Indeks Similaritas IS Analisis Korelasi

jika nilai mendekati 0 berarti keseragaman rendah karena ada jenis yang mendominasi. Nilai keanekaragaman dan keseragaman suatu organisme pada suatu habitat sangat ditentukan oleh jumlah jenis dan jumlah individu dari masing-masing jenis pada suatu area Odum, 1996, hlm:428.

3.4 Indeks Similaritas IS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh nilai Indeks Similaritas IS seperti pada tabel 3.4 Tabel 3.4 Nilai Indeks Similaritas IS pada masing-masing Stasiun Penelitian Stasiun 1 2 3 1 - - - 2 0,625 - - 3 0,571 0,777 - 4 0,769 0,588 0,533 Keterangan: Stasiun 1 = Daerah Pariwisata Stasiun 2 = Daerah Mangrove Stasiun 3 = Muara Sungai Stasiun 4 = Pembuangan Limbah Dari tabel 3.4 diketahui nilai Indek Similaritas pada seluruh stasiun berkisar antara 0,533-0,777 yang termasuk dalam kategori mirip dan sangat mirip. Nilai Indeks Similaritas sangat mirip didapat antara stasiun 2 dengan stasiun 3 dan antara stasiun 1 dengan stasiun 4., sedangkan kriteria mirip didapat antara stasiun 1 dengan stasiun 2, antara stasiun 1 dengan stasiun 3, antara stasiun 2 dengan stasiun 4 dan antara stasiun 3 dengan stasiun 4. Kemiripan ini karena faktor ekologis dan faktor fisik kimia yang tidak jauh berbeda pada setiap stasiun. Kondisi yang hampir sama ini menyebabkan terdapat kesamaan spesies ikan antara stasiun tersebut. Dari nilai IS pada antara keempat stasiun menunjukkan bahwa perbedaan kondisi perairan turut mempengaruhi keberadaan dan kepadatan ikan pada suatu perairan. Universitas Sumatera Utara

3.5 Faktor Fisik Kimia Perairan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masing-masing stasiun diketahui nilai faktor fisik kimia perairan seperti pada tabel 3.5 sebagai berikut: Tabel 3.5 Nilai Faktor Fisik Kimia Perairan Pada Masing-Masing Stasiun Penelitian No Parameter Stasiun 1 2 3 4 1 Temperatur o C 27 29 26 30 2 Penetrasi Cahaya cm 20 13 28 15 3 Intensitas Cahaya Lux 46900 7500 32800 28300 4 pH 8,1 7,6 7,3 8,9 5 Salinitas o oo 32 20 7 29 6 DOmgl 6,2 6 6,2 5,5 7 BOD 5 mgl 1,6 2,2 1,8 1,1 8 Kejenuhan Oksigen 78,88 78,53 77,60 73,30 Keterangan: Stasiun 1 = Daerah Pariwisata Stasiun 2 = Daerah Mangrove Stasiun 3 = Muara Sungai Stasiun 4 = Pembuangan Limbah Dari Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa faktor-fisik kimia setiap stasiun yang mempengaruhi kehidupan organisme suatu perairan. Dari data juga terlihat jumlah setiap faktor fisik kimia ada perbedaan pada setiap stasiun. Oleh karena itu perbedaan faktor-fisik kimia disetiap perairan juga akan mempengaruhi kehidupan organismenya.

3.5.1 Temperatur

Dari penelitian yang telah dilakukan nilai temperatur temperatur yang diperoleh pada seluruh stasiun berkisar antara 26 o C-30 o C, dan temperatur tertinggi adalah stasiun 4 dengan nilai yaitu 30 o C. Sedangkan temperatur terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai yaitu 26 o C. Hal ini disebabkan pada stasiun 3 merupakan daerah estuaria, dimana pada saat arus surut air yang mendominasi adalah air tawar, sehingga temperatur pada daerah estuaria lebih bervariasi, dimana air lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Universitas Sumatera Utara Menurut Sutisna Sutarmanto 1995, hlm: 49, menyatakan kisaran suhu yang baik bagi ikan adalah antara 25 C-30 C. Kisaran suhu ini umumnya berada di daerah tropis. Suhu perairan sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Suhu air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh an berkembang dengan baik. Suhu air yang cocok untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah berkisar 25 C-30 C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5 C. Menurut Barus 2004, hlm: 45, pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.

