HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
commit to user
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
AYUDHIA PRATIWI R0107015
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
HALAMAN VALIDASI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
KARYA TULIS ILMIAH
AYUDHIA PRATIWI R0107015
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Studi Pada hari Rabu, 2 Juni 2011
(3)
commit to user
(4)
commit to user
iv ABSTRAK
Ayudhia Pratiwi, R0107015, 2011. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN. Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Status gizi memiliki potensi menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi remaja wanita. Obesitas yang berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan maturitas seksual lebih awal dan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan kekurangan nutrisi pada seorang siswi akan mengakibatkan penurunan fungsi reproduksi. Keduanya dapat menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi sehingga berpengaruh pada prestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan metode simple random sampling. Besar sampel adalah 183 siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah mengalami menstruasi lebih dari 2 tahun. Data keteraturan siklus menstruasi diperoleh dengan wawancara dari 3 siklus menstruasi terakhir secara berurutan. Data status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh dan kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for Windows.
Dari penelitian didapatkan hasil p value (sig) sebesar 0,003. Dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi.
(5)
commit to user
v ABSTRACT
Ayudhia Pratiwi, R0107015, 2011. CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUATION CYCLE REGULARITY ON FEMALE STUDENTS AT MOJOLABAN 1 STATE SENIOR HIGH SCHOOL. Diploma IV of Midwifery Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.
Nutritional status has potential to become female adolescent reproduction health disturbance. Obesity which continue until adult will be result in earlier maturity of sexual and unregularity of menstruation cycle. Meanwhile, nutrition insufficiency in female student will impact in decrease of function reproduction. Both of them have result learning problem for female student, and the last make influence in academic or non academic achievement. This research is aimed to analyze correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity on female students at Mojolaban 1 State Senior High School.
This research used analytic observational design with cross sectional approach and simple random sampling. Total sample were 183 female students at Mojolaban 1 State Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years. Data about menstruation cycle female students were obtained from interview, which observed by last of three menstruation cycle. Data nutritional status were obtained by measure of body mass indeks and then analyzed used Chi Square Test in SPSS 15.0 for windows.
From this research has been resulted p value (sig) 0,003. It be concluded there were significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity.
(6)
commit to user
vi MOTTO
Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,
keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu
rahmat-Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu.
”Hadapi masalah sebagai bagian yang tak terelakkan dari hidup dan jika
masalah datang, tegakkan kepala. Tatap masalah langsung di matanya dan
katakan, Saya akan lebih besar dari kamu. Kamu tak bisa mengalahkan saya ”
(Ann Landers )
(7)
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan kepada
Kedua Orangtua
Beno Suharjo dan Sri Sularni
“Terima kasih atas doa-doa yang sungguh mustajab. Terima kasih telah mengajarkan Ayu banyak hal, tidak ada yang pernah menyayangi dan mencintai Ayu seperti kalian dan terima kasih untuk
segalanya.”
My big sista and My twin sista
Septyana Galuh ASD
&
Yulia Pratiwi”Yang selalu menyayangi, memotivasi dan mendukung Ayu, selalu mengingatkan Ayu untuk menyelesaikan KTI ini, terima kasih untuk
segalanya.”
Keluarga Besar Wiryosuwignyo
&
Keluarga Besar Joyo Sukarto Wildan Arsyad Zaki
“Seseorang” terbaik yang telah Allah janjikan untuk menemaniku. Untuk semua pegorbanan, kerja keras, kesabaran, pengertian dan perhatian yang selalu membuat Ayu kuat menghadapi semuanya.
Temen-temen
Teman-teman ku (Christine, Dian, Nunung, Dewi) Makasih atas dukungan dan semangatnya dan Temen-temen seperjuangan 2007 Ayo
(8)
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban”, untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, Dekan Fakultas Kedokteran
Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dewan penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
4. Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Widardo, M.Sc selaku pembimbing utama atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
(9)
commit to user
ix
6. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
7. Prof. DR. Bhisma Murti, dr., MPh, M.Sc, PHD selaku pembimbing pakar atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
8. Ika Sumiyarsi, S.SiT, M. Kes, Sekretaris Penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Drs. Narman, M.M, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini.
10. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini.
11.Keluargaku tercinta atas do’a, motivasi dan semangat dalam penyusunan karya tulis ini.
12.Ab’ zaki atas perhatian dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini.
