1.4. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh sambaran petir dengan parameter yang sudah ditentukan terhadap
usia arrester jaringan distribusi di Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari Tugas Akhir ini adalah : 1.
Kita bisa mengetahui berapa lama usia suatu arester yang terpasang pada jaringan distribusi sehingga dapat mengantisipasi kapan arester tersebut harus
diganti. 2.
Tugas akhir ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lainnya yang berhubungan dengan kegagalan kerja dan usia arester.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung switching surge.
Alat ini bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. By-pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya
sistem frekuensi 50 Hz. Pada keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul tegangan surja, alat ini bersifat sebagai konduktor yang
tahanannya relative rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolasi.
Pada pasarnya arrester terdiri dari 3 unsur [2]: 1.
Elektroda Elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan dengan
bagian yang bertegangan dibagian atas dan elektroda bawah dihubungkan ke tanah.
2. Sela percik spark gap
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada arrester yang terpasang, maka pada sela percikan spark-gap akan terjadi loncatan
Universitas Sumatera Utara
busur api. Pada beberapa type arrester, busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.
3. Tahanan katup valve resistor
Tahanan yang dipergunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang sifat tahanannya dapat berubah bila mendapatkan perubahan tegangan seperti
terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Karakteriktik Tahanan Katup [2]
Keterangan : A = Tahanan linear
B = Tahanan non linear
Vr = Residual voltage
Is = Discharge current
Universitas Sumatera Utara
Ada dua jenis arrester yakni arrester ekspulsi dan arrester katup [3]. Sebagai pengaman tegangan lebih pada jaringan distribusi, arrester harus memiliki
karakteristik berikut [4]: 1.
Arrester tidak boleh bekerja pada keadaan normal 2.
Arrester harus bekerja saat tegangan puncak surja lebih tinggi dari tegangan yang mampu dipikul arrester.
3. Arrester harus mampu mengalirkan dan melawatkan arus surja ke tanah tanpa
merusak arrester itu sendiri. 4.
Setelah gangguan dinetralisir, arus susulan akibat arus sistem harus segera dipadamkan.
2.1.1. Arrester Ekspulsi Expulsion Type
Konstruksi arrester jenis ekspulsi diperlihatkan pada Gambar 2.2. Arrester jenis ekspulsi mempunyai sela luar dan sela dalam yang ditempatkan di dalam
tabung serat, dimana keduanya terhubung seri.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Konstruksi Arrester Ekspulsi [3]
Pemakaian arrester ini terbatas pada sistem bertegangan sampai 33 kV. Arrester ini dapat digunakan untuk melindungi transformator distribusi
bertegangan 3 – 15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi trafo daya. Keuntungan arrester ekspulsi sebagai berikut:
1. Harganya tidak begitu mahal karena konstruksinya yang sederhana.
2. Kinerjanya lebih baik daripada jenis sela batang karena dapat memadamkan
arus susulan sendiri. 3.
Karakteristik v – tarrester ini lebih baik dari sela batang. 4.
Pemasangannya mudah
Sela luar Konduktor
transmisi
Sela dalam Tabung serat
Elektroda Saluran
pembuangan gas
Universitas Sumatera Utara
Kerugian arrester ekspulsi sebagai berikut: 1.
Arrester harus diganti setelah beberapa kali bekerja karena gas yang dikeluarkan setiap bekerja akan mengakibatkan sebagian material tabung
terkelupas. 2.
Arrester ini tidak dapat ditempatkan berdampingan dengan peralatan yang akan dilindungi karena terdapat gas buangan ketika bekerja.
2.1.2. Arrester Katup
Arrester katup terdiri dari arrester sela pasif, arrester sela aktif dan arrester tanpa sela percik atau yang dikenal dengan arrester metal oksida. Kostruksi
arrester katup diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Konstruksi Arrester Katup [3]
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1. Arrester Katup Sela Pasif
Arrester katup sela pasif terdiri dari sela percik, resistor tak – linear, dan isolator tabung. Sela percik dan resistor tak – linear di tempatkan dalam tabung
isolasi yang tertutup, sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar.
Resistor tak – linear terbuat dari beberapa piring silikon karbida silicon carbide yang terhubung seri. Nilai resistansi resistor pada arrester ini sangat
besar ketika melewatkan arus lemah, namun nilai resistansinya akan sangat rendah ketika dilewati arus kuat. Karakteristik arus dan tegangan resistor tak – linear
dinyatakan oleh Persamaan 2.1. =
……………………………………….……....2.1 Dimana nilai α untuk silikon berkisar antara 2 – 6, sedangkan nilai K
bergantung pada ukuran dan bentuk geometris piring silikon karbida.
2.1.2.2. Arrester Katup Sela Aktif
Konstruksi arrester katup sela aktif hampir sama dengan arrester katup sela pasif. Arrester katup sela aktif terdiri dari sela utama, kumparan, sela bantu dan
resistor tak – linear yang dimasukkan dalam tabung isolasi porselen. Saat tegangan impuls tiba di terminal arrester katup sela aktif yang membuat sela
utama terpercik, maka sela utama, kumparan dan resistor tak – linear akan mengalirkan arus petir ke tanah. Frekuensi tegangan impuls yang tinggi akan
membuat impedansi kumparan menjadi besar dan tegangan pada terminal kumparan tinggi, sehingga membuat adanya beda tegangan yang tinggi pada
Universitas Sumatera Utara
terminal kumparan yang akan mengakibatkan sela bantu tembus dan dialiri arus petir.
Setelah arus petir menjadi nol, maka arus susulan berfrekuensi daya akan mengalir pada kumparan disebabkan impedansi kumparan yang berubah menjadi
sangat rendah pada frekuensi daya. Akibatnya busur api pada sela bantu tidak stabil dan akhirnya padam. Arus yang mengalir pada kumparan akan
membangkitkan medan magnet yang akan menerpa busur api pada sela utama, membuat lintasan busur api semakin panjang dan suhunya berkurang. Sehingga
saat arus susulan bernilai nol, busur api pada sela utama padam. Pemadaman busur api inilah yang membedakan antara arrester katup sela aktif dengan arrester
katup sela pasif. Dalam aplikasi arrester katup sela aktif pada jaringan bertegangan tinggi
selalu ditambahkan satu atau lebih set ‘sela utama – kumparan – sela bantu’ atau dengan menggunakan resistor tak – linear sebagai pengganti sela bantu.
2.1.2.3. Arrester Metal Oksida MOA
Arrester atau yang juga sering dikatakan sebagai penangkal petir adalah alat pelindung peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir yang sifatnya
sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang
tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Arrester metal oksida merupakan arrester yang banyak digunakan sejak
1976 hingga saat ini [5]. Arrester ini tidak memiliki sela percik gap udara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adalah besar puncak tegangan impuls yang terjadi diantara kedua terminal arrester ketika arrester tersebut menyalurkan arus impuls. Jenis arus impuls
dalam menentukan tegangan sisa adalah: a.
Arus impuls hubung – buka : 30-100 60-200 µs, i ≤ 2 kA b.
Arus impuls petir : 820 µs, i ≤ 40 kA
c. Arus impuls tinggi
: 410 µs, i ≤ 100 kA, umumnya pada arrester 65 dan 100 kA
Tegangan ini harus di bawah tegangan ketahanan terhadap tegangan impuls. 4.
Arus peluahan maksimum Adalah nilai puncak tertinggi dari arus impuls 510 μ s yang dapat dialirkan
arrester tanpa merusak arrester. Dewasa ini, arus peluahan maksimum arrester dirancang 100 kA untuk gardu dan 65 kA untuk arrester jenis saluran.
5. Arus nominal
Adalah besar puncak arus impuls 820 µs menurut standar, dan digunakan untuk mengklasifikasikan arrester. Puncak arus nominal umumnya adalah:
a. 2,5 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal
36 kV b.
5 kA, digunakan untuk sistem bertegangan pengenal 132 kV
c. 10 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal 3 – 360 kV, dan
d. 20 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal diatas 360 kV
hingga 756 kV.
6. Tegangan percik frekuensi daya
Universitas Sumatera Utara
Adalah besar tegangan efektif frekuensi daya yang membuat terjadinya percikan di sela arester. Tegangan percik frekuensi daya harus cukup tinggi
agar sela arester tidak terpercik jika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah maupun pada saat terjadi operasi hubung-buka. Biasanya tegangan percik
frekuensi daya ditetapkan ≥ 1,5 kali tegangan pengenal arrester. 7.
Tegangan percik impuls petir maksimum Adalah puncak tegangan maksimum impuls 1,250 μ s, yang membuat sela
arrester pasti terpercik atau bekerja. Misalnya ada suatu arrester tegangan percik impuls maksimum 65 kV – 1,250 μ s, sebanyak 5 kali, maka sela
arrester akan terpercik 5 kali. 8.
Frekuensi pengenal Sama dengan frekuensi sistem dimana arrester dipasang.
2.2. Mekanisme Sambaran Petir [6]
Universitas Sumatera Utara
Petir adalah mekanisme pelepasan muatan listrik di udara yang dapat terjadi di dalam awan, antara awan, awan dengan udara, dan antara awan dengan
tanah. Antara awan dengan permukaan bumi dapat dianalogikan seperti dua keping lempeng bermuatan, dimana lempeng pertama adalah awan dan lempeng
kedua adalah bumi. Terjadinya muatan pada awan diakibatkan adanya pergerakan awan secara teratur dan terus menerus yang membuat awan terpolarisasi sehingga
muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi yang lainnya.
Muatan listrik pada awan ini akan menimbulkan beda potensial antara awan dengan bumi yang akan menimbulkan medan listrik antara awan dan bumi.
Jika medan listrik antara awan dengan bumi lebih besar daripada kekuatan dielektrik udara yang mengantarai awan dengan bumi, maka akan terjadi
pelepasan muatan pertama yakni pilot leader. Pada ujung pilot leader akan terjadi proses ionisasi sehingga terjadi pelepasan kedua yang disebut downward leader.
Pada ujung downward leader terjadi lagi pelepasan muatan hingga semakin mendekati bumi yang disebut leader.
Saat leader semakin mendekati bumi, terjadi medan listrik yang sangat tinggi antara ujung leader dengan bumi, yang membuat terjadi penumpukan
muatan di ujung suatu objek yang berada dipermukaan bumi. Sehingga muatan yang berasal dari bumi bergerak menuju ujung leader. Titik pertemuan antara
kedua aliran yang berbeda muatan ini disebut titik pukul striking point yang diperlihatkan pada Gambar 2.6.c. Sesaat setelah pertemuan kedua aliran berbeda
muatan tersebut terjadi perpindahan muatan dari permukaan tanah keawan melalui
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sambaran langsung adalah kilat yang menyambar langsung pada kawat fasa untuk saluran tanpa kawat tanah atau pada kawat tanah untuk saluran
dengan kawat tanah. Pada saluran udara tegangan menengah diasumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Hal ini
dikarenakan tinggi kawat diatas tanah relative rendah 10 - 13 meter dan juga karena dengan sudut perisaian yang biasanya lebih kecil dari 60 sudah dapat
dianggap semua sambaran kilat mengenai kawat tanah, jadi tidak ada kegagalan perisaian. Untuk itu dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang gangguan
sambaran langsung pada saluran udara tegangan menengah tanpa kawat tanah. Saat kilat menyambar kawat tanah atau kawat fasa maka akan timbul arus
besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat ke kawat. Arus yang besar ini dapat membahayakan peralatan – peralatan yang ada pada saluran.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besarnya arus kilat, waktu muka dan jenis tiang saluran. Karena saluran tegangan menengah
tidak begitu tinggi diatas tanah, maka jumlah sambaran langsungpun relative rendah. Makin tinggi tegangan sistem makin tinggi tiangnya, dan makin besar
pula jumlah sambaran ke saluran itu.
