Analisis Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

REBECCA PANJAITAN 090502098

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dividend per share dan return on investment berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?’’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dividend per share dan return on investment terhadap harga saham baik secara parsial atau bersama-sama.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah dividend per share dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat dividend per share dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan dividend per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan return on investment secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(3)

ABSTRACT

ANALYZE THE IMPACT OF DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT OF LISTED BANK COMPANIES IN INDONESIAN

STOCK EXCHANGE

The formulation of the problem in this research is "Do dividend per share and return on investment influence and significant on the stock price of bank companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange

The hypothesis in this research is dividend per share and return on investment have a

?''. The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of dividend per share and return on investment to stock prices either partially or jointly.

significant influence on the stock price of bank companies that are listed in

The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a report published by the Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.

the Indonesia Stock Exchange.

The result of this research shows that dividend per share and return on investment simultaneously have a significant influence to the stock price bank companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange, and partially dividend per share have significantly positive influence to the stock price, while partially return on investment not significantly influence to the stock price.

Key Words: Dividend Per Share And Return On Investment .


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, Mec, Ac.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing peneliti. Terimakasih banyak atas waktu yang diberikan,


(5)

kesabaran, keramahan, serta perhatian yang peneliti terima hingga rampungnya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

8. Orang Tua tercinta Ir. Robert Panjaitan dan Ir.M.Iriana Simanungkalit yang senantiasa mendoakan dan mendukung, serta limpahan kasih sayang yang luar biasa, dan atas setiap pengorbanan materil yang tak dapat penulis sebutkan.

9. Kakak, abang, dan adikku terkasih Maria Debora Panjaitan, SPsi, Andar Ruben Panjaitan, SH dan Calvin Benyamin Panjaitan atas segala doa dan dukungan selama ini.

10. Sahabat – sahabat ku, Irene, Sarli, Christin, Erbina, Sri Juliani, Agnesia, Novaria, dan Elgina. Terimakasih atas suka duka yang telah kita lewati bersama dan atas segala bantuannya selama masa perkuliahan.

11. Teman-teman di manajemen stambuk 2009: Yulia, Rudolfo, Rosiana, Robi, Herico, Jonalsal, Bara, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.


(6)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Juni 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 9

2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Pasar Modal ... 9

2.1.2 Investasi ... 9

2.1.3 Kebijakan Dividen ... 11

2.1.3.1 Dividend Per Share ... 12

2.1.3.2 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 13

2.1.4 Return On Investment ... 15

2.1.5 Saham ... 16

2.1.7.1 Jenis – Jenis Saham ... 17

2.1.7.2 Penilaian Harga Saham ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Batasan Operasional ... 26

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 28

3.6 Populasi dan Sampel ... 29

3.7 Jenis Data ... 32

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

3.9.1 Metode Analisis Deskriptif ... 32

3.9.2 Metode Analisis Statistik ... 33

3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 33


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 40

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal di Indonesia ... 40

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan di Indonesia .. 45

4.2 Hasil Penelitian ... 65

4.2.1 Analisis deskriptif ... 65

4.2.2 Analisis statistik ... 70

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 70

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 81

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis ... 82

4.3 Pembahasan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN ...


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Dividend Per Share, Return On Investment dan Harga Saham

4 Bank besar ... 5

3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 28

3.2 Nama – Nama Perusahaan Perbankan... 30

3.3 Daftar Jumlah Perusahaan Sampel ... 31

3.4 Sampel Penelitian ... 31

4.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ... 41

4.2 Dividend per Share Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011 ... 65

4.3 Return On Investment Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011 ... 67

4.4 Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2012 ... 68

4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 73

4.6 Hasil Uji Glejser ... 75

4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 78

4.8 Hasil Uji Glejser ... 79

4.9 Model Summaryb 4.10 Coefficients ... 80

a 4.11 Coefficients ... 81

a 4.12 ANOVA ... 81

b 4.13 Coefficients ... 84

a 4.14 Variables Entered/Removed ... 85

b 4.15 Hubungan Antar Variabel ... 87

... 87


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 25

4.1 Histogram Dependent Variabel (Harga Saham) ... 71

4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 72

4.3 Scatterplot Standardized Predicated Value ... 74

4.4 Histogram Dependent Variabel (Sqrt Harga Saham) ... 76

4.5 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 77


(11)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dividend per share dan return on investment berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?’’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dividend per share dan return on investment terhadap harga saham baik secara parsial atau bersama-sama.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah dividend per share dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat dividend per share dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan dividend per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan return on investment secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(12)

ABSTRACT

ANALYZE THE IMPACT OF DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT OF LISTED BANK COMPANIES IN INDONESIAN

STOCK EXCHANGE

The formulation of the problem in this research is "Do dividend per share and return on investment influence and significant on the stock price of bank companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange

The hypothesis in this research is dividend per share and return on investment have a

?''. The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of dividend per share and return on investment to stock prices either partially or jointly.

significant influence on the stock price of bank companies that are listed in

The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a report published by the Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.

the Indonesia Stock Exchange.

The result of this research shows that dividend per share and return on investment simultaneously have a significant influence to the stock price bank companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange, and partially dividend per share have significantly positive influence to the stock price, while partially return on investment not significantly influence to the stock price.

Key Words: Dividend Per Share And Return On Investment .