13.Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
14.Temen-temen mahasiswa D IV Kebidanan angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
15.Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan Studi Kasus ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
(10)
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN VALIDASI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ..iii
ABSTRAK ... ..iv
MOTTO ... ..vi
PERSEMBAHAN ... .vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ...x
DAFTAR TABEL ... .xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ..1
B. Perumusan Masalah ... ..3
C. Tujuan... ..3
D. Manfaat ... ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus Menstruasi ... ..5
B. Status Gizi ... ..10
C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi ..16
D. Kerangka Konsep ... ..18
E. Hipotesa... ..18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... ..19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... ..19
(11)
commit to user
xi
D. Sampel dan Teknik Sampling ... ..20
E. Besar Sampel ... ..21
F. Kriteria Restriksi... ..21
G. Identifikasi Variabel Penelitian ... ..22
H. Definisi Operasional ... ..23
I. Cara Kerja ... ..24
J. Analisis Data ... ..26
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden ... ..29
B. Data Status Gizi ... ..30
C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi ... ..31
D. Pengujian Hipotesa ... ..31
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... ..34
B. Status Gizi ... ..35
C. Keteraturan Siklus Menstruasi ... ..36
D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi .... ..37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ..40
B. Saran ... ..40 DAFTAR PUSTAKA
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 15
Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x3 ... 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia... 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche... 30
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi ... 30
Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi ... 31
Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ... 32
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 18 Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ... 32
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Lembar Tabel Chi Square
Lampiran 3. Surat Keterangan Tera Ulang
Lampiran 4. Surat Keterangan dari Badan Perencanaan Daerah Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 6. Surat Ijin Peminjaman Alat
Lampiran 7. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Berat Badan Lampiran 8. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Tinggi Badan Lampiran 9. Surat Permohonan ke Responden
Lampiran 10. Persetujuan Responden Lampiran 11. Panduan Wawancara
Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian Lampiran 13. Crosstabs Uji Chi Square
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup
(15)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. Beban pembangunan bidang kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda yaitu fenomena gizi buruk dan pelbagai persoalan yang menyertainya di satu sisi dan fenomena kegemukan serta obesitas di sisi lainnya yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan yang lain (Hadi, 2005).
Di Indonesia hingga tahun 2004 prevalensi gizi baik 63,9%; gizi kurang 13,7% dan gizi lebih 22,4% (Badan Litbangkes, 2005). ICRW melalui beberapa penelitian dibeberapa negara, menemukan status gizi kurang pada remaja perempuan sebesar 23 – 53%. Di Indonesia pada tahun 1999-2003 remaja putri yang menderita status gizi kurang sekitar 50%. Pada remaja putri di kota Padang ditemukan status gizi kurang tingkat ringan sebesar 30,7% dan 6,8% untuk kekurangan gizi tingkat berat (Santy, 2006).
Di Amerika Serikat, lebih dari 60% orang dewasa dan 30% dari anak-anak dan remaja dikategorikan kelebihan berat badan dan obesitas (Apovian, 2007). Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi berat badan lebih pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 13,9% untuk laki-laki dan perempuan sebesar 23,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Status gizi remaja saat ini akan berdampak pada status gizinya di kemudian hari. Oleh sebab itu, pola konsumsi remaja saat ini akan menentukan status
(16)
commit to user
2 gizinya di kemudian hari (Ratna, 2008). Bila konsumsi melebihi jumlah kebutuhan tubuh, akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi (Anonim, 2008).
Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah status gizi. Ciri remaja wanita yang mampu melakukan kehidupan reproduksi adalah telah menstruasi. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi (Cunningham, 2005).
Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis (Karyadi, 2007). Karena cenderung memiliki sel-sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang berlebih. Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Evan, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi khususnya pada siswi SMA, mengingat status gizi merupakan masalah global yang memberikan berbagai dampak bagi kesehatan manusia, terutama bagi kesehatan reproduksi wanita. Pada penelitian ini, peneliti memilih SMA Negeri 1 Mojolaban sebagai tempat penelitian karena belum ada penelitian tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA yang dilakukan di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
(17)
commit to user
3 Sebelumnya penelitian serupa pernah diangkat oleh Ermawati Sudarsono (2008), dengan judul “Pengaruh Kelebihan Berat Badan terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi pada Remaja di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali”. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah Teknik Purposive Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Chi Square dengan α = 0,05. Adapun yang membedakan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian, tempat dan waktu pengambilan data penelitian serta teknik sampling.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah apakah ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban dengan pengukuran antropometri.
b. Untuk mengetahui keteraturan pola siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
(18)
commit to user
4 c. Mengidentifikasi hubungan status gizi dengan keteraturan siklus
menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu pertimbangan untuk menambah wawasan tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA.
2. Manfaat aplikatif a. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan peneliti tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA.
b. Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi subjek penelitian untuk lebih mamahami pentingnya status gizi dalam kesehatan reproduksi dan memacu diri untuk berusaha meningkatkan status gizi yang lebih baik sehingga ketidakteraturan pada siklus menstruasi dapat dihindari.
