5. Teori Pendidikan Yang Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri. Maka munculah “child
centered curriculum” dan “child centered school”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey
dalam artikelnya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi aplikasi ide Dewey adalah
anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, kemudian rasa minat. Kepercayaan akan diri sendiri, dalam pelaksanaan kurikulum kita tidak hanya
mempertimbangkan apa yang harus diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, akan tetapi juga tujuan yang akan dicapai dan faktor anak itu sendiri. Untuk itu perlu
diusahakan memupuk suasana intelektual di sekolah agar memberi motivasi belajar kepada murid-murid.
38
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu
yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika anda
sedang mengalami krisis kepercayaan diri. 1.
Evaluasi diri secara obyektif belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri anda, seperti pola
berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun
sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT strengths, weaknesses, obstacles and threats diri, kemudian digunakan untuk membuat dan
menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik. 2.
Beri penghargaan yang jujur terhadap diri. Sadari dan hargailah sekecil apa pun keberhasilan dan potensi yang anda miliki.
Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi
38
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988, Cet. 4, h. 13.
diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu anda
menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, seperti
ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang
kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.
3. Positive thinking.
Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa tidak ada manusia
yang sempurna dan tidak masalah bagiku jika membuat kesalahan. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar,
bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-
hatilah agar masa depan anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian
di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.
4. Gunakan self-affirmation.
Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri.
Contohnya: • Saya pasti bisa
• Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. • Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang
sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan. • Sayalah yang memegang kendali hidup ini dan saya bangga pada diri sendiri.
Seandainya setiap anak yang baru lahir tidak memiliki keberanian untuk mencoba, niscaya tak ada yang dapat mereka lakukan. Seandainya seorang balita takut
menghadapi kegagalan, niscaya mereka tak bisa berjalan hingga kini. Sebab, sekedar
untuk berjalan saja, banyak kesulitan yang harus mereka hadapi dan tak sedikit rasa sakit yang harus mereka tanggung. Hidung mungkin sudah lebih dari sepuluh kali tersungkur
ke tanah hanya karena mereka belajar merangkak. Tetapi anak-anak tak pernah putus asa. Anak-anak senantiasa bersemangat sampai orang tua memadamkannya dengan alasan
kasih sayang. Percaya diri terkadang bisa tumbuh dari benda yang kita banggakan. Seseorang
tampil dengan sangat meyakinkan manakala ia membawa handphone, sepeda motor, minyak wangi deodoran atau yang lainnya. Inilah yang disebut percaya diri semu
ketika lupa tidak memakai deodoran, mereka akan bersembunyi seperti tikus kesiram air. Industri sangat berkepentingan memelihara percaya diri semu ini agar produknya tetap
laris. “Hari gini ga punya henpon” bunyi iklan produk yang merusak rasa percaya diri merupakan sifat dari percaya diri semu ini tidaklah bertahan lama dan sangat rapuh.
39
Pada dasarnya kita menjadi takut karena kita berkata pada diri sendiri sampai kita percaya bahwa karena sesuatu itu membahayakan atau menakutkan, maka kita harus terus
menerus memikirkannya, memusatkan perhatian atasnya, merenungkannya, dan mencemaskannya.
40
Seorang remaja akan memberontak kalau diperlakukan sebagai anak kecil. Bukanlah ia sudah ingin bebas, ingin dipandang dan diperlakukan sebagai orang
dewasa, bukankah hak-hak dan harga dirinya ingin dihormati dan dihargai, Baik buruknya dan tinggi rendahnya kadar pengertian tergantung pada kedewasaan dan
kemauan kita memahami remaja dan masalahnya.
41
Seorang anak pada dasarnya membutuhkan bantuan pihak orang tua, dalam hal ini remaja pada umunya tidak suka
dalam berbagai larangan, jangan begini dan jangan begitu. Seorang anak yang sudah pasti merasa aman di rumah karena ia merasa dirinya dicintai, dihargai dan dipahami. Dan juga
si remaja merasa aman kalau ibu dan ayahnya hidup rukun, dan saling mencintai satu sama lain.
42
Jadilah contoh buat anak. Anak biasanya mengamati dan belajar dari perilaku
39
Fauzi Rachmanto, “Jangan Terjebak Pada Percaya Diri Yang Semu”, dalam Zauzi.blogspot.com,
1 Mei 2008.
40
Paul Hauck, Mengapa Harus Takut, Jakarta: ARCAN, 1992, Cet. 4, h. 59.
41
E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, Bandung: Indonesian Publishing house, 1981, h. 41.
42
E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, Bandung: Indonesian Publishing house, 1981, h. 19.
orangtuanya sendiri.
43
Untuk itu, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya diri, tetapi juga menjadi model dari perilaku percaya diri.
Keberhasilan seorang anak dalam lingkungan sosial belum tentu dicapai oleh anak-anak kebanyakan, dan keberhasilan yang mereka miliki merupakan sikap akan
penerimaan diri mereka sendiri. Sebagai salah satu pokok dari penyesuaian diri adalah hasil pendidikan yang terjadi dalam lingkup kelompok-kelompok anak di sekolah.