2.2.2. Bentuk Gelombang
Bentuk gelombang tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan pengaruh besarnya arus, kecuraman kenaikan arus, serta lama waktu kejadian. Karena
adanya perbedaan setiap petir ini, maka bentuk standar petir ditiap – tiap Negara atau lembaga berbeda – beda, seperti Jepang yang standarnya JIS, Jerman VDE,
Universitas Sumatera Utara
= 0,15
Universitas Sumatera Utara
=
.
= 8.
.
= 1 + sin
Universitas Sumatera Utara
Dimana : α
= Sudut perisaian untuk gangguan sambaran langsung jaringan distribusi 60
w = Panjang isolator cm
Xs = Daerah yang tidak terlindungi oleh perisaian m
Sehingga berdasarkan Gambar 2.8, maka: =
+ …………………………………………...2.6
Maka besar probabilitas petir menyambar kawat fasa adalah [1]: =
…………………………………………...2.7
2.2.4. Teori Perhitungan Probabilitas Kegagalan dan Usia Arester
Tidak selamanya arester bekerja sebagaimana mestinya saat ada arus surja petir ataupun arus surja hubung. Kegagalan arester beroperasi bukan hanya
membuat peralatan terganggu namun juga rusak, dan hal ini juga mempengaruhi kinerja dan ketahanan arester. Berdasarkan kondisi ini maka probabilitas
kegagalan kinerja arester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan – persamaan berikut. Dimana selain besar arus petir yang menyambar, durasi
sambaran petir merupakan salah satu parameter terpenting yang harus diketahui. Faktor yang cukup penting diketahui dalam penggunaan arrester adalah
tegangan frekuensi daya tertinggi yang mungkin dipikul arrester. Tegangan ini merupakan tegangan yang mempertahankan arus frekuensi daya 50 Hz yang
durasinya akan selalu lebih lama dari pada durasi pada arus petir. Besar arus frekuensi daya ini sendiri ditentukan oleh besarnya arus petir yang datang.
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar arus petir maka arus frekuensi daya memiliki kemungkinan untuk bernilai besar juga. Jika arus frekuensi daya ini besar dan berlangsung cukup lama
maka hal inilah yang memungkinkan arrester gagal bekerja dengan sebagaimana mestinya.
Dalam tugas akhir ini tidak secara keseluruhan lamanya durasi sambaran digunakan, melainkan waktu-ekor
yang dijadikan variabel bebaslah yang diteliti. Distribusi waktu-ekor ini dipengaruhi oleh probabilitas distribusi arus
puncak, yakni [9]:
=
…………………………2.8 Dimana terdapat ketentuan yakni [10]:
Untuk 20
, = 61.1 = 1.33
dan 20
, = 33.3 = 0.605
Dengan adanya Persamaan 2.8 tersebut, maka probabilitas waktu-ekor dapat diperoleh dari persamaan [9,11]:
g =
− =
.
………………...2.9
Dimana merupakan konstanta berdasarkan observasi [11] yang
besarnya 0.85 dan nilai dapat diambil dari Tabel 2.1 [12].
