekolah.

3. Gimana pengalaman hidup kamu sebelumnya ? Kesehariannya ? Pulang sekolah ganti baju, siap itu disuruh mamak makan, atau nyapu rumah dulu. Siap itu jaga adek, tidurin adek. Adek nanti lengket terus sama aku. Kan nantikan aku disuruh ke warung beli apalah kayak gitu. Nanti dia ikut itu, gak mau tinggal. Kadang mau dimarahin mamak kan, teru nanti waktu aku tinggali lari-lari nanti dia ngikutin aku.

Yesenia biasa dipanggil apa kalau di rumah ?

Kalo bapak panggil „yes‟, kalo mamak „senia‟. Kalo adek kak Nia katanya.

4. Kapan pindah ke panti ?

Bulan tujuh kemarin ke sini (Juli 2015). Udah 11 bulan, bentar lagi udah mau satu tahun.

5. Kenapa pindah ke panti ?

Karena nggak sanggup, karena bentar lagi adek mau sekolah. Jadi ada susterkan, mamak tuanya mamak. Suster yang di Batam kan, jadi


(26)

dikasih tahu kayak mana hidup kami di Batam sama suster yang di sini (Suster Bernadette – Kepala Panti Asuhan). Kata suster Bernadette, kalo mau Yesenia datang ke sini. Aku gak mau kalo nggak ada teman. Pertama kubilang sama adek Rafael. Datang mamak dia kan masih kecil, udah itu kubilanglah sama Kak Grace kakak kandung. Ditanyalah aku, mau lah aku . tapi masih ragu-ragu menjawabnya. Karena ragu kalo gak sama-sama lagi sama mamak gitu. Karena Yesenia dulu, gak bisa tidur kalo nggak pegang tangan mamak.

Terus dibujukin mamak, katanya disana nggak ada kerja cuman fokus untuk belajar. Jadi Yesenia pikir disini enak-enak. Jadi Yesenia mau. Udah sampe sini, orang ini kerja kayak bersihkan lingkungan gitu kan. Yesenia juga nggak taukan mereka lagi ngapain. Datang mamak bilang, kenapa nggak ikut kebersihan ? Gitu katanya kan. Jadi Yesenia bilang tapi kata mamak kemarin nggak ada kerja, fokus ke belajar. Nggak kek gitu maksud mamak. Jadi Yesenia nggak percaya, nangislah Yesenia. Nangis lah, terus mamak nanya kenapa nangis. Terus waktu mau pulang (mamak), Yesenia kan gak mau disini kan. Yesenia mau pulang lagi ke Batam. Mau Yesenia kejarnya mamak, tapi gak bisa karena udah dipeluk Suster Bernadette kuat. Jadi nggak bisa lari gitu. Nangis.

Udah itu kemarin datang (mamak) waktu bulan 12 kemarin. Kan kami pulang setiap bulan 12. Datanglah mamak jemput. Nangis-nangis Yesenia, memang pertama teriak-teriak lah orang ini kan “ Yesenia mamamu”. Lari-larilah Yesenia kan terus bilang “mana ?”. Tapi Yesenia nggak peluk mamak duluan, peluk adek. Dia diam, tapi terakhir dibilangnya “Kakak jangan nangislah”. Terus besoknya baru pulang. Terus datang orang-orang ini bilang, masa adeknya duluan yang dipeluk daripada mamaknya. Katanya kalo aku kek gitu mamakku duluan kupeluk.

Adek umur berapa ?

Jalan enam tahun dia, bentar lagi mau TK. Yesenia mau dia kayak Yesenia, dulu TK di swasta. Kedua baru di SD negri, tapi SD negrinya di tempat Yesenia dulu. Karena disitu gurunya baik.

6. Sekarang gimana perasaannya setelah disini/ Selama di panti ? Enak. Karena bisa nyanyi-nyanyi bersama. Nyanyi Laskar Pelangi, Simfoni. Nari. Itulah.

7. Ranking berapa ?

Dulu di Batam dapat ranking 10, 7, 5. Ranking 10 udah dua kali. Di sini dapat ranking 10. Ga tau nanti dapat berapa lagi.

8. Mata pelajaran yang disukai ?


(27)

dibuku lagi.

9. Guru yang paling disenangi ?

Yang ngajar bahasa Inggris. Karena baik. Guru yang bahasa Inggris ini, ngajar budi pekerti juga.

10.Punya sahabat disekolah ? Ada

Berapa orang ?

Dede, dita, amanda, angel, dina, banyak 11.Apa hobinya ?

Menari, berenang, nyanyi 12.Jago bidang apa ?

Nari. Biasa nari india, korea, melayu. Belajar disini. Yesenia paling hapal India.