3.5.2 Penetrasi Cahaya

Dan nilai penetrasi cahaya yang diperoleh berkisar antara 13-28 cm. Dimana penetrasi cahaya tertinggi didapat pada stasiun 3 sebesar 28 cm dan penetrasi cahaya terendah didapat pada stasiun 2 sebesar 13 cm. Hal ini disebabkan vegetasi pada stasiun 2 yang merupakan daerah mangrove sehingga akan mengurangi penetrasi dari cahaya matahari dan tingkat kekeruhan yang tinggi pada daerah mangrove. Hal ini didukung oleh Suin 2002, hlm: 40, prinsip penentuan kecerahan air dengan menggunakan keping sechii adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu perairan, akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih, akan jauh batas pandangan tersebut. Menurut Tarumingkeng 2001, hlm: 37, antara penetrasi cahaya, dan intesitas cahaya saling mempengaruhi. Semakin maksimal intensitas cahaya, maka semakin tinggi penetrasi cahaya. Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan air laut, letak geografis dan musiman. Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Intensitas Cahaya

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai intensitas cahaya dengan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu dengan nilai yaitu 46900 lux. Hal ini disebabkan karena pada stasiun 4 daerah pembuangan limbah industri dan stasiun 1 daerah pariwisata daerah yang terbuka tanpa vegetasi sehingga cahaya matahari langsung masuk kedalam badan perairan tanpa ada penghalang. Sedangkan nilai intensitas yang terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai yaitu 7500 lux. Hal ini terjadi karena pada daerah stasiun 2 merupakan daerah mangrove sehingga cahaya matahari terhalangi oleh vegetasi mangrove. Cahaya merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan ikan. Cahaya dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator, membantu dalam penglihatan, proses metabolsme dan pematangan gonad. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari bagi kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan Rifai et al, 1983, hlm: 67

3.5.4 pH Air

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai pH pada seluruh stasiun berkisar antara 7,3-8,9 dan pH tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 8,9. Sedangkan nilai pH terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai yaitu pH 7,3. Tingginya pH pada daerah ini disebabkan oleh adanya berbagai macam aktivitas yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik yang selanjutnya akan mengalami penguraian. Dimana aktivitas dapat mempengaruhi nilai faktor fisik perairan terutama nilai pH. Menurut Barus 2004, hlm: 61, menjelaskan bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme berbagai senyawa logam berat terutama ion Aluminium. Universitas Sumatera Utara pH air sangat berpengaruh terhadap organisasi air, baik umbuhan maupun hewan yang hidup didalamnya. pH air dapat digunakan untuk menyatakan baik buruknya kondisi uatu perairan sebagai lingkungan hdup. Adapun pH air yang dapat menjadikan ikan dapat tumbuh secara optimal yaitu berkisar antara 6,5-9,0 Cahyono, 2000, hlm: 264.

3.5.5 Salinitas

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata salinitas berkisar antara 7-32 00, dan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai yaitu 32 00. Hal ini disebabkan karena pada stasiun 1 merupakan daerah pariwisata, dimana dengan adanya aktifitas masyarakat dapat meningkatkan kadar garam pada perairan tersebut. Sedangkan salinitas terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 7 00. Hal ini terjadi karena pada stasiun 3 merupakan daerah muara, sehingga pada waktu arus surut yang mendominan adalah air tawar. Nybakken 1994, hlm: 294, salinitas adalah banyaknya zat terarut dalan perairan. Zat terlarut itu meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Salinitas yang rendah dalam air laut biasanya merupakan akibat dari pencampuran dengan air sungai yaitu di muara-muara sungai Zottoli Connaughey, 1983, hlm: 173. Perbedaan salinitas dalam suatu perairan dapat mempengaruhi jenis-jenis ikan yang hidup didalamnya.

3.5.6 Oksigen Terlarut Disolved Oxygen

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata DO berkisar antara 5,5- 6,2 mgl, dan DO tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan 3 dengan nilai yaitu 6,2 mgl. Sedangkan DO terendah terdapat pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 5,5 mgl. Hal ini disebabkan karena stasiun 4 merupakan daerah pembuangan limbah industri, dimana adanya senyawa organik dan mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa ini dan tingginya suhu serata rendahnya penetrasi cahaya pada stasiun ini. Universitas Sumatera Utara Banyaknya oksigen terlarut melalui udara ke air tergantung pada luas permukaan air, suhu dan salinitas air, kekeruhan air, tingkat penetrasi cahaya dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti ganggang, sampah dan limbah industri. Oksigen yang berasal dari proses fotosintesis tergantung pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air. Kadar oksigen terlarut pada badan air tergenang dan mengandung banyak tumbuh-tumbuhan tinggi pada sore hari dan rendah malam hari. Tingginya kadar oksigen terlarut sore hari adalah karena oksigen dari hasil fotosintesis pada siang hari Suin, 2002, hlm: 58-59.

