Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
PABRIK BIODIESEL
(ARSITEKTUR HIGHTECH)O l e h
WAN ACHMAD ADRIANSYAH 04 0406 040
Medan,15 Juni 2009 Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Ir.M. Nawawiy Loebis,M.Phil,Ph.D. Hilma Tamiami F,ST,M.sc
(NIP: 130 288 509)
(Ketua Departemen Arsitektur FT- USU)
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho,MT (NIP: 132 206 820)
(2)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
PABRIK BIODIESEL
ARSITEKTUR HIGHTECHLAPORAN PERANCANGAN
TKA - 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
WAN ACHMAD ADRIANSYAH
0 4 0 4 0 6 0 4 0
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
(3)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A )
Nama : Wan Achmad Adriansyah
NIM : 040406040
Judul Proyek Akhir : Pabrik Biodiesel
Tema Proyek Akhir : Arsitektur Hightech
Rekapitulasi Nilai :
Nilai akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No Status Waktu
Pengumpulan Laporan
Paraf Pembimbing
I
Paraf Pembimbing
II
Koordinator TKA-490
1 LULUS LANGSUNG 2 LULUS
MELENGKAPI 3 PERBAIKAN
TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN
DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS
Medan,15 Juni 2009
Ketua Departemen Arsitektur FT – USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT (NIP: 132 206 820) (NIP: 132 206 820)
(4)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kebesaran beliau yang telah memberikan kenikmatan yang tiada henti-hentinya dari dalam kandungan ibu hingga saat ini. Ya Allah ya Rabbi, kepada engkaulah kami menyembah dan kepada engkaulah kami memohon pertolongan, terima kasih atas berkat dan rahmat yang telah engkau berikan kepada hambamu ini . Dan tak lupa pula kita tuturkan salawat beriring salam kepada baginda besar Muhammad SAW sehingga kita dapat menikmati keindahan islam.
Tak terasa masa indah di kampus arsitektur ini akan saya lalui. Beragam watak, karakter teman dan dosen telah saya hadapi selama di kampus arsitektur yang secara tidak langsung telah menempa mental saya. Yang mana kehidupan di Arsitektur yang keras, disiplin waktu yang tinggi, serta pengorbanan fisik maupun materi yang besar. Selama proses pengerjaan tugas akhir ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Wan Syahrir, SE dan ibu Salbiah, S.Pd,berkat doa, dukungan serta pengorbanan dari beliau selama proses tugas akhir ini. Tanpa beliau berdua saya hanyalah manusia yang tidak berdaya,yang tidak mempunyai arti dan guna. Adik saya satu-satunya Wan Achmad Devriansyah yang turut serta memberikan dukungan,serta memberikan kekuatan batin tersendiri bagi saya yang selalu kurindukan akan kepolosannya. Acik dan Nenek, Hj. Pocut Nisma dan Aisyah yang merupakan ibunda dari kedua orang tua saya yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada saya selama ini. Tari Adrian yang tercinta terima kasih atas perhatian, doa dan dukukungan yang telah engkau berikan . Asrul Azmi Sinaga, Bambang Herawan, Purnanda, Ilham Syahputra Lubis, Ahmad Husein, teman-teman seangkatan, serta teman-teman seperjuangan di tugas akhir terima kasih atas dukunngannya.
Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
• Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan yang sangat berarti pada rancangan saya, mengembangkan wawasan dan pandangan saya,
• Ibu Hilma Tamiami F, ST, MS.c sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan ide yang sangat berguna terhadap rancangan saya,
• Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT selaku Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
• Bapak Devin Defriza, dan bapak Firman Eddy, selaku dosen penguji yang turut serta dalam memberikan masukan yang berarti bagi proyek tugas akhir saya.
(5)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Medan,15 Juni 2009
(6)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 5
1.3 Perumusan Masalah ... 6
1.4 Metode Pendekatan ... 6
I.5 Lingkup dan Batasan Proyek ... 7
I.6. Kerangka Berpikir ... 8
1.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 9
BAB II DESKRIBSI PROYEK ... 10
2.1. Pengertian Judul ... 10
2.1.1 Studi Kelayakan ... 11
2.1.2 Sistem Pabrik Biodiesel ... 14
2.2. Lokasi Proyek ... 15
2.2.1. Wilayah Sekitas Site ... 16
2.2.2. Batas Site ... 19
2.3. Analisis Pemilihan Lokasi ... 20
2.3.1. Alternatif Pemilihan Lokasi ... 20
2.3.2 . Penilaian Alternatif Lokasi ... 21
2.3.3. Kondisi Eksisting Lokasi Proyek... 22
2.4. Tinjauan Fungsi ... 22
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 22
2.4.2. Deskripsi Pelaku ... 24
2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 25
2.4.4. Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis ... 27
BAB III ELABORASI TEMA ... 32
3.1. Tema ... 32
3.1.1. Pengertian Tema ... 32
(7)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
3.1.3 Arsitektur High Tech dan Kota ... 34
3.1.4. Kesimpulan ... 34
3.2. Keterkaitan Tema dengan Judul Proyek ... 35
3.3. Penerapan Tema pada Bangunan ... 35
3.3.1. Penerapan penggunaan kaca pada bangunan ... 35
3.3.2. Pengaruh penggunaan kaca pada bangunan ... 36
3.3.3. Penerapan penggunaan Baja pada bangunan ... 37
3.3.4. Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis ……... 38
BAB IV ANALISA ... 42
4.1. Analisa Fisik ... 42 4.1.1. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 42
4.1.2. Analisa Tapak dalam Lingkungan Kawasan ... 43
4.1.3. Analisa Ukuran Tapak dan Batas-Batas Tapak ... 44
4.1.4. Analisa Jarak dan Waktu Tempuh ... 45
4.1.5. Analisa Zoning dan Tata Guna Lahan ... 45
4.1.6. Analisa View Menuju Tapak ... 46
4.1.7. Analisa View dari Tapak ... 46
4.1.8. Analisa Garis Langit (sky Line) ... …….. 47
4.1.9. Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 47
4.1.10. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 48
4.1.11. Analisa Entrance ... 48
4.1.12. Analisa Vegetasi ... 49
4.1.13. Analisa Matahari ... 49
4.1.14 Analisa Angin ... 50
4.1.15. Analisa Kebisingan ... 50
4.1.16. Analisa Utilitas ... 51
4.1.17. Analisa Drainase ... 52
4.2. Analisis Fungsional ... 52
4.2.1. Program Ruang Dalam ... 52
4.2.2. Program Ruang Luar ... 56
4.2.3. Hubungan Antar Ruang ... 57
BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 76
(8)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
5.2. Konsep Perancangan Ruang Dalam ... 60
5.3 Konsep Struktur ... 61
BAB VI HASIL PERANCANGAN ... 63
6.1. Gambar Perancangan, Poster dan Maket ... 63
(9)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. DAFTAR TABEL
BAB 2
Tabel 2.1.1.b Diagram Proses Pengolahan Pabrik Biodiesel ... 12
Tabel 2.1.1 Harga Pokok Produksi Biodiesel ... 13
Tabel 2.1.2. Sistem Pabrik Biodiesel ... 14
Tabel 2.1 Suasana di Sekitar Tapak ... 17
Tabel 2.2.2 Batas site ... 20
Tabel 2.3.2 Penilaian Alternatif Lokasi ... 21
Tabel 2.4.1 Kelompok Kegiatan Fasilitas Pabrik ... 23
Tabel 2.4.2 Deskripsi Pelaku ... 24
Tabel 2.4.3 Kebutuhan ruang ... 25
Tabel 2.4.4 Kesimpulan dan Studi Banding ... 30
BAB 4 Tabel 4.1.3. Batas-Batas Tapak ... 44
Tabel 4.2.1 Program Ruang Dalam ... 52
Tabel 4.2.2 Program Ruang Luar ... 56
BAB 5 Tabel 5.1 Konsep ruang luar ... 58
Tabel 5.2 Konsep ruang Dalam... 60
(10)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. DAFTAR GRAFIK
BAB 1
Grafik 1.1.a Pohon Industri Kelapa Sawit ... 1 Grafik 1.1.b Distribusi Luas Lahan Kelapa Sawit 2005 ... 3
(11)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. DAFTAR GAMBAR
BAB 1
Gambar 1.1.a Pohon Industri Kelapa Sawit ... 1
Gambar 1.1.b Produksi Kelapa Sawit di Indonesia ... 4
Gambar 2.1. Dr.RUDOLPH DIESEL (1858-1913)... 10
BAB 2 Gambar 2.1.1.a Peta Jalan (roadmap) Pengembangan Industri Sawit ke Depan ... 12
Gambar 2.1. Lokasi Usulan Pabrik Bio Diesel …………....……… 15
Gambar 2.2.1. wilayah disekitar site……… 16
Gambar 2.2.2 Batas site ………. 19
Gambar 2.2.2 Alternatif Pemilihan Lokasi ……… 21
Gambar 2.4.4.a Faust ……….. 27
Gambar 2.4.4.b BMW Welt …….……… 28
Gambar 2.4.4.c BMW Plant ………. 29
BAB 3 Gambar 3.3 .3 Penggunaan Baja (BMW Welt Building)………37
Gambar 2.4.4.a Renault Distribution Centre………. 39
Gambar 2.4.4.b Mclaren Technologi Centre………. 40
Gambar 2.4.4.b INMOS Factory ………..………. 41
BAB 4 Gambar 4.1.1. Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 42
Gambar 4.1.2. Analisa Tapak dalam Lingkungan Kawasan ... 43
Gambar 4.1.3. Analisa Ukuran Tapak dan Batas-Batas Tapak ... 44
Gambar 4.1.4. Analisa Jarak dan Waktu Tempuh ... 45
Gambar 4.1.5 AnalisaZonning dan Tata Guna Lahan ... 45
Gambar 4.1.6. Analisa View Menuju Tapak ... 46
Gambar 4.1.7. Analisa View Dari Tapak ... 46
(12)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Gambar 4.1.9. Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 47
Gambar 4.1.10. Sirkulasi Pejalan Kaki ... 48
Gambar 4.1.11. Analisa Entrance ... 48
Gambar 4.1.12. Vegetasi pada tapak eksisting ... 49
Gambar 4.1.13. Analisa Matahari pada tapak ... 49
Gambar 4.1.14. Analisa angin pada tapak ... 50
Gambar 4.1.15. Analisa kebisingan pada tapak ... . 50
