61
instrument keuangan syariah di Indonesia dan juga menetapkan Dewan Pengawas Syariah
DPS di bank dalam rangka meyakini operasional, produk dan jasa bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah telah memenuhi prinsip syariah. Selain melakukan berbagai langkah di dalam negeri terkait pengembangan dan penyediaan
prasarana infrastruktur syariah, Bank Indonesia juga terlibat dalam organisasi keuangan syariah internasional seperti Islamic Financial Services Board IFSB, atau Accounting,
Auditing and Organization For Islamic Financial Institution AAOIFI. Keterlibatan Bank Indonesia tersebut adalah dengan berperan aktif melalui working group yang membahas
mengenai Guidance for Islamic Financial Institutions, yang juga telah diaplikasikan untuk hal-hal tertentu kedalam ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Untuk dapat lebih
mengembangkan keuangan dan perbankan syariah di Indonesia dan lebih dapat menarik investor asing, saat ini Dewan Perwakilan Rakyat sedang membahas penyelesaian RUU
Perbankan Syariah, RUU Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan paket RUU Perpajakan
yang mengatur didalamnya tentang transaksi keuangan syariah.
4.1.4.2 Perkembangan dan Prospek
Perbankan syariah di Indonesia telah tumbuh dan berkembang diatas 65 berdasarkan compounded annual growth rate CAGR pada 4 tahun terakhir dan pangsa
pasarnya pada tahun 2006 mencapai 1,60 dari total aset perbankan nasional, dan diharapkan akan menjadi sekitar 9 – 10 dari total aset perbankan nasional pada tahun 2011.
Sementara perkembangan perbankan syariah pada kurun waktu setahun terakhir yaitu periode 2005 – 2006, dari sisi aset perbankan syariah telah mengalami pertumbuhan yang signifikan
yaitu sebesar 32,8 yoy Okt’2005 – Okt’2006, dibandingkan pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 9,8. Sedangkan Dana Pihak Ketiga DPK Perbankan syariah telah
Universitas Sumatera Utara
62
tumbuh secara signifikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 39,8 yoy Okt’2005 – Okt’2006, dibandingkan perbankan nasional yang memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar
11,9. Lalu dari segi pangsa kreditpembiayaan perbankan di Indonesia, walaupun aset perbankan syariah hanya sebesar 1,5 dari total perbankan nasional pada akhir tahun 2006,
namun pangsa pembiayaan perbankan syariah mencapai sekitar 2,4 Oktober 2006 dari total kreditpembiayaan perbankan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa fokus penyediaan
dana perbankan syariah adalah lebih banyak ditujukan kepada kreditpembiayaan dibanding jenis penyediaan dana lainnya. Dilihat dari potensi dan prospek kedepannya, berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Bank Indonesia pada ± sepertiga dari wilayah kabupatenkotamadya di Indonesia menunjukkan bahwa ± 42 wilayah berkategori cukup
potensial sampai dengan potensial untuk perbankan syariah, serta lebih dari 85 responden menyatakan setuju terhadap penerapan sistem bagi hasil prinsip syariah dalam perbankan di
Indonesia. Pengembangan perbankan syariah di Indonesia sebenarnya merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan karena telah diatur dalam Undang-Undang UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No 231999 tentang Bank Indonesia BI. Alasan lainnya,
Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Apalagi, pengembangan perbankan syariah pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selama ini
tidak terlayani jasa perbankan konvensional karena masalah keyakinan, terutama yang berkaitan bunga bank. Disampingitu, pengembangan perbankan syariah merupakan bagian
dari program restrukturisasi perbankan dalam kerangka peningkatan ketahanan sistem perbankan dan meningkatkan keragaman jasa perbankan. Dalam upaya mendorong
pengembangan perbankan syariah nasional, diperlukan usaha untuk memperluas jaringan perbankan syariah pada wilayah-wilayah yang dinilai potensial dan membutuhkan jasa
Universitas Sumatera Utara
63
perbankan syariah. Perluasan jaringan perbankan syariah bersifat market driven, yaitu berdasarkan kebutuhan dan kesediaan bank untuk memberikan jasa syariah. Dalam kaitan itu,
diperlukan data dan informasi yang lengkap serta akurat untuk memberikan gambaran kebutuhan dan potensi pengembangan bank syariah.
Potensi tersebut dapat dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian suatu wilayah, serta dari pola sikap dan preferensi pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank
syariah. Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi itu, BI bekerja sama dengan lembaga penelitian tiga universitas di Jawa melakukan penelitian mengenai potensi, preferensi dan
perilaku masyarakat terhadap bank Syariah di Pulau Jawa. Yaitu, LP-IPB Bogor untuk wilayah Jawa Barat, LP-Undip Semarang untuk wilayah Jateng dan DIY, serta PPBEI-
FEUnibraw untuk wilayah Jatim. Tujuan penelitian yang dilakukan November 2000 itu sendiri untuk pemetaan mapping potensi pengembangan bank syariah yang didasarkan pada
analisis potensi ekonomi dan pola sikap preferensi dari pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank syariah. Juga untuk mempelajari karakteristik dan perilaku dari kelompok
masyarakat pengguna atau calon pengguna jasa perbankan syariah sebagai dasar penetapan strategi sosialisasi dan pemasaran perbankan syariah.
Menurut surve BI bahwa dari lebih kurang 4.000 responden yang tersebar di empat provinsi, sebagian besar 95 persen berpendapat bahwa sistem perbankan penting dan
dibutuhkan dalam mendukung kelancaran transaksi ekonomi. Kesan umum masyarakat tentang bank syariah adalah: i identik dengan bank dengan sistem bagi hasil, dan ii bank
bagi umat Islam. Sebagian wilayah di mana telah beroperasi Bank Muamalat Indonesia BMI, kesan baikburuk bank BMI tidak dapat dilepaskan dengan kesan masyarakat tentang
bank syariah, meskipun bank-bank syariah baru berdiri termasuk BPR Syariah Masih adanya keraguan akan hukum bunga bank dalam sistem perbankan konvensional, dipandang dari
Universitas Sumatera Utara
64
aspek pemahaman agama, maka diperlukan informasi mengenai pandangan masyarakat mengenai sistem bunga dari aspek pemahaman agama. Beberapa catatan khusus berkaitan
dengan persepsi tentang praktik perbankan syariah adalah bahwa sebagian besar responden 94 persen yang telah diinformasikan mengenai prinsip operasional dan akad perbankan
syariah menyatakan bahwa sistem bagi hasil yang menggantikan sistem bunga pada perbankan syariah dapat diterima dan dianggap menguntungkan baik bagi bank maupun bagi
nasabah. Namun demikian, 10.2 persen responden mempunyai pandangan skeptis yang menyatakan bahwa praktik bank syariah sama saja dengan bank konvensional dan 16,5
persen responden menyatakan bahwa bagi hasil dan mark-up dalam prinsip murabaha jual beli pada bank syariah sama saja dengan bunga.
4.1.5. Perkembangan Aset Perbankan syariah Indonesia