b. Pembiakan jamur
Jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah S. commune. Jamur tersebut diperoleh dari isolasi dari kayu dan dimurnikan untuk mendapatkan
biakan murni isolat yang siap dipakai untuk pengujian. Isolat tersebut menjadi bahan yang akan diinokulasi pada media PDA baru perlakuan yang telah
disiapkan .
c. Pengujian
a Contoh uji yang steril dan diketahui beratnya dimasukkan ke dalam gelas yang sudah berisi biakan fungi penguji. Sebelumnya diperiksa dahulu kalau biakan
fungi terkontaminasi atau tidak. Biakan fungi yang terkontaminasi harus diganti dan tidak digunakan untuk pengujian.
b Pengamatan dilakukan setelah 4 minggu. Contoh uji dibersihkan dari miselium dan diamati secara visual menurut kerusakan yang terjadi.
c Penilaian kerusakan dapat dilakukan menurut kondisi contoh uji mulai dari “utuh” sampai “hancur sama sekali”. Klasifikasi kerusakan dapat dibuat
menurut keperluan. d Contoh uji tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam.
Persentase kehilangan berat dihitung atas dasar selisih berat contoh uji sebelum dan sesudah diserang fungi.
d. Pernyataan pengujian pada jamur
Universitas sumatera utara
Pengamatan dilakukan setelah 4 minggu terhadap daya hidup dan intensitas serangan. Pengujian kayu terhadap fungi pelapuk didapat dengan
menghitung: a Penurunan berat dengan menggunakan rumus :
100
1 2
1
X W
W W
P −
=
Keterangan : P
= penurunan berat ; W1
= berat contoh uji sebelum diumpankan g; W2
= berat contoh uji sesudah diumpankan g. b Penentuan ketahanan kayu didasarkan atas beberapa kelas seperti Tabel 1
Tabel 1. Kelas Ketahanan Kayu Terhadap Fungi Kelas
Ketahanan Penurunan Berat
I Sangat Tahan
1 II
Tahan 1 – 5
III Agak Tahan
5-10 IV
Tidak Tahan 10-30
V Sangat Tidak Tahan
30 Sumber : SNI 01-7207-2006
Pengujian Fitokimia
Adapun prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan adalah :
a. Pengujian Steroida-Terpenoida
Timbang serbuk sebanyak 2-3 gram, masukkan kedalam beaker glass dan diekstraksi dengan 10 ml etanol dan dipanaskan selama 15 menit di atas penangas,
lalu saring. Ekstrak akan dipakai pada percobaan berikut : • Ekstrak sebanyak 1 ml ditambah dengan 3 tetes pereaksi Liebermann-
Burchard 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat, akan memberikan larutan warna hijau kebiru-biruan.
Universitas sumatera utara
• Ekstrak sebanyak 1 ml ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky H
2
SO
4
pekat, akan memberikan larutan warna merah pekat. • Ekstrak sebanyak 1 ml ditambah dengan 3 tetes CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10, akan memberikan larutan warna cokelat. Apabila salah satu pereaksi tersebut bereaksi + terhadap ekstrak sampel
berarti pada sampel terdapat senyawa steroida-terpenoida. Skema pengujian steroida-terpenoida dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Skema Pengujian Steroida-Terpenoida
b. Pengujian Saponin