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan semakin majunya peradaban masyarakat, pilihan investasi pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal yang pesat menarik perhatian para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis telah menyadari bahwa pasar modal dapat menawarkan keuntungan bagi mereka serta memberikan konstribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian.

Perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrument keuangan jangka panjang melalui pasar modal. Selain itu, perusahaan juga memiliki peluang untuk lebih maju dan lebih dikenal masyarakat. Bagi investor, pasar modal dapat dijadikan wadah dalam penyaluran dana melalui pembelian efek – efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal dengan tujuan mendapatkan return (tingkat pengembalian). Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memilih perusahaan berprospek baik yang berpotensi memberi keuntungan baik dari capital gain maupun dividend.

Investor akan memperoleh dividend sebagai bagian keuntungan yang diberikan emiten kepada investor berdasarkan return saham yang diperoleh perusahaan. Besar kecilnya dividend yang akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dari masing-masing perusahaan. Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber


(14)

pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Horne, 2005:3). Investor akan memperoleh Capital gain saat transaksi dimana harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham.

Harga saham ditentukan oleh hukum ekonomi yaitu hukum permintaan dan penawaran. Jika jumlah permintaan jauh melampaui jumlah penawaran, dapat diperkirakan harga saham akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika jumlah penawaran jauh melebihi jumlah permintaan, harga saham tersebut akan turun. Sifat fluktuatif dari saham yang menyebabkan perubahan pada harga saham sehingga diperlukan sejumlah informasi yang berkaitan dengan pergerakan harga saham agar dapat meminimalkan risiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan.

Permintaan akan saham suatu perusahaan dapat meningkat ketika perusahaan mendeklarasikan dividen atau memutuskan membeli kembali saham. Hal itu dikarenakan keputusan itu memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki laba yang baik. Berbeda dari mendeklarasikan dividen, saat mengumumkan program pembelian kembali perusahaan tidak melakukan komitmen jangka panjang untuk menghasilkan dan mendistribusikan lebih banyak kas. Pada kebijakan dividen dibutuhkan komitmen perusahaan untuk dapat menghasilkan dan mendistribusikan lebih banyak kas pada jangka panjang. Perusahaan yang tidak menghasilkan uang tidak akan mempunyai arus kas untuk membayar kecuali perusahaan memotong investasinya atau beralih ke investor untuk tambahan utang atau ekuitas. Karena tindakan ini mahal, hanya perusahaan dengan arus kas yang


(15)

cukup yang dapat menunjukkan masa depan mereka yang bagus dengan membayar dividen tinggi (Brealey et al,2007:51).

Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika dividen naik, investor akan menjadi yakin akan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dikarenakan peningkatan dividen mensinyalkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat melakukan peningkatan pada pembayaran dividen. Pengumuman pemotongan dividen biasanya dianggap sebagai berita buruk (harga saham turun) dan peningkatan dividen biasanya dianggap sebagai berita baik (harga sama naik) (Brealey et al, 2007:51). Dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan (Sartono, 2004:281).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham dalam penelitian ini adalah Return On Investment. Sebelum memutuskan untuk melakukan investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, investor terlebih dahulu menilai potensi keuntungan dan resiko yang akan didapatnya dari investasi itu. Harga saham mengiktisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik keadaan kinerja suatu perusahaan. Peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey et al, 2007:46).

Return on Investment (ROI) adalah rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur kinerja. Return on Investment mengukur seberapa efektif penggunakan modal yang diinvestasikan untuk mendapat keuntungan (Hilton, 2002:562). Para investor membeli saham atas dasar kekuatan laba salah satu sifat utama menentukan laba yang dihasilkan perusahaan adalah laba yang dapat


(16)

dihasilkan oleh asset (Brealey et al, 2007:164). Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi maka tingkat Return On Investment (ROI) yang dihasilkan perusahaan pun akan tinggi sehingga banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.

Perusahaan perbankan adalah salah satu sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai pusat dari sistem perekonomian hal ini dikarenakan kegiatan perekonomian suatu negara yang tidak pernah terlepas dari lalu lintas pembayaran uang. Bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya. Berbagai proyek investasi dalam berbagai skala sering menggunakan fungsi dari perbankan sebagai lembaga perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang mengalami kekurangan dana.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai sektor perbankan merupakan sektor termatang yang sudah tercatat di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut Direktur Utama BEI, Warsito, alasan sektor perbankan merupakan sektor termatang di BEI adalah berdasarkan ukuran bahwa saat ini sudah tidak ada lagi bank besar yang tidak melepas sebagian sahamnya ke publik (go public)

Perkembangan perbankan di Indonesia dari tahun ke tahun menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari dalam lima tahun terakhir, tingkat imbal hasil (return) indeks sektoral saham perbankan selalu jauh melebihi (outperformed)


(17)

dari tingkat pertumbuhan IHSG. Menurut Masassya, direktur utama Jamsostek, berdasarkan data diperkirakan sampai dengan akhir 2013 mendatang harga empat saham bank besar masih akan naik yaitu saham bank PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (www.tribunnews.com, 7 November 2012). Sehingga kemungkinan investor mempertimbangkan sektor perbankan. Tabel 1.1 memperlihatkan perkembangan dividend per share, return on investment dan harga saham perusahaan perbankan yang terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Tabel 1.1