Gambar 4.1.16. Analisa Utilitas pada tapak ... . 51
Gambar 4.1.17. Analisa Drainase ... 52
BAB 6 PERANCANGAN ARSITEKTUR Gambar 6.1 Site Plan ... 63
Gambar 6.2. Ground Plan ... 64
Gambar 6.3. Denah Lantai II dan III ... 65
Gambar 6.4. Tampak Depan dan Kanan ... 66
Gambar 6.5. Tampak Kiri dan Belakang ... 67
Gambar 6.6. Potongan A-A dan Potongan B-B ... 68
Gambar 6.7. Denah, Front side, Left Side, Section A-A Employee House 69 Gambar 6.8. Rencana Pondasi & Sloof ... 70
Gambar 6.9. Rencana Pembalokan lantai II dan III ... 71
Gambar 6.10. Rencana Atap ... 72
Gambar 6.11. Aksonometri Bangunan Area Pabrik ... 73
Gambar 6.12. Rencana Elektrikal Lantai I ... 74
Gambar 6.13. Rencana Elektrikal Lantai I & II ... 75
Gambar 6.14. Rencana Sanitasi Lantai I ... 76
Gambar 6.15. Rencana Sanitasi Lantai II & III ... 77
Gambar 6.16. Rencana AC Lantai I ... 77
Gambar 6.17. Rencana AC Lantai II & III ... 78
Gambar 6.18. Rencana Sisitem Pemadam Kebakaran Lantai I ... 79
Gambar 6.19. Rencana Sisitem Pemadam Kebakaran Lantai II & III ... 80
Gambar 6.20. Perspektif Eksterior... 82
Gambar 6.21. Detail Fasade ... 82
Gambar 6.22. Poster ... 83
Gambar 6.23. Maket 1 ... 84
(13)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan m am pu m enyediakan kesem pat an ker j a bagi lebih dar i 2 j ut a t enaga ker j a di
ber bagai subsist em . Industrinya termasuk padat karya. Manfaat dari buah kelapa
sawit sendiri sangat bervariasi. Cukup banyak industri lain yang dapat menggunakan sebagai bahan baku produknya, seperti minyak goreng, makanan, kosmetik dan lain-lain.
Gambar 1.1.a Pohon Industri Kelapa Sawit
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi biodiesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Biodiesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
(14)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Pertumbuhan permintaan CPO tidak hanya disebabkan dengan adanya
pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi juga disebabkan kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri hilirnya. Indonesia sebagai produsen utama bersama Malaysia seharusnya dapat memperoleh keuntungan dari keadaan tersebut, dengan berkonsentrasi membangun industri kelapa sawit dan infrastruktur pendukungnya.
Konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya adalah sebesar 11%. Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu berkisar 1,3% (Grafik 1).
Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
Grafik 1.1.a Perkembangan Ekspor dan konsumsi CPO Dunia
(15)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Industri perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam enam tahun terakhir rata-rata share per tahun adalah 6,17% dan setiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan. Ekspor CPO Indonesia setiap tahunnya juga menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97%.
Sampai dengan tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang ternanam di Indonesia adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha, perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta ha. Rata-rata pertumbuhan lahan per tahun sebesar 15% atau 200.000 ha per tahun. Sementara itu, produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2005 telah mencapai 17 juta ton meningkat 63,7% dibandingkan tahun 2003 yang mencapai 10,4 juta ton.
Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di Pulau Sumatera (69%) disusul Pulau Kalimantan (26%). Dengan adanya rencana pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan maka pada tahun 2020 diprediksikan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menjadi 9 juta ha sehingga share lahanelapa sawit di Kalimantan naik menjadi 35% sebaliknya Sumatera turun menjadi 56%.
Grafik 1.1.b Distribusi Luas Lahan Kelapa Sawit 2005
Sumber : Economic Review No.206. Desember 2006
Produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia. Produktifitas Indonesia berkisar 3,04 ton/ha sedangkan Malaysia berkisar 3,83 ton/ha. Hal ini lebih disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang baik, sistem pemupukan yang kurang optimal dan kondisi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang sudah banyak melewati usia produktif akibat keterterlambatan dalam melakukan regenerasi pohon kelapa sawit.
(16)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Ke depan, pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan bio diesel yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas penyerapan
CPO akan jauh lebih besar lagi disamping nilai tambahnya juga akan semakin tinggi.
Gambar 1.1.b Produksi Kelapa Sawit di Indonesia
Sumber : Data Produksi CPO dari Departemen Pertanian tahun 2003
Prospek pertumbuhan industri kelapa sawit ini sangat cerah mengingat permintaannya yang terus meningkat, baik akibat dari pertambahan yang alami seperti kenaikan pertambahan penduduk yang otomatis akan meningkatan permintaan minyak goreng, berkembangnya industri hilir, dan yang terakhir yang cukup mempengaruhi kenaikan permintaan CPO dunia secara signifikan yaitu pengembangan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Diprediksikan biodiesel ini akan mengubah bentuk ketergantungan dunia akan energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable). Memang saat ini harganya relatif mahal, tetapi seiring dengan semakin meningkatnya kapasitas produksi dan konsumsi maka diprediksikan harga akan semakin murah.
Persaingan biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit dengan yang berbahan baku minyak kacang kedelai atau jagung yang umumnya didominasi negara maju, akan dimenangkan oleh bio diesel yang berbahan minyak kelapa sawit, karena biaya produksinya jauh lebih murah. Disamping itu dalam kapasitas produksi, minyak kelapa sawit jauh lebih besar daripada minyak kacang kedelai/jagung.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat diuntungkan dengan adanya perubahan penggunaan energi dunia ini karena hanya dua negara yang mendominasi industri/perkebunan kelapa sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia. Malaysia
(17)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
pertumbuhannya cenderung melambat karena adanya keterbatasan lahan, sedangkan di Indonesia potensi pengembangan lahannya masih terbuka luas.
Untuk itu Indonesia harus dapat mengantisipasi pergerakan perubahan energi dunia tersebut dengan cara antara lain:
1. Mempersiapkan segala kebijakan dan infrastruktur yang nyata untuk perkembangan industri kelapa sawit, seperti penerapan kebijakan satu atap, mensubsidi suku bunga kredit, membangun sarana jalan, membangun pelabuhan ekspor, dll.
2. Mempermudah proses investasi yang menguntungkan baik bagi investor asing dan lokal.
3. Meningkatkan kualitas SDM dan teknologi yang terkait dengan industri kelapa sawit.
4. Segera membangun pabrik biodiesel yang terpadu, baik dengan cara mendorong sektor swasta berinvestasi atau mendirikan BUMN yang bergerak di bidang tersebut.
5. Integrasi antara pabrik kelapa sawit dan biodiesel akan dapat memproduksi biodiesel dengan harga yang paling kompetitif di dunia.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat perencanaan dan perancangan Pabrik Biodiesel ini adalah :
• Sebagai upaya untuk menciptakan pabrik yang menghasilkan bahan bakar yang bahan mentahnya dapat diperbaharui, sehingga bahan bakar yang berbahan mentah dari fosil tidak habis.
• Sebagai usaha meningkatkan penggunaan energi yang lebih bertanggung jawab
• Sebagai usaha untuk memajukan pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara pada khususnya, dimana hasil sawitnya sangat melimpah. Sehingga menimbulkan industri baru yang sehat dan kompetitif.
• Menjadikan sebuah pabrik yang tidak mengeluarkan emisi gas yang
membahayakan bagi lingkungan sekitar.
• Menciptakan suatu persepsi baru dari persepsi umum akan arsitektural bangunan pabrik.
(18)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 1.3 Perumusan Masalah
Masalah perancangan yang timbul dalam kasus proyek ini adalah:
• Bagaimana menentukan jenis-jenis kegiatan yang akan berlangsung di dalam bangunan tersebut dan mewujudkannya ke dalam sebuah proses perancangan
• Bagaimana menampung aktivitas pengguna (pekerja, para operator mesin, staff, konsumen ) di dalam site untuk menampung semua aktivitas yang ada dan mengelompokkannya dalam zoning ruang.
• Bagaimana menyediakan fasilitas pabrik biodiesel yang memenuhi standar Perencanaan Bangunan.
• Bagaimana merancang bangunan pabrik biodiesel yang menarik yang sesuai dengan tema .
• Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang diangkat dan mewujudkannya pada bangunan melalui proses perancangan.
• Bagaimana meningkatkan citra dan potensi lingkungan setempat sebagai
kontribusi dari sebuah pabrik biodiesel.
• Bagaimana penyelesaian terhadap konteks lingkungan di sekitar site yang direncanakan sehingga terjadi harmonisasi yang selaras tanpa merusak lingkungan yang telah ada sebelumnya.