Tabel 2.1. Konstanta Distribusi Frekuensi Kumulatif Gelombang Arus Petir
Parameter Nilai 50
Nilai 16 Arus Puncak kA
24 51
Time-to-half µs 89
631
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan – persamaan yang ada, maka probabilitas kegagalan arrester bekerja oleh sambaran ke fasa dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut [9,11]:
= ∫ ∫
∞ ∞
……...…..2.10 Dimana
: : Probabilitas kegagalan arrester
: Fungsi probabilitas kerapatan arus puncak : Fungsi probabilitas kerapatan nilai time-to-half dari gelombang arus
: Arus petir yang diperlukan untuk menyebabkan kegagalan untuk nilai T
50
Untuk nilai Time-to-half diperlihatkan oleh Tabel2.1. : Waktu-ekor maksimum yang digunakan dalam simulasi µs
: Besar probabilitas petir menyambar kawat fasa
Jika jaringan distribusi tersebut menggunakan kawat tanah, maka kemungkinan besar objek yang akan disambar oleh petir adalah kawat tanah
tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan arrester akan gagal bekerja. Kegagalan yang lebih dari 1 kali atau dapat dikatakan berkali – kali, akan
mempengaruhi performa arrester yang lambat laun akan membuat usia arrester semakin pendek. Usia rata – rata arrester yang dipengaruhi oleh kegagalannya
dalam bekerja dinyatakan oleh persamaan berikut [9,11] :
= ∙
∙
…………………………………...2.11
Universitas Sumatera Utara
Dimana : = Usia arrester rata-rata tahun
= Jumlah sambaran petir ke saluran berdasarkan standar IEEE banyak100km. tahun
= Jarak antara arrester km = Probabilitas kegagalan arrester akibat petir
BAB III
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini dibutuhkan fasilitas data dari : 1.
Balai Besar BMKG Jl. Ngumban Surbakti No. 15 Selayang II, terkait data kerapatan sambaran petir untuk daerah Medan. Proses permohonan Fasilitas
data dimulai sejak 9 April 2013 dan dibalas pada 17 April 2013. 2.
PLN Cabang Medan Sumatera Utara Jl. Listrik No.12, terkait data wilayah yang sering mengalami gangguan akibat sambaran petir dan data arester yang
digunakan. Berdasarkan arahan dari PLN Cabang Medan Sumatera Utara Jl. Listrik, saluran distribusi yang sering mengalami gangguan sambaran petir
adalah saluran distribusi 20 kV Ranting Medan Johor yang merupakan sistem yang melayani konsumen Ranting Medan Selatan Namorambe. Surat
permohonan fasilitas data diberikan sejak 22 April 2013 dan dibalas 27 Mei 2013.
3.2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data sambaran petir di Medan Sumatera Utara 5 tahun terakhir dari BMKG Medan dan data tiang
jaringan distribusi beserta arrester yang digunakan .
3.3. Proses Pengambilan Data
Universitas Sumatera Utara
Proses Pengambilan data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini dimulai setelah surat permohonan fasilitas data direspon, yakni:
1. Balai Besar BMKG dimulai sejak tanggal 17 April hingga 1 Mei 2013.
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG Balai Besar Wilayah I Medan, hari guruh IKL yang
dimiliki medan untuk 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 1.. 2.
PLN Ranting Medan Johor dimulai sejak 27 Mei sampai 11 Juni 2013. Dimana data-data yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Spesifikasi Saluran Udara Tegangan Menengah Data material saluran udara tegangan menengah yang diperlukan dalam
tugas akhir ini adalah sebagai berikut: •
Tegangan sistem : 20 kV
• Penghantar
: AAAC 70 – 95 mm
2
• Tiang penyangga
: Beton 350 daN •
Tinggi Tiang : 12 m dari dalam tanah
• Cross Arm Steel
: 2,4 meter •
Rating tegangan isolasi : Pin Pos 24 kV
• Frekuensi Daya
: 50 Hz •
Ketahanan Impuls BIL : 125 kV
• Sistem Pentanahan
: Pentanahan tiang •
Tahanan tanah : 1 Ω
• Jarak tiang
: 500 meter b. Spesifikasi Arrester
Universitas Sumatera Utara
Arrester yang diteliti adalah arrester MOA dengan spesifikasi : Tegangan pengenal
: 25 kV Arus pelepasan nominal 820 μ s
: 10 kA pk Arus impuls curam 410 μ s
: 100 kA pk Kapabilitas energi, 1 impuls
: 1,5 kJkV pada MCOV Tegangan operasi kontinu maksimum MCOV
: 15,3 kV rms
3.4. Variabel yang Diamati