b. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara status gizi responden dengan keteraturan siklus menstruasi responden. Dapat diketahui bahwa responden
dengan status gizi normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang 27,2, sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus
menstruasi yang tidak teratur sebanyak 17 orang 11,2. Hal ini disebabkankarena status gizi yang baik dapat mempertahankan siklus ovulatorik
yang normal Coad, 2007. Hasil uji hipotesis, yaitu hubungan status gizi dan keteraturan siklus
menstruasi menunjukkan terdapat hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ayudhia 2011 yang meneliti tentang hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1
Mojolaban. Dalam penelitiannya, Ayudhia memperoleh adanya hubungan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,003 dan juga
sejalan dengan hasil penelitian Dahliansyah 2007 yang meneliti hubungan indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh terhadap usia menarche dan
keteraturan siklus menstruasi. Dahliansyah menyebutkan terdapatnya hubungan yang signifikan dikarenakan adanya pengaruh lemak terhadap pembentukan
hormon estrogen. Dengan kandungan lemak yang banyak akan menyebabkan produksi hormon estrogen juga meningkat dan akan mempengaruhi pematangan
folikel serta mempengaruhi siklus menstruasi yang terjadi. Penelitian lainnya, yaitu Rakhmawati 2012 menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal
ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan
gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi dan menimbulkan risiko ketidakteraturan siklus mentruasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi