Proses Penyidikan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

diperbolehkan untuk mencabut pengaduannya. Sehingga mengenai tengang waktu tersebut berlakulah Pasal 74 KUHP tentang tenggang waktu diperbolehkannya untuk mengadu dan Pasal 75 KUHP tentang tenggang waktu mencabut pengaduan. Selain itu tidak adanya dalam UUPKDRT ketentuan yang mengatur mengenai orang-orang yang turut serta melakukan tindakan kekerasan. Sehingga jika adanya seseorang yang membantu atau turut serta melakukan tindakan kekerasan tersebut, maka ketentuan yang dipakai untuk menghukum atau memberikan sanksi terhadap perbuatan tersebut. Misalnya jika orang tua yaitu suami bersama dengan istrinya melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya, maka untuk memberikan sanksi atau hukuman kepada suami atau istri tersebut, dipakailah ketentuan Pasal 55 ayat 1 KUHP.

B. Proses Penyidikan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pada pemeriksaan tingkat penyidikan dijumpai beberapa kegiatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, yaitu : penyelidikan, penyidikan, upaya paksa dan pembuatan berita acara. Adapun alasan aparat penegak hukum untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut adalah karena telah terjadi suatu tindak pidana perbuatan pidana. Berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana maka pihak penyidik kepolisian dapat melakukan segera tindakan yaitu berupa tindakan penyelidikan. Penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, pengeledahan, penyitaan, Universitas Sumatera Utara pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum 29 1. Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan. . Dalam hal apabila terjadi suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana maka tindakan segera yang dilakukan oleh penyidik yaitu disaat atau tidak beberapa lama kemudian, dalam hal ini tidak dibuat jangka waktunya untuk melakukan penyelidikan terhadap peristiwa itu untuk mengumpulkan bukti- bukti yang berhubungan dengan peristiwa itu, sehingga membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangkanya. Pasal 102 KUHAP merumuskan : 2. Dalam hal terangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik wajib segera melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan sebagaimana tersebut dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b. 3. Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada ayat 1 dan ayat 2, penyelidik wajib membuat berita acara dan melaporkan kepada penyidik sedaerah hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 102 KUHAP diatas, maka menjadi keharusan bagi penyidik untuk segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan sebagai kewajiban baik keadaan tertangkap tangan maupun dalam keadaan tidak tertangkap tangan. Keharusan bagi penyidik kepolisian untuk segera melakukan tindakan penyelidikan tidak saja hanya diatur didalam KUHAP tetapi dalam UUPKDRT 29 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, PT Sarana Bakti Semesta, Jakarta, 2008, hal 101. Universitas Sumatera Utara juga mengatur mengenai hal tersebut. Dalam Pasal 19 UUPKDRT disebutkan bahwa : “Kepolisian wajib segera melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau menerima laporan tentang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga”. Pasal 19 UUPKDRT mempertegas kembali apa yang telah diatur didalam Pasal 102 KUHAP, bahwa pihak kepolisian baik itu penyelidik maupun penyidik yang mengetahui atau menerima laporan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga segera melakukan penyelidikan guna untuk mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindakan penyidikan dan membuat terangnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga tersebut dan dapat menemukan dan menentukan pelakunya. Jadi setiap peristiwa yang diketahui atau dilaporkan atau yang diadukan kepada kepolisian, belum pasti merupakan suatu tindak pidana. Apabila hal demikian terjadi maka diperlukan suatu proses penyelidikan dimana pejabat polisi tersebut harus berlaku sebagai penyelidik yang wajib dengan segera melakukan tindakan yang diperlukan yaitu tindakan untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan sesuai dengan cara yang diatur oleh KUHAP. Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidik yang telah melaksanakan wewenangnya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 ayat 1 KUHAP membuat berita acaranya dan melaporkannya kepada penyidik di daerah hukumnya. Penyelidik yang menjalankan tugasnya wajib menunjukkan tanda pengenalnya serta mereka di Universitas Sumatera Utara dalam menjalankan tugas tersebut, dikoordinasi dan diawasi serta diberikan petunjuk oleh penyidik polri. Apabila setelah melalui tahap penyelidikan dapat ditentukan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana maka dilanjutkan dengan tahap penyidikan. Menurut Pasal 1 butir 2 KUHAP, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Tindakan penyidikan tersebut biasanya dilakukan penyidik setelah melalui hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh penyelidik, diyakini bahwa memang benar terjadi suatu peristiwa pidana. Pengetahuan akan, sedang dan telah terjadinya suatu peristiwa pidana di suatu tempat dan pada suatu waktu, biasanya diketahui penyidik melalui cara-cara, diantara lain : penyidik mengetahui sendiri terjadinya suatu peristiwa pidana, adanya laporan atau pengaduan Pasal 106 KUHAP. Kepolisian baik itu penyelidik maupun penyidik yang mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, maka pihak kepolisian tersebut wajib segera memberikan perlindungan sementara kepada korban kekerasan dalam rumah tangga dalam waktu 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam. Waktu 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam tersebut terhitung sejak kepolisian mengetahui atau menerima laporan tersebut. Perlindungan sementara itu otomatis diberikan oleh pihak kepolisian kepada korban setelah adanya pengaduan dari korban tersebut dan perlindungan sementara tetap diberikan kepada korban selama Universitas Sumatera Utara proses pemeriksaan berjalan dan dengan melihat kondisi fisik si korban apakah mungkin untuk segera melakukan pemeriksaan terhadap si korban 30 Untuk memperoleh surat perintah perlindungan, permohonannya dapat diajukan oleh : korban atau keluarga korban, teman korban, kepolisian, relawan pendamping, atau pembimbing rohani. Permohonan yang diajukan oleh orang- orang selain korban itu sendiri, maka pengajuan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari si korban itu sendiri dan dalam keadaan tertentu, permohonan dapat diajukan tanpa persetujuan dari si korban. Keadaan tertentu tersebut misalnya pingsan, koma, dan sangat terancam jiwanya. Permohonan tersebut diajukan ke pengadilan baik itu dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Pengadilan yang telah menerima permohonan perintah perlindungan tersebut, dalam tenggang waktu 7 tujuh hari sejak diterimanya permohonan tersebut wajib . Menurut Pasal 1 butir 3 UUPKDRT, perlindungan sementara adalah perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian danatau lembaga sosial atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari pengadilan. Perlindungan sementara tersebut diberikan paling lama 7 tujuh hari sejak korban kekerasan tersebut diterima atau ditangani. Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, danatau pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Kepolisian penyelidik atau penyidik wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan dalam waktu 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam terhitung sejak pemberian perlindungan sementara yang diberikan oleh pihak kepolisian. Perintah perlindungan tersebut diberikan dalam waktu paling lama 1 satu tahun. 30 Briptu Jaya Syahputra Anggota Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Deli Serdang, wawancara tanggal 10 Mei 2010. Universitas Sumatera Utara mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan anggota keluarga lain. Setelah penyidik mengetahui akan adanya suatu peristiwa pidana, maka undang-undang kemudian mewajibkan penyidik untuk segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 106 KUHAP yang berbunyi : “Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan”. Untuk melaksanakan kewajibannya itu, maka penyidik diberikan wewenang oleh undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP. Menurut pasal tersebut wewenang penyidik, yaitu : 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana, 2. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian, 3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka, 4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan, 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat, 6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang, 7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, 8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara, 9. Mengadakan penghentian penyidikan, 10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Universitas Sumatera Utara Wewenang yang diberikan kepada penyidik sedemikian rupa luasnya. Bersumber atas wewenang yang diberikan undang-undang tersebut, penyidik berhak mengurangi kebebasan dan hak asasi seseorang, asal itu masih