3.5.7 BOD

5 Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata BOD 5 berkisar antara 01,1-2,2 mgl, dan BOD 5 tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai yaitu 2,2 mgl. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa organik dan anorganik dalam badan perairan yang membutuhkan oksigen untuk menguraikannya. BOD terendah terdapat pada stasiun 4 yaitu 1,1 mgl. Menurut Barus 2004, hlm: 65, bahwa nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada suhu 20°C. Pengukuran BOD didasarkan pada kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat dalam limbah rumah tangga. Nilai konsentrasi BOD menunjukkan kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila konsumsi oksigen selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O 2 , maka perairan tersebut tergolong baik, dan apabila konsumsi oksigen berkisar antara 10 mgl O 2 akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumnya lebih besar dari 100 mgl.

3.5.8 Kejenuhan Oksigen

Dari penelitian yang telah dilakukan, pada saat pasang diperoleh nilai rata-rata kejenuhan oksigen berkisar antara 80,68-82,33, dan kejenuhan oksigen tertinggi Universitas Sumatera Utara terdapat pada stasiun 2 dengan nilai yaitu 82,33 . Sedangkan kejenuhan oksigen terendah terdapat pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 80,68. Pada saat surut diperoleh nilai rata-rata kejenuhan oksigen berkisar antara 73,30-78,88, dan kejenuhan oksigen tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai yaitu, 78,88. Sedangkan kejenuhan oksigen terendah terdapat pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 60,69. Nilai kejenuhan air menggambarkan keadaan oksigen yang terdapat di dalam badan air. Semakin tinggi nilai kelarutan oksigen maka semakin besar pula nilai kejenuhannya. Semakin tinggi nilai kejenuhan oksigennya maka semakin kecil defisit oksigen yang terdapat di dalam badan air tersebut dan sebaliknya. Menurut Barus 2004, hlm: 60, bahwa kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan berlangsung secara aerob artinya membutuhkan oksigen.

3.6 Analisis Korelasi

Nilai Korelasi yang diperoleh antar parameter fisik kimia perairan dengan keanekaragaman ikan dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut: Tabel 3.6 Nilai Korelasi yang diperoleh antar parameter fisik kimia perairan dengan Keanekaraaman Ikan yang didapatkan pada setiap Stasiun Penelitian Suhu Penetrasi Cahaya Salinitas pH DO Kejenuhan Oksigen BOD 5 H’ 0,352 -0,389 -0,405 -0,468 -0,111 0,092 0,653 Keterangan: = Berpengaruh nyata - = Korelas negatif Dari tabel analisis diatas, BOD 5 berpengaruh kuat terhadap keanekaragaman ikan, artinya BOD 5 memegang peranan penting dalam keanekaragaman ikan pada suatu perairan. Jika terjadi perubahan pada nilai BOD 5 maka akan terjadi perubahan terhadap keanekaragaman ikan. Nilai konsentrasi BOD menunjukkan kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila konsumsi oksigen selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O 2 , maka perairan tersebut tergolong baik, dan apabila Universitas Sumatera Utara konsumsi oksigen berkisar antara 10 mgl O 2 akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi Barus, 2004, hlm:65 Adanya bahan pencemar berupa senyawa organik dalam air akan sangat mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Oksigen sangat dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menguraikan senyawa organik yang terdpat dalam air baik secara biologis maupun kimiawi, sementara di sisi lain oksigen terlarut sangat sangat dibutuhkan oleh ikan untuk melakukan kegiaan metabulisme. Menurut Wardana 2004, hal: 90, kehidupan mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Air yang tidak mengandung oksigen tidak akan memberikan kehidupan bagi kehidupan mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennnya rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan buangan yang menguap. Makin banyak bahan buangan organik dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen terlarut di dalamnya. Universitas Sumatera Utara BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan