BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak kulit buah manggis terhadap Enterococcus faecalis dilakukan untuk menemukan kadar minimal ekstrak
kulit buah manggis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis sampai akhirnya bakteri tersebut mati. Penelitian ini menggunakan 300 gram serbuk
simplisia yang diperkirakan cukup untuk mendapatkan ekstrak kental kulit buah manggis untuk pengujian daya hambat terhadap Enterococcus faecalis. Dalam
penelitian ini pengambilan ekstrak kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol teknis 70. Etanol teknis 70 dipilih sebagai cairan penyari karena
pelarut ini bersifat universal yang dapat menarik sebagian besar zat-zat aktif yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, dan
xanthone.
16
Ekstrak kulit buah manggis disuspensikan dalam media Trypticase Soy Broth TSB yang merupakan media standar yang digunakan untuk daya hambat dengan
metode difusi Kirby Bauer. TSB memiliki pH netral yaitu 7,3 sehingga efek antibakteri yang dihasilkan murni dari ekstrak kulit buah manggis itu sendiri, bukan karena
penambahan pelarut yang bersifat asam ataupun alkali yang kemungkinan dapat meningkatkan efek antibakterinya.
34
Ada tiga cara yang terdapat dalam metode difusi Kirby Bauer yang dapat digunakan dalam menemukan zona hambat suatu bahan
antibakteri, yaitu dengan menggunakan silinder, cakram kertas, dan sumuran hole pada media. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian daya hambat dari ekstrak kulit
buah manggis terhadap Enterococcus faecalis dengan cara membuat hole pada media. Dengan metode ini bahan coba dapat berdifusi dengan baik ke dalam media tempat
tumbuhnya bakteri dan berkontak langsung dengan bakteri sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan dapat diketahui kadar hambat minimum dari bahan coba yang
digunakan.
38,41
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap metode difusi Kirby Bauer yaitu konsentrasi senyawa dalam wadah harus dapat ditentukan, waktu difusi, dan
kemampuan difusi senyawa tersebut ke dalam media agar. Meskipun senyawa tersebut sangat berpotensi sebagai antimikroba tetapi bila tidak mampu berdifusi ke dalam media
akan menghasilkan diameter daerah hambatan yang sempit. Kecepatan pertumbuhan mikroba dan kecepatan difusi senyawa juga akan berpengaruh menghasilkan diameter
daerah hambatan yang sempit.
37
Dalam pengujian daya hambat, pada setiap konsentrasi bahan dilakukan replikasi sebanyak empat kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Penentuan nilai
daya hambat dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar hole dengan menggunakan jangka dan penggaris dengan ketelitian dalam
millimeter mm setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3,125, 1,562, 0,781, 0,39 terdapat daya
hambat terhadap pertumbuhan bakteri dan pada konsentrasi 0,195, 0,097, dan 0,048 sudah tidak ditemukan adanya zona hambat di sekitar hole.
Ekstrak kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis karena bahan aktif yang dimiliki oleh ekstrak kulit buah manggis
yaitu saponin, tanin, alkaloid, flavonoid, dan xanthone berefek terhadap bakteri sehingga ditemukan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri tersebut.
16,26
Data hasil penelitian ini kemudian dianalisa secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis, dan Mann-Whitney. Uji Shapiro-Wilk dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang dianalisa terdistribusi normal atau tidak dan hasil uji menunjukkan bahwa nilai p0,05 yang berarti data hasil penelitian tidak terdistribusi normal.
Kemudian analisa data dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan daya hambat pada seluruh kelompok perlakuan dan hasil uji menunjukkan bahwa nilai
p0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada seluruh kelompok perlakuan. Analisa data dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai p0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antar konsentrasi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri, dimana konsentrasi 3,125 menghasilkan daya
Universitas Sumatera Utara
hambat yang paling besar sementara konsentrasi 0,39 adalah daya hambat yang paling kecil atau konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan dari Enterococcus
faecalis. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit manggis maka semakin meningkat bahan aktif antibakteri yang terkandung dalam ekstrak. Selain itu,
kerusakan sel bakteri yang terjadi akibat daya hambat dari bahan antibakteri tidak dapat diimbangi dengan kemampuan perbaikan dari sel bakteri, sehingga bakteri menjadi lisis
dan jumlah koloni Enterococcus faecalis yang berhasil tumbuh semakin menurun.
26,35
Beberapa penelitian terhadap ekstrak kulit buah manggis juga telah dilakukan dengan mengujikannya pada bakteri lain. Penelitian aktivitas antifungal alpha-
mangostin yang terdapat pada kulit buah manggis terhadap Candida albicans dilakukan oleh Kaomongkolgit et al 2009 diperoleh KHM sebesar 1 mgml dan MFC
Minimum Fungicidal Concentration sebesar 2mgml.
16
Penelitian yang dilakukan oleh Tadtong et al 2009 terhadap Streptococcus mutans, P. gingivalis dan Streptococcus
pyogenes diperoleh KHM sebesar 0,01 mgml sedangkan pada Staphylococcus aureus diperoleh KHM sebesar 0,1 mgml.
15
Penelitian yang dilakukan oleh Sitaresmi 2014 terhadap bakteri plak supragingiva didapatkan daya hambat pada konsentrasi ekstrak
0,87.
30
Penelitian efek antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap bakteri Enterococcus faecalis secara in vitro dengan metode dilusi yang dilakukan oleh Melfi
2013 mendapatkan Kadar Bunuh Minimum KBM pada konsentrasi 3,125 tetapi nilai Kadar Hambat Minimum KHM tidak ditemukan.
18
Juga pada penelitian efek antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum secara in
vitro dengan metode dilusi yang dilakukan oleh Epifeni 2013 memperoleh Kadar Bunuh Minimum KBM pada konsentrasi 1,562 tetapi nilai Kadar Hambat Minimum
KHM juga tidak ditemukan.
36
Nilai yang diperoleh peneliti berbeda dengan beberapa peneliti yang telah disebutkan di atas, hal ini mungkin dapat disebabkan perbedaan daerah dan keadaan
geografis tempat tumbuh manggis juga metode pengujian efek antibakteri yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tadtong et al 2009 dan
Kaomongkolgit et al 2009 manggis diperoleh dari Thailand, penelitian yang dilakukan oleh Melfi 2013 dan Epifeni 2013 berasal dari Sibolangit, sedangkan peneliti
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kulit buah manggis yang diperoleh dari pohon yang tumbuh di Kutacane, Aceh Tenggara.
Efek antibakteri yang dimiliki ekstrak kulit buah manggis disebabkan adanya senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu saponin, tanin, alkaloid, flavonoid,
dan xanthone yang berperan dengan mengganggu fungsi membran atau dinding sel bakteri. Alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, dan xanthone berfungsi membuat dinding
sel rusak, mengendapkan protein bakteri, mengganggu sintesis DNA sehingga menyebabkan lisisnya sel dari bakteri Enterococcus faecalis.
16,26,30
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan
denaturasi protein membran sehingga membran sel Enterococcus faecalis akan rusak dan lisis.
16,26
Tanin mampu menyebabkan pengerutan dinding sel bakteri sehingga mengganggu permeabilitas sel tersebut sehingga berakibat aktivitas hidup sel terganggu,
pertumbuhannya terhambat, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada bakteri. Selain itu tanin mampu membentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga mengaktivasi
adhesin bakteri, enzim, koagulator protein bakteri sehingga aktivitas fisiologis sel bakteri terganggu. Tanin dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai anti mikroba dengan cara mengkoagulasi dan mengumpulkan protoplasma mikroba sehingga terbentuk ikatan
yang stabil dengan protein dari bakteri tersebut.
16,26
Alkaloid berfungsi sebagai antibakteri yaitu berikatan dengan DNA sel dari Enterococcus faecalis sehingga mengganggu sintesis DNA yang mengakibatkan bakteri
tersebut tidak mampu bereplikasi. Alkaloid mekanisme kerjanya dihubungkan dengan kemampuannya untuk berikatan dengan DNA sel sehingga menganggu fungsi sel diikuti
dengan pecahnya sel dan diakhiri dengan kematian sel
16,31
Flavonoid merupakan
kelompok senyawa
fenol yang
mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme.
16
Flavanoid bersifat sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri lipid
Universitas Sumatera Utara
bilayer. Flavonoid mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga struktur tersier protein terganggu dan protein tidak dapat
berfungsi lagi, maka terjadi denaturasi protein dan asam nukleat. Denaturasi tersebut menyebabkan koagulasi protein dan mengganggu metabolisme dan fungsi fisiologis
bakteri. Metabolisme yang terganggu akan mengakibatkan rusaknya sel secara permanen karena tidak tercukupinya kebutuhan energi.
26
Xanthone mempunyai senyawa aktif turunan yaitu α-Mangostin, β-mangostin,
dan ϒ-Mangostin. Ketiga senyawa turunan ini menurut penelitian Chaverri 2008
mempunyai aktivitas antijamur, antioksidan, antiviral, dan antibakteri dan α-Mangostin memiliki aktivitas antibakteri yang paling ampuh. Senyawa
α-Mangostin berperan
sebagai antibakteri dengaan mekanismenya sebagai antioksidan. Antioksidan ini yang berperan menjadi toksin yang kuat untuk membunuh bakteri.
26,30
Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki efek daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri secara in vitro. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan yaitu ekstrak kulit buah manggis memiliki daya antibakteri terhadap bakteri yang telah diujikan. Kemungkinan hal ini akan
berbeda hasilnya dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat dalam infeksi saluran akar ialah polimikrobial sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kulit
buah manggis dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis. Berdasarkan pembahasan di atas maka hipotesis penelitian ini yaitu terdapat kadar
hambat minimum ekstrak kulit buah manggis terhadap Enterococus faecalis diterima. Hal ini terbukti dengan diperolehnya nilai kadar hambat minimum pada konsentrasi
ekstrak 0,39 karena pada konsentrasi itulah zona hambat masih ditemukan dan merupakan zona hambat dengan diameter yang paling kecil.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN