Status Gizi TINJAUAN PUSTAKA

4. Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. 5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 6. Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas Notoatmodjo, 2007.

2.2. Status Gizi

Menurut Gibson 1990, status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan labiratorium ataupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Untuk mengukur berat lemak di tubuh amatlah sulit dan tidak praktis. Berat lemak dapat diukur dengan beberapa metode skin-fold thickness, bioelectrical impedance, dan underwater weighting. Sesuai dengan persentase berat lemak, seorang pria dapat dinyatakan obesitas apabila berat lemaknya 25 atau lebih sedangkan pada wanita apabila berat lemaknya 35 atau lebih Grundy, 2004. Peningkatan jumlah lemak biasanya, tapi tidak selalu, sebanding 6 Universitas Sumatera Utara dengan peningkatan berat badan. Misalnya pada individu yang kurus namun sangat berotot, dapat tergolongkan overweight tanpa ada peningkatan sel adiposit Flier, 2005. Pengukuran berat lemak dapat menggunakan body mass index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT dapat ditentukan dengan membagi berat badan dalam kilogram kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter m 2 Tabel 2.1. menunjukkan klasifikasi WHO untuk nilai IMT pada orang dewasa secara internasional. Nilai normalnya yaitu antara 18,5 sampai 24,9 kgm . 2 . Berat badan dinyatakan kurang apabila lebih rendah dari 18,5 kgm 2 dan berat badan lebih apabila di atas 25 kgm 2 . Pra-obes apabila di antara 25 sampai 29,9 kgm 2 , obes tingkat I apabila antara 30 sampai 34,9 kgm 2 , obes tingkat II apabila di antara 35 sampai dengan 39,9 kgm 2 , dan obes tingkat III apabila di atas 40 kgm 2 . Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO Klasifikasi IMT kgm 2 Berat Badan Kurang 18,5 Kisaran Normal 18,5 – 24,9 Berat Badan Lebih 25 Pra-Obes 25,0 – 29,9 Obes Tingkat I 30,0 – 34,9 Obes Tingkat II 35,0 – 39,9 Obes Tingkat III 40 Sumber: WHO technical series, 2000 dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam UI halaman 1921 Hasil meta-analisis pada beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kgm 2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kgm 2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9, 4,6, 7 Universitas Sumatera Utara 3,2, dan 2,9 kgm 2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Oleh karena itu, Wilayah Asia Pasifik melalui IOTF mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas tersendiri Tabel 2.2. Pada klasifikasi menurut kriteria Asia Pasifik, kisaran normal adalah apabila IMT antara 18,5 sampai 22,9 kgm 2 berbeda dengan menurut WHO yaitu 18,5 sampai 24,9 kgm 2 . Berat badan berlebih apabila di atas 23 kgm 2 , beresiko apabila antara 23 sampai 24,9 kgm 2 , obes I apabila antara 25 sampai 29,9 kgm 2 , dan obes II apabila lebih dari 30 kgm 2 . Selain berdasarkan IMT, terdapat juga kriteria berdasarkan lingkar pinggang. Untuk pria, lingkar pinggang di atas 90 cm dan lingkar pinggang di atas 80 cm untuk wanita memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan pria dengan lingkar pinggang kecil dari 90 cm dan wanita dengan lingkar pinggang kecil daripada 80 cm dengan nilai IMT yang sama. Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik Klasifikasi IMT kgm 2 Resiko Ko-morbiditas Lingkar Pinggang 90 cm Laki-Laki 80 Perempuan 90 cm Laki-Laki 80 Perempuan Berat Badan Kurang 18,5 Rendah resiko meningkat pada masalah klinis lain Sedang Kisaran Normal 18,5 – 22,9 Sedang meningkat Berat Badan Lebih ≥ 23,0 Beresiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat Obes I 25,0 – 29,9 Moderat Berat Obes II ≥ 30,0 Berat Sangat Berat Sumber: WHO WPRIASOIOTF dalam The Asia-Pasific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment 2000 dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam UI halaman 1922 8 Universitas Sumatera Utara

2.3. Obesitas