Dividen PerShare, Return On Investment dan Harga Saham 4 Bank Besar Nama

Perusahaan

Dividen per Share (Rp)

Return On Investment (%)

Harga Saham (Rp)

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2010 2011 2012 1. PT Bank

Central Asia Tbk

100 153 114 3,4 3,5 3,8 6.400 8.000 9.200

2. PT Bank Mandiri Tbk

108 120 121 3,0 3,4 3,4 6.500 6.750 7.800

3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

215 178 70 3,73 4,64 4,93 5.250 6.750 6.950

4. PT Bank Negara Indonesia Tbk

17 47 66 1,7 2,5 2,9 3.875 3.800 3.750

Sumber

Harga saham pengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya yang diikuti dengan naik turunnya dividend per share dan return on investment. Dividend per share pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tahun 2009 sebesar


(18)

Rp 100 mengalami peningkatan menjadi Rp 153 pada tahun 2010 diikuti peningkatan harga saham pada tahun 2010 yaitu sebesar 6.400 menjadi 8.000 pada tahun 2011. Akan tetapi, pada tahun 2011 jumlah dividend per share pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami penurunan menjadi Rp 114 diikuti peningkatan harga saham yaitu menjadi Rp 9.200 pada tahun 2012.

Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) peningkatan jumlah dividend per share dari tahun 2009 hingga 2011 diikuti dengan peningkatan harga saham dari tahun 2010 hingga 2012. Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) penurunan jumlah dividend per share dari tahun 2009 hingga 2011 diikuti dengan peningkatan harga saham dari tahun 2010 hingga 2012. Sedangkan, peningkatan dividend per share dari tahun 2009 hingga 2011 pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) diikuti dengan penurunan harga saham dari tahun 2010 hingga 2012.

Peningkatan return on investment (ROI) dari tahun 2009 hingga 2011 diikuti dengan peningkatan harga saham pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dari tahun 2010 hingga 2012. Akan tetapi, peningkatan return on investment (ROI) dari tahun 2009 hingga 2011 pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) diikuti dengan penurunan harga saham dari tahun 2010 hingga 2012.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan menitikberatkan pada aspek dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI) terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan


(19)

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan tahun 2009-2012 yaitu dengan judul ”Analisis Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah sebagai berikut: “Apakah dividend per share dan return on investment berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?’’.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividend per share dan return on investment terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Bagi Investor

Dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Emiten

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan kinerja keuangan yang semakin


(20)

baik, diharapkan minat investor terhadap saham suatu perusahaan juga akan semakin meningkat.

c. Bagi Penulis

Memberikan manfaat pengetahuan mengenai pengaruh dividend per share dan return on investment terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan manfaat sebagai bahan masukan dan referensi untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru dan berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.


(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010:26). Menurut Bruce Lloyd dalam Anoraga (2001:5), “ berlangsungnya fungsi pasar modal meningkatkan dan menghubungkan aliran jangka dana jangka panjang secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan rill ekonomi secara keseluruhan”.

2.1.2 Investasi

Proses investasi berkenaan dengan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan mengenai pemilihan sekuritas, seberapa ekstensif investasi sebaiknya dilakukan dan kapan investasi seharusnya dilaksanakan (sharpe et al 1997:1). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin, 2010:2).


(22)

Menurut Tandelilin (2010:8), ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.

2. Mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:78) dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada beberapa risiko. Risiko tersebut antara lain:

1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham memenuhi kewajiban pembayaran dividen atau bunga serta pokok investasi.

2. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menumnnya harga pasar secara substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan manajemen perusahaan atau kebijakan pemerintah.

3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham.


(23)

Berdasarkan risiko atas perkembagan pasar modal, penggolongan investor dapat terbagi atas berikut ini :

1. Investor yang mempunyai orientasi jangka panjang, mengharapkan adanya longterm capital appreciation. Untuk itu investor harus menganalisis kualitas investasi berdasarkan informasi yang akurat dan actual untuk mengambil keputusan pengelolaan portofolionya.

2. Investor yang mempunyai motivasi investasi jangka pendek, mengharapkan adanya short term capital appreciation. Untuk memperoleh capital gain jangka pendek ini, investor berdasarkan informasi yang mereka peroleh sering melakukan penjualan yang dianggap under value. Tindakan jual beli untuk jangka pendek ini sering bersifat spekulasi dalam batas risiko yang dapat diperhitungkan berdasarkan informasi yang mereka miliki

3. Tingkat bunga dan dividen merupakan unsur yang penting dalam investasi pasar modal. Oleh karena itu, investor dapat memahami kebijakan dividen yang dianut oleh perusahaan go public.

2.1.3 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan aloksai laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan.Rasio pembayaran dividen (dividend-payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang


(24)

lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini (Horne, 2007:270).

2.1.3.1 Dividend Per Share

Stice (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Kebijakan dividen selalu dibarengi dengan keputusan untuk menahan sebagian kecil laba atau pendapatan perusahaan sebagai cadangan dana investasi (dengan konsekuensi, perusahaan harus mencari pendanaan eksternal yang banyak, mengingat pendanaan internal, yakni laba ditahan, hanya sedikit). Demikian pula sebaliknya, bila keputusan investasi dan keputusan keuangan disisihkan dari pembicaraan, maka keputusan untuk membayarkan sebagian kecil saja pendapatan perusahaan sebagai dividen selalu dibarengi dengan besarnya angka laba ditahan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Horne, 2005: 3).

