104
Buku Guru Kelas VIII SMPMTs
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif peserta didik. Ranah afektif tersebut
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang
diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi yang
lebih spesiik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi hal-hal berikut
Depdiknas, 2006.
a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego. c. Anxiety kecemasan, yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dan
sebagainya. d.
Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan. e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada
perasaan orang lain. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang
akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berikirnya. Guru harus memahami tahap-tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan
afektif peserta didiknya, agar ketika mendesain dan melaksakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan yang telah dijelaskan
diatas. Dengan demikian, pembelajaran IPA di SMP menjadi proses pembelajaran yang bermakna meaningfully.
B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium IPA SMPMTS
Pembelajaran IPA di SMPMTs tidak lepas dari penyediaan dan pengelolaan laboratorium IPA. Laboratorium adalah tempat untuk
mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai Depdiknas, 2008. Laboratorium IPA SMP merupakan tempat peserta didik
melakukan kegiatan penyelidikan yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana peserta didik berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan
untuk mengobservasi gejala‑gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Ilmu Pengetahuan Alam
105
Pada pelaksanaannya, kegiatan di laboratorium IPA sering melibatkan bahan, peralatan dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja yang dapat
membuat guru atau peserta didik cedera. Kecelakaan di laboratorium dapat juga terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai
bahan, proses-proses dan perlengkapan atau peralatan yang tidak jelas serta kurangnya bimbingan terhadap peserta didik yang sedang bekerja
di laboratorium. Selain itu tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk kegiatan, tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang
seharusnya ditaati, tidak menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan peralatan bahan tidak sesuai dan tidak berhati-hati dalam
kegiatan dapat pula menjadi sumber kecelakaan.
Kurikulum 2013 mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai dengan melaksanakan beberapa kegiatan di laboratorium yang
mugnkin mengandung resiko kecelakaan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati. Sebagai contoh, pada percobaan untuk menguji perubahan sifat
kimia, praktikum pengujian bahan makanan dan praktikum untuk menguji fotosintesis. Pada praktikum tersebut menggunakan api sebagai salah
satu bahan yang harus digunakan peserta didik, apabila tidak hati-hati potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula praktikum yang
menggunakan alat-alat gelas yang rentan pecah, maka pecahan gelas tersebut dapat melukai peserta didik yang tidak hati-hati. Penggunaan
bahan-bahan kimia misalnya alkohol yang digunakan untuk melarutkan kloroil pada daun pada praktikum fotosintesis dan penggunaan kloroform
dalam praktikum pembedahan juga harus hati-hati. Misalnya alkohol tidak boleh dipanaskan langsung di api karena dapat meledak sehingga dalam
pelaksanaannya alkohol direbus dengan cara direbus dengan pemanas air.
Alat dan bahan laboratorium
Laboratorium IPA pada umumnya memiliki alat dan bahan khusus. Sebagai contoh, alat yang terkait dengan isika antara lain galvanometer,
multimeter, voltmeter dan bahan‑bahan seperti kabel‑kabel dan sebagainya. Bahan-bahan kimia seperti asam pekat dan encer, buret, pipet-pipet, alat
titrasi dan sebagainya, biasanya juga terdapat dalam laboratorium IPA. Selain itu, ada pula mikroskop, spesimen-spesimen yang dikumpulkan dari
tumbuhan dan hewan, dan sebagainya.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat
dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.
106
Buku Guru Kelas VIII SMPMTs
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaannya. Setelah selesai digunakan harus segera dibersihkan kembali
dan disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi penutup cover, misal plastik transparan, terutama terutama alat-alat yang memang
memerlukannya. Alat-alat yang tidak berpenutup akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
1. Untuk alat-alat gelas glassware Alat-alat gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai. Untuk alat-alat gelas
yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya ditempatkan pada lemari khusus.
2. Untuk bahan-bahan kimia Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada kamarruang khusus untuk
mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul. Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan khusus tersebut perlu
dilengkapi pendingin udara atau kipas angin, agar udarauap yang ada dapat terpompa keluar. Bahan kimia yang ditempatkan dalam botol
berwarna coklat atau gelap tidak boleh langsung terkena sinar matahari, sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
3. Alat-alat mikroskop. Alat-alat mikroskop dan alat-alat optik lainnya seharusnya disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab.
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa-lensa berjamur, jika jamur ini banyak, maka mikroskop akan rusak dan tidak dapat
dipakai sama sekali. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop selalu ditempatkan dalam kotaknya, yang biasanya dilengkapi dengan silica-
gel dan sebelum disimpan dicek kembali kebersihannya. Mikroskop ini seharusnya ditempatkan di dalam lemari-lemari khusus yang dikendalikan
kelembabannya. Untuk lemari biasanya diberi lampu pijar 10-15 watt, agar ruang ini tetap selalu panas atau kering dan akan mengurangi
kelembaban udara. Alat optik lainnya seperti lensa pembesar loupe, alat kamera optik, kamera digital, microphoto-camera, juga ditempatkan pada
lemari khusus yang tidak lembab.
4. Jika laboratorium mempunyai neraca, sebaiknya dirawat secara
khusus. Alat ini merupakan alat yang mahal, dan umurnya bergantung pada cara menggunakannya dan bagaimana memeliharanya.
Diusahakan agar neraca itu mendapat tempat yang baik. Neraca itu harus berdiri di atas sebuah meja yang tahan getaran dan letaknya jangandekat
jendela atau pintu yang sering dibuka. Setiap tahun neraca hendaknya ditera, untuk dapat mempertahankan ketelitiannya. Setelah menimbang
sesuatu, piring penimbang hendaknya dibersihkan. Jika ada zat yang tertumpah ketika sedang menimbang, segera piring neraca dicuci dengan