(19)
commit to user
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Menstruasi 1. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Cunningham (2005), menstruasi merujuk kepada pendarahan yang menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus non-fertil dan menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita tidak hamil sebagai perdarahan uterus atau endometrium.
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi yang melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium dan uterus (Henderson, 2005). Hal ini terjadi dalam interval-interval yang kurang lebih teratur, siklik dan dapat diperkirakan waktunya sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi atau mengalami intervensi farmakologis (Pulungan, 2009).
2. Siklus Menstruasi Normal
Menurut Cunningham (2005) panjang siklus menstruasi seorang wanita rata-rata 28 hari, dari mulai satu masa menstruasi ke mulai masa yang berikutnya. Lamanya menstruasi biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap (Wiknjosastro, 2005).
Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap bulan, tergantung kepada serangkaian perubahan hormonal siklik yang melibatkan sekresi
(20)
commit to user
6 hormon pada berbagai tingkat dalam sistem yang terintegrasi (Proverawati, 2009). Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus yang mensekresikan gonadotropin releasing hormone (GnRH). GnRH merangsang sekresi 2 hormon yaitu follicle stimulating hormone releasing hormone (FSH-RH) dan luteinizing hormone releasing hormone (LH-RH) (Wiknjosastro, 2007).
Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin (Llewllyn, 2002). Menurut Wiknjosastro (2005), mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi dalam satu siklus ada 4 fase, yaitu :
a. Fase Proliferasi
Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus menstruasi. Ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium serta membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat dan menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
(21)
commit to user
7 b. Fase Pramenstruasi (Fase Sekresi)
Terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 siklus menstruasi. Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel telur pada saat terjadinya proses ovulasi. Terjadi peningkatan hormon progesteron yang bermakna yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, LH dan estrogen. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan.
c. Fase Menstruasi
Terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 siklus menstruasi. Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek yang diwujudkan dalam pengeluaran darah dari dalamnya. Pada fase ini terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal.
d. Fase Regenerasi (Fase Pascamenstruasi)
Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5 siklus menstruasi. Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium. Sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di ovarium.
(22)
commit to user
8 3. Keteraturan Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Wiknjosastro, 2005). Panjang siklus menstruasi mengandung kesalahan ± 3 hari karena waktu keluarnya menstruasi dari ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat dan jam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan (Wiknjosastro, 2007). Menurut Nizomy (2002), suatu siklus menstruasi dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama.
Ketidakteraturan menstruasi adalah kondisi dimana siklus dengan durasi bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010). Pada siklus menstruasi tidak teratur, biasanya siklus menstruasinya tidak mengalami proses ovulasi (Anovulatoric Cycle) (Hendrik, 2006).Anovulasi terjadi ketika ovarium gagal untuk merilis sebuah oosit, hal ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak terjadi (Pendergraft, 2011).
Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus (Baziad, 2009). Setelah menarche, pertumbuhan linear melambat untuk 2 tahun berikutnya, yang disebut masa anovulatori. Sehingga dapat diasumsikan pemeriksaan persentase lemak tubuh dan status gizi setelah menarche bisa ditoleransi sampai 2 tahun setelah menarche (Aryati, 2008).
(23)
commit to user
9 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Siklus menstruasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi menurut Wiknjosastro (2005), antara lain :
a. Kelebihan berat badan : terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita dengan kelebihan berat badan sehingga menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
b. Kekurangan nutrisi : pada seseorang yang tidak cukup makan, tubuh akan berasumsi bahwa tubuh tidak cukup bugar dan kadar estrogen bisa menurun serta bisa berhenti berovulasi (Evan, 2011).
c. Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi : penyakit reproduksi seperti polycsytic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, kanker leher rahim dapat menyebabkan perubahan hormon. d. Pengaruh rokok : siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih
pendek dan lebih tidak teratur daripada wanita bukan perokok. Pada kebiasan merokok dapat menyebabkan dismenorea, ketegangan premenstrual, ketidakteraturan menstruasi dan amenorea sekunder. e. Faktor psikososial : stress atau kecemasan bisa mengacaukan siklus haid
perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat pengaturan haid di otak. Gangguan kejiwaan, stress, lingkungan sosial, tekanan-tekanan dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. (Riani, 2005).
f. Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan, sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner, sindrom asherman dan sindrom testicular feminization dapat menyebabkan terjadinya amenorea primer.