• Bagaimana penyelesaian terhadap pola lalu lintas, kondisi bangunan sekitar, ruang terbuka, dan tapak.
1.4 Metoda Pendekatan
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan pabrik biodiesel dilakukan berbagai pendekatan desain yaitu:
− Mengadakan survei dalam memperoleh data-data dan gambaran tentang
pengolahan proses bahan baku hingga menjadi sebuah produk biodiesel, dan manajemen dalam pabrik biodiesel.
(19)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
− Memperoleh data-data dari berbagai departemen yang berwenang tentang
perkembangan ekspor dan konsumsi CPO dunia, distribusi luas kelapa sawit, produk kelapa sawit di Indonesia dan sebagainya.
− Mengadakan wawancara dengan berbagai kalangan yang memiliki kaitan dengan perencanaan dan perancangan proyek ini.
− Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur bagi perencanaan sebuah pabrik biodiesel dan tema yang digunakan dalam perancangan.
1.5 Lingkup dan Batasan Proyek
Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah pabrik biodiesel. Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:
− Mempelajari proses pengolahan bahan baku pembuatan biodiesel hingga menjadi sebuah produk .
− Menelusuri kebutuhan-kebutuhan akan fasilitas pendukung bagi pabrik biodiesel.
− Mempelajari dan menerapkan hubungan antara proses pengolahan bahan baku bio diesel dengan bentukan ruang dan massa.
− Menerapkan tema arsitektur Hi-tech ke dalam bentukan pabrik. Batasan-batasan dalam merencanakan pabrik biodiesel adalah:
− Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang
sebuah fasilitas yang mendukung proses pembuatan biodieel.
− Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu arsitektur Hi-tech.
(20)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 1.6 Kerangka Berpikir
Latar Belakang
• Biodiesel merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
• Industri perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.
• Diprediksikan biodiesel ini akan mengubah bentuk ketergantungan dunia akan energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).
Judul Proyek :
• Pabrik Biodiesel. Tema :
• High Tech.
Tujuan dan Manfaat
• Sebagai upaya untuk menciptakan pabrik yang menghasilkan bahan bakar yang bahan mentahnya dapat diperbaharui, sehingga bahan bakar yang berbahan mentah dari fosil tidak habis.
• Sebagai usaha meningkatkan penggunaan energi yang lebih bertanggung jawab
• Sebagai usaha untuk memajukan pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara pada khususnya, dimana hasil sawitnya sangat melimpah. Sehingga menimbulkan industri baru yang sehat dan
Perumusan Masalah
• Bagaimana menentukan jenis-jenis kegiatan yang akan berlangsung di dalam bangunan tersebut dan mewujudkannya ke dalam sebuah proses perancangan
• Bagaimana menampung aktivitas pengguna (pekerja, para operator mesin, staff, konsumen ) di dalam site untuk menampung semua aktivitas yang ada dan mengelompokkannya dalamzoning ruang.
• Bagaimana menyediakan fasilitas pabrik biodiesel yang memenuhi standar Perencanaan Bangunan. • Bagaimana merancang bangunan pabrik biodiesel yang menarik yang sesuai dengan tema .
Pengumpulan Data :
• Studi literatur
• Studi lapangan
• Studi banding
• Wawancara
Studi Banding :
• Kajian tema
• Bentuk bangunan
• Fasilitas
Studi Site :
• Data eksisting site
• Kondisi disekitar site
Analisa :
• Analisa Site.
• Analisa Lingkungan Sekitar.
• Analisa Fungsi.
(21)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Diagram 1.6 Kerangka berpikir merancang
Sumber: Hasil olah data primer 1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan pabrik bio diesel, maksud dan tujuan, masalah perancangan, lingkup dan batasan, dan metode pendekatan.
Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
Bab 3 Elaborasi Tema, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
Bab 4 Analisa Perancangan, menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.
Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Konsep :
• Analisa kondisi tapak
• Konsep bangunan
• Konsep utilitas Analisa fungsional
(22)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. BAB 2
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Pengertian Judul
Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang pengertian judul proyek.
• Pabrik1 adalah tempat memproduksi barang-barang, alat memproduksi dengan memakai mesin yang canggih.
• Biodiesel :
Sumber
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009
Berikut pernyataan dari penemu mesin Diesel :
“Mesin diesel itu dapat diberi makan dengan minyak nabati dan akan Sangat membantu dalam pengembangan dari negara agraris yang menggunakan nya” (1911)
“Pemakaian minyak nabati untuk bahan
bakar mesin kelihatannya tidak penting hari ini. Tetapi minyak-minyak seperti itu akan menjadi sangat penting seperti minyak tanah dan produk-produk aspal cair di masa mendatang” (1912). “
Gambar 2.1. Dr.RUDOLPH DIESEL
(23)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
b. Pengertian
Jadi yang dimaksud dengan Pabrik Biodiesel adalah Tempat memproduksi bahan bakar yang bahan mentahnya berasal dari tumbuhan untuk menggerakkan mesin-mesin diesel yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1 Studi Kelayakan
Produksi minyak Indonesia terus menurun pada kurun waktu 1997 – 2006. Pencapaian produksi tertinggi (peak production) pertama tahun 1977 seperti dicatat oleh BP Migas adalah sebesar 1,7 juta barel per hari (million barrel oil per day/MBOPD) dan peak
production kedua tahun 1995 sebesar 1,6 MBOPD. Di antara dua puncak produksi itu
terjadi fluktuasi, dan tentu saja tidak melebihi kedua titik puncak produksi tersebut. Tahun 2007 produksi minyak Indonesia total rata-rata 954.000 BOPD (barrel oil per
day /barel per hari/bph). Dan menurut BP Migas, pada Agustus dan September 2007
angka produksi merambah naik sedikit demi sedikit. Puncaknya pada Januari 2008, produksi minyak menembus satu juta BOPD. Lalu sempat turun, tetapi naik kembali. Terakhir ini kebutuhan produksi nasional harus mencapai 1,3 juta BOPD. Indonesia saat ini menjadi importir minyak terbesar di ASEAN. Walaupun banyak kalangan perminyakan yang meyakini posisi ini masih bisa diperbaiki. Indonesia mempunyai 60 cekungan hidrokarbon, di mana 38 cekungan telah dieksplorasi dan 22 cekungan sisanya masih belum disentuh eksplorasi. Dari hasil eskplorasi 38 cekungan tersebut, 15 cekungan di antaranya telah berproduksi, 11 cekungan belum produksi, dan 12 cekungan belum terbukti. Jumlah cadangan terus menurun secara alami dan pada saat ini mencapai 8,3 miliar barel atau dapat diproduksi untuk waktu 20 tahun. Sedangkan cadangan gas yang terbukti dan potensi justru mengalami kenaikan. Saat ini cadangan gas mencapai 185,6 triliun kaki kubik/TCF yang dapat diproduksi hingga 64 tahun3
Sangat menyedihkan jika persediaan minyak bumi nantinya akan habis dan tidak dapat dinikmati oleh generasi penerus, sementara banyak energi alternatif yang ditemukan dan sudah diterapkan dibeberapa negara yang sangat memperhatikan efek
.
3
(24)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
pemanasan global. Sementara pihak Pertamina sibuk dengan mengeksplorasi sumur-sumur minyak yang belum di sentuh sama sekali. Padahal salah satu komoditas utama Indonesia di bidang perkebunan adalah kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar pengganti yang bahan mentahnya dapat diperbaharui. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan minyak sawit dan produk turunannya, maka diperkirakan kinerja berbagai industri yang berbasis minyak sawit juga cukup memberikan insentif yang menarik bagi para pelakunya. Keragaan perkiraan biaya dan nilai tambah menurut jenis industri yang berbasis minyak sawit disajikan pada tabel dibawah ini.
Gambar 2.1.1.a Peta jalan (roadmap) pengembangan industri sawit ke depan Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian 2005
Kebanyakan produk olahan dan eskpor Indonesia dari kelapa sawit baru pada tahap
CPO saja, sehingga nilai tambahnya lebih banyak dinikmati oleh negara pengimpor
yang melakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk meraih dan meningkatkan nilai tambah sawit dalam negeri, program pengembangan industri sawit dalam jangka pendek difokuskan pengembangan industri minyak goreng dan margarin, dan dalam jangka menengah adalah pengembangan industri oleo kimia yang berbasis sawit. Untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan sumber eneri (BBM) maka pengembangan industri biodiesel yang berbasis sawit dalam program jangka panjang sangat prospektif dan strategis.
