Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan kekayaan Badan Usaha Milik Negara sebagai bentuk kekayaan negara yang dipisahkan ? 2. Bagaimana status hukum kekayaan BUMN yang menjadi objek Gugatan Perkara Perdata. 3. Bagaimana analisis hukum terhadap penundaan eksekusi aset Badan Usaha Milik Negara dalam putusan Mahkamah Agung No. 4008 K Pdt 2001 antara PT. Pelabuhan Indonesia I Belawan dengan Sakdymah dkk?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaturan kekayaan Badan Usaha Milik Negara sebagai bentuk kekayaan negara yang dipisahkan. 2. Untuk Mengetahui dan menganalisis status hukum kekayaan BUMN yang menjadi objek Gugatan Perkara Perdata. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis penundaan eksekusi aset Badan Usaha Milik Negara dalam putusan Mahkamah Agung No. 4008 K Pdt 2001 antara PT. Pelabuhan Indonesia I Belawan dengan Sakdymah dkk.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perdata dalam kerangka kajian eksekusi terhadap aset BUMN

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemegang kebijakan untuk membentuk sebuah kebijakan hukum yang dapat meretas masalah penundaan eksekusi yang terjadi terhadap aset BUMN.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan yang telah dilakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara USU Medan, terdapat beberapa judul yang penelitiannya berkenaan dengan Badan Usaha Milik Negara : 1. Penerapan Transparansi Dalam Privatisasi BUMN Oleh Irwan Juned 2. Pengaturan Perum BULOG sebagai BUMN PSO Public Service Obligation Oleh Bahrensyah Ananda NIM 087005107 3. Analisis terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero dalam UU BUMN dan UU Sistem Jaminan Nasional SJSN oleh Ahmad Ansyori Nim 067005062 4. Analisis Yuridis Fungsi Kejaksaan Dalam Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan BUMN oleh Siti Lisa E. br Tarigan Berdasarkan penelusuran diatas , penelitian tentang “Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Terhadap Asset Badan Usaha Milik Negara” belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

“Kelangsungan perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.” 9 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, 10 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. 11 “Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.” 12 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. 13 Pada dasarnya Teori yang berkenaan dengan judul penulis di atas adalah Teori yang berkenaan dengan Tujuan Hukum. Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechtgerechtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 6. 10 M. Hisyam, J.J.J.M Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Jakarta: FE UI, 1996, hal. 203. 11 Ibid, hal. 16 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hlm. 35. 13 M Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 80. rechtszekerheid. 14 Selanjutnya merujuk pada pendapat Radbruch, yang menyatakan bahwa “tujuan hukum itu harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.” Ketiga hal tersebut dikenal sebagai “tiga ide dasar hukum”, yang berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum. Di antara ketiga asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah masalah keadilan, dimana Friedman menyebutkan bahwa : “In terms of law, justice will be judged as how law treats people and how it distributes its benefits and cost,” dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa: “every function of law, general or specific, is allocative”. 15 Selanjutnya dalam hal mewujudkan keadilan, W. Friedman mengatakan bahwa “suatu Undang-Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut”. 16 Oleh karena itu, pengaturan kekayaan Badan Usaha Milik Negara sebagai bentuk kekayaan negara yang dipisahkan yang menjadi obyek bahasan dalam tesis ini diperlukan suatu pengaturan yang tegas untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para pihak yang terkait dengan BUMN. 14 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: Gunung Agung Tbk, 2002, hal. 85. 15 Peter Mahmud Marzuki, “The Need for the Indonesian Economic Legal Framework”, Dimuat dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, hal. 28. 16 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum,diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 7 Tujuan hukum yang dikemukakan oleh Van Kant, yakni “Kemanfaatan Hukum”, yaitu terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib rechtsorde. Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam pergaulan hidup manusia, kepentingan-kepentingan manusia bisa senantiasa bertentangan satu dengan yang lain. Maka tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu. 17 Kepentingan-kepentingan manusia itu bermacam-macam, seperti kepentingan untuk menikmati apa yang menjadi haknya, kepentingan untuk mendapatkan perlindungan hukum, kepentingan untuk mendapatkan kebahagian hidup lahir dan batin, dan sebagainya. Menurut Muchsin sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia hanyalah sebagai alat. Yang mempunyai tujuan adalah manusia, maka yang di maksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan itu. 18 Secara umum, Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Maksudnya hukum menghendaki perdamaian, yang semuanya bermuara kepada suasana damai. Rudolf Von Jhering mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk memelihara keseimbangan antara berbagai kepentingan. Van Kant mengatakan tujuan hukum ialah untuk menjamin kepastian hukum Rechtszekerheid, Law Certainty, yakni mengenai hak dan kewajiban di dalam pergaulan hidup masyarakat. Aristoteles mengatakan tujuan 17 Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1983, hal. 11 18 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2006, hal. 11 hukum itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak-banyaknya, sedangkan Roscoe Pound mengatakan tujuan hukum ialah sebagai alat untuk membangun masyarakat law is tool of social engineering. Menurut Satjipto Raharjo dalam bukunya “Ilmu Hukum” mengatakan bahwa: Teori Kegunaan Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma aturan-aturan hukum. 19 Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib rechtsorde. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisebel terhadap tindakan sewenang-wenang, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum. 20 Teori kepastian hukum yang dikemukakan Aristoteles bahwa ‘hukum harus membuat Allgemeine Rechtslehre Peraturanketentuan umum,’ Dimana peraturanketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum. “Kepastian hukum sangat diperlukan untuk 19 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, Cet.ke-3, 1991, hal.13 20 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2003, hal. 160. menjamin ketentraman dan ketertiban dalam mayarakat.” 21 Kepastian hukum tersebut juga sangat dibutuhkan termasuk dalam hal ini dalam eksekusi putusan perkara perdata terhadap aset BUMN. Norma hukum secara ideal harus memenuhi asas lex certa, yaitu rumusan harus pasti certainty dan jelas concise, serta tidak membingungkan unambiguous. Disharmoni normatif dalam peraturan perundang-undangan dapat mengakibatkan: timbulnya disharmoni penafsiran yang pada gilirannya timbul pula disharmoni dalam pelaksanaannya, ketidakpastian hukum; peraturan perundang- undangan tidak terlaksana secara efektif dan efisien, hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman berperilaku kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai sarana perubahan sosial secara tertib dan teratur disfungsi hukum. BUMN, khususnya yang berbentuk persero adalah sebuah korporasi, sebuah badan usaha berbadan hukum yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Badan hukum pada dasarnya adalah suatu badan yang dapat memiliki hak-hak melakukan suatu perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, serta digugat dan menggugat di depan pengadilan. Landasan hukum BUMN adalah Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pembahasan dan uraian mengenai BUMN persero pada dasarnya bertolak dari UU 192003 tentang BUMN, UU 21 Hortina Bayanihan, Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Kepailitan Perusahaan, Medan: Mkn USU, 2010. 402007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan perundangan lainnya yang terkait dengan BUMN persero. Sistem perundang-undangan merupakan subsistem hukum nasional yang mencakup semua hasil keputusan resmi yang tertulis dari penguasa yang mengikat umum. Keterkaitan peraturan perundang-undangan dalam satu kesatuan sistem hukum nasional, merupakan satu kesatuan yang bersifat kompleks yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang merupakan satu sistem itu berkaitan dengan sistem hukum secara keseluruhan dalam kerangka sistem hukum nasional. Keterkaitan dalam sistem hukum nasional yang harmonis, konsisten dan taat asas, yang dijiwai Pancasila dan bersumber pada UUD 1945. Selanjutnya , pembahasan tesis ini juga akan memakai hasil studi yang dilakukan oleh Burg’s . Setidak-tidaknya menurut studi yang dilakukan Burg’s ada dua unsur kualitas dari hukum yang harus dipenuhi supaya sistem ekonomi berfungsi. Pertama, “stabilitas” “stability”, dimana hukum berpotensi untuk menjaga keseimbangan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kedua, “meramalkan” “predictability”, berfungsi untuk meramalkan akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial dan tradisional. Namun, diantara kedua unsur itu penting pula diperhatikan aspek “keadilan” “fairness” seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah, yang diperlukan untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan. 22