(24)
commit to user
10 g. Olahraga berat : seorang perempuan dengan latihan yang dilakukan
adekuat atau berlebihan dapat menyebabkan kehilangan berat badan beberapa kilogram (Soetjiningsih, 2004). Status hipoestrogenik biasanya dikaitkan dengan ketidakteraturan menstruasi pada atlet kompetitif (Varney, 2007).
h. Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus menstruasi karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh untuk membentuk siklus buatan (Evan, 2011)
B. Status Gizi 1. Pengertian
Gizi (Nutrition) adalah sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk memanfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan pemeliharaan tubuh (Hartono, 2006).
Menurut Paath (2005) status gizi (Nutrition Status) adalah suatu tampilan keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2003) a. Faktor Langsung :
1) Infeksi : hubungan infeksi dengan status gizi saling timbal balik. Infeksi memperburuk taraf gizi walaupun mendapat makanan yang baik. Sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi sehingga mudah terserang penyakit.
(25)
commit to user
11 2) Pendapatan keluarga : penghasilan merupakan faktor penting bagi
kuantitas dan kualitas konsumsi makanan. Jika pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga. Dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi pendukung juga akan meningkat.
3) Tingkat pengetahuan : pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
4) Tingkat pendidikan : tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.
5) Tingkat konsumsi energi dan protein : keadaan status gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari.Konsumsi yang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi yang optimal.
b. Faktor Tidak Langsung :
1) Besarnya keluarga : hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik.
2) Status pekerjaan orang tua : orang tua yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh
(26)
commit to user
12 terhadap anaknya, apalagi untuk mengurusnya. Sehingga asupan nutrisi yang dikonsumsi anak menjadi tidak optimal.
3) Pantangan makanan : pantang terhadap satu atau lebih jenis makanan tidak menutup kemungkinan masalah gizi atau kekurangan gizi akan timbul.
4) Akses kesehatan : dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal, kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi.
5) Status kesehatan : gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan dari defisiensi sistem kekebalan.
3. Kebutuhan Gizi Pada Remaja
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila seseorang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Waryana, 2010).
Kebutuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan aktivitas perempuan biasanya memuncak saat menstruasi sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak (Waryana, 2010).
Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri, mengacu pada tabel RDA, secara garis besar memuncak pada usia 12 tahun sebesar 2.550 kkal
(27)
commit to user
13 kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Asupan lemak untuk wanita usia 13-15 tahun adalah 26 gram/hari. Sedangkan kebutuhan akan protein sebesar 0,27-0,29 g/cm tinggi badan (Arisman, 2007).
4. Klasifikasi Status Gizi
Status gizi menurut Almatsier (2003), dibagi menjadi 4 macam, yaitu : a. Status Gizi Buruk
Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
b. Status Gizi Kurang
Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
c. Status Gizi Baik atau Status Gizi Optimal
Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
d. Status Gizi Lebih
Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.
5. Penilaian Status Gizi
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri (Waryana, 2010). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
(28)
commit to user
14 a. Secara langsung
Pemeriksaan antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan pemeriksaan biofisik
b. Secara tidak langsung
Survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Arisman (2007) mengungkapkan ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi. Parameter Antropometri menurut Supariasa (2002), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, jaringan lunak.
Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) (Supariasa, 2002). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk menentukan status gizi berdasarkan Indeks Quatelet berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Sjarif, 2002). Menurut Hartono (2006), IMT digunakan untuk mengukur status gizi karena dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada berat badan saja. Menurut Permaisih dalam Waryana (2010), IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi pada remaja.
IMT =
Berat Badan (kg)
(29)
commit to user
15 Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99 Kelebihan berat badan tingkat berat ≥ 27,00 Sumber : Depkes dalam Waryana, 2010
Menurut Supariasa (2002), kelebihan penilaian status gizi dengan teknik Antropometri antara lain, pertama adalah prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Kedua, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup tenaga terlatih. Ketiga, alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Keempat, metode ini tepat dan akurat, karena dibakukan. Kelima, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Keenam, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi baik, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Sedangkan kelemahan teknik Antropometri menurut Supariasa (2002), antara lain, pertama, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti zink dan Fe. Kedua, faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. Ketiga, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Keempat, kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.
(30)
commit to user
16 Kelima, sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan pengukuran.
C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi
Status gizi memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi. Diperlukan paling tidak 22% lemak dan indeks massa tubuh yang lebih besar dari 19 kg/m2 agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. Hal ini dikarenakan sel-sel lemak melepaskan estrogen yang membantu ovulasi dan siklus menstruasi (Coad, 2007).
Menurut Caroline (2001), gangguan menstruasi pada dasarnya berhubungan erat dengan adanya gangguan hormon terutama yang berhubungan dengan hormon seksual pada perempuan yaitu progesteron, estrogen, LH dan FSH. Adanya gangguan dari kerja sistem hormonal ini terkait dengan status gizi. Dimana status gizi akan mempengaruhi metabolisme hormon estrogen pada sistem reproduksi wanita.