Dividend per share merupakan besar dividen yang dibagikan untuk setiap lembar saham. Dividen memiliki pengaruh terhadap harga saham karena memberikan informasi, atau sinyal, mengenai profitabilitas perusahaan. Ketika perusahaan meningkatkan dividen, para investor akan yakin bahwa pihak manajemen mengumumkan perubahan positif dalam profitabilitas masa depan yang diharapkan untuk perusahaan tersebut. Selanjutnya, harga saham akan bereaksi positif terhadap kenaikan dividen ini. Dividen akan digunakan oleh para investor sebagai prediktor kinerja perusahaan di masa depan (Horne, 2007:276).


(25)

Secara sistematis DPS dapat dirumuskan sebagai berikut :

DPS = dividen kas

jumlah saham beredar

2.1.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain (Keown, 2010:215) :

1. Pembatasan Hukum.

Umumnya perusahaan tidak boleh membayar dividen bila : pasiva perusahaan melebihi aktivanya, besarnya dividen melebihi laba yang diakumulasikan (laba ditahan) dan dividen dibayarkan dari modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan.

2. Posisi Likuiditas.

Secara historis, perusahaan dengan laba ditahan yang besar telah sukses menghasilkan kas dari operasi. Namun dana ini biasanya diinvestasikan kembali dalam perusahaan dalam jangka pendek atau digunakan untuk membayar hutang yang jatuh tempo. Maka, perusahaan bisa sangat menguntungkan dan masih kekurangan kas. Karena dividen dibayar dalam bentuk kas, dan bukan dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas untuk pembayaran dividen. Dari sini, posisi likuiditas punya tanggungan langsung terhadap kemampuannya membayar dividen.

3. Tidak Adanya Sumber Pendanaan Lainnya.

Perusahaan bisa menahan laba untuk reinvestasi atau membayar dividen dan menerbitkan sekuritas hutang atau saham untuk mendanai investasi. Bagi


(26)

banyak perusahaan kecil atau baru, pilihan kedua ini tidak realistis. Perusahaan ini tidak punya akses ke pasar modal, sehingga harus sangat mengandalkan dana internal. Konsekuensinya, rasio pembayaran dividen umumnya lebih kecil untuk perusahaan kecil atau baru daripada perusahaan besar yang dimiliki publik.

4. Laba Dapat Diramalkan Atau Tidak.

Rasio pembayaran dividen tergantung pada sejauh mana laba perusahaan dapat diramalkan atau tidak. Bila pendapatan berfluktuasi secara signifikan, manajemen tidak bisa mengandalkan dana internal untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Bila laba bisa dihasilkan, perusahaan mungkin menahan jumlah lebih besar untuk memastikan bahwa uang tersedia pada saat dibutuhkan. Sebaliknya, perusahaan dengan pendapatan yang stabil biasanya membayar bagian labanya dengan lebih besar dalam bentuk dividen.Perusahaan ini tidak terlalu kuatir tentang tersedianya laba untuk memenuhi kebutuhan modal di masa mendatang.

5. Kontrol Kepemilikan.

Bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, mempertahankan kontrol voting merupakan prioritas yang tinggi. Bila pemegang saham biasa sekarang tidak bisa berpartisipasi dalam penawaran baru, penerbitan saham baru tidak menarik, dalam hal bahwa kontrol pemegang saham sekarang dicairkan. Pemilik mungkin lebih suka bahwa manajemen mendanai investasi baru dengan hutang dan melalui laba daripada menerbitkan saham baru.


(27)

Pertumbuhan perusahaan ini kemudian terkendala oleh besarnya modal hutang yang tersedia serta oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

6. Inflasi.

Dalam periode inflasi, idealnya ketika aktiva tetap mulai rusak dan ketinggalan jaman, dana yang dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena dana peralatan yang setara terus naik, dana depresiasi tidak mencukupi. Ini menuntut agar laba ditahan, yang mengimplikasi bahwa deviden terkena pengaruh kurang menguntungkan.

2.1.4 Return On Investment

Menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) salah satu pengukuran profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi adalah dengan ‘tingkat pengembalian atas investasi’ (return on investment – ROI ), atau ‘tingkat pengembalian atas aktiva’ (return on asset – ROA ) dengan rumus :

���������ℎ������ℎ����� �����������

Return on Investment (ROI) adalah rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur kinerja. Return on Investment mengukur seberapa efektif penggunakan modal yang diinvestasikan untuk mendapat keuntungan (Hilton, 2002:562).

Menurut Halim (2007:157) Return On Investment merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola asset dan equity yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan


(28)

kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula efektivitas penggunaan asset.

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada “Standar Akuntansi Keuangan” paragraf 69 yang menyatakan bahwa : “Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja” (2007:13) Harga saham mengiktisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik keadaan kinerja suatu perusahaan. Peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey et al, 2007:46). Para investor membeli saham atas dasar kekuatan laba. Salah satu sifat utama menentukan laba yang dihasilkan perusahaan adalah dengan menggunakan laba yang dapat dihasilkan oleh asset (Brealey et al, 2007:164).

