29 kesadaran objek dakwah dilanggar karena suatu kesalahan atau kelemahannya,
maka dakwah juga batal. Dakwah yang melibatkan unsur kelalaian, peningkatan emosi, atau “ekspansi psikopatik” kesadaran tidak sah. Dakwah bukan hasil sikap
atau ilusi, bukan semata penatik emosi sehingga tanggapannya lebih bersifat pura- pura daripada penilaian. Dakwah harus merupakan penjelasan tentang kepada
kesadaran, di mana akal maupun hati.
2. Pengertian Da’i
Sesungguhnya kita tidak bisa memisahkan antara dakwah dengan seorang da’i, karena seorang muslim yang memahami dakwahnya dengan pemahaman
yang benar, akan tetapi kurang tepat dalam menyampaikan dakwahnya kepada manusia itu sama bahayanya dengan seorang muslim yang tidak memahami Islam
dengan pemahaman yang benar, akan tetapi dia pandai berhujjah, dan berdialog serta baik dalam menyampaikan.
9
Dari kesimpulan di atas bahwa da’i adalah orang yang menyampaikan pesan-pesan agama dengan pemahaman yang benar,
dan mengajak mad’unya untuk menjalankan perintah Allah SWT. Seorang da’i harus memahami bahwa sesungguhnya dakwah merupakan
tugas para rasul Allah yang mulia. Mereka adalah para utusan Allah kepada makhluk-Nya, yang menyampaikan kepada mereka perintah Tuhannya dengan
petunjuk yang jelas. Tugas ini diwarisi oleh para ulama dan aktivis dakwah yang mulia.
Orang yang menyeru ke jalan Allah harus senantiasa mempelajari Sunah Rasulullah SAW, perjalan hidupnya yang harum, dan akhlaknya yang mulia, agar
9
Jum’ah Amin Abdul Azis, Figh Dakwah: Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 60
30 menjadi pelita yang menerangi jalan dan menjadi standar untuk mengukur
perilaku. Dengan begitu ia dapat mengenali rambu-rabu jalan dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya, dapat menentukan tujuan perjalanannya dan
bisa mencari sarana-sarana yang untuk mengantarkannya pada tujuan tersebut. Dengan demikian ia bisa mengumumkan keridhaan bahwa Allah sebagai
Tuhannya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, sehingga ia bisa merasakan manisnya iaman dan nikmatnya perjalannya. Lalu ia mampu melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan serta bersabar dalam menghadpi ketentuan Allah.
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara utuh tidak dipotong- potong dalam menjalankannya. Ajaran Islam telah tertuang dalam Al Qur’an dan
Hadits Rasulullah SAW, sedang pengembangannya kemudian akan mencangkup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua sumber pokok ajaran
Islam itu. Materi yang demikian luas sudah tentu memerlukan pemilihan yang
cermat, disamping perlunya diperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Dalam penyampaian materi yang akan diberikan kepada masyarakat ada
dua cara yaitu: Pertama Pendekatan Substansial, di mana para da’i setelah mengadakan pemilihan yang tepat dari ajaran Islam tersebut , maka substansi
yang kita pilih itu kemudian harus dijabarkan secara substansial pula dengan baik, diperinci, dijelaskan, diterangkan maksud dan ditunjukan impelementasinya atau
pelaksanaannya. Kedua Pendekatan Pragmatis, di mana materi dijabarkan sesuai dengan keperluan para peminat dakwah sendiri, disesuaikan dengan kehidupan
31 sehari-hari para audience itu, sehingga Islam itu dirasakan sebagai petunjuknya
yang tepat untuk praktek dalam kehidupannya.
10
Materi dakwah akan menyangkut juga dua hal penting, ialah sifat materi dan proses pengembangan materi.
11
Sifat materi dakwah hendaknya diperhatikan beberapa hal dibawah ini: 1.
Hendaknya materi itu berakar atau dapat dikembalikan kepada akarnya, yakni ajaran Islam yang murni, dalam hal ini ialah kitabullah dan sunnah
rasul. 2.
Hendaknya materi mampu memberikan bahan atau pelayanan kemasyarakatan, mempunyai segi banyak, sesuai dengan keperluan
hidupnya dan kemampuan penerimaannya. 3.
Hendaknya materi berpusat pada hidup dan kehidupan manusia, sebab keberhasilan hidup inilah yang akan menentukan kondisi kebaikan duni
dan akhirat. 4.
Hendaknya materi mampu memberikan tuntunan “keselarasan, keseimbangan dan keserasian” dalam kehidupan manusia.
Proses pengembangan materi, maka perlu diperhatikan adalah: 1.
Dapat menunjang dan menyempurnakan nilai sistem sosial para penerima dakwah.
2. Pemberian sarana pembantu terhadap materi dakwah itu sendiri.
3. Agar dakwah dengan materi yang diberikan itu terarah, hendaknya
mempergunakan sistematika yang baik. 4.