13.Percaya diri nggak ? Kalau disuruh pidato/nyanyi/mimpin doa/mimpin lagu berani nggak ?

Nyanyi cuma berdua pernah, sama fitri. Nyanyi tinggal kenangan. 14.Apa cita-citanya ?

Cita-cita dokter. Keluarga dukung jadi dokter. Sebenarnya Yesenia takut, tapi mau gimana lagi namanya cita-cita.

Yesenia ada dua pilihan, jadi Guru. Jadi guru budi pekerti. 15.Apa aja tugasnya di panti ?

Kalo pagi-pagi bangun pagi jam 4.30. kalo nanti udah bangun pagi kan, siap membersihkan posnya masing-masing. Siap itu mandi, sebelum jam 6 kitakan udah pake baju sekolah. Sebelum jam 6 kan pergi misa di gereja. Jadi jam 6 harus udah di gereja. Siap nanti gereja, nyampe rumah. Makan, siap makan pagi, ngumpul di gang bawah ini. Berdoa sebelum pergi ke sekolah, siap itu pergi sekolah salam ibu.

Pulang sekolah nanti, jam 1 gitu kan. Langsung ganti baju, nyapu halaman. Ngutip sampah.

Ngepel gang-gang ini (koridor lantai dua panti), depan kamar mandi. Itu tugas Yesenia. Setiap hari Minggu kalo yang di gang depan ini. Setiap hari kalo depan kamar mandi. Setiap pagi, pas udah pake baju seragam ngepel nanti kan. Pas nanti orang lagi makan, Yesenia nanti nggak makan. Yesenia nggak pernah sarapan, gak suka sarapan dari dulu. Karena Yesenia malas. Yesenia seleranya bawa bekal. Tapi enggak bawa bekal juga kesekolah.

Sama siapa biasa ngerjainnya ? Sama fitri


(28)

nggak beres, kak Ruby yang kena marah. Karena dia ketuanya, karenakan harus memimpin.

16.Kalo ada kerjaan harus disuruh/ diingatkan dulu atau enggak ? Kadang-kadang.

17.Siapa biasanya yang paling sering menasehati ? Ibu (Ibu Lina)

18.Apa yang dinasehatkan pengasuh ? Jangan ribut-ribut.

19.Pernah dimarahi/enggak ? Karena apa ? Apa kata pengasuh ? Pernah dimarahin ibu. Suster enggak.

Karenakan orang itu sering buang-buang sampah dekat kamar mandi itu. Jadi udah kami tegurkan jangan lagi buang disitu. Tapi tetap dibuang orang ini, jadi dimarahi kami.

Yesenia bilang gini “Kok aku lagi, kan orang itu yang salah.” 20.Kalau nilai jelek apa kata pengasuh ? Dimarahi gimana ?

Dimarahin. Yesenia enggak belajar kan. 21.Apa biasanya yang bikin pengasuh marah ?

Ketika pertanyaan 26 dan 27 ditanyakan peneliti, Yesenia menolak untuk menjawab dan menghindar dengan pura-pura membaca pertanyaan peneliti. Mengalihkan pembicaraan dengan bertanya “Kok kakak hapal ?”

Menjawab dengan sekenanya “Kan tadi udah” 22.Apa biasanya yang bikin pengasuh senang ?

Lucu-lucu.

Nanti aja

Karena mengerjakan tugasnya tepat waktu.

23.Kalau nyuruh kerja gimana pengasuh bilangnya ? Yesenia udah kau kerjakan tugasmu ?

Belum kalian kerjakan yang kamar mandi itu kan ? Nanti diam kami. Nggak ada yang menjawab.

Terus kamikan lupa-lupa kalo harus jemur kain. Dimarahin lah. 24.Kalau disuruh langsung dikerjakan atau tunggu dulu ?

Kadang harus disuruh.

Kadang nggak mau. Karena malas, bosan. 25.Pernah marah ?

Itu tadikan karena dimarahin jadinya karena buang sampah. Sama kalo ada barang yang hilang.


(29)

Pada pertanyaan ini Yesenia kelihatan sudah bosan dan juga mengalihkan peneliti dari pertanyaan barang apa yang hilang. Yesenia kemudian membaca panduan wawancara peneliti dan menanyakannya kepada temannya yang lain (Fitri)

Malas dan Bosan ?

Pernah, karena kerjaannya itu-itu aja. Maunya gak usah kerja. Sedih ?

Pernah. Teringat mamak Senang ?

Karena udah dapat barang yang ilang. Pernah hilang ini (binder) semua.

26.Biasanya mau cerita nggak ? Mau cerita.

Ke siapa ? Ke Fitri.

27.Kalau cerita-cerita ke pengasuh biasanya cerita apa ? Cerita lucu-lucu. Cerita pacarnya kakak panti.