Dari uraian diatas dapat dapat disimpulkan perusahaan yang melaporkan tingkat penghasilan yang tinggi biasanya mengalami kenaikan harga saham karena investor akan menaikkan ekspektasi mereka terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sebaliknya, perusahaan yang gagal memenuhi ekspektasi investor akan mengalami penurunan harga saham.

2.1.5 Saham

Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:6) adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price) selama satu tahun.


(29)

2.1.5.1 Jenis – Jenis Saham

Saham dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:7) yakni :

1. Saham atas unjuk (bearer stock), yaitu jenis saham yang tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. 2. Saham atas nama (registered stock), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa

nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada

posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Umumnya saham yang lebih diminati masyarakat adalah saham biasa.

4. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham prefen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan tetapi saham ini memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen yang diutamakan terlebih dahulu.

2.1.5.2 Penilaian Harga Saham

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.


(30)

Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).

Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan yaitu

1. Apabila harga saham melampaui nilai intrinsik saham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal). Dalam situasi seperti ini, investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual sahamnya tersebut.

2. Apabila harga saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam berada kondisi keseimbangan. Dalam situasi seperti ini sebaiknya investor tidak melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham.

3. Apabila harga saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para investor, saham yang undervalued ini sebaiknya dibeli atau dipertahankan apabila saham tersebut telah dimilikinya, karena kemungkinan besar akan terjadi lonjakan saham di masa yang akan datang.

Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental (Halim, 2005:21), antara lain :

1. Pendekatan Dividen

Dalam pendekatan ini, harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value -PV) dari proyeksi dividen yang akan diterima investor.


(31)

Model dasar perhitungan harga saham dengan pendekatan ini adalah sebagai berikut :

Po =

��

(1+�)�

�=1

=

1 (1+�)1

+

�2

(1+�)2

+ … +

��

(1+�)�

Keterangan :

Po = harga saham pada periode 0

Dt = dividen yang diterima pada periode t i = tingkat pengembalian yang diminta a) Dividen dengan jumlah tetap (zero growth)

Diasumsikan tingkat pertumbuhan diukur dengan tingkat kenaikan dividen yang diharapkan, dan jika pertumbuhannya di masa mendatang nol, dividen yang akan dibayarkan sama setiap tahun hingga tahun ke-t, maka harga saham dapat dirumuskan sebagai berikut :

Po =

b) Dividen dengan pertumbuhan normal (normal growth)

Dari tahun ke tahun, perusahaan selalu berupaya agar laba dan dividen akan tumbuh seperti yang direncanakan. Tingkat pertumbuhan tersebut diharapkan terus berlanjut pada tingkat yang sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (produk nasional bruto), dan bahkan dapat lebih tinggi dari pertumbuhan tersebut.


(32)

Oleh karena itu, rumus umum besarnya dividen per tahun dengan pertumbuhan normal dapat dinyatakan sebagai berikut :

=

0

(1 +

)

Keterangan :

dn = besarnya dividen pada tahun ke-n

d0 = besarnya dividen pada tahun ke-0 (tahun sebelum pembayaran dividen saat ini)

n = periode waktu pembayaran dividen g = pertumbuhan pembayaran dividen 2. Pendekatan Price Earnings Ratio (PER)

Pendekatan ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan, sehingga PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PER =

�0

���1

atau PER =

(1−��)

(�−�)

Keterangan :

P0 = harga saham yang layak dibeli EPS1

RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (retention ratio) = laba per saham (earning per share) tahun mendatang


(33)

g = pertumbuhan dividen 2.2 Penelitian Terdahulu

Mashurdin (2003) dengan judul “Pengaruh Dividen per Lembar Saham dan Tingkat Kesehatan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Analisis data dilakukan dengan pendekatan korelasi dan regresi dengan menggunakan SPSS, sebelumnya dilakukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas, uji homoskedastisitas, uji multikolinearistas, dan uji autokorelasi. Hasil pengujian menunjukkan terdapat hubungan antara dividen perlembar saham dan tingkat kesehatan perusahaan dengan harga saham pada perusahaan go public, demikian juga halnya terdapat hubungan dividen per lembar saham dan tingkat kesehatan perusahaan secara bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan go public di Indonesia.

Harahap (2011) dengan judul “Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen Dan Dividen Per Lembar Saham Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis pengaruh DPR dan DPS terhadap harga saham adalah metode analisis statistik regeresi linier berganda.Hasil penelitian adalah bahwa dari seluruh variabel independen yaitu rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) berpengaruh terhadap harga saham.

Miranda (2011) dengan judul “Pengaruh Earning Per Share, Dividen Per Share, dan Financial Leverage Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food & Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian tersebut menggunakan uji statistic regresi linier berganda dengan alat SPSS versi 19.


(34)

Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa variabel Earning Per Share, Dividen Per Share, dan Financial Leverage secara simultan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food & beverage namun secara parsial hanya variabel Earning Per Share saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Abadi (2012) dengan judul “Analyze the impact of financial variables on stock prices of Tehran Stock Exchange companies”. Penelitian tersebut menggunakan uji statistic regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa variabel ROI dan volume penjualan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek Tehran sedangkan margin laba kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran .

Ramlawati (2011) dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bei”. Penelitian tersebut menggunakan uji statistik regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa variabel EPS, PBV, ROI, dan DER secara simultan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI (2005-2009), namun hanya EPS dan PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan ROI dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI (2005-2009).