berpijak pada landasan hukum. Wewenang pengurangan kebebasan dan hak asasi itu, harus dihubungkan dengan landasan prinsip hukum yang menjamin terpeliharanya harkat martabat kemanusiaan seseorang serta tetap berpedoman pada landasan orientasi keseimbangan antara perlindungan kepentingan tersangka pada satu pihak, dan kepentingan masyarakat serta penegakan ketertiban hukum pada pihak lain. Bermacam bentuk tindakan dan wewenang yang diberikan undang-undang kepada penyidik dalam rangka pembatasan kebebasan dan hak asasi seseorang, mulai dari bentuk penangkapan, penahanan, penyitaan, dan penggeledahan. Penyidik dapat melakukan penangkapan terhadap seseorang. Penangkapan tersebut harus berdasarkan alasan yang sesuai dengan undang-undang. Dalam Pasal 17 KUHAP, telah ditentukan bahwa penangkapan yang dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana yang berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Bukti permulaan yang cukup mengacu pada Pasal 183 KUHAP mengenai “batas minimum pembuktian”. Itu berarti bahwa bukti permulaan yang cukup terdiri dari sekurang-kurangnya dua alat bukti yang bisa terdiri dari dua orang saksi atau saksi ditambah dengan satu alat bukti lainnya. Adapun cara pelaksanaan penangkapan diatur dalam Pasal 18 KUHAP, yang menentukan : pelaksanaan penangkapan dilakukan petugas kepolisian negara RI, petugas yang diperintahkan melakukan penangkapan harus membawa surat tugas penangkapan, petugas memperlihatkan surat perintah penangkapan. Dalam hal jika surat tugas tersebut tidak ada, maka tersangka dapat menolak untuk mematuhi perintah penangkapan, karena surat tugas itu merupakan Universitas Sumatera Utara syarat formal dan agar tidak terjadi penangkapan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Penangkapan oleh seorang petugas yang tidak mempunyai surat tugas harus ditolak dan tidak perlu ditaati. Berbeda halnya dengan delik kekerasan dalam rumah tangga, dalam Pasal 35 UUPKDRT menentukan bahwa : “Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan tanpa surat perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah perlindungan, walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di tempat polisi itu bertugas”. Penangkapan tersebut dapat dilakukan oleh pihak kepolisian apabila adanya bukti permulaan yang cukup yang membuktikan bahwa pelaku atau tersangka telah melanggar perintah perlindungan. Bukti permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana. Hal tersebut dapat diketahui setelah dilakukannya pemeriksaan terhadap saksi korban dan telah mengetahui hasil visum keterangan saksi korban ditambah dengan hasil visum terhadap luka dan apabila memang telah terbukti maka dapat dilakukannya upaya paksa yaitu berupa penahanan terhadap tersangka. Penangkapan yang dapat dilanjutkan dengan penahanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian tanpa adanya surat perintah tetapi setelah penyidik menangkap yang dapat dilanjutkan dengan menahan pelaku atau tersangka, maka penyidik wajib memberikan surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam. Perintah perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban. Penahanan yang dikarenakan melanggar perintah perlindungan tidak dapat dimintakan penangguhan penahanan. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut dilakukan agar korban tersebut tidak mengalami kekerasan itu kembali. Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum Pasal 109 ayat 1 KUHAP. Apabila penyidik telah menuntaskan tugas penyidikannya, penyidik wajib menyerahkan berkas perkara yang berisikan berita acara pemeriksaan BAP sebagaimana disebutkan dalam Pasal 75 KUHAP, yang antara lain berisikan : berita acara pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi, pelaksanaan penetapan hakim, pemeriksaan ditempat kejadian dan tindakan lainnya, kepada penuntut umum Pasal 110 ayat 1 KUHAP. Berita acara adalah suatu upaya penyidik dalam memperoleh keterangan yang akan bermanfaat bagi pemeriksaan dimuka hakim atau disidang pengadilan. Berita acara merupakan rumusan pertanggungjawaban petugas yang membuatnya didalam mencari dan menyelidiki dan menyidik perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana. Apabila penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi. Untuk itu penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum Pasal 110 ayat 3 KUHAP. Selesainya suatu penyidikan bila : Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas Universitas Sumatera Utara waktu tersebut telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada penyidik Pasal 110 ayat 4 KUHAP.

C. Pembuktian Delik Kekerasan Dalam Rumah Tangga