Kalo senang cerita. Kalo sedih sama marah disembunyiin. 28.Gimana sama teman-temannya ?

Enak.

Gimana kakak-kakak ? Enak.

Adek-adek ?

Enggak. Adeknya ada 2, Si Mona sama Si Belina. 29.Siapa sahabatnya di panti ?

Fitri. Sama kak Lusi, kakak panti. 30.Siapa kakak asuhnya ?

Enggak ngerti. Gak ada. Kerjain sendiri. 31.Tidur jam berapa ? langsung tidur ?

Jam 9. Enggak, ngobrol-ngobrol dulu. Kalo libur sama hari Minggu suka-suka.

Bangunnya jam berapa ? dibangunin atau bangun sendiri ? Jam 4.30, bangun sendiri.

Langsung bangun atau masih malas-malasan ? Enggaklah, langsung mandi.

32.Siapa pengasuh yang paling baik ?

Yesenia lama memberikan jawaban. Lalu tertawa kecil. Ketika peneliti bertanya lagi, Yesenia menjawab singkat dengan suara agak lantang “Sayang”.

Kenapa ?


(30)

2. Hasil Wawancara dengan Target Observasi 2

33.Menurutmu mandiri itu yang kayak mana ? tau ? Tau. Ya melakukan sesuatu sendiri.

34.Kamu udah mandiri atau belum ? Belum

Kenapa ?

Saat Yesenia bilang belum temannya yang lain mengoloknya. Fitri berkata “berarti kau masih dimandikan mamakmu”. Yesenia berkata “Bodok lho”.

Fitri “Kan kau bilang belum mandiri”

Yesenia menjawab “Kan memang belum. Kau memang udah. Kan tugasmu tunggu disuruh kak Ruby dulu.”

35.Apa tujuanmu di bina di panti ini ? Supaya apa makanya di panti ?

Jadi orang sukses. Agar menyenangkan kedua orang tua.

BIODATA :

a. Nama : Fitri SN

b. Tempat,tanggal lahir : Samosir, 17 April 2006 c. Usia : 10 tahun

d. Suku : Batak Toba e. Agama : Katolik f. Asal : Pangururan g. Masih punya orang tua : Yatim

h. Anak ke : 5 dari 6 bersaudara i. Pendidikan : Kelas 4 SD

j. Lama tinggal di Panti : 3 tahun 11 bulan

k. Waktu wawancara (oleh peneliti) : 15:41 WIB, Selasa, 3 Mei 2015 di Ruang Keterampilan. Peneliti mewawancara Fitri setelah mewawancarai Yesenia. Fitri merupakan sahabat Yesenia. Fitru awalnya acuh tak acuh dengan kegiatan wawancara yang berlangsung sebelumnya bersama Yesenia. Namun diakhir-akhir wawancara, Yesenia banyak berdialog dengan Fitri dan 2 orang teman lainnya. Bahkan Fitri ikut menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan ke Yesenia.

Akhirnya peneliti pun mewawancarai Fitri karena waktu masih memungkinkan untuk mengadakan wawancara. Fitri merupakan anak yang ekspresif. Karena selama menjawab pertanyaan Fitri menjawab dengan kocak, dan terkesan mempermainkan peneliti. Hingga akhirnya , ibu Lusi menegur Fitri untuk menjawab dengan bagus untuk membantu peneliti. Setelah ditegur Fitri menjawab lebih serius meski


(31)

kembali lagi sedikit menjawab main-main. Fitri merupakan anak yang ekspresif dan ceplas-ceplos. Peneliti pikir Fitri akan menjawab secara gamblang dan jelas semua pertanyaan peneliti karena sebelumnya saat mewawancara Yesenia, Fitri semangat sekali untuk menjawab dan bahkan meminta untuk diwawancarai. Namun setelah diwawancara, jawaban yang dijawab oleh Fitri terkesan diplomatis sekali, Fitri menjawab seperti menjawab soal budi pekerti , sehingga jawaban yang ada merupakan jawaban yang positif. Peneliti agak kecewa dengan jawaban ini. Peneliti berusaha banyak bertanya kenapa untuk mengorek lebih dalam pendapat Fitri yang memang merupakan jawaban dari dirinya bukan dari jawaban buku budi pekerti. Karena Fitri dan Yesenia menyukai guru yang sama di sekolah mereka, yaitu ibu guru yang mengajarkan budi pekerti dan bahasa Inggris. Sehingga mereka sangat mengingat pelajaran budi pekerti.

