Latar Belakang Ideologi Dan Perubahan Politik Suatu Studi Terhadap Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965- 1971)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Reformasi yang terjadi di Eropa Timur, menyusul arus perubahan yang ditiup oleh Uni Soviet, tampaknya memang merupakan fenomena yang cukup menarik. Eropa Timur merupakan kawasan dimana ideologi komunis dapat tumbuh dengan sangat subur. Bahkan Uni Soviet sebagai blok terbesar dari kawasan Eropa Timur disimbolkan sebagai puncak keadidayan ideologi komunisme di dunia. Namun predikat sebagai negara komunis terbesar didunia yang disandang oleh Uni Soviet tak cukup untuk menghindar dari sebuah proses perubahan yang menjurus kearah pengikisan dari nilai-nilai ideologi komunis tersebut. Perubahan yang terjadi di Uni Soviet tersebut tidak terlepas dari peran seorang Gorbachev. Gorbachev dengan ide pembahuruannya yang menawarkan konsep “glasnot” dan “ perestorika“-nya telah membawa perubahan perubahan yang dahsyat tidak hanya di Uni Soviet itu sendiri melainkan sampai ke negara negara Eropa Timur yang menjadi satelitnya. Konsep glasnot yang berarti keterbukaan dan perestorika yang berarti restrukturisasi tanpa disadari telah menjadi spirit baru dalam gerakan pembaharuan di negara negara Eropa Timur pada umumnya dan di Uni Soviet pada khususnya. Dalam perkembangannya, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Gorbachev tersebut telah bersifat radikal dan drastis baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Perubahan yang dilakukan oleh Gorbachev dalam bidang politik sangat jelas terlihat pada kebijakannya melaksanakan sistem pemilihan umum yang bebas dengan multi calon pada bulan maret tahun 1989. hal ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Klimaks pembaharuan ini terjadi ketika pasal 6 Konstitusi 1936 dicopot untuk mengakhiri monopoli kekuasaan komunisme yang sudah berlangsung lebih dari tujuh Universitas Sumatera Utara dasawarsa di negara itu. 1 Ide pembaharuan yang dicanangkan oleh Gorbachev dengan cepat menjalar ke negara negara Eropa Timur lainnya. Namun proses pembaruan yang terjadi tidak relatif sama antara negara yang satu dengan negara lainnya. Perbedaan proses pembahuruan ini disebabkan karena pelaku dari pembaharuan dari masing masing negara tersebut berasal dari golongan yang berbeda pula. Sebagai contoh di Polandia dan Rumania proses pembaruan dilakukan Dibidang ekonomi, konsep “perestorika” yang di gagas oleh Gorbachev telah mendorong secara bertahap proses swastaisasi, dan petani dibiarkan menjual hasil ladangnya secara bebas ke pasar. Sentralisasi dan totalisasi ekonomi oleh negara tidak lagi berlaku mutlak. Bahkan dalam konstitusi baru yang disahkan pda bulan November 1986, 29 jenis usaha ekonomi di berikan izin untuk dikelola oleh swasta. Perubahan ini merupakan sebuah perbaikan terhadap sisitem monopoli perekonomian oleh negara yang selama ini dianggap tidak efesien. Dampak dari konsep “glasnot” dan “perestorika” yang di tawarkan oleh Gorbhachev dalam perkembangannya telah membawa negara Uni soviet kedalam bentuk pembaharuan yang sedikit liberal dalam sistem ekonomi maupun sistem politiknya. Gorbhachev yang pada awalnya menyatakan bentuk pembaharuan yang ditawarkan bukan bermaksud keluar dari sosialisme melainkan sebagai keharusan sejarah supaya komunisme lebih bersifat kontekstual dalam perkembangannya justru mengarah kepada kecenderunagn keluar dari komunisme. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi maupun politik yang menjadi lebih terbuka. Pembaruhan yang pada perkembangannya menjurus pada perubahan dalam bidang ekonomi dan politik yang terjadi di Uni Soviet ini secara bertahap menular kepada negara negara Eropa Timur lainnya seperti Polandia, Rumania, Ceko Slowakia, Bulgaria dan Hongaria. 1 Rikard Bagun, Perkembangan Komunisme di Polandia, Hongaria, Ceko Slowakia, Bulgaria, dan Rumania dalam Perubahan Politik di Negara Negara Eropa Timur, Jakarta: PT Gramedia. 1990, Hal. 187. Universitas Sumatera Utara oleh pihak yang sama. Rakyatlah yang menjadi aktor pembaharuan di kedua negara tersebut. Hal sebaliknya justru terjadi di negara Ceko Slowakia, Bulgaria dan Hongaria dimana yang melakukan gerakan pembaharuan adalah partai komunis itu sendiri. Proses perubahan politik yang terjadi pada negara komunis tidak hanya terjadi di negara negara eropa timur melainkan juga sampai ke negara negara di asia seperti halnya Cina. Setelah tampil sebagai salah satu orang berpengaruh di Cina pada tahun 1978, Deng Xiaoping langsung melakukan gerakan pembaharuan. Secara bertahap, ia mengganti sistem totalisasi dan sentralisasi dalam bidang pertanian yang selama ini diterapkan di negara tersebut dengan menawarkan sebuah bentuk pasar bebas sehingga memberi angin segar bagi para wiraswasta. Pada perkembangannya, gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Deng Xiaoping ini kemudian dikenal sebagai empat bentuk modernisasi Cina. Yaitu modernisasi pada bidang pertanian, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di Cina sedikit banyaknya telah mendeskripsikan betapa sebenarnya ideologi komunis yang dianut oleh negara tersebut perlu dilakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut justru terlihat lebih bersifat pragmatis dengan tujuan tercapainya kebutuhan nasioanl negara tersebut. Cina sebagai negara komunis terbesar didunia setelah Uni Soviet juga tidak luput dari godaan sistem ekonomi dan politik yang sedikit liberal untuk penyegaran terhadap ideologi komunis yang selama ini telah lama diterapkan oleh negara tersebut. Ternyata arus perubahan politik yang terjadi di Uni soviet dan Cina sebagai dua kekuatan terbesar di dunia telah berpengaruh ke dunia komunis. Dunia komunis diartikan sebagai negara negara komunis dan partai partai komunis di negara-negara non komunis, Universitas Sumatera Utara yaitu yang belum atau tidak memegang kekuasaan pemerintahan. 