Adapaun gambar dibawah ini menjelaskan proses pengolahan bahan baku pabrik biodiesel :
(25)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Tabel 2.1.1.b Diagram Proses Pengolahan Pabrik Biodiesel
Sumber : Engineering Center – BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
Dari penjelasan tabel B.2.1.1.b diperoleh perkiraan harga pokok produksi biodiesel untuk produksi dalam negeri:
Tabel 2.1.1 Harga Pokok Produksi Biodiesel
CHEMICAL HARGA
MeOH Rp. 300,-
H2SO4 Rp. 100,-
KOH Rp. 30,-
Steam Rp. 100,- Listrik, Air Rp. 30,-
Nitrogen Rp. 5,-
Tenaga Kerja Rp. 15,- Pemeliharaan Rp. 60,-
Pengembalian Modal Rp. 260,- *)
TOTAL Rp. 900 *) Kapasitas 100 ribu ton/tahun, 6 tahun pay-back period
Sumber : Engineering Center – BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
Harga Produksi Biodiesel sudah kompetitif
Harga Bahan baku + Biaya Produksi + Pajak + Transport = Solar Industri
(a) (b) (c) (d) (e)
Asumsi : Bahan baku CPO
a) Biaya Produksi CPO Rp. 3600/kg
b) Biaya Produksi Biodiesel (avg.) Rp. 900/kg --- Harga net produk biodiesel Rp. 4.500/kg
(26)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Atau Rp. 4050/liter (1 kg CPO => 1.1 liter biodiesel) c) PPN 10% dari produk biodiesel Rp. 450/kg --- Biodiesel + pajak : Rp. 4500/kg
d) Transport darat (asumsi 240 km) Rp. 300/liter tergantung jarak (Rp. 50/40 km/liter) ---+
Harga net biodiesel di tempat : Rp. Rp. 4800/liter e) Solar industri Rp. 5300/liter (harga depo)4
No
Untuk bahan mentah biodiesel selain menggunakan CPO dapat juga menggunakan minyak jarak pagar. Tetapi dalam pengembangan harga minyak jarak pagar sangat berefluktuasi dikarenakan lahan yang sudah ditanami baru 5 juta hektar dan yang baru akan dikembangkan 20 juta hektar lagi sehingga sangat memerlukan waktu dan biaya perawatan yang tinggi serta produktifitas buahnya yang rendah. Sangat berbeda jika menggunakan minyak sawit (CPO) dimana produktifitasnya tinggi dan paling murah harganya sehingga CPO sangat besar potensinya untuk dikembangkan menjadi biodiesel.
2.1.2 Sistem Pabrik Biodiesel
Berikut ini adalah proses pabrik biodiesel ditunjukkan dalam tabel 2.1.2
Tabel 2.1.2 Sistem Pabrik Biodiesel
Keterangan 1 Proses Degumming
Yaitu menghilangkan gum yang terkandung dalam mingak nabati yang mengandung FFA ≤ 5 % dengan menambahkan larutan H3PO485.
2 Proses Filtering
Yaitu untuk menyaring bentonit dan gum yang terserap pada bentonit tersebut beserta kotoran-kotoran lainnnya agar diperoleh minyak nabati dengan kandungan FFA < 5 % serta kadar fosfor < 20 ppm.
3 Proses Deodorization
Yaitu proses penghilangan FFA atau asam lemak bebas yang menimbulkan bau (odor) pada minyak nabati tersebut dengan proses steam stripping pada sistem vacuum sehingga diperoleh minyak nabati dengan kandungan FA <0,5b w/o.
4 Proses Reaction
Yaitu mereaksikan minyak dan metanol dengan katalis NaOH sehingga menghasilkan methyl ester/biodiesel dan gliserin
5 Proses Washing
Yaitu proses pencucian biodiesel agar bebas dari metanol yang tersisa,glicerol, maupun
4
(27)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
katalis NaOH. Prosenya berupa mixing dan settling . Hasilnya diperoleh fase atas berupa biodiesel yang siap untuk proses drying dan fase bawah berupa larutan metanol yang siap untuk proses distilasi
6 Proses Drying
Berupa proses pengeringan biodiesel dengan sistem vakuum untuk menghilangkan air yang terkandung dalam biodiesel hingga kadar airnya menjadi < 0,04 w/0
7 Proses Filtering
Yaitu proses penyaringan biodiesel dengan fine filter hingga diperoleh kadar kotoran < 0,01 w/0
8. Proses Distillation
Yaitu proses pemurnian larutan metanol 60 % sisa reaksi dan washing menjadi produk atas berupa metanol 95 % dan hasil bawah berupa crude glycerine.
Sumber : Engineering Center – BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
2.2 Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pabrik Bio Diesel ini berada di desa Kwala Tanjung Kecamatan Air Putih Kabupaten batu Bara. Tepatnya berada pada sekitar kawasan industri Pabrik Indonesia asahan alumunium.
DESA KWALA TANJUNG KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN BATUBARA
SITE PABRIK
(28)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 2.2.1 WILAYAH SEKITAR SITE
Lokasi site perada pada pinggir jalan Access Road menuju kawasan Perindustrian PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) . Luas Lahan keseluruhan adalah 4 Ha dan pada saat ini pada lokasi site sudah dikelilingi oleh pagar dinding bata dan dengan kontur tanah relative datar. Berikut data wilayah sekitar site :
SELAT MALAKA
Gambar 2.1 Lokasi Usulan Pabrik Bio Diesel
Sumber :Google Earth & Pribadi
1
SITE PABRIK BIO DIESEL 2
3
7
8
5 6
(29)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Berikut keterangan suasana disekitar tapak:
Tabel 2.2.1 Suasana di Sekitar Tapak
NO KETERANGAN GAMBAR
1. Perumahan Karyawan PT. INALUM
(
)
SELAT MALAKA
Gambar 2.2.1. wilayah disekitar site Sumber : Google Earth diakses pada tanggal 3
(30)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
2. Site Pabrik Biodiesel
(
)
3. PT.DOMBA MAS [Pabrik Pengolahan
Kelapa sawit(PKS) yang menghasilkan
Crude Plam Oil (CPO)]
(
)
4. PT.MULTI MAS [Pabrik Pengolahan
Kelapa sawit(PKS) yang menghasilkan
Crude Plam Oil (CPO)]
(
)
5. PT.SAMUDERA [Pabrik timah masih
dalam tahap pembangunan]
(
)
6. PT. INDONESIA ASAHAN
ALUMUNIUM (INALUM) sebuah perindustrian yang menghasilkan
aluminum hasil kerjasama antara Jepang dengan Indonesia
(31)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Adapun pertimbangan pemilihan site adalah sebagai berikut : 1. Termasuk dalam kawasan Industri.
2. Kontur daratan yang relatif datar dan dikelilingi perkebunan kelapa sawit. 3. Terdapat pabrik besar pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO
(Crude Palm Oil) sebagai bahan baku biodiesel. (PT.MULTIMAS dan PT. DOMBAMAS).
4. Dekat dengan gardu induk Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang akan menyuplai aktifitas pabrik nantinya.
5. Akses pengeksporan bio diesel nantinya akan dipermudah dengan dibangunnya sarana dermaga. Walaupun saat ini sudah dapat dermaga yang sudah menjorok ke laut seperti yang dimiliki oleh PT. INALUM dan PT. MULTIMAS. Bukan hanya dua perusahaan tersebut saja tetapi PT. DOMBA
(
)
7. PT. GUNUNG PANTARA BARISAN
[Pabrik semen yang masih dalam tahap pembangunan]
(
)
8. Gardu Induk PLN (Perusahaan Listrik Negara)
(
)
(32)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
MAS sudah mulai dalam tahap pembangunan dermaga yang menjorok ke Selat Malaka, dermaga tersebut dari pantai menjorok ke perairan selat malaka hingga 1 km.
6. Jalan Acces Road yang menuju ke Site Pabrik biodiesel merupakan milik PT.INALUM, kualitas jalannya sangat bagus sehingga mempermudah proses transportasi.
7. Masih banyak lagi perindustrian yang masih dalam proses perencanaan ,yaitu pabrik yang menghasilkan Tar/aspal jalan.
2.2.2 Batas site
Adapun batas site pabrik Biodiel adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2.2 Batas site
Selatan Sebelah selatan berbatasan langsung
dengan jalan Access Road menuju PT. INALUM. Jalan ini merupakan milik perusahaan INALUM dan juga jarak 15 meter dari pinggir kanan jalan ini, tanahnya juga milik INALUM.
Jl.access Road
Gambar 2.2.2 Batas site
Sumber : Google Earth diakses pada tanggal 3 SELAT MALAKA
(33)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 2.3 Analisis Pemilihan Lokasi
Berikut akan diuraikan tentang analisis pemilihan lokasi yang tepat bagi pabrik biodiesel.
2.3.1 Alternatif Pemilihan Lokasi
Beberapa alternatif pemilihan lokasi perancangan berada di Jalan Acces Road (site 1), Jalan Lintas Sumatera Menuju kota Indrapura (site 2), dan Jalan Lintas Sumatera Menuju kota Tebing (site 3), ditunjukkan dengan gambar berikut.
Timur Sebelah Timur berbatasan dengan
perumahan penduduk. Rumah penduduk ini hanya berada di pinggir jalan dan dibelakangnya hanya berupa lahan kosong.
Barat Sebelah Barat berbatasan dengan
perumahan penduduk. Rumah penduduk ini hanya berada di pinggir jalan dan dibelakangnya hanya berupa lahan kosong.
Utara Sebelah utara berbatasan dengan lahan
rawa-rawa air payau dan beberapa bagian dari rawa tersebut dijadikan sebagai tambak udang.
Sumber : Hasil Olah Data Primer
(34)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 2.3.2 Penilaian Alternatif Lokasi
Ketiga alternatif lokasi ini akan dinilai untuk mendapatkan lokasi perancangan yang tepat.
Tabel 2.3.2 Penilaian Alternatif Lokasi Penilaian
Lokasi
Site 1 Jalan Acces Road
Site 2 Jalan Lintas Sumatera Menuju kota Indrapura Site 3 Jalan Lintas Sumatera Menuju kota Tebing Peruntukan site (RUTRW)
A A A
Kondisi lahan A C C
Pencapaian A B B
Utilitas A A A
Akses perairan A C C
Jarak terhadap permukiman
A C C
Aksessibilitas moda transportasi
A A A
Kebisingan A C C
Luas lahan ± 4 ha ±2 ha ±2 ha
Sirkulasi Kendaraan kecil dan
besar, pejalan kaki
Kendaraan kecil dan besar, pejalan kaki
Kendaraan kecil dan besar, pejalan kaki
Kawasan pertanian Tidak Ya Ya
Kawasan lindung Tidak Tidak Tidak
Keterangan: A = Baik B = Sedang C = Kurang Baik
Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas dasar kriteria pemilihan lokasi proyek maka lokasi tapak di Jalan Acces Road Kecamatan Air Putih desa Kwala Tanjung dipilih menjadi lokasi proyek.