Namun peneliti melihat ada perbedaan yang muncul dari Fitri saat peneliti bertanya tentang masa lalunya. Seperti tinggal bersama siapa, apa tidak rindu mamak, atau beberapa pertanyaan lain yang lebih pribadi ketika peneliti bertanya demikian Fitri hanya menjawab “Lupa, Kak”. Ketika peneliti bertanya “Kenapa lupa ?” Fitri hanya menjawab singkat “Udah kulupakan itu semua kak”. Sehingga peneliti tidak bertanya lebih jauh , karena takut Fitri merasa terganggu, yang pada akhirnya bisa mengganggu wawancara sampai pada intinya yaitu kemandirian.

Durasi wawancara : 27 menit 59 detik 1. Gimana dulunya keluarga kamu ?

Oh waktu di kampung ? Di kampung Cuma sendiri karena ga ada teman..

2. Apa kerja orang tua ? Mamak petani

3. Gimana pengalaman hidup kamu sebelumnya ? Kesehariannya ? Bantu mamak masak, cuci piring, ke kebun ngambil cabe, kopi, apokat, pepaya.

4. Kapan pindah ke panti ? Bulan Juni 2012

5. Kenapa pindah ke panti ?

Ya karena orang tua Fitri, mmm. Tidak sanggup mendidik saya atau membayar uang sekolah saya.

Gimana kara mamak pas mau pindah ke panti ? Baik-baik belajar. Jangan bandal.

6. Gimana perasaannya waktu awal-awal ke panti ? Yah senang, ada banyak teman.


(32)

Udah biasa kak karena udah biasa nggak sama mamak. Enak di sini ?

Enak. Kadang enak, kadang enggak. Enaknya karena bergizi, enak dimakan, enak diperut (Fitri menjawab dengan bercanda).

Kenapa enak di sini ? Gimana emang dulu ?

Karena di sini banyak teman, dulu sikit teman, Kak. Udah nggak ingat lagi aku itu, Kak. Udah lama.

7. Ranking berapa ?

Kelas 1 semester 1 rangking 10, semester 2 rangking 12. Kelas 2 semester 1 rangking 10, semester 2 rangking 4. Kelas 3 semester 1 rangking 5, semester 2 rangking 6. Kelas 4 rangking 11.

Kenapa kok menurun ?

Iyalah kak, karena aku terlalu pintar. Hihihi. (Fitri bercanda, sehingga mendapat teguran dan nasehat dari Ibu Lusi yang berada di ruang keterampilan saat itu.)

Terus kenapa menurun ?

Karena ribut di kelas, ngomong-ngomong sama teman. 8. Mata pelajaran yang disukai ?

Semua, Kak. Semua aku suka. Paling disuka Budi Pekerti sama Bahasa Inggris.

Kenapa suka pelajaran Budi Pekerti ?

Karena belajarnya menyenangkan dan budi pekerti bisa tau mandiri, apa yang mau dikerjakan dengan baik.

9. Guru yang paling disenangi ?

Mam (guru bahasa Inggris). Karena Mam itu tegas. 10.Di sekolah seru ? Punya sahabat disekolah ?

Seru. Banyak. 11.Apa hobinya ?

Hobiku bernyanyi. (Fitri langsung bernyanyi ketika ditanya lagu apa. Fitri bernyanyi lagu yang diciptakan anak panti asuhan. Berisi tentang kerinduan mereka untuk bertemu orang tua mereka.)

12.Apa bedanya dulu sama sekarang setelah di panti ?

Saya disini lebih baik, lebih pintar. Dulu bodoh, nggak tau membaca, nggak tau berhitung.

13.Apa cita-citanya ?

Belum jelas, Kak. Semua cita-citaku, Kak. Apa aja itu ?

Penyanyi, koki, guru, suster, banyak Kak. Yang paling suka ?

Kalau bisa jadi guru Agama.

14.Apa tugasnya awal – awal di panti ? Nyapu halaman, nyiram bunga, lap jendela.


(33)

Apa aja tugasnya di panti ?

Nyapu halaman , ngasih makan ikan-ayam-bebek-anjing.

15.Kalo ada kerjaan harus disuruh/ diingatkan dulu atau enggak ? Kadang-kadang.

16.Siapa biasanya yang paling sering menasehati ? Suster, Ibu (Ibu Lina).

17.Apa yang dinasehatkan pengasuh ? Jangan bandal. Harus jadi orang baik. Gimana orang baik itu ?

Orang yang sering membantu, mengasihi.

18.Pernah dimarahi/enggak ? Karena apa ? Apa kata pengasuh ? Sering, Kak. Karena perbuatanku jelek. Biasanya ngelawan, kalo dibilang yang ini, kulawan.

Apa kata ibu biasanya kalau Fitri melawan ? Hehhe, udah lupa, Kak.

19.Kalau nilai bagus apa kata Ibu ? Pertahankan.