2 Memandang perubahan politik yang berhubungan dengan keberadaan komunis di Indonesia tidak akan pernah terlepas dari apa yang terjadi pada sebuah transisi politik dari Orde Lama ORLA ke Orde Baru ORBA. Dengan demikian sangat perlu juga untuk dilihat Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik yang berhaluan komunis dalam negara yang non komunis juga termasuk kedalam cakupan pembahasan dunia komunis. Negara indonesia pada orde lama ORLA mempunyai partai yang berideologi komunis yang dikenal sebagai Partai Komunis Indonesia PKI. Sekalipun Indonesia bukan negara yang berideologi komunis, namun kekuatan komunisme di indonesia jelas tidak diragukan lagi keberadaannya. Hal ini disebabkan karena PKI dapat menempati posisi empat besar pada Pemilihan Umum pertama di indonesia yang di laksanakan pada tahun 1955. Dalam pemilu tersebut PKI memperoleh persentase suara sebanyak 16,4 persen yang berarti memperoleh 39 kursi di parlemen. PKI hanya kalah dari partai PNI yang memperoleh 22,3 persen suara 57 kursi, NU yang memperoleh 20,9 persen suara 57 kursi dan Masyumi yang memperoleh 18,4 persen suara 45 kursi. Namun yang perlu diketahui adalah bahwa ketiga partai diatas sebelumnya telah menjadi kekuatan politik di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan. Sebagai ideologi yang baru tumbuh dan berkembang di Indonesia, keberadaan ideologi komunisme yang di gerakan oleh PKI jelas telah menjadi manuver bagi kekuatan politik yang sudah matang terlebih dahuluh. Dari penjelasan ini jelas dapat disimpulkan bahwa kekuatan komunis di Indonesia cukup besar keberadaannya. Bahkan PKI tercatat sebagai kekuatan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis Soviet dan Cina. Dari penjelasan diatas jelaslah wajar jika saya menyimpulkan bahwa Indonesia adalah salah satu kekuatan Komunis terbesar di dunia karena keberadaan PKI didalamnya. 2 J. Soedjati Djiwandono, Pengaruh Pembaharuan Gorbachev di Dunia Komunis dalam Perubahan Politik di Negara Negara Eropa Timur, Jakarta: PT Gramedia. 1990, Hal. 35 Universitas Sumatera Utara perubahan politik seperti apa yang terjadi pasca keberadaan ideologi komunis di Indonesia. Hal yang dapat dilihat dengan jelas adalah mengenai sikap kedua pemimpin pada masing masing Orde terhadap keberadaan komunise itu sendiri. Soekarno sebagai pemimpin dari ORLA dapat dilihat memiliki kedekatan terhadap dunia komunis. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan terjadinya kedekatan antara Soekarno dengan para tokoh tokoh PKI melainkan juga dapat dilihat bagaimana Soekarno dapat dilihat mendekatkan diri pada kekuatan Komunisme dunia yaitu Uni Soviet. Kedekatan antara Soekarno dan Soviet dapat dilihat dari ketersedian Soviet dalam memberikan bantuan persenjantaan kepada Indonesia. Dalam situasi yang lain, Soeharto sebagai pemimpin diktator ORBA justru memandang Komunsime sebgai sesuatu yang buruk. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diberlakukan ORLA terhadap Komunisme yang justru bersifat sebagai mitra dalam menjalankan roda pemerintahan. Setelah Soeharto berkuasa melalui intrik politik yang didapatkan dari Surat Perintah Sebelas Maret SUPERSEMAR perlahan lahan soeharto mulai mengkebiri kekuatan Komunis di Indonesia dengan kekuatan Angkatan Darat AD yang dia pimpin. Pemerintahan soeharto juga menjalin hubungan yang baik dengan Amerika Serikat AS yang notabene adalah seteru abadi Soviet dalam Perang Dingin. Perbandingan keberadaan Komunis pada ORLA dan ORBA jelas telah mengalami sebuah perubahan, ini dapat ditunjukan dari sikap yang ditunjukan oleh Soekarno dan Soeharto dalam memandang Komunis yang jelas sangat berbanding terbalik. Dengan melihat penjelasan diatas, maka timbul pertanyaan apakah perubahan politik ini nantinya sesuai dengan perubahan yang politik yang terjadi di negara Uni Soviet atau negara Eropa Timur lainnya? Apakah perubahan politik di indonesia justru sejalan dengan perubahan politik di negara Cina? Atau justru perubahan terjadi sebelumnya? Atas pertanyaan pertanyaan diatas kemudian menjadi menarik apabila kita melihat keterkaitan Universitas Sumatera Utara sebuah Ideologi dalam hal ini Komunisme terhadap perubahan politik yang terjadi di era politik tertentu. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh ideologi dalam hal ini ideologi Komunisme terhadap perubahan politik di era politik Soeharto 1965-1971

I.2. Perumusan Masalah