Kemampuan reproduksi ada di bawah kontrol hipotalamus dengan sinkronisasi oleh susunan saraf pusat yang dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme. Kecepatan metabolisme sendiri tergantung pada keadaan gizi. Penambahan lemak memberi kontrol terhadap sekresi hormon gonadotropin, sehingga jaringan lemak merupakan sumber estrogen di luar gonad (hipofisis). Dengan demikian ekskresi estrogen juga dipengaruhi oleh berat badan atau lemak tubuh (Proverawati, 2009).
(31)
commit to user
17 Soetjiningsih (2004) berpendapat bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan menstruasi tidak teratur. Secara khusus jumlah wanita yang mengalami anovulasi akan meningkat bila berat badan meningkat. Namun seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas diet dan berat badan sangat mempengaruhi siklus menstruasi (Paath, 2005).
Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen (Waryana, 2010). Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja. Kolesterol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekursor dari estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan. Dengan begitu, kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolesterol tinggi (Wiknjosastro, 2005).
Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian LH. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan hipoandrogenisme kadar testosterone yang rendah sehingga tidak terjadi ovulasi (Wiknjosastro, 2005).
Paath (2005), mengatakan bahwa gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami perubahan yang berdampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi (Waryana, 2010).
Menurut Nikmawati (2009) remaja perempuan yang mempunyai status gizi kurus sekali akan mengalami hambatan dengan menstruasinya. Kehilangan berat
(32)
commit to user
18 badan secara besar-besaran dapat menyebabkan penurunan hormon gonadotropin untuk pengeluaran LH dan FSH yang mengakibatkan kadar estrogen akan turun sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi dan ovulasi (Monroe, 2007). Coad (2007) mengatakan bahwa sekresi LH yang terganggu akibat penurunan berat badan dapat menyebabkan pemendekan fase luteal.
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :
Yang diteliti Tidak diteliti
E. Hipotesa
“Ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban”
Olahraga berat
Konsumsi obat tertentu Pengaruh rokok
Psikososial
Penyakit Reproduksi Kelainan genetik Sistem Saraf Pusat
Hipotalamus (GnRH)
Siklus Menstruasi Hipofisis (FSH dan LH)
Ovarium (Hormon Estrogen) Status Gizi
Lemak di Tubuh Kurus Normal Lebih
(33)
commit to user
19 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, untuk mempelajari hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Desain penelitian cross sectional ini adalah jenis penelitian yang melakukan pengukuran antara faktor risiko dengan efek pada satu saat dan tidak ada tindak lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban kecamatan Mojolaban kabupaten Sukoharjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti (Arief, 2008).
1. Populasi target
Menurut Arief (2008), populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati.
(34)
commit to user
20 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
2. Populasi aktual
Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga lebih memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Arief, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X dan kelas XI semester genap tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 360 orang.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Murti (2010) sampel didefinisikan sebagai bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang akan diamati atau diukur peneliti hingga dianggap dapat mewakili populasinya.
Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik simple random sampling, yaitu dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi aktual yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok terlebih dahulu (Sastroasmoro, 2008). Hal ini sesuai dengan definisi teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan subjek dengan mendasarkan pada setiap anggota dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Sugiyono, 2007).
(35)
commit to user
21 E. Besar Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menghitung ukuran sampel yang populasinya kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus :
Keterangan:
n = Besar sampel N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05
Dari populasi aktual didapatkan populasi sebanyak 360 orang yang kemudian dilakukan seleksi pemilihan sampel menggunakan kriteria restriksi dihasilkan bahwa terdapat sebanyak 24 orang yang tidak memenuhi kriteria sebagai sampel. Sehingga besar sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria restriksi yaitu sebanyak 336 orang. Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus didapatkan besar sampel sebanyak 183 orang.
F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau/aktual (Sastroasmoro, 2008).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban
b. Sudah menstruasi lebih dari 2 tahun saat pengambilan data c. Bersedia menjadi subjek penelitian
(36)
commit to user
22 2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena pelbagai sebab (Sastroasmoro, 2008).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Menderita penyakit reproduksi
b. Menghadapi ujian c. Merokok
d. Subjek tidak hadir pada saat pengambilan data e. Subjek yang menolak menjadi responden
G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : Status gizi
2. Variabel Terikat : Keteraturan siklus menstruasi 3. Variabel Luar :
a. Terkontrol :
1) Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi 2) Pengaruh rokok
b. Tidak terkontrol : 1) Faktor psikososial 2) Faktor genetik
(37)
commit to user
23 H. Definisi Operasional
1. Variabel bebas : Status Gizi a. Definisi :
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
b. Skala : Ordinal
1) Status gizi kurus : IMT < 18,5 2) Status gizi normal : IMT 18,5 – 24,9 3) Status gizi lebih : IMT ≥ 25
2. Variabel terikat : Keteraturan siklus Menstruasi a. Definisi :
Siklus menstruasi teratur adalah jarak antara tanggal mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya ditambah atau dikurangi 3 hari pada setiap periodenya selama 3 kali siklus berturut-turut (Wikjosastro, 2007).