Kalau nilai jelek apa kata pengasuh ? Dimarahi gimana ? Gak dimarahin, Kak. Dibillangi aja.

20.Apa biasanya yang bikin pengasuh kesal ? Bikin kesal, pekerjaan kita kurang beres. 21.Apa biasanya yang bikin pengasuh senang ?

Kita membantu ibu, mengerjakan yang disuruh. 22.Kalau disuruh kerja biasanya langsung mau ?

Kadang sih langsung, Kak. Kadang enggak, karena malas. Membosankan.

23.Pernah marah ?

Sangat. Yah, karena liat teman-teman. Karena digondoki, kak. Misalnya aku udah marah, makin dibuatnya aku marah. Kek gitu, Kak.

Malas ?

Pernah,Kak. Malas karena bosan, capek mengerjakan pekerjaan itu. Senang ?

Senang karena prestasiku baik.

24.Biasanya kalau ada masalah/sesuatu mau cerita nggak ?

Mau, sama Tuhan Yeses dalam doa. Sama orang iya. Misalnya semalam kumimpilah orang yang kusayangi, kakak pantiku, Kak. 25.Kalau sama pengasuh Fitri cerita ?

Enggak, Kak Karena kami enggak kompak. Ibu itu sibuk sama kerjaannya.

26.Gimana perasaannya sama kakak-kakak panti ? Senang.


(34)

3. Hasil Wawancara dengan Target Observasi 3 BIODATA :

a. Nama : Monalisa Barus

b. Tempat, tanggal lahir : Medan, 13 Februari 2007 c. Usia : 9 tahun

d. Suku : Batak Karo e. Agama : Katolik f. Asal : Palembang

g. Masih punya orang tua : Orang tua (Ayah-Ibu) h. Anak ke : 3 dari 5 bersaudara i. Pendidikan : Kelas 3 SD

j. Lama tinggal di Panti : 3 tahun

k. Waktu wawancara (oleh peneliti) : Minggu, 29 Mei 2016 Pukul : 11.27 WIB

Durasi : 25 menit

Tempat wawancara : Ruang Belajar Panti Asuhan 1. Gimana dulunya keluarga kamu ? Tinggal sama siapa ?

Kalau sama adek-adek ?

Hmm, kadang-kadang Kak. Karena dia juga bandal dibilangin, melawan. Baru kadang cakap kotor. Itu Belina, Mona, samanya itu duanya, Kak.

27.Fitri ada kakak asuhnya ?

Enggak, semua aku kerjakan sendiri. 28.Tidur jam berapa ? langsung tidur ?

Jam 9. Enggak, nongkrong, ngobrol sampe setengah 10.

Bangunnya jam berapa ? dibangunin atau bangun sendiri ? Gak tentu, Kak. Kadang dibangunin.

29.Menurutmu mandiri itu yang kayak mana ? Mandiri itu tidak tergantung pada orang lain.

Contohnya kita bisa siapkan apa yang bisa dikerjakan tanpa bantuan orang lain.

30.Jadi menurut Fitri , Fitri udah mandiri atau belum ?

Udahlah, Kak. Karena aku mandi sendiri, nyuci baju sendiri, gosok gigi sendiri, nyiram bunga sendiri, menyapu sendiri. Jadi udah bisalah Kak dibilang aku mandiri.

31.Apa tujuanmu di bina di panti ini ?

Tujuanku jadi orang yang sukses, orang yang baik, dan bisa membantu orang tua sewaktu dewasa. Sukses yang membuat orang tua lebih maju. Terus bisa jadi guru. Eh, nggak jadilah guru Kak, jadi pengusaha terkenal aja Kak.


(35)

Tinggal dengan orang tua 2. Apa kerja orang tua ?

Petani

3. Kapan pindah ke panti ? Ga ingat, pas mau kelas satu 4. Kenapa pindah ke panti ?

Karena mamak, nggak apa. Nggak bisa biayai uang sekolah. 5. Apa kata orang tua sebelum ke panti ?

Mona, kau di panti ya sama kayak kakakmu.

6. Gimana pengalaman waktu baru-baru di panti ?

Senang, karena banyak yang baik. Tiba dah lama aku disini, banyak yang jahat.

7. Sekarang gimana perasaannya setelah disini/ Selama di panti ? Sedih. Ditinggali orang tua. Huuuu (Mona berusaha menutupi kesedihannya.)

Kayak mana ditinggalinnya ? Gak pernah datang. Iya.

Gimana perasaan Mona kayak gitu ? Hampir mau nangis.

8. Gimana di sekolah ? Seru nggak ?

Seru , hahaha. (Mona semangat menjawab) 9. Rangking berapa ?

