jarinagn. Adaptasi ini sangat jelas pada beberapa macam anemia yang mengenai metabolisme eritrosit secara langsung, misalnya pada anemia akibat
defisiensi piruvat kinase yang menyebabkan peningkatan konsentrasi 2,3-DPG dalam eritrosit, atau yang disertai dengan hemoglobin berafinitas rendah,
misal HbS Hoffbrand, Pettit, Moss, 2005.
2.2.5. Gejala dan Tanda Anemia
Jika pasien memang bergejala, biasanya gejalanya adalah nafas pendek, khususnya pada saat berolahraga, kelemahan, letargi, palpitasi, dan sakit kepala.
Pada pasien berusia tua, mungkin ditemukan gejal gagal jantung, angina pektoris, klaudikasio intermiten, atau kebingungan konfusi. Gangguan penglihatan akibat
perdarahan retina dapat mempersulit anemia yang sangat berat khususnya yang awitannya cepat.
Tanda-tanda dapat dibedakan menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum meliputi kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin
kurang dari 9-10 gdL. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapat menunjukkan takikardia, nadi kuat,
kardiomegali, dan bising jantung aliran sistolik khususnya pada apeks. Gambaran gagal jantung kongestif mungkin ditemukan, khususnya pada orang tua.
Perdarahan retina jarang ditemukan. Tanda yang spesifik dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan
anemia hemolitik atau megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain, deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia
hemolitik kongenital lain yang berat. Gejala-gejala anemia yang disertai infeksi berlebihan atau memar spontan
menunjukkan adanya kemungkinan netropenia atau trombositopenia akibat kegagalan sumsum tulang Hoffbrand, Pettit, Moss, 2005.
2.3. Anemia pada Diabetes Mellitus
Keadaan anemia sering ditemukan pada pasien DM. Anemia merupakan komplikasi umum dan lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes
dibandingkan orang tanpa diabetes. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rani, Raman, Rachepalli, et al. 2010, prevalensi anemia pada penderita DM tipe
2 adalah sebesar 12,3. Untuk pasien DM yang berusia 40-49 tahun, prevalensi anemia lebih tinggi pada wanita 26,4 dibandingkan dengan pria 10,3.
Hampir 1 dari 4 23 pasien dengan DM tipe 1 dan DM tipe 2 mengalami anemia.
Anemia pada diabetes merupakan akibat dari kurangnya sintesis serta pelepasan eritropoietin dari ginjal, peradangan sistemik, kekurangan zat besi dan
juga adanya faktor iatrogenik, seperti penggunaan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ACE-I. Terjadiya anemia pada penyakit ginjal kronik
berhubungan dengan penurunan Glomerulus Filtrarion Rate GFR dan keadaan ini dianggap menjadi faktor risiko yang penting pada gangguan di sistem
kardiovaskular Bonakdaran, Gharebaghi, Vahedian, 2011. Sebuah studi observasional menunjukkan bahwa kadar Hb Hemoglobin
yang rendah pada pasien DM dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal serta morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Dalam uji klinis terkontrol,
pengobatan anemia dengan Erythropoietin Stimulating Agents ESA menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup, tetapi belum menunjukkan hasil
yang lebih baik Mehdi dan Toto, 2009.
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSAIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Menurut Sastroasmoro 2011 kerangka konsep adalah diagram yang menunjuk hubungan antar-variabel dalam penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur Hasil
Ukur Skala
Ukur Variabel Independen
Diabetes Mellitus
tipe 2 Penyakit DM tipe 2
yang diderita oleh pasien rawat inap
berdasarkan rekam medis telah
dikonfirmasi melalui pemeriksaan
laboratorium dan diagnosis ditegakkan
Observasi onal
Rekam Medis
DM tipe 2 tidak
DM tipe 2
Nominal Diabetes
Mellitus Tipe 2
Anemia