Kepadatan Populasi indm KESIMPULAN DAN SARAN

3.2 Kepadatan Populasi indm

2 , Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Ikan pada setiap Stasiun Penelitian Dari data yang diperoleh, setelah dianalisis didapatkan nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK ikan pada setiap stasiun penelitian, seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Kepadatan Populasi indm 2 , Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Ikan pada setiap Stasiun Penelitian Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 K KR FK K KR FK K KR FK K KR FK Ambasis sp. 3,77 18,6 16,7 6,13 16,5 33,3 3,3 12,3 23,3 4,25 16,7 23,3 Arius sp. 2,83 14,0 16,7 - - - 2,83 10,5 16,7 - - - Butis sp. - - - 2,36 6,3 10 1,89 7 13,3 - - - Doryichthys sp. - - - - - - - - - 1,89 7,4 10 Drepane sp. - - - 3,77 10,1 20 4,25 15,8 26,7 - - - Epinephelus sp. - - - 2,83 7,6 13,3 - - - - - - Gerres sp. 3,77 18,6 26,7 2,83 7,6 20 - - - 3,3 13 16,7 Johnius sp. - - - 4,25 11,4 26,7 - - - - - - Mugil sp. 3,77 18,6 26,7 3,77 10,1 23,3 5,19 19,3 26,7 4,72 18,5 33,3 Periophthalmus sp. 1,89 9,3 13,3 2,36 6,3 13,3 1,89 7 13,3 2,36 9,3 10 Scatophagus sp. - - - 3,77 10,1 20 4,25 15,8 23,3 Terapon sp. 4,25 21,0 26,7 5,19 13,9 33,3 3,3 12,3 20 5,19 20,4 33,3 Tetraodon sp. - - - - - - - - - 3,77 14,8 16,7 ∑ Jenis 6 10 8 7 Total 20,28 100 123,3 37,27 100 213,3 26,89 100 163,3 25,48 100 143,3 Keterangan: Stasiun 1 = Daerah Pariwisata Stasiun 2 = Daerah Mangrove Stasiun 3 = Muara Sungai Stasiun 4 = Pembuangan Limbah Pada tabel di atas terlihat bahwa, pada stasiun 1, Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK yang tertinggi didapat pada jenis Terapon sp. yaitu masing-masing 4,25 indm 2 , 21,4, 26,7. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang mendukung pertumbuhan dari ikan jenis Terapon sp. Stasiun ini memiliki substrat dasar yang berpasir yang sesuai dengan habitat jenis ini. Selain itu, kondisi salinitas cukup mendukung bagi ikan jenis ini. Menurut World Journal of Fish and Marine Sciences 2010 ikan Terapon umum ditemukan pada perairan yang memiliki kadar salinitas pada kisaran 15 - 34,1‰. Hal ini juga sesuai dengan http:www.fishforum.compost 89386-3, diakses tanggal 17 Mei 2011 yang menyatakan bahwa ikan dari jenis Terapon sp. hidup pada substrat dasar yang berpasir. Sedangkan nilai K, KR, FK terendah didapat pada jenis Periophthalmus sp. Universitas Sumatera Utara masing-masing 1,89 indm 2 , 9,5 dan 13,3. Menurut Fish Base ikan jenis Periophthalmus sp. ini hidup di kisaran salinitas antara 9 o oo - 19 o oo Fish Base sehingga kondisi habitat ini kurang sesuai untuk jenis ikan ini. Ikan jenis ini hidup pada substrat berlumpur dan sering kali berada pada pinggir pantai dan berada di luar air. Pada stasiun 2, nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK yang tertinggi didapat pada jenis Ambasis sp. yaitu masing- masing 6,13 indm 2 , 16,5, 33,3. Hal ini disebabkan kondisi faktor fisik kimia seperti suhu, pH, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, salinitas dan DO yang mendukung pertumbuhan dari ikan jenis Ambasis sp. Ikan jenis ini biasanya dapat hidup dengan baik pada kawasan mangrove. Nontji 1983, hlm: 56, menyatakan bahwa ikan dari jenis Ambasis sp. merupakan ikan yang umum ditemukan pada kawasan mangrove dengan dasar lumpur. Sedangkan nilai K, KR, FK terendah didapat pada jenis Butis sp masing-masing 2,36 indm 2 , 6,3 dan 10. Rendahnya nilai K, KR, FK disebabkan ikan jenis ini hidup pada kisaran pH antara 7,0-8,0 Fish Base. Ikan jenis ini hidup pada habitat dasar perairan, ikan ini juga bersifat predator dan hidup soliter. Menurut Rifai et al 1983 jenis ikan yang di peroleh dalam jumlah sedikit umumnya merupakan predator yang hidupnya soliter atau terpisah-pisah dan tidak membentuk gerombolan. Pada stasiun 3, nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK yang tertinggi didapat pada jenis Mugil sp. yaitu masing- masing 5,19 indm 2 , 19,3, 26,7. Hal ini disebabkan ikan jenis Mugil sp. memiliki kisaran toleransi yang cukup luas terhadap salinitas. Mugil yang berukuran lebih besar sering ditemukan pada salinitas rendah atau air payau salinitas kurang dari 5,0 o oo dan air tawar Chubb et al. 1981. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitten et al dalam Siahaan 2006, yang menyatakan ikan dari jenis Mugil sp. belanak merupakan ikan yang hidup pada perairan yang lebih dalam, tetapi sering juga didapatkan pada muara sungai atau daerah mangrove, karena daerah ini sering dijadikan sebagai tempat mencari makan, berlindung dan juga memijah, serta tempat mencari makan. Selanjutnya dijelaskan bahwa ikan belanak ini memiliki kisaran toleransi cukup luas Universitas Sumatera Utara terhadap kondisi lingkungan, dan tidak terpengaruh arus air yang cepat serta memiliki aktivitas yang relatif rendah. Sedangkan nilai K, KR, FK terendah didapat pada jenis Periophthalmus sp. dan Butis sp. masing-masing 1,89 indm 2 , 7 dan 13,3. Pada jenis Periophthalmus sp. sedikit tertangkap karena kondisi salinitas yang tidak sesuai dengan habitatnya yang berada pada kisaran salinitas 9 o oo - 19 o oo Fish Base. Dan pada jenis Butis sp. merupakan ikan predator yang hidup soliter, menurut Rifai et al 1983 menyatakan jenis ikan yang di peroleh dalam jumlah sedikit umumnya merupakan predator yang hidupnya soliter atau terpisah-pisah dan tidak membentuk gerombolan. Pada stasiun 4, nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK yang tertinggi didapat pada jenis Terapon sp. yaitu masing- masing 5,19 indm 2 , 20,4, 33,3 . Hal ini disebabkan kondisi perairan yang mendukung pertumbuhan dari ikan jenis Terapon sp. Stasiun ini memiliki substrat dasar yang berpasir yang sesuai dengan habitat jenis ini. Selain itu, kondisi salinitas cukup mendukung bagi ikan jenis ini. Menurut World Journal of Fish and Marine Sciences 2010 ikan terapon umum ditemukan pada perairan yang memiliki kadar salinitas pada kisaran 15 - 34,1‰. Sedangkan nilai K, KR, FK terendah didapat pada jenis Doryichthys sp. masing-masing 1,89 indm 2 , 7,4 dan 10. Rendahnya nilai K, KR, FK dari jenis ini disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan ikan jenis. Ikan jenis ini umum hidup pada kisaran pH 7,0-8,0 dan salinitas pada kisaran 20-30‰. Ikan jenis ini merupakan ikan yang hidup di permukaan perairan yang tidak berarus deras dan pergerakannya juga sedikit terbatas pada makanannya yang berupa plankton. Dari seluruh jenis ikan yang didapat, terdapat beberapa jenis yang hanya terdapat pada stasiun 2 sebagai kontrol, yaitu Johnius sp. dan Epinephelus sp. Ikan ini dapat hidup baik pada daerah mangrove dengan substrat lumpur. Kedua jenis ikan ini merupakan ikan juvenil yang umum hidup pada daerah mangrove dengan kisaran salinitas antara 10-23‰ dan juga umum hidup pada suhu 22-30 o C. Dan daerah mangrove dapat mendukung kehidupan dari ikan jenis ini dengan kondisi faktor fisik yang diperoleh di lapangan. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan jenis ikan yang terdapat pada keempat stasiun penelitian adalah Ambasis sp., Mugil sp., dan Terapon sp., hal ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki kisaran toleransi yang cukup luas terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan, baik di daerah pariwisata, mangrove, muara sungai maupun pembungan limbah. Dan keadaan ini juga menunjukkan bahwa pada setiap stasiun penelitian masih dapat mendukung kehidupan keempat jenis ikan ini. Rifai et al 1983, hlm:15, menyatakan bahwa ikan merupakan organisme aquatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan, terutama yang diakibatkan oleh pembuangan limbah cair atau padat ke badan air sebagai hasil aktifitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Limbah-limbah bahan buangan yang duhasilkan oleh berbagai aktifitas manusia tersebut mempengaruhi kehidupan dan penyebaran ikan dalam suatu perairan. Tabel 3.2.1 Nilai KR 15 dan FK 25 Ikan pada setiap Stasiun Penelitian Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 KR FK KR FK KR FK KR FK Ambasis sp. 16,5 33,3 Drepane sp. 15,8 26,7 Gerres sp. 18,6 26,7 Mugil sp. 19 26,7 19,3 26,7 18,5 33,3 Terapon sp. 21,4 26,7 20,4 33,3 Keterangan: Stasiun 1 = Daerah Pariwisata Stasiun 2 = Daerah Mangrove Stasiun 3 = Muara Sungai Stasiun 4 = Pembuangan Limbah Keberadaan ikan pada keempat stasiun berdasarkan nilai KR 15 dan FK25 didapatkan pada stasiun 1 sebanyak 3 jenis yaitu Gerres sp. dengan KR sebesar 18,6, FK 26,7 Mugil sp. dengan KR sebesar 19, FK 26,7 dan Terapon sp. dengan KR sebesar 21,4, FK 26,7. Pada stasiun 2 sebanyak 1 jenis yaitu Ambasis sp. dengan KR sebesar 16,5 dan FK 33,3. Pada stasiun 3 sebanyak 2 jenis yaitu Drepane sp. dengan KR sebesar 15,8, FK 26,7 dan Mugil sp. dengan KR sebesar 19,3, FK 26,7. Pada stasiun 4 sebanyak 2 jenis yaitu Mugil sp. dengan KR sebesar 18,5, FK 33,3 dan Terapon sp. dengan KR sebesar 20,4, FK 33,3. Menurut Suin 2002 apabila didapatkan nilai KR 15 dan FK25 dari suatu Universitas Sumatera Utara organisme pada suatu habitat menunjukkan bahwa habitat tersebut sangat baik untuk kehidupan dan perkembangbiakannya.

3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan pada masing-masing Stasiun Penelitian