Rangkingku, mmmm. (Mona ragu-ragu sambil cengengesan. Namun setelah berulang ditanya Mona mau menjawab).

Rangking 21. Waktu kelas 2 rangkingku 13. 10.Mata pelajaran yang disukai ?

Agama. Karena disitu ada cerita-cerita Tuhan. Apa cerita yang paling Mona ingat ?

Yusuf menjadi raja di Mesir. 11.Guru yang paling disenangi ?

Ibu Monica. Ibu itu guru semuanya. Kenapa suka ibu itu ?

Karena setiap hari ibu itu bikin lucu-lucu. Hihihi. 12.Punya sahabat disekolah ? Berapa orang ?

Banyak. (lalu Mona menyebutkan nama-nama sahabatnya) 13.Apa hobinya ?

Hobiku ? Berenang, main gitar masih belajar, jalan-jalan ke pantai. 14.Jago bidang apa ?

Karate, berantam, manjat pohon, jago ganggu anjing. Hahahaha. (Mona menjawab dengan bangga). Jago nyapu, ngepel, masak bisa. Masaknya telor, nasi, sayur, air minum.


(36)

15.Percaya diri nggak ? Kalau disuruh pidato/nyanyi/mimpin doa/mimpin lagu berani nggak ?

Pernah, buat doa, nulis nama ribut, nyanyi pernah. Takut nggak disuruh ke depan?

Enggak, langsung maju ajalah. Dipanggil namaku Mona, udah maju, nyanyi.

Nggak malu-malu sama teman ? Nggak, kami mana ada malu-malu. 16.Apa cita-citanya ?

Jadi zuster. (Suster biarawati)

Kenapa mau jadi zuster ? Darimana Mona tau zuster ?

Dari mamak, katanya gini, “Mona, kamu jadi apa ?” “Kayak itu, Mak. Kayak suster yang di Palembang.”

17.Apa aja tugasnya di panti ? Sama siapa biasa ngerjainnya ?

Siang-siang kami nyapu halaman. Semua, sama-sama kami ngerjainnya, sama anak SD.

18.Kalo ada kerjaan harus disuruh/ diingatkan dulu atau enggak ? Kadang diingatkan.

19.Siapa biasanya yang paling sering menasehati ? Ibu, Suster.

20.Apa yang dinasehatkan pengasuh ?

Rajin kau belajar, jangan main-main aja, jangan berantam, udah. (Mona memelankan suaranya.)

Gimana mereka bilangnya ? Baik-baik.

21.Pernah dimarahi/enggak ? Karena apa ? Apa kata pengasuh ? Pernah. Karena nggak nyapu. Ditegur aja udah. Gak sampe dimarahin kali.

22.Kalau nilai bagus apa kata pengasuh ? Dipuji ? Nggak dipuji, dibiarkan aja situ udah.

23.Kalau nilai jelek apa kata pengasuh ? Dimarahi gimana ? Ditegur aja.

24.Apa biasanya yang bikin pengasuh marah ? Bandel, melawan, gak mau kerja dan belajar. Kayak gitu Mona ?

Iya, hahahaha.

25.Apa biasanya yang bikin pengasuh senang ? Kerja bagus.

26.Pernah marah ?

- Pernah pas diejekin oran itulah. Pake nama orang tua. Sedih ?


(37)

- Sedihnya, mmm dimarahin. Rindu mamak, keluarga. (Mona agak grogi)

Senang ?

- Pernah, senangnya main, jalan-jalan kalo bulan 6. 27.Biasanya mau cerita nggak ? Ke siapa ?

Diam-diam aja, gak cerita sama teman. Gak cerita sama kakak. Nggak cerita sama siapa-siapa ? Sendiri aja nangisnya ? Hmm.

28.Siapa sahabatnya di panti ?

Ada sahabat, tapi dia buat aku marah terus. Kak Fitri. Jadi cerita sama Kak Fitri ?

Nggak, nggak sama siapa-siapa. 29.Siapa kakak asuhnya ?

Gak ada kakak asuhku.

Kak Fany ? (Kakak kandung Mona) Enggak, itu enggak.

30.Tidur jam berapa ? Langsung tidur ? Jam 9. Nggak, baca komik sampe jam 10.

Bangunnya jam berapa ? dibangunin atau bangun sendiri ?

Jam 5. Ga langsung, tidur-tidur dulu. Dipanggil dulu, dipanggil kakak. 31. Menurutmu mandiri itu yang kayak mana ?

Mandi sendiri, tidur sendiri, makan sendiri, minum sendiri, nyuci sendiri.

Udah pande Mona nyuci sendiri ? Udah pandeeee kali.

32.Kamu udah mandiri atau belum ? Kenapa ?