Perlu dibina kerjasama yang baik antar penerima dengan da’i dan masyarakat lingkungan.
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: 1. Masalah Aqidah
10
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Da’wah, Jakarta: Widjaya Jakarta, 1982, cet. ke- 1, h. 94-95.
11
Ibid, 101-102.
32 Aqidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencangkup
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh Rasulullah SAW.
Akidah secaraimologis berarti ikatan, dan angkutan. Secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.
12
Akidah secara harfiah berarti “sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat”. Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam, yang
mengandung penegertian “pandangan, pemahaman, atau ide yang diyakini kebenarannya oleh hati. Yakni diyakini kesesuaiannya dengan realitas itu sendiri.
Apabila suatu pandangan paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Denagan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa
yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat.
Akidah adalah masalah pokok karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Dari akidah inilah akidah mengikat kalbu manusia dan
menguasai batinnya. Dari akidah inilah yang akan membentuk moral manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
akidah atau keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan pengorbanan yang selalu menyertai setiap langkah dakwah. Ali Yafi’e, Dakwah
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah , makalah seminar, Jakarta, 1992.
Pembahasan mengenai akidah Islam pada umumnya pada arkanul iman rukun iman yang enam antara lain:
13
12
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993, cet. ke-4, h. 25
33 1.
Iman kepada Allah 2.
Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya 3.
Iman kepada kitab-kitab-Nya 4.
Iman kepada rasul-rasul-Nya 5.
Iman kepada hari akhiarat 6.
Iman kepada qadha dan qadar. Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-
masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah- masalah yang dilarang sebagai lawannya.
2. Masalah syariah Syariat secara etimologis berari jalan. Syariat Islam adalah satu sistem
norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antara manusia dalam alam lainnya.
14
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir nyata dalam rangka mentaati semua peraturanhukum Allah guna mengatur hubungan
antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tak terpisahkan dari kehidupan umat
Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh
umat-umat yang lain. Dan Syari’ah ini bersifat sangatlah universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan non-Muslim, bahkan hak seluruh umat
manusia. Dengan adanya materi syari’ah ini maka tatanan sistem dunia akan
13
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, h.44
14
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam. h. 45
34 teratur dan sempurna. Disamping syari’ah ini mengandung dan mencakup
kemaslahatan social dan moral. Kaidah syari’ah secara garis besar terbagi atas dua bagian besar, antara
lain:
15
1. Ibadah dalam arti khusus
a. At-Taharah
b. As-Shalat
c. Az-Zakat
d. Al-Hajj
2. Muamalah dalam arti luas
a. Al-Qununul Khas hukum perdata
- Mu’amalah hukum niaga
- Munahakat hukum nikah
- Waratsah hukum waris
- Dan lain sebagainya.
b. Al-Qanunul ‘am hukum publuk
- Hinayah hukum pidana
- Khilafah hukum negara
- Jihad hukum perang dan damai
- Dan lain-lain
3. Masalah Akhlaq
Kata akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khuluqun” yang diartikan sebagai budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau
tabiat. Kaliamt-kalimat tersebut memiliki segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khaqun” yang berarti pencipta, dan “makhluk” yang berate yang diciptakan.
Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan ulama akhlak antara lain sebagai berikut:
1. Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
15
Ibid, h. 45-46
35 2.
Ibnu Maskawih dalam kitabnya “tanzib al-akhlak, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran. 3.
Al-Ghozali menyebutkan bahwa akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang, yang mendorong untuk melakukan
perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Untuk itu salah satu materi dakwah Islam dalam rangka memanifestasikan
penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, di samping aturan legal formal yang terkandung dalam syari’ah, salah
satu ajaran etis Islam adalah akhlak. Dan oleh karena itu wilayah akhlak Islam memiliki cakupan yang sangat luas dengan keseluruhan ajaran Islam dan memiliki
objek yang luas pula, sama luasnya dengan perilaku dan sikap manusia yang disadarinya. Karena ajaran Islam yang disampaikan oleh nabi secara total
mengandung nilai akhlak terhadap Tuhan , diri sendiri, sesama manusia, dan alam sekitar. Semakin orang dekat dengan Tuhan maka semakin bagus juga akhlaknya.
Dan materi akhlak ini sangat luas sekali yang tidak saja bersifat lahiriyah tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia agama mencakup pada
berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah, sehingga kepada sesama akhlak meliputi:
Pada garis besarnya akhlak Islam mencakup beberapa hal, antara lain:
16
1. Akhalak manusia terhadap khalik
2. Akhlak manusia terhadap makhluk
a. Akhlak terhadap manusia
1 Diri sendiri
2 Tetangga
3 Masyarakat lauas lainnya
b. Akhlak terhadap bukan manusia
1 Flora
2 Fauna
16
Ibid, h. 46
36 3
Dan sebagainya
4. Media Dakwah