2.2.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek
Lokasi proyek : Jalan Acces Road
SITE 2 SITE 3
Gambar 2.2.2 Alternatif Pemilihan Lokasi Sumber : Google Earth diakses pada tanggal 3
(35)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Batas-batas tapak
− Utara : Jalan Acces Road dan Lahan Kosong
− Timur : Permukiman Berkepadatan rendah
− Selatan : Lahan Kosong
− Barat : Permukiman berkepadatan rendah
Luas tapak keseluruhan : 4 ha Luas tapak Tugas Akhir : 4 ha Garis Sempadan Bangunan : 20 meter
BCR/KDB : 60%
Zoning tapak : area perindustrian
2.4 Tinjauan Fungsi
Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Pelaku kegiatan yang terlibat dalam fasilitas pabrik biodiesel ini dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum adalah:
1. Pengunjung
− Institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi)
− Dinas/kantor pemerintahan (Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi, dan Sumber Daya Mineral)
− Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan
− Supplier bahan baku
− Konsumen yang membeli biodiesel
− Konsumen yang membeli gliserol sebagai bahan baku metanol. 2. Pengelola
− Direktur dan Wakil direktur
− General manager dan sekretaris
− Karyawan pabrik
− Karyawan kantor
(36)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. − Karyawan laboratorium
Kelompok kegiatan fasilitas pabrik biodiesel dibagi menjadi (lihat Tabel 2.4.1) :
Tabel 2.4.1 Kelompok Kegiatan Fasilitas Pabrik
No Kelompok
Kegiatan
Uraian Kegiatan
1 Utama − Kegiatan melakukan proses biodiesel
− Kegiatan memberikan pendidikan dan penyuluhan lingkungan kepada publik dan masyarakat.
2 Tambahan − Makan dan minum
− Pergudangan
− Pemeliharaan dan inventarisasi
− Bilas dan berganti pakaian.
− Ibadah
3 Pelayanan − Memarkir kendaraan roda dua atau empat.
− Mengabsensi kedatangan/kepulangan pengelola/karyawan.
− Menerima kedatangan pengunjung.
− Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). 4 Pengelolaan − Kegiatan manajemen.
− Kegiatan administratif.
− Kegiatan pengawasan.
− Kegiatan marketing.
− Kegiatan operasional.
− Kegiatan keamanan.
5 Teknikal − Kegiatan pengawasan
− Kegiatan pemeliharaan
− Kegiatan perawatan dan kebersihan
− Kegiatan plumbing dan sanitasi
2.4.2 Deskripsi Perilaku
Perilaku dari pengguna fasilitas pabrik ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.4.2 Deskripsi Pelaku Sumber : Hasil Olah Data Primer
(37)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
No Pengguna Alur Kegiatan
1 Pengunjung
Datang Mendaftar Parkir Menunggu Melihat Istirahat Pulang Pertemuan Datang Mendaftar Parkir Menunggu Melihat Istirahat Pulang Pertemuan
2 Pekerja Pabrik
Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Pabrik Pulang Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Pabrik Pulang
3 Pengelola Datang Penerima
Parkir Pulang Kerja Kantor Istirahat Penerima Datang Penerima Parkir Pulang Kerja Kantor Istirahat Penerima
4 Teknisi
Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Teknisi Pulang Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Teknisi Pulang
5 Pekerja lab
Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Lab Pulang Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Lab Pulang 2.4.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang
Dari kelompok kegiatan dan pengguna diperoleh acuan kebutuhan ruang untuk menjadi dasar perancangan .4
(38)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Tabel 2.4.3 Kebutuhan Ruang
Jenis ruang Pengguna Kegiatan Nama ruang Zona
ruang Pengelola General manager Menjalankan perusahaan
pabrik
Ruang kantor Semipublik Berkoordinasi dengan
kepala bidang
Ruang rapat direksi
Semipublik
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Asisten general manager
Membantu peran general manager Ruang asisten manager Semiublik Berkoordinasi dengan kepala bidang Ruang rapat direksi Privat
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Kepala bidang/manajer Menjalankan bidang masing-masing
Ruang kantor Semipublik Berkoordinasi dengan
kepala bidang
Ruang rapat direksi
Privat
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik
Sekretaris Membantu tugas general
manager dan kepala bidang
Ruang sekretaris Semipublik
Berkoordinasi dengan kepala bidang
Ruang rapat direksi
Privat
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Pegawai tata usaha Mengelola administrasi teknis dan nonteknis
Ruang tata usaha Ruang fotocopy
Semipublik Semipublik
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik
Teknisi Menjaga performa
perusahaan dan proses pabrik Ruang teknisi Stasiun mesin Ruang proses Ruang maintenance Ruang perlengkapan Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Peneliti Mengawasi kualitas proses
dan limbah pabrik
Ruang laboratorium
Privat
(39)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Toilet Ruang makan Musholla Privat Publik Publik Office boy atau
cleaning service
Menjaga kebersihan dan membantu tugas nonteknis
Ruang office boy Ruang makan Toilet Dapur Gudang Laundry Semipublik Publik Toilet Semipublik Semipublik Semipublik
Beristirahat Toilet
Ruang makan Musholla
Privat Publik Publik
Perpabrikan Karyawan pabrik Bekerja Ruang proses
Gudang kerja Stasiun mesin Ruang inventaris Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Bertukar pakaian Ruang ganti/loker Privat
Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Mendapat pengobatan Ruang klinik Semipublik
Melamar pekerjaan Ruang
resepsionis Ruang tunggu Ruang wawancara Publik Publik Privat Masuk dan keluar
pekerjaan Ruang resepsionis Publik Pendidikan lingkungan
Pengunjung Mendaftar Ruang
resepsionis
Publik
Melihat proses Ruang aula Publik
Menunggu Ruang tunggu Publik
Bertanya jawab Ruang konferensi Publik
Beristirahat Ruang
makan/kantin Musholla
Publik Publik
Servis Distribusi listrik darurat Ruang genset Servis
Distribusi penghawaan buatan Ruang AHU Ruang chiller Servis Servis Distribusi air bersih dan air
limbah
Ruang pompa Servis Mengontrol distribusi Ruang control Servis Distribusi komunikasi Ruang PABX Servis
Menjaga keamanan Ruang CCTV Servis
Sumber: Hasil olah data primer
2.4.4 Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis
Adapun studi banding arsitektur yang akan diterapkan dalam perancangan diambil dari fungsi atau tipe bangunan sejenis.
(40)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Adapun studi banding arsitektur yang akan diterapkan dalam perancangan diambil dari fungsi atau tipe bangunan sejenis.
a. Faustino Winery II, Spanyol Konsultan : Foster & Partners Bentuk : Segitiga
Sirkulasi : Radial
Struktur : Beton bertulang didukung baja Langgam : Fungsionalisme
Gambar 2.4.4.a Faust
Sumber: http://images.google.co.id/imgresFaustino Winery II
Pabrik pengolahan anggur ini dirancang dengan menggunakan pendekatan fungsionalisme. Dengan kondisi topografi tapak, sebuah jalur di atas atap dibuat di atas bangunan, dengan maksud agar anggur yang dipanen dapat langsung dimasukkan ke dalam unit hopper, tempat permulaan proses produksi anggur. Dengan perancangan yang terkubur sebagian di lansekap, pengaruh bangunan menjadi berkurang dan keuntungan perancangan pasif dimaksimalkan, dimana struktur beton menggunakan massa termal untuk mengendalikan atmosfir internal. Pada atap bangunan, dipasang photovoltaic untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pembagian ruang publik diletakkan di tengah bangunan, sehingga pengguna dapat mengamati setiap operasi tanpa kesulitan.
Kesimpulan:
Perancangan fungsional dengan memadukan unsur lingkungan pasif (lansekap) dan aktif (photovoltaic).
Aksonometri
Perspektif Perspektif
(41)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
b. BMW Welt, Jerman
Konsultan : Coop Himme(l)bau
Bentuk : Awan
Sirkulasi : Cluster Struktur : Baja
Langgam : Dekonstruksi
Gambar 2.4.4.b. BMW Welt
Sumber: http://images.google.co.id/imgresMcLaren Technology Cent
Sebagai ikon penting dunia otomotif, Prix hendak melukiskan karyanya seperti dua kerucut bertemu, yang dia sebut sebagai twin cone. Dari atas bonggol kembar dia membuat atap yang konsepnya adalah awan melayang seperti tanpa topangan lain, kecuali pada bonggol kembar. Fasade bangunan berkaca-kaca, menjadikan keseluruhan bangunan seperti sosok virtual yang ternyata benar-benar hadir di lingkungan nyata. Bangunan itu telah menembus batas antara dunia nyata dengan dunia tidak nyata, antara real dengan virtual realities. Bangunan ini disebut
sustainable karena konsep inovatif klimatiknya yang diperkirakan menghemat
Perspektif
Kantor Dinding
Maket Pemodelan Konsep
(42)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
energi sebesar 30%. Pengudaraan di ruang hall menggunakan panel atap
photovoltaic.