Mmmm, karena aku anak kecil. Udah pande aku ngurus diriku sendiri. Iya, serius ?

Iya, nggak ada kakakku. (Kakak asuh).

33.Apa tujuanmu di bina di panti ini ? Supaya apa makanya di panti ? Supaya makin pintar, rajin. Jadi sukses, terus cita-citanya tercapai.

4. Hasil Wawancara dengan Target Observasi 4 BIODATA :

a. Nama : Elsa Maria Sitohang b. Ttl : Samosir, 25 Juni 2005 c. Usia : 11 tahun

d. Suku : Batak Toba e. Agama : Katolik f. Asal : Samosir


(38)

g. Masih punya orang tua : Yatim Piatu

h. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara i. Pendidikan : Kelas 5 SD

j. Lama tinggal di Panti : 3 tahun

k. Waktu wawancara (oleh peneliti) : Minggu, 29 Mei 2016 Pukul : 12.33 WIB

Durasi : 8 menit 24 detik

Tempat wawancara : Ruang Belajar Panti Asuhan 1. Gimana dulunya keluarga kamu ? Tinggal sama siapa ?

Tinggal dengan orang tua

2. Apa dulunya kerja orang tua ? Petani

3. Kapan pindah ke panti ? Udah lama kak. Udah 3 tahun. 4. Kenapa pindah ke panti ?

Karena bapak nggak sanggup sekolahkan. 5. Apa kata orang tua sebelum ke panti ?

Suster yang datang. Gini katanya, “Pak, bawa aja Elsa ke Medan”, katanya. Iya kata bapakku.

Terus langsung mau Elsa ? Iya.

6. Gimana pengalaman waktu baru-baru di panti ?

Baru-baru disini enak. Enak main-main sama teman, bicara-bicara, itu aja.

7. Sekarang gimana perasaannya setelah disini/ Selama di panti ? Tetap kak. Selalu baik.

8. Gimana di sekolah ? Seru nggak ? Seru, banyak kawan.

9. Rangking berapa ? Entah.Udahlah kak. 10.Apa hobinya ?

Main bola kasti, baca buku 11.Jago bidang apa ?

Main raket, berenang juga

12.Percaya diri nggak ? Kalau disuruh pidato/nyanyi/mimpin doa/mimpin lagu berani nggak ?

Berani, maju kalo ke depan, Kak. 13.Apa cita-citanya ?

Jadi suster. (Suster biarawati)

14.Apa aja tugasnya di panti ? Sama siapa biasa ngerjainnya ?


(1)

vii

Universitas Sumatera Utara STRATEGI KOMUNIKASI PENGASUH DALAM MENGEMBANGKAN

KEMANDIRIAN ANAK PANTI ASUHAN

(STUDI KASUS TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENGASUH DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK PANTI ASUHAN USIA 6 – 12

TAHUN DI PANTI ASUHAN PUTRI ST. ANGELA DELI TUA) Jane Catherine Matanari - Ilmu Komunikasi FISIP-USU

ABSTRAK

Kemandirian merupakan hal yang penting dimiliki setiap individu, sehingga perlu dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Hal ini terkait dengan pengasahan kemampuan anak dari berbagai sisi kehidupan, sehingga menjadi manusia yang mampu dan cakap pada masa dewasa. Penelitian ini berfokus pada pengungkapan kenyataan/pola sosial yang terjadi di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua, dimana anak-anak asuh telah memiliki ciri kemandirian yang mencakup keaktifan, keterampilan dan kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk memahami strategi komunikasi pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak panti asuhan usia 6 – 12 tahun dan memahami efektifitas komunikasi yang terjadi antara pengasuh dan anak panti asuhan. Penelitian ini menggunakan teori Strategi Kepatuhan oleh Marwell & Schmitt dan Ciri Kemandirian oleh Suyoto, dkk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus dengan paradigma pos-positivistik dimana peneliti akan memberikan pemaparan mengenai bagaimana strategi komunikasi yang terjadi sehari-hari di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua. Teknik pengumpulan data di lapangan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung terhadap informan utama dan target observasi sesuai kriteria penelitian. Pengumpulan data melibatkan 5 orang pengasuh panti asuhan sebagai informan utama dan 4 orang anak panti asuhan usia 6-12 tahun sebagai target observasi dan informan tambahan. Teknik analisis data model Miles and Huberman digunakan dengan mereduksi data, menyajikan data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuh menggunakan strategi komunikasi dengan pemberian penghargaan, hukuman, keahlian, komitmen impersonal dan komitmen personal. Secara keseluruhan anak panti asuhan sudah dapat dikatakan mandiri karena dengan keadaan anak asuh sendiri yang memang sudah dituntut untuk mandiri dalam mempersiapkan diri dan bertanggung jawab atas kewajibannya. Terkhusus bagi anak usia 6-12 tahun, anak sudah dapat dikatakan mandiri dan lebih mudah untuk diberikan arahan dibandingkan anak asuh dengan usia yang lebih tua.