b. Skala : Nominal dikotomik 1) Siklus menstruasi teratur 2) Siklus menstruasi tidak teratur 3. Variabel luar :
a. Faktor psikososial adalah faktor-faktor yang ada di luar tubuh seseorang misalnya cemas sedang menghadapi ujian, konflik dengan teman atau masalah dengan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap menstruasi (Suwarni, 2009).
(38)
commit to user
24 b. Faktor genetik, pengaruh rokok dan penyakit yang berhubungan dengan
reproduksi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap menstruasi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut tidak diukur.
I. Cara Kerja 1. Alat ukur
a. Wawancara
Untuk mendapatkan data responden, siklus menstruasi dihitung selama tiga bulan terakhir.
b. Mikrotoise
Mikrotoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan. c. Timbangan injak
Timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan. 2. Cara Pengukuran
a. Status Gizi
1) Cara : Siswi SMA yang dijadikan subjek penelitian diukur tinggi dan berat badannya
a) Berat Badan
Subjek penelitian ditimbang tanpa sepatu dan barang-barang yang dibawanya/dipakai yang dapat mempengaruhi pengukuran. Penimbangan dilakukan dengan posisi berdiri diatas timbangan injak tersebut. Pencatatan langsung dilakukan setelah pengukuran berat badan tersebut. Prosedur lebih lengkap berdasarkan Depkes RI & WHO (2008), dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 51.
(39)
commit to user
25 b) Tinggi Badan
Pengukuran dilakukan setelah pengukuran berat badan selesai (tidak menggunakan alas kaki), dengan posisi tegak dan pandangan mata lurus ke depan. Prosedur lebih lengkap Depkes RI & WHO (2008) dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 53. c) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Didapatkan dengan menghitung berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²). Kemudian menentukan status gizi subjek penelitian berdasarkan klasifikasi status gizi sesuai hasil perhitungan yang didapat. 2) Hasil ukur : Status gizi kurus (IMT : < 18,50), status gizi normal
(IMT : 18,50-24,99) dan status gizi lebih (IMT : ≥ 25,00) 3) Skala ukur : Ordinal
b. Siklus Menstruasi
1) Cara : Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstuktur berupa checklist pada siswi SMA yang dijadikan subjek penelitian
2) Hasil ukur : Siklus menstruasi teratur dan siklus menstruasi tidak teratur
3) Skala ukur : Nominal dikotomik
Sebelum dilakukan pengambilan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu alat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Streiner dan Normal dalam Murti (2003), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana pengukuran suatu alat pada situasi-situasi yang
(40)
commit to user
26 berbeda memberikan hasil yang sama. Uji validitas dan reabilitas untuk alat ukur timbangan injak dilakukan dengan uji kalibrasi dibalai metrologi wilayah Surakarta dengan keterangan uji kalibrasi terdapat pada lampiran 3 halaman 47.
J. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian secara langsung (data primer). Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. Sedangkan data siklus menstruasi diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara. 2. Pengolahan Data
Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Fajar, 2009):
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.
b. Coding (pemberian kode) yaitu merubah data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu terutama data klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Untuk siklus menstruasi teratur memiliki kode=1 dan siklus menstruasi teratur memiliki kode=0. Sedangkan untuk status gizi kurus memiliki kode=1, status gizi normal memiliki kode=2 dan status gizi lebih memiliki kode=3.
c. Data entry (pemasukan data) yaitu membuat file dan memasukkan satu persatu ke dalam file data komputer sesuai paket program statistik komputer yang digunakan (Hidayat, 2007).
(41)
commit to user
27 d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan
mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002).