Adapun peran penting sekolah dalam pertumbuhan pada usia remaja 12-18 tahun. 1.
Penerimaan manusia terhadap dirinya dan peranannya yang dibebankan oleh jenisnya. Dalam hal ini sekolah membantu individu untuk menerima dengan senang hati
tubuhnya atau sekurang-kurangnya dapat menerimanya dan menerima peran laki-laki atau perempuan yang disukai oleh masyarakat.
2. Pembentukan hubungan baru yang matang dengan teman dari dua jenis. Dalam hal ini
sekolah membantu para siswa untu belajar memandang teman-temannya yang wanita sebagai wanita. Dan menolong mereka untuk menjadi laki-laki di antara laki-laki.
Belajar bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama, dengan mengenyampingkan perasaan-perasaan pribadi. Karena sekolah merupakan bengkel
untuk mempelajari semua keterampilan sosial. 3.
Kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Dalam hal ini sekolah terlepas dari mengikuti dan ketergantungan kepada orang tua. Belajar menyayangi
dan menghormati orang tua tanpa bergantung kepada mereka. 4.
Pemilihan pekerjaan dan bersiap untuk itu. Dalam hal ini sekolah menolong siswa untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dan sesuai
pula dengan nilai-nilai sosial, merupakan tugas terpenting dari sekolah menengah. 5.
Persiapan untuk berkeluarga dan kehidupan keluarga. Dalam hal ini sekolah membentuk sikap positif terhadap kehidupan keluarga dan memperoleh anak. Bagi
wanita memperoleh pengetahuan khusus tentang rumah tangga dan pendidikan anak- anak.
6. Pembentukan keterampilan dan pengertian yang diperlukan untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini sekolah pembentukan
43
Utami Rahayu Sri, “Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca”, dalam guruvalah1.20m.cogm
, 2009.
pengertian tentang peraturan perundangan pemerintah, ekonomi, geografi dan kodrat manusia.
7. Mengetahui tindak sosial yang diterima oleh masyarakat, yaitu yang didasarkan atas
tanggung jawab: berperan serta dalam kehidupan masyarakat sebagai seseorang dewasa, baik masyaraka itu kecil, yang hidup di desa atau di kota.
8. Memperoleh nilai-nilai pilihan yang sesuai dengan gambaran ilmiah obyektif dalam
alam tempat kita hidup: membentuk seperangkat angan-angan, akan tetapi yang dapat dilaksanakan serta menumbuhkan kemauan untuk melaksanakannya.
44
Seseorang dapat dikatakan bahwa ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi apabila orang tersebut kreatif. menurut kamus kreatif merupakan daya kemampuan untuk
mencipta dan menghasilkan sesuatu. Seorang yang kreatif biasanya selalu dihadapkan dengan tantangan. Tantangan keuangan, tantangan prestasi, tantangan hati nurani dan
masih banyak lagi. Singkatnya, cakrawala masa depan orang yang berjiwa kreatif sangat luas. Sebaliknya, orang-orang yang tidak kreatif, baik karena malas, bodoh atau dipaksa
keadaan, akan sulit meraih prestasi dan masa depan yang baik. Maka dari itu jadilah seseorang yang memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, raihlah cakrawala luas dibawah
langit kreatifitas.
45
Pada dasarnya kreatifitas itu berkisar pada daya temu dan penemu hal- hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan lama.
46
Oleh karena itu dengan kreatifitas seseorang akan merasa memiliki banyak manfaat akan keberhasilan yang
dicapainya. Karenanya seorang guru diwajibkan juga dalam melaksanakan pembelajaran harus dapat menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang kreatif untuk dapat
menguasai berbagai teknik yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri self esteem setiap siswanya.
44
Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri, Jakarta: Bulan Bintang, h. 45, 71, 125.
45
Nestor Rico Tambunan, Remaja Mandiri, Jakarta: Arcan, 1992, Cet. 5, h. 4.
46
E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, Bandung: PT. Eresco, 1991, Cet. 2, h. 145.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang kreatif dapat dihasilkan melalui guru yang kreatif. Siswa yang kreatif dan memupuk rasa percaya diri merupakan
aset yang sangat berharga bagi kehidupan diri pribadinya maupun orang lain.
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar sosial merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada Ilmu Pengetahuan Sosial yang dinyatakan oleh nilai pula mata
pelajaran tersebut. Pada kenyataan yang terjadi sekarang bahwa untuk siswa seringkali tidak menunjukan prestasi akademik, ini disebabkan karena ia tidak yakin akan
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keyakinan diri juga sangat perlu bagi siswa karena dapat menguatkan kepada pilihan
tindakan pengarahan usaha serta keuletan.
Perkembangan kepercayaan diri :
Suasana mendukung dan bersahabat Rangsangan : Bayi - Lingkungan
Suasana tidak mendukung dan tidak bersahabat - Keluarga, masyarakat - Lingkungan kerja
- Sekolah,dll. Positif Negatif
Baik Konsep diri Harga diri