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah pendapat, pangakalan pendapat; Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. 23 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu: a. Eksekusi di bidang perdata adalah melaksanakan secara paksa putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan bantuan kekuatan umum. Dalam pengertian yang lain, eksekusi di bidang perdata berarti melaksanakan putusan dalam perkara perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena pihak tereksekusi tidak 22 Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development,” Journal of International and Policy, Vol. 9, 1980, hal. 232. Dalam bismar nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi , dari Pidato Pada Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang Disampaikan di Hadapan Rapat Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara, di Gelanggang Mahasiswa USU, Medan, Sabtu, 17 April 2004. 23 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, Medan: PPs USU, hal. 35. bersedia melaksanakan secara sukarela. 24 Dalam pengertian tersebut, pada prinsipnya eksekusi merupakan realisasi kewajiban pihak tergugat untuk memenuhi prestasi yang tercantum di dalam putusan hakim. Eksekusi terhadap putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap BHT merupakan proses terakhir dari proses perkara perdata maupun pidana di pengadilan. b. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah: 25 1 Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak dimintakan banding atau kasasi karena telah diterima oleh kedua belah pihak 2 Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung 3 Putusan pengdilan tingkat kasasi dari Mahkamah Agung atau putusan peninjauan kembali dari Mahkamah Agung 4 Putusan verstek dari pengadilan tingkat pertama yang tidak diverzet 5 Putusan hasil perdamaian dari semua pihak yang berperkara c. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. 26 24 Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi Praktek Kejurusitaan Pengadilan, Jakarta: PT. Tatanusa, 2004, hal. 60 25 Ibid, hal. 61. 26 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 1

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analistis. Penelitian deskriptif analistis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang- undangan yang berlaku sehingga dapat diketahui gambaran jawaban atas permasalahan mengenai kedudukan keuangan negara dalam BUMN . Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal doctrinal research yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku law as it is written in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law it is decided by the judge through judicial process 27 . Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 28 Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara- 27 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal 118. 28 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: UMM Press, 2007, hal 57. cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa buku mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Digunakannya metode yuridis normatif yang bersifat kualitatif didasarkan pada berbagai pertimbangan, yakni: pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamamis antara teori, konsep-konsep, dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang di kumpulkan. Kedua, data yang akan dianalisis beraneka ragam serta memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral holistic.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundangundangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. 29 Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian 29 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal 11. terhadap asas-asas hukum, 30 sumber-sumber hukum, 31 peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur- literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan. 32 Data dari pemerintah yang berupa dokumen- dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya: 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, HIR dan RBG. 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 3 Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait. 5 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara. 30 M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, Bandung: Alumni, 1997, hal. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat. 31 Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk Kalangan Sendiri, Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007, hal. 73. 32 Soerjono Soekanto, Op. cit, hal 6. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi. 33 c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan. 34

4. Tahap Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang- undangan. Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut: 35 a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian. 33 Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: UI Press, 2006, hal 12. 34 Soerjono Soekanto, Op. cit, hal 7. 35 Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 63. b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang- undangan. c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan. d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

5. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif 36 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif, 37 yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus , dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan. Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan dilakukan langkah langkah sebagai berikut : a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya c. Deskripsikan konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum 36 Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal.10 37 Ibid., hal.10 Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis disparitas hukum yang terjadi seputar kekayaan negara yang ada pada BUMN. Selanjutnya akan diperhatikan sifat pengaturan bersifat umum atau khusus dalam aturan , bentuk hukum hierarchi dari aturan dan pengundangan dan atau pengumuman lama atau baru dari aturan hukum

BAB II PENGATURAN KEKAYAAN BADAN USAHA MILIK NEGERA SEBAGAI