Kesimpulan:
Alur sirkulasi pengunjung dan pabrik yang bersinggungan tetapi tidak melewati batas setiap ruang, kombinasi teknologi struktur dengan bentuk yang berkonsep jelas, memanfaatkan sistem energi lingkungan.
c. BMW Plant, Jerman Konsultan : Zaha Hadid
Bentuk : Awan
Sirkulasi : Linear Struktur : Baja
Langgam : Dekonstruksi
Gambar 2.5.5.c. BMW Plant
Sumber: http://images.google.co.id/imgresBMW Plant
Organisasi ruang menunjukkan urutan atau sekuen yang jelas dari depan hingga belakang, mulai dari area publik/sibuk sampai kepada aktifitas yang tenang. Sampul fasade ditarik ke dalam untuk memberikan kesan ruang terbuka kepada siapapun.
Perspektif
Interior Dinding
Detail kolom Interior
(43)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Pengunjung atau pembeli mobil dapat mengunjungi bangunan ini dengan melihat langsung cara perakitan mobil BMW, dengan memberikan transparansi kepada proses mesin. Bentuk focal point yang dinamis dibuat secara visual untuk menunjukkan sistem ruang yang dinamis mulai dari utara pabrik dan artikulasi bangunan sentral sebagai puncak kulminasi dari aliran bentuk yang beragam. Kelihatannya orientasi dari pabrik ini diwujudkan di bangunan sentral.
Kesimpulan:
Sekuen ruang diatur dengan bentuk yang distorsi dan berlapis. Sistem bangunan mengutamakan fungsi ruang dan efisiensi.
Berikut penjelasan tentang kesimpulan dan studi bandingnya.
Tabel 2.4.4 Kesimpulan dan Studi Banding
No Studi Banding Kesimpulan
1 Faustino Winery
II
Perancangan fungsional dengan memadukan unsur lingkungan pasif (lansekap) dan aktif (photovoltaic).
2 BMW Welt Alur sirkulasi pengunjung dan pabrik yang bersinggungan tetapi tidak melewati batas setiap ruang, kombinasi teknologi struktur dengan bentuk yang berkonsep jelas, memanfaatkan sistem energi lingkungan.
3 BMW Plant Sekuen ruang diatur dengan bentuk yang distorsi dan berlapis. Sistem bangunan mengutamakan fungsi ruang dan efisiensi.
Kesimpulan akhir:
Perancangan bentuk sebuah bangunan pabrik dapat diekspresikan dalam berbagai macam rupa. Kebebasan untuk membuat bentuk tetap memperhatikan efisiensi produksi di dalamnya.
Pengaturan sirkulasi menjadi perhatian utama dalam efisiensi proses di dalam bangunan. Dengan memperhatikan fungsi pabrik apa yang akan diakomodasi, pengaturan sirkulasi disesuaikan dengan teknologi proses di dalamnya.
(44)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Konstruksi bangunan pabrik dapat terlepas dari kekakuan bentuk rangka portal, akan tetapi tetap konteks dan tanggap dengan kondisi tapak dan lingkungannya. Pemilihan struktur dapat menampilkan nilai arsitektur bangunan pabrik.
Pengolahan massa dengan langgam apapun dapat dilakukan sepanjang tetap memperhatikan lingkungan dan proses pabrik didalamnya.
Tinjauan studi banding fungsional, jumlah orang dan mesin, akan diadaptasi dengan menyesuaikan pada proses pabrik bio diesel.
(45)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. BAB 3 ELABORASI TEMA
3.1. Tema
3.1.1. Pengertian Tema
Tema yang akan diangkat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan seputar proses desain Pabrik Biodiesel ini adalah “Arsitektur High Tech”.
Pengertian Arsitektur High-Tech:
Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “teknologi alternative”. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek-arsitek High Tech sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah “teknologi tepat guna”, sebuah istilah yang ambisius.
Di Amerika Serikat istilah High Tech memang menunjuk kepada pengertian langgam, sedangkan di Inggris maknanya lebih dalam, dimana High Tech tidak ada hubungannya dengan High Teknologi, sebagaimana Gotic tidak ada hubungannya dengan Goths ( salah satu suku bangsa Jerman yang mempunyai wilayah terbentang dari Batic sampai ke Laut Hitam dan abab ke 3 Masehi menyerang kekaisaran Romawi )
3.1.2. Sejarah dan Representasi
High tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High Tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul “High Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa high tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gudang dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend pararel dalam design interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian high-tech.
Akan tetapi, Jauh sebelum tahun 1970, high-tech sudah ada dan diterapakan. Menurut Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech architecture’ pada tahun
(46)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
1779 dibangun jembatan di river severn di Coalbrookdale. Jembatan ini merupakan jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House yaitu sebuah struktur bentang lebar dari besi,baja, dan beratap kaca. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih. Struktur bangunan-bangunan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur high-tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut merepresentasikan bentuk alternatif bangunan yang berdasar pada teknologi industri.
Kemudian pada tahun 1920an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur high-tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckminster Fuller membangun Dymaxion House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal. Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini menunjukkan ciri dari arsitektur high-tech secara keseluruhannya. Karena bangunan rancangannya ini, Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech
architecture’,mengatakan jika ada orang yang pantas disebut sebagai ‘bapak
high-tech” maka Buckminster Fuller lah yang pantas.
Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram (Peter Cook, Warren Chalk, David Greene, Denis Crompton, Ron Herron dan Mike Webb) mulai mempublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur high-tech pada tahun 1970an dan 1980an.
Walaupun high-tech telah ada sebelum tahun 1970an, Istilah High-tech mulai terkenal sejak tahun 1970an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat maju pada jaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi.
Bangunan Hightech memiliki sejumlah karakter, diantaranya adalah :
- terbuka
- struktur yang trasparan dan maju.
- menggunakan material dan teknik yang terbaru
- penggunaan warna penting pada bangunan
- terdiri dari lapisan yang banyak
- pengeksposan rangka yang menunjukkan artikulasi dari tiap lantai dan dinding.
(47)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Hal yang dapat dipelajari adalah bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme.
3.1.3 Arsitektur High Tech dan Kota
Tiga bangunan High Tech yang terpenting, yaitu : Center Pampidou, Llyod’s
Building, dan Hongkong Bank adalah bangunan tengah kota dan arsiteknya telah
menyatakan bahwa konteks perkotaan telah memberikan efek yang besar pada desain mereka. Meskipun demikian adalah benar untuk mengatakan bahwa kepedulian kota, seperti manipulasi ruang, tidak merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech.
Ada alasan mengapa arsitektur kota bukan merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech; dan ada alasan lain mengapa perkotaan bukan elemen utama filosofi High Tech dan itu berhubungan erat dengan masa, yaitu :
• High Tech melihat ke depan
• Arsitektur yang optimistik
• Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan lingkungan
• High Tech anti urban style tidak seperti kota yang berhubungan erat dengan tradisi kesinambungan dan sejarah
• Bangunan High Tech biasanya memperlihatkan kota secara
revolusioner bukan tradisional.
Jika sebuah kota dibangun itu akan menjadi suatu yang abstrak, penuh dengan kotak-kotak servis atau mega struktur, fleksibel, dan diubah-ubah.
3.1.4. Kesimpulan
Berdasarkan sejumlah penjabaran diatas dapat di tarik sejumlah kesimpulan, sebagai berikut :
• Bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme
• Konsep Arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel yang diekspose ditunjukkan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibilitas maksimal.
• Arsitektur High Tech meletakkan performance yang proporsional antara aspek arsitektur, struktur, dan mekanikal.
(48)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian arsitektur High Tech adalah: 1. Arsitektur yang mempunyai karakteristik material kaca dan baja.
2. Pada pokoknya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu keagungan yang ditampilkan melalui kejelasan material yang digunakan, maupun material yang digunakan diproduksi secara massal.
3. Biasanya membubuhkan ide-ide tentang produk industri.
4. Digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan namun juga sebagai sumber imajinasi.
Konsep arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel, zona service dan utilitas yang diekspose ditujukan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibelitas yang maksimal.
3. 2. Keterkaitan Tema dengan Judul Proyek
Fasilitas yang ditawarkan dalam bangunan Pabrik Bio Diesel tentunya membutuhkan teknologi yang tinggi bagaimana merancang sebuah bangunan yang peka terhadap iklim, kuat secara struktur dan memiliki kekuatan secara estetis. Seiring dengan itu, untuk mendapatkan bentuk yang menarik dan fungsional, elemen-elemen yang berkaitan dengan teknologi bangunan, khususnya struktur bangunan diekspresikan dengan penonjolan-penonjolan material sehingga mendapatkan kesan Hi-tech. Yang mana tujuan dari perancangan Pabrik bio diesel ini dapat dijadikan sebuah persepsi baru tentang bangunan pabrik yang berbeda yang selama ini kita lihat yang pencapainnya dengan menerapkan tema pada design .
3.3. Penerapan Tema pada Bangunan
Tema arsitektur hightech yang mengusung penggunaan material kaca dan baja ternyata memberikan dampak tertentu pada lingkungan maupun bangunan itu sendiri. Namun sebagai bangunan yang menerapkan arsitektur hightech, terdapat sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan sehingga bangunan dapat memberikan suasana terbaik. Arsitektur hightech yang biasa diciri-khaskan sebagai bangunan yang banyak menggunakan material kaca, perlu mempertimbangkan sejumlah hal.