Kata Kunci:

Strategi Komunikasi, Pengasuh, Anak Panti Asuhan, Kemandirian Anak, Panti Asuhan.


(2)

viii

Universitas Sumatera Utara CAREGIVER’S COMMUNICATION STRATEGIES IN DEVELOPING

ORPHAN’S AUTONOMY

(CASE STUDY RESEARCH: CAREGIVER’S COMMUNICATION STRATEGIES ON DEVELOPING ORPHAN’S AUTONOMY FOR 6-12 YEARS OLD AT ST. ANGELA DELI TUA ORPHANAGE FOR GIRLS)

Jane Catherine Matanari – Communication Science, Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatera

ABSTRACT

Autonomy is one of important thing that an individual must have, so it should be develope since individual was a kid. Autonomy has a related with developing children’s skill from every part of life, so they can be a great and skilled person. This research has focus on uncovering the reality/sosial path in St. Angela Orphanage for Girls - Deli Tua, which the orphans had have some autonomy characteristics, such as being active, being creative, and skilled. The purposes of this research are comprehended the caregiver’s communication strategies on developing orphan’s autonomy for 6-12 years old and comprehended the communication effectivity between caregiver and orphans. Marwell and Schmitt’s Compliance-gaining Strategies and Suyoto et al’s Autonomy Characteristics were used in this research. The researcher had used qualitative research method, by using case study research with post-positivistic paradigm to explain how was communication strategies going in St. Angela Orphanage’s daily life. In-depth interview and observation were used for data collecting. There were five orphanage caregivers as main informant and four 6-12 years old orphans as observation target and sub-informant. Data analysis from Miles and Huberman was used in this research for data reduction, data display, conclusion and verification. The results point out there are some strategies that caregiver used, such as appreciation, punishment, competence, impersonal commitment, and personal commitment. Overall, orphans had have autonomy as they were children demanded for responsibility on their own. Particularly for children on 6-12 years old, they had have some autonomy and they were easier to be command than older children in orphanage.

Keywords:

Communication Strategies, Caregiver, Orphan, Children’s Autonomy, Orphanage.


(3)

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR BAGAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah... 1

1.2Fokus Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Perspektif/Paradigma Kajian... 9

2.2Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi... 10

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi... 12

2.2.3 Strategi Komunikasi... 13

2.2.4 Teori Mendapatkan Kepatuhan... 19

2.2.5 Pesan Persuasif... 22

2.2.6 Penggolongan Usia dan Tugas Perkembangan Anak... 26

2.2.7 Kemandirian... 29

2.2.8 Pola Pengasuhan dan Panti Asuhan... 32

2.3 Model Teoritik... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 37


(4)

x

Universitas Sumatera Utara

3.3 Subjek Penelitian... 39

3.4 Kerangka Analisis... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 42

3.5.1 Penentuan Informan... 43

3.5.2 Keabsahan Data... 44

3.6 Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Kegiatan Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Panti Asuhan Putri Santa Angela Deli Tua... 47

4.1.2 Profil Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua... 49

4.1.3 Struktur Organisasi Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua... 50

4.1.4 Proses Pelaksanaan Penelitian... 52

4.1.5 Proses Pengumpulan Data... 55

4.2 Karakteristik Pengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua... 57

4.3 Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan... 67

4.4 Efektifitas Komunikasi yang Terjadi antara Pengasuh dengan Anak Panti Asuhan 4.4.1 Karakteristik Anak Asuh Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua... 87

4.4.2 Deskripsi Ciri Kemandirian Anak Asuh Usia 6-12 Tahun... 98

4.5 Pembahasan... 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan…... 112

5.2 Saran Responden Penelitian... 113

5.3 Saran Dalam Kaitan Akademis………... 114

5.4 Saran Dalam Kaitan Praktis………... 114

DAFTAR PUSTAKA... 115


(5)

xi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Strategi Mendapatkan Kepatuhan oleh Marwell dan Schmitt...21

Tabel 2. Karakteristik Informan Utama...65

Tabel 3. Karakteristik Informan 1...69

Tabel 4. Karakteristik Informan 2...73

Tabel 5. Karakteristik Informan 3...77

Tabel 6. Karakteristik Informan 4...82

Tabel 7. Karakteristik Informan 5...85

Tabel 8. Karakteristik Target Observasi...96


(6)

xii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Model Teoritik Penelitian...36

Bagan 2. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman...46

Bagan 3. Struktur Organisasi Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua...50