3. Analisis Data
Setelah data diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian yang ada. Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square (X2). Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikan
(α) 0,05. Analisis data ditampilkan dalam tabel 2x3 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x3
Siklus Menstruasi Status Gizi Jumlah
Kurus Normal Lebih
Teratur a b c a+b+c
Tidak Teratur d e f d+e+f
Jumlah a+d b+e c+f N
Rumus (Hidayat, 2007) :
X
2=
Σ
(f
0– f
e)
2
f
eKeterangan :
N = Jumlah sampel X2 = Nilai Chi square
f
0 = Jumlah observasi pada kasus-kasusf
e = Jumlah kasus yag diharapkan(42)
commit to user
28 a. Apabila X2 hitung ≥ X2 tabel maka hasilnya signifikan (H1 diterima dan
Ho ditolak)
b. Apabila X2 hitung ≤ X2 tabel maka hasilnya tidak signifikan (H1 ditolak
dan Ho diterima)
c. H0 = Tidak ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi
d. H1 = Ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi
Dalam penelitian ini analisis data dibantu dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 15.0.
(43)
commit to user
29 BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan pengukuran antropometri dan wawancara terstuktur pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Karakteristik Responden
Subjek penelitian hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi ini dilakukan pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X dan XI dengan jumlah responden adalah 183 mahasiswi. Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan kelas tercantum pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas No Kelas Frekuensi Persentase(%)
1. X 87 47,5
2. XI 96 52,5
Total 183 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak berasal dari kelas XI yakni sebanyak 96 siswi atau sebesar 52,5%. Sedangkan sebanyak 87 siswi atau sebesar 47,5% berasal dari kelas X.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 14 1 0,5
2. 15 36 19,7
3. 16 95 51,9
4. 17 50 27,3
5. 18 1 0,5
Total 183 100,0
(44)
commit to user
30 Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasar pembagian kelompok usia responden, jumlah terbesar pada kelompok usia 16 tahun yaitu sebanyak 95 responden (51,9%) disusul kelompok usia 17 tahun sebanyak 50 responden (27,3%), kemudian kelompok usia 15 tahun sebanyak 36 responden (19,7%) dan kelompok usia 14 serta 18 tahun sebanyak 1 responden (0,5%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche No Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)
1. 11 14 7,7
2. 12 58 31,7
3. 13 67 36,6
4. 14 39 21,3
5. 15 5 2,7
Total 183 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 4.3 menunjukkan distribusi usia menarche sebagian besar adalah kelompok usia 13 tahun yaitu sebanyak 67 responden (36,6%). Usia menarche paling awal adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 14 responden (7,7%) sedangkan usia menarche paling lama yaitu usia 15 tahun sebanyak 5 responden (2,7%).
B. Data Status Gizi
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi
No Status Gizi Frekuensi Persentase(%) 1. Kurus 62 33,9 2. Normal 97 53,0 3. Lebih 24 13,1 Total 183 100.0 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 183 responden, paling banyak responden mempunyai status gizi normal yakni sebanyak 97 siswi (53,0%). Sedangkan distribusi paling sedikit yaitu kelompok responden dengan
(45)
commit to user
31 status gizi lebih sebanyak 24 responden (13,1%) dan selain itu kelompok responden dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 62 responden (33,9%).
C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi
Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi
No Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase(%)
1. Teratur 95 51,9
2. Tidak Teratur 88 41,8
Total 183 100,0
Sumber : Data primer, 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 95 responden (51,9%). Sedangkan responden yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 88 responden (41,8%).
D. Pengujian Hipotesis
Kedua data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian di analisis dengan menggunakan rumus Chi Square untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15. Berikut ini hasil analisis data antara variabel status gizi dan keteraturan siklus menstruasi.
(46)
commit to user
32 Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan
Siklus Menstruasi
Siklus Menstruasi Status Gizi Responden Total Kurus Normal Lebih
Teratur Count 22 61 12 95
Expected Count 32.2 50.4 12.5 95.0
% Total 12.0% 33.3% 6.6% 51.9%
Tidak Teratur Count 40 36 12 88
Expected Count 29.8 46.6 11.5 88.0
% Total 21.9% 19.7% 6.6% 48.1%
Total Count 62 97 24 183
Expected Count 62.0 97.0 24.0 183.0 % Total 33.9% 53.0% 13.1% 100.0% a 0 sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5. Minimum nilai
expected adalah 11.54. Sumber: Data Primer, 2011
Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
12% 21.90% 33.30% 19.70% 6.60% 6.60% 51.90% 47.10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Kurus Normal Lebih Jumlah
Teratur Tidak Teratur
Sumber: Data Primer, 2011
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan status gizi normal menunjukkan siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi kurus ataupun status gizi lebih.
Dilihat dari tabel 4.6 tabel kontingensi 2x3 hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi, siswi terbanyak pada kelompok yang memiliki status gizi normal dan siklus menstruasi teratur adalah 61 responden (33,3%), disusul kelompok dengan status gizi kurus dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur adalah 40 responden (21,9%). Selanjutnya kelompok status gizi normal dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 36 responden (19,7%).