(35)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Di dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel bebas yang dianggap memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan sebagai variabel terikat. Kedua variabel bebas tersebut adalah dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI) .

Dividend per share adalah rasio yang menunjukkan berapa bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen untuk setiap lembar saham. Ketika dividen naik, investor akan menjadi yakin akan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dikarenakan peningkatan dividen mensinyalkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat melakukan peningkatan pada pembayaran dividen. Karena itu, tidak mengejutkan, ketika kita menemukan bahwa pengumuman pemotongan dividen biasanya dianggap sebagai berita buruk (harga saham turun) dan peningkatan dividen biasanya dianggap sebagai berita baik (harga sama naik) (Brealey et.al,2007:51).

Return on Investment (ROI) adalah rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur kinerja. Return on Investment mengukur seberapa efektif penggunakan modal yang diinvestasikan untuk mendapat keuntungan (Hilton, 2002:562). Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula efektivitas penggunaan asset Halim (2005:157).


(36)

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada “Standar Akuntansi Keuangan” paragraf 69 yang menyatakan bahwa : “Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja” (2007:13). Para investor membeli saham atas dasar kekuatan laba. Salah satu sifat utama menentukan laba yang dihasilkan perusahaan adalah dengan menggunakan laba yang dapat dihasilkan oleh asset (Brealey, et al, 2007:164). Harga saham mengiktisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik keadaan kinerja suatu perusahaan. Peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey et al, 2007:46).

Dari pernyataan – pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang investor akan percaya kepada perusahaan yang mampu menunjukkan kinerja yang baik melalui tingkat profitabilitas (ROI) yang tinggi, sehingga bersedia menanamkan sejumlah dana dalam perusahaan tersebut dengan memiliki sahamnya. Jika dihubungkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah tingkat ROI yang tinggi akan mengakibatkan kenaikan saham. Sedangkan, apabila tingkat ROI rendah investor menilai bahwa perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang kurang baik maka para investor kurang berminat dengan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, sehingga terjadi penurunan harga saham.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh Dividen Per Share (DPS) dan Return On Investment (ROI) terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(37)

Sumber :Brealey et al (2007) Hilton (2002)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Dividend Per Share dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankandi Bursa Efek Indonesia”.

Dividend Per Share (X1)

Return On Investment (X2)


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Rochaety et al, 2009:17).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet dengan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variabel), yang terdiri dari dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI).

2. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(39)

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI) perusahaan perbankan pada tahun 2009-2011.

2. Data harga saham penutupan akhir tahun perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Mendefenisikan konsep secara operasional adalah “menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen – elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian” (Erlina,2011:48). Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif dengan variabel dependen. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable dari penelitian ini adalah:

1. Dividend Per Share (�1)

Dividend per share merupakan besar dividen yang dibagikan untuk setiap lembar saham. Secara sistematis DPS dapat dirumuskan sebagai berikut :

DPS = dividen kas

jumlah saham beredar

2. Return On Investment (�2)

Adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang


(40)

ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir 2007 : 89). Data yang diambil adalah return on investment (ROI) perusahaan perbankan mulai tahun 2009 sampai 2011.

ROI =���� ����� ℎ������ ℎ�����

����� ������

b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang digunakan adalah harga saham masing-masing perusahaan. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) tiap akhir tahun.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran merupakan pemberian tanda berupa angka atau simbol untuk suatu fenomena empiris dengan satu atau beberapa kriteria tertentu (Erlina, 2011:47)

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Variabel Jenis

Variabel

Nama Variabel

Defenisi Operasional Skala

Independen Dependen Dividend Per Share Return On Investment Harga Saham

Dividend per share merupakan besar

dividen yang dibagikan untuk setiap lembar saham.

Adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

Harga saham perusahaan perbankan dihitung dari harga saham penutupan (closing price) tiap akhir tahun

Rasio

Rasio


(41)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011, yang berjumlah 31 emiten sebagai berikut :


(42)

Tabel 3.2

Nama – Nama Perusahaan Perbankan No Kode

Emiten

Nama Perusahaan Terdaftar

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk 08 Agustus 2003

2 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk 15 Juli 2002

3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04 Oktober 2007 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Januari 2008

5 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000

6 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006

7 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 Nov 1996

8 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001

9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10 Nov 2003

10 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 17 Des 2009

11 BCIC Bank Mutiara Tbk 25 Juni 1997

12 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Des 1989 13 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 13 Juli 2001 14 BJBR Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk 08 Juli 2010

15 BKSW Bank Kesawan Tbk 21 Nov 2002

16 BMRI Bank Mandiri Tbk 14 Juli 2003

17 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Des 2009

18 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 Nov 1989

19 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Nov 1989

20 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990

21 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13 Des 2010

22 BSWD Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002

23 BTPN Bank Tabungan Pesiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008 24 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 25 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29 Agustus 1990 26 MAYA Bank Mayapada InternasionalTbk 29 Agustus 1997 27 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 03 Juli 2007

28 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000

29 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20 Oktober 1994

30 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Des 1982

31 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Des 2006 Sumber: www.idx.co.id

Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012

2. Perusahaan perbankan yang melakukan pembayaran dividen dan menyediakan laporan keuangan selama periode tahun 2009 – 2012.