(49)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Penggunaan kaca pada bangunan perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, diantaranya adalah faktor radiasi matahari. Ada sejumlah jenis kaca yang memberikan pengaruh panas yang berbeda-beda pada bangunan. Dapat dijelaskan sebagai berikut adalah :
• Pemakaian kaca transparan tanpa pelindung.
Kaca jenis ini meneruskan kalor radiasi ke dalam bangunan sebesar 76-78 % dari energi panas yang diterima permukaan kaca. Dengan penggunaan kaca jenis ini namun digandakan penyerapan kalor radiasi bisa berkurang sebesar 20% disbanding dengan penggunaan kaca polos tanpa pelindung tunggal.
• Pemakaian kaca penghisap panas.
Penggunaan kaca jenis ini dapat mengurangi energi kalor sebesar 40-47%.
• Penggunaan kaca pemantul panas
Penggunaan kaca jenis ini dapat mengurangi penyerapan kalor sebesar 66%.
• Penggunaan sunscreen
Penggunaan sunscreen pada kaca dapat mengurangi penyerapan kalor hingga 42%.
• Alat peneduh.
Penggunaan alat peneduh pada bagian luar bangunan terbukti paling efektif. Peneduh ini dapat mengurangi panas yang diserap hingga 80%.
3.3.2. Pengaruh penggunaan kaca pada bangunan
Penggunaan kaca pada bangunan memberikan sejumlah efek pada lingkungan. Salah satunya adalah efek silau dari pantulan cahaya matahari. Dampak ini dapat dikurangi dengan menerapkan sejumlah upaya. Diantaranya adalah :
• Sejumlah penelitian tentang pengurangan dampak penggunaan kaca
menyebutkan sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efeknya pada lingkungan, diantaranya dengan penempatan dinding kaca pada orientasi yang dinding, yaitu dengan mengurangi penggunaan kaca pada arah datang sinar matahari dan tidak menggunakan kaca refleksi, namun menggunakan kaca penyerap panas dipadukan dengan penggunaan kaca double. Langkah lain adalah dengan membangun penghalang. Contohnya adalah dengan memaksimalkan vegetasi pada arah datang sinar matahari.
• Penambahan vegetasi pada area kenaikan panas yaitu pada jarak 7m dari bangunan kaca. Namun demikian tingkat kenaikan panas sebesar ini hanya
(50)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
terjadi pada ketinggian 1,5 m sehingga penambahan vegetasi dengan ketinggian 1,5 m dapat mengurangi tingkat kenaikan panas ini.
• Vegetasi juga dapat mengurangi efek pantulan bunyi. Tingkat pantulan bunyi pada kasus ini terhitung cukup kecil.
Sejumlah masalah dialami saat menggunakan material kaca. Untuk mengurangi dampak yang dihasilkan maka dapat dilakukan sejumlah tindakan, yaitu :
• Manggunakan kaca double.
• Penggunaan kaca double yang berjenis kaca penghisap panas.
• Penggunaan alat peneduh dalam dapat berupa tirai.
• Penggunaan alat peneduh luar berupa sun shading yang mampu menghalangi radiasi namun tidak menimbulkan dampak rumah kaca.
• Menggunakan kaca dari jenis yang mampu meneruskan panas namun
sesedikit mungkin meneruskan kalor ke dalam bangunan.
• Mamadukan semua jenis upaya mengurangi penerusan kalor ke dalam
bangunan.
• Penggunaan kaca berwarna dapat mengurangi efek silau. Mengurangi efek silau juga dapat dilakukan dengan sun shading. Selain berfungsi sebagai elemen fungsional, sun shading juga dapat berfungsi sebagai elemen arsitektural.
• Efek bising pada dasarnya tidak begitu besar berpengaruh. Penempatan bangunan yang menajuhi posisi jalan (sumber bunyi) sebenarnya telah mengurangi efek bising. Namun penggunaan kaca kedap atau double selain berfungsi mengurangi efek panas juga dapat mengurangi bising.
• Penggunaan kaca khusus tahan api dan dapat dibuka pada bagian tertentu dapat mengurangi bahaya kebakaran. Kaca ini terdiri dari sejumlah jenis, diantaranya adalah kaca wireglass, laminated glass.
• Penggunaan kaca dengan ketebalan yang tepat merupakan salah satu solusi untuk mengurangi dampak buruk dari air dan udara (kelembaban).
3.3.3. Penerapan penggunaan Baja pada bangunan
Penggunaan baja pada bangunan high-tech sebagai elemen struktur yang mendukung seluruh beban bangunan termasuk pada struktur atap merupakan salah satu representasi tema pada bangunan. Menampilkan elemen struktural baja secara jujur.
(51)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Baja Stainless
Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida (Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat
mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Penambahan unsur-unsur tertentu kedalam baja stainless dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keriteria baja yang diinginkan.
Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia dan presentasi baja stainless dibagi menjadi lima katagori[4]. Lima katagori tersebut yaitu :
• Baja stainless martensitik.
• Baja Stainless austenitik
• Baja stainless dupleks
• Baja stainless pengerasan endapan
Kesimpulan
Melalui sejumlah penjelasan diatas, pabrik Biodiesel yang menerapkan tema High-Tech yang cukup menonjolkan penggunaan baja akan menggunakan baja jenis Stainless Dupleks yang memiliki sejumlah spesifikasi khusus terutama ketahanan terhadap nilai teganagan tarik yang lebih tinggi dibanding jensi baja lainnya. Selain itu,
Gambar 3.3.3 Penggunaan Baja (BMW Welt Building)
(52)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
baja jenis ini juga memiliki nilai leleh yang lebih tahan. Ketahanan korosi juga melebihi jenis baja lainnya.
3.3.4 Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis
a. Renault Distribution Centre, Inggris Konsultan : Foster & Partners Bentuk : Payung
Sirkulasi : Linear Struktur : Baja Langgam : Hi-tech
Gambar 2.4.4.a Renault Distribution Centre
Sumber : http://images.google.co.id/imgresRenault Distribution Centre
The Renault Centre merupakan pabrik yang menerapkan permainan struktur. Perancangan ini dikatakan baik secara arsitektural, karena menghapus teori kemonotonan bahwa bentuk massa bangunan dan pengolahan detail ruangnya sederhana. Dengan luas bangunan 25.000 meter persegi, bangunan ini didukung dengan kolom tubular dan baja pelengkung, membentuk siluet yang melengkapi lansekap sekitarnya.
Kesimpulan :
Efisiensi bahan dengan sistem pabrikasi dan berulang, bentuk unit atau modul yang diadaptasi dari pemecahan analisis lingkungan di sekitarnya.
b. McLaren Technology Centre, Inggris
Sistem Tampak
Interior Perspektif
(53)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Klien : McLaren Group
Konsultan : Ove Arup & Partners
Bentuk : Semisirkular
Sirkulasi : Sirkular
Struktur : Baja
Langgam : Hi-tech
Gambar 2.4.4.b McLaren Technology Centre
Sumber : http://images.google.co.id/imgresMcLaren Technology Centre
Dilihat dari denah, bangunan ini berbentuk semi sirkular atau setengah lingkaran, setengah lingkaran lagi dilengkapi dengan danau yang merupakan bagian integral dalam sistem pendingin bangunan. Fasade bangunan yang menghadap danau dirancang secara menerus dengan dinding kaca dan dibayangi dengan atap kantilever. Lantai dasar menampung fasilitas produksi dan penyimpanan. Bangunan berstruktur dua lantai ini sebagian ditanam ke dalam tanah untuk meminimalkan intervensi terhadap lingkungan dan juga agar yang kelihatan hanya atap sirkularnya. Kedinamisan bentuk menjadi ciri khas pabrik ini. Selain itu material transparan memberikan kesatuan antara ruang dalam dan ruang luar. Teknologi yang diusung juga memperhatikan kecerdasan dalam detail.
Kesimpulan:
Interior
Kafetaria Pabrik Perkantora
Detail struktur
Perspektif Perspektif
(54)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Teknologi struktur dan bahan mendukung proses kreatif perancangan bentuk dengan memperhatikan efisiensi proses dan ruang serta tanggap lingkungan.
c. INMOS Factory, Inggris
Konsultan : Richard Rogers & Partners
Bentuk : PCB
Sirkulasi : Paralel Struktur : Baja Langgam : Hi-tech
Gambar 2.4.4.c INMOS Factory
Sumber : http://images.google.co.id/imgresINMOS Factory
Richard Rogers mengulang kembali irama dan ritme seperti yang sebelumnya di Pompidou dan Lloyd. Dengan menerapkan material pabrikasi, setiap bagian bangunan dapat dibangun dengan cepat. Sistem struktur yang modern, kabel dan rangka menjadi ciri struktur dan konstruksi pabrik ini. Kecanggihan bangunan ini juga turut merepresentasi fungsi bangunan sebagai pabrik mikrocip.
Kesimpulan:
Potongan
Denah atap
(55)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Bentuk ditemukan dari pemasangan struktur dan teknologi bahan, mengutamakan fungsi ruang dengan tetap menjaga skala manusia di dalam, sistem pabrikasi untuk efisiensi bahan.
BAB 4
ANALISIS PERANCANGAN
4.1. Analisa Fisik
Dalam merancang, bangunan yang dirancang harus memperhatikan tapak, lingkungan, dan manusia. Dalam hal tapak khususnya, analisis yang baik akan memberikan konsep dasar sebuah perancangan arsitektur.