(43)

3. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan harga saham selama periode tahun 2010 – 2012.

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Perusahaan Sampel

No Keterangan Jumlah

1 Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009 –

2012

31

2 Jumlah perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen dan tidak menyediakan laporan keuangan selama periode tahun 2009 – 2012.

(14)

3 Perusahaan perbankan yang tidak

mempublikasikan harga saham selama periode tahun 2010 – 2012.

0

Jumlah perusahaan sampel 17 Tabel 3.4

Sampel Penelitian No Kode

Emiten

Nama Perusahaan Terdaftar

1 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000

2 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006

3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 Nov 1996

4 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001

5 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10 Nov 2003

6 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 17 Des 2009

7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Des 1989 8 BJBR Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk 08 Juli 2010

9 BMRI Bank Mandiri Tbk 14 Juli 2003

10 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Des 2009

11 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 Nov 1989

12 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Nov 1989

13 BSWD Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002

14 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 15 MAYA Bank Mayapada InternasionalTbk 29 Agustus 1997

16 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000

17 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Des 2006 Sumber: www.idx.co.id


(44)

3.7 Jenis Data

Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah “data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro, 2009:148). Data sekunder yang digunakan dalam penelitianini adalah data sekunder kuantitatif berupa laporan keuangan yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh dan Bursa Efek Indonesia. 3.9 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut:

3.9.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah kegiatan mengumpulkan dan mengelompokkan data mentah untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif (Kuncoro, 2009:192). Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan dan mengelompokkan data yang diperoleh, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.


(45)

3.9.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dividend per share dan return on investment terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu: Yi,t = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

+ e

Yi,t

a = Konstanta

= Harga saham perusahaan i pada tahun t

X1 X

= Dividend Per Share (DPS)

2

b

= Return On Investment (ROI)

1 = Koefisien regresi variabel X b

1

2 = Koefisien regresi variabel X e = Standard error

2

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar mendapatkan perkiraan yang efisien dan tidak bias maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau


(46)

mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada pada suatu garis lurus (Rochaety et.al, 2009:104).

Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain: a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 H

= data residual berdistribusi normal

a

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) > taraf nyata (α), maka H

= data residual tidak berdistribusi normal

0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka Ha

b. Pendekatan Histogram

diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa


(47)

residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas (Nugroho, 2005:63) jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.Apabila signifikansi > dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan


(48)

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Erlina, 2011:106). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan the Breusch-Godfrey (BG) test. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian the Breusch-Godfrey (BG) test dengan ketentuan bila variabel auto (lag) menunjukkan probabilitas signifikan di atas 005 berarti data tidak terkena autokorelasi.

4. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresiditemukan adanya korelasi antara veriabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinieritas b. Bila VIF< 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.9.4 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana � ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya


(49)

berada dalam daerah dimana � diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a. H0:b1

b. H

=�2=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI) terhadap harga saham.

a

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H

: minimal satu �≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari dividend per share (DPS) dan return on investment (ROI) terhadap harga saham.

0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitungdan nilai Ftabel.

a. H

Dimana kriterianya, yaitu:

0 diterima jika Fhitung < Ftabel b. H

pada α = 5% a diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%


(50)

2.Uji Signifikansi Parsial (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Dividend Per Share (DPS) H0

H

:b1 = 0, artinya dividend per share (DPS) tidak berpengaruh yang signifikan

terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

0

b. Return On Investment (ROI)

:b1≠0,artinya dividend per share (DPS) berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

H0

H

:b2 = 0, artinya return on investment (ROI) tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

0

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H :b2≠0,artinya return on investment (ROI) berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

0

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t< 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel

1. H

. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

0 diterima jika- ttabel< thitung < ttabel 2. H

pada α = 5%


(51)

3. Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R

)

2

(koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat tabel berikut:


(53)

Tabel 4.1

Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh 1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum

10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia

1988 – 1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat 2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal

16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas

Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ

22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)

10 November 1995

Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya

2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)


(54)

02 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

Sumber : www.idx.co.id

Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-indeks tersebut adalah:

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.

IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).

2. Indeks Sektoral

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing -masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor


(55)

Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3. Indeks LQ45

Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

4. Jakarta Islmic Index (JII)

Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 5. Indeks Kompas100

Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

6. Indeks BISNIS-27

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.


(56)

7. Indeks PEFINDO25

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.

8. Indeks SRI-KEHATI

Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.

9. Indeks Papan Utama

Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama.


(57)

10.Indeks Papan Pengembangan

Mengguankan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan.

11.Indeks Individual

Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. 4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan Di Indonesia 1. PT Bank Central Asia

PT. Bank Central Asia, Tbk secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari

1957 dengan nama Bank Central Asia NV.

yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.

BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis pada tahun 2002. Farindo Investment, Ltd yang berbasis di memperkokoh tradisi regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.

2. PT Bank Bukopin

Bank Bukopin sejak berdiri tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang


(58)

masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer.

Dengan struktur permodalan yang semakin kokoh sebagai hasil pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) pada bulan Juli 2006, Bank Bukopin terus mengembangkan program operasionalnya dengan menerapkan skala prioritas sesuai strategi jangka pendek yang telah disusun dengan matang. Penerapan strategi tersebut ditujukan untuk menjamin dipenuhinya layanan perbankan yang komprehensif kepada nasabah melalui jaringan yang terhubung secara nasional maupun internasional, produk yang beragam serta mutu pelayanan dengan standar yang tinggi.

Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur keuangan yang kokoh, sehat dan efisien. Keberhasilan membangun kepercayaan tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh memberi hasil terbaik secara berkelanjutan.

3. PT Bank Negara Indonesia

BNI didirikan pertama kali pada tanggal 5 Juli 1946. BNI merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak


(59)

pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) pada tahun 1992, sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi


(60)

'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing. BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.

BNI memiliki total asset sebesar Rp333,3 triliun dan mempekerjakan lebih dari 24.861 karyawan pada akhir tahun 2012. Untuk melayani nasabahnya, BNI mengoperasikan jaringan layanan yang luas mencakup 1.585 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 8.227 unit ATM milik sendiri, 42.000 EDC serta fasilitas Internet banking dan SMS banking.

4. PT Bank Nusantara Parahyangan

PT Bank Nusantara Parahyangan didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat dihadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan jasa perbankannya lebih luas dan dapat


(61)

membidik sektor ekonomi yang lebih besar lagi, sekaligus berganti nama menjadi PT Bank Nusantara Parahyangan.

Bank BNP melengkapi ijin operasionalnya dengan ijin sebagai Bank Devisa untuk melayani ragam transaksi dan akses perdagangan yang lebih luas khususnya untuk transaksi valuta asing dan perdagangan luar negeri melalui transaksi ekspor dan impor. Tahun 2000, berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dengan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham.

Dengan tujuan untuk memperkuat struktur permodalan Bank BNP, maka pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas I (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham. Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada

dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan Bank BNP, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP. Selanjutnya per 31 Desember


(1)

mpiran 4

Data DPS, ROI Dan Harga Saham

Dengan Penaksiran Melalui Pembobotan

(

Weighted

) (

Generalized Least Square

)

Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2009-2011

sqrtdps

Sqrtroi

Sqrthrgshm

10

0.1549

80

12.3693

0.1871

89.4427

10.6771

0.1949

95.9166

4.3589

0.1208

25.4951

5.4772

0.1273

24.0832

4.5826

0.1367

24.6982

4.1231

0.1304

62.2495

6.8557

0.1581

61.6441

8.124

0.1703

61.2372

0

0.101

35.0714

0

0.1225

36.0555

3.3166

0.1237

36.0555

14.6629

0.1931

72.4569

13.3417

0.2154

82.1584

8.3666

0.222

83.3667

0

0.1212

40.4969

3.873

0.1432

34.7851

5.5678

0.1425

38.3406

9.5394

0.1225

75.4983

9.5394

0.167

64.0312

10.9545

0.1612

74.8331

0

0.18

38.0789


(2)

7.746

0.1628

32.4037

10.3923

0.1732

80.6226

10.9545

0.1844

82.1584

11

0.1844

88.3176

1.7321

0.1414

12.8062

1.7321

0.1212

11.5326

1.7321

0.1453

12.7279

3.6056

0.1449

43.7035

0

0.1658

34.9285

2.8284

0.1688

33.1662

1.7321

0.0361

27.9285

0

0.0922

20.4939

0

0.1054

19.8746

4.4721

0.1879

24.4949

4.899

0.1712

24.4949

4.7958

0.1913

39.4968

3

0.1049

12.6491

0

0.1308

11.3578

0

0.1628

10.7703

1

0.0949

36.4692

0

0.1105

37.8153

0

0.1439

52.915

0

0.133

56.3471

0

0.1565

59.1608

12.53

0.1513

57.8792

2.2361

0.1552

17.0294


(3)

3

0.1732

25.2982

Lampiran 5

HASIL PENGOLAHAN SPSS


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 16.10746487 Most Extreme

Differences

Absolute .124

Positive .124

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .888

Asymp. Sig. (2-tailed) .410


(5)

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.647 11.061 1.234 .223

Sqrtdps 3.868 .646 .684 5.985 .000

Sqrtroi 82.175 81.120 .116 1.013 .316

a. Dependent Variable: Sqrthrgshm

Model Summaryb

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1.091 5.710 -.191 .849

Sqrtdps -.109 .347 -.058 -.314 .755 .660 1.514

Sqrtroi 11.191 42.651 .048 .262 .794 .662 1.510

Auto .030 .075 .060 .397 .693 .995 1.005

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.372 5.448 1.720 .092

SqrtDPS -.369 .312 -.200 -1.185 .242

SqrtROI 40.766 39.904 .173 1.022 .312


(6)

ANOVA

Model

b

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 17962.605 2 8981.303 33.232 .000a Residual 12972.521 48 270.261

Total 30935.127 50

a. Predictors: (Constant), sqrtroi, sqrtdps b. Dependent Variable: sqrthrgshm

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.849 10.940 1.266 .212

Sqrtdps 3.913 .626 .696 6.252 .000

Sqrtroi 80.178 80.127 .111 1.001 .322


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

1 43 69

Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 47 83

Pengaruh Return On Equity dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

1 15 141

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, RETURN ON INVESTMENT, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 24

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN EARNINGS PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013.

0 2 14

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2007.

0 0 10

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), EARNING PER SHARE (EPS), dan DEVIDEN PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 86

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 85

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), EARNING PER SHARE (EPS), dan DEVIDEN PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23