4.1 .1. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region
Lokasi tapak berada di Kecamatan Air Putih, desa Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Pulau Sumatera, Indonesia. Lokasi tapak merupakan kawasan Industri dan dibebeberapa Pabrik sudah membuat pelabuhan sendiri yang sudah menjorok ke Selat Malaka untuk Aktifitas pemasokan bahan baku atau aktifitas ekspor dan import. Sehingga kedepannya kawasan ini akan menjadi suatu kawasan industri yang terintegrasi dan sangat berkembang.
DESA KWALA TANJUNG
(56)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.2. Analisa Tapak dalam Lingkungan Kawasan
Site berada di dalam kawasan perindustrian dan berada di dekat dengan pabrik yang menghasilkan bahan baku Biodiesel yaitu CPO, sehingga sangat berpotensial untuk dibangun fasilitas Pabrik Biodiesel.
Gambar 4.1.1. Lokasi tapak dalam skala kota dan region
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
SITE PABRIK
PT.INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM (INALUM) Gardu Induk PLN ( Perusahaan Listrik Negara) PT. SAMUDERA (bergerak di bidang pertimahan) PT. MULTIMAS (Pabrik PKS)
PT.GUNUNG PANTARA BARISAN PT.DOMBAMAS (pabrik PKS) Perumahan karyawan INALUM Site Pabrik Biodiesel
(57)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.3. Analisa Ukuran Tapak dan Batas-Batas Tapak
Adapun batas Site adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.3.. Batas-Batas Tapak
Selatan Sebelah selatan berbatasan langsung dengan jalan Access Road menuju PT. INALUM. Jalan ini merupakan milik perusahaan INALUM dan juga jarak 15 meter dari pinggir kanan jalan ini, tanahnya juga milik INALUM
Gambar 4.1.2. Analisa Tapak dalam Lingkungan Kawasan
Sumber : Hasil Olah Data Pribadi
Gambar 4.1.3.. Analisa Ukuran Tapak dan Batas-Batas Tapak
(58)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Timur Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk. Rumah penduduk ini hanya berada di pinggir jalan dan dibelakangnya hanya berupa lahan kosong
Barat Sebelah Barat berbatasan dengan perumahan penduduk. Rumah penduduk ini hanya berada di pinggir jalan dan dibelakangnya hanya berupa lahan kosong.
Utara Sebelah utara berbatasan dengan lahan rawa-rawa air payau dan beberapa bagian dari rawa tersebut dijadikan sebagai tambak udang.
4.1.4. Analisa Jarak dan Waktu Tempuh
Berikut ini jarak tempuh dan waktu tempuh dari lokasi tapak dengan beberapa kawasan yang berada di sekitar wilayah site :
KETERANGAN :
Simpang Inalum - Site, berjarak ±10 km, waktu tempuh ±10 menit dengan kendaraan bermotor.
Kota Tebing tinggi - Site, berjarak ±45 km, waktu tempuh ±1 jam dengan kendaraan bermotor.
Kota Indrapura – Site, berjarak, ±70 km, waktu tempuh ±1,5 jam dengan kendaraan bermotor.
4.1.5. Analisa Zoning dan Tata Guna Lahan
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.1.4. Analisa Jarak dan Waktu Tempuh
Sumber ; Hasil Olah Data Pribadi
(59)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Desa Kuala Tanjung merupakan kawasan yang permukaan tanahnya relatif datar yang sebagian besar kawasannya masih berupa lahan kosong dan rawa-rawa payau di daerah yang dekat dengan pantai dengan kepadatan penduduk yang rendah.
4.1.6. Analisa View Menuju Tapak
View yang menuju tapak hanya bagus dari jalan utama yaitu jalan access road.
4.1.7. Analisa View Dari Tapak
Site sudah didinding bata sekelilingnya sehingga view dari tapak hanya bagus dilihat dari arah jalan Access Road sebagai akses utama kedalam site
Gambar 4.1.6. Analisa View Menuju Tapak
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
2 1
3
Gambar 4.1.5. AnalisaZonning dan Tata Guna Lahan
Sumber ; Hasil Olah Data Pribadi
KETERANGAN 1. Perindustrian 2. Perumahan Penduduk
3. lahan kosong / area hijau
(60)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.8. Analisa Garis Langit ( Sky Line )
Garis langit yang berada di sekitas site memiliki potensial untuk membentuk bangunan proyek menjadi sebuah persepsi baru tentang bangunan pabrik.
POTONGAN 1-1
POTONGAN 2-2
POTONGAN 3-3
Gambar 4.1.7. Analisa View Dari Tapak
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.1.8. Analisa Garis Langit ( Garis Langit )
(61)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.9. Analisa Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan di jalan access road , yaitu sirkulasi kendaraan dua arah yaitu dari arah kuala tanjung dan dari arah Indrapura yang memiliki lebar jalan 12 meter dengan kondisi jalan yang baik.
4.1.10. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Untuk sirkulasi pejalan kaki belum ada sama sekali sehingga untuk pejalan kaki hanya berupa trotoar alami yang masih ditanami oleh rumput liar.
4.1.11. Analisa Entrance
Gambar 4.1.9. Analisa Sirkulasi Kendaraan
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.1.10. Sirkulasi Pejalan Kaki
(62)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Satu-satunya jalan masuk ke site hanya dapat dilalui melalui jalan Access Road sebagai jalan utama.
Satu-satunya jalan masuk ke site hanya dapat dilalui melalui jalan Access Road sebagai jalan utama.
4.1.12. Analisa Vegetasi
Vegetasi pohon pada wilayah ini sangat sedikit dan berjarak hingga 50 meter antar pohon sedangkan vegetasi yang berada disekitarnya hany berupa rumput dan ilalang..
Gambar 4.1.11. Analisa Entrance
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.1.12. Vegetasi pada tapak eksisting
Sumber ; Hasil Olah Data Primer an
(63)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.13. Analisa Matahari
Arah matahari menghadap kedua belah sisi kiri dan kanan bangunan pada pagi ataupun sore hari, sehingga diperlikan buffer ataupun penggunaan shading pada bangunan.
4.1.14. Analisa Angin
Site berada di kawasan pesisir pantai sehingga angin yang berhembus pada kawasan ini cukup banyak.
keterangan gambar :
• Angin bergerak dari laut ke darat dari sore hari sore hari hingga pagi hari.
• Angin bergerak dari darat ke laut dari pagi hari hingga sore hari.
Gambar 4.1.13. Analisa Matahari pada tapak
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.1.14. Analisa angin pada tapak
(64)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. 4.1.15. Analisa Kebisingan
Sumber bising yang paling besar berasal dari dalam site sendiri yang dikarenakan fungsi bangunan nantinnya yaitu sebagai pabrik. Sedangkan dari arah jalan sendiri kebisingannya sangat sedikit dikarenakan dari site ke jalan utamanya masih dipisahkan oleh tanah milik PT.INALUM selebar ±20 meter
Sumber kebisingan lainnya berasal dari pabrik PKS yang berada di sebelah timur site. Oleh karena itu sebaiknya bangunan di tempatkan sejauh mungkin dari sumber bising atau pun dengan penggunaan vegetasi sebagai penyaring suara.
4.1.16. Analisa Utilitas
Saluran air bersih, air kotor, telepon, dan gas berada disepanjang jalan utama ( Jl. Putri Hijau dan Jl. Guru Patimpus ).
Gambar 4.1.15. Analisa kebisingan pada tapak
(1)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Gambar 6.18 Rencana Sisitem Pemadam Kebakaran Lantai II & III Hasil Olah Data Pimer
(2)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Gambar 6.19 Perspektif Ekterior
Hasil Olah Data Pimer
(3)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Hasil Olah Data Pimer
(4)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Gambar 6.21 Poster Hasil Olah Data Pimer
Gambar 6.22 Maket 1 Hasil Olah Data Pimer
(5)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009. Gambar 6.23 Maket 2
Hasil Olah Data Pimer DAFTAR PUSTAKA
Addington, Michelle, Daniel Schodek. Smart Material and technologies. Burlington: Architectural Press. 2005.
Ching, Fransis, D.K., Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan susunannya.
Charleson, Andrew W. Structure as Architecture. London : Architectural press. 2005 Ching, Francis D.K. 1991. Arsitektur, Bentuk, Ruang dan susunannya.
Cuttle, Christopher. Lighting by Design. London : Architectural Press. 2003. DEPDIKBUD, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
http://images.google.co.id/imgres Faustino Winery II, diakses pada tanggal 30 Oktober
2008.
http://images.google.co.id/imgres Renault Distribution Centre, diakses pada tanggal 30
Oktober 2008.
http://images.google.co.id/imgres McLaren Technology Centre, diakses pada tanggal
30 Oktober 2008.
http://images.google.co.id/imgres BMW Plant, diakses pada tanggal 30 Oktober 2008. http://images.google.co.id/imgres INMOS Factory, diakses pada tanggal 30 Oktober
2008.
tanggal 3 Pebruari 2009.
(6)
Wan Achmad Adriansyah : Pabrik Biodiesel (Arsitektur Hightech), 2009.
Neufert, Ernest. DATA ARSTEK jilid 2. Jakarta : Erlangga, 2002.
Neufert Ernest dan Sunarto Tjahyadi, DATA ARSITEK jilid 1 Edisi 33, Jakarta : Erlangga,1997.
Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosaler, Robert C. And Rice, James O. 1983. Standard Handbook of Plant Engineering. New York: McGraw-Hill.
S.Juwana, Jimmy. PANDUAN SISTEM BANGUNAN TINGGI. Jakarta : Erlangga,2005 Thames and Hudson, HIGH TECH ARCHITECTURE COLIN DAVIES, Verlag Gerd