(47)
commit to user
33 Sedangkan kelompok status gizi kurus dan siklus menstruasi teratur adalah 22 responden (12%) dan kelompok terendah yaitu kelompok responden yang memiliki status gizi lebih masing-masing untuk siklus menstruasi teratur dan tidak teratur sebesar 12 responden (6,6%).
Hasil uji analisa korelasi Chi Square dengan bantuan SPSS for Windows, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji Korelasi Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 11.418(a) 2 .003 Jumlah sampel valid 183 2
Sumber: Data Primer, 2011
Hasil hitungstatistik diperoleh X2 hitung = 11,418 dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan (df) = 2, dan X2 tabel = 5,591. Nilai signifikansi 0,003 < 0,050 berarti H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
(48)
commit to user
34 BAB V PEMBAHASAN
Dari data yang terkumpul, telah dilakukan pengolahan data yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
A. Karakteristik Responden
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi dalam rentang usia 10-16 tahun. Siklus menstruasi yang tidak teratur akan terjadi antara 1-2 tahun sebelum terjadi ovulasi yang teratur (Proverawati, 2009).
Tabel 4.3 memberikan hasil bahwa usia menarche responden sebagian besar saat responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 67 responden (36,6%). Usia menarche termuda adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 14 responden (7,7%) sedangkan usia menarche tertua yaitu usia 15 tahun sebanyak 5 responden (2,7%). Responden yang mengalami menarche pada usia 12 tahun sebanyak 58 responden (31,7%). Sedangkan usia 14 tahun dialami oleh sebanyak 39 responden (21,3%).
Hal ini telah disesuaikan dengan kriteria inklusi bahwa responden adalah siswi yang telah mendapatkan menstruasi lebih dari 2 tahun. Diharapkan dari kriteria tersebut responden sudah mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
(49)
commit to user
35 B. Status Gizi
Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Diperlukan zat-zat gizi yang cukup agar pertumbuhan fisik dapat berlangsung dengan sempurna, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Paath, 2005). Arisman (2007) menyatakan bahwa tidak seimbangnya antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan perubahan berat badan. Pengaruh lingkungan terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau biologis lain terutama dalam masa pertumbuhan.
Pada tabel 4.4 sebagian besar status gizi responden dalam taraf normal, yaitu sebanyak 95 orang (51,90%). Terdapat 62 responden (33,90%) dengan status gizi kurus dan 26 responden (14,20%) dengan status gizi lebih. Angka ini menunjukkan bahwa secara umum status gizi responden adalah baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Arisman (2007) bahwa perkembangan perekonomian dan teknologi menyebabkan perbaikan gizi jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya.
Suhardjo (2003), menyebutkan bahwa status gizi dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan agama yang kuat terhadap makanan pantang, penerimaan makanan dan kebiasaan makan. Yangmana tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Mojolaban yang berada di daerah strategis dan tidak terpencil dengan pola kebudayaan yang tidak banyak memiliki pantangan dan larangan makanan tertentu, sehingga zat-zat gizi yang dibutuhkan mampu dipenuhi dengan mudah.
(50)
commit to user
36 C. Keteraturan Siklus Menstruasi
Kasdu (2005) menyatakan selama masa produktif sebagian wanita mengalami proses reproduktif dengan alami dan normal, yaitu siklus menstruasi yang teratur setiap bulan dan tidak mengalami keluhan yang berarti. Gangguan atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat terjadi dari berbagai faktor misalnya genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada tabel 4.5 terdapat 105 responden (57,40%) yang mengalami siklus menstruasi teratur dan 78 responden (42,60%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Hal ini sudah disesuaikan dengan kriteria inklusi bahwa responden adalah siswi yang telah mendapat menstruasi lebih dari 2 tahun. Diharapkan dari kriteria tersebut responden sudah mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
Tabel 4.6 memberikan gambaran mengenai angka kejadian keteraturan siklus menstruasi pada siswi dengan status gizi kurus, normal dan lebih. Diketahui bahwa siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dialami oleh siswi berstatus gizi normal yakni 61 orang daripada siswi dengan status gizi kurus sebanyak 22 orang dan lebih sebanyak 12 orang. Sedang ketidakteraturan siklus menstruasi lebih banyak dialami oleh siswi dengan status gizi kurus yaitu 40 orang dibanding siswi dengan status gizi normal yakni sebanyak 36 orang dan status gizi lebih sebanyak 12 orang.
Hal ini dimungkinkan ada faktor lain selain nutrisi yang mempengaruhi siklus menstruasi. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi antara lain penyakit yang menyebabkan perubahan hormon seperti diabetes mellitus (DM) yang tidak terkontrol, polycystic ovary syndrome
(51)
commit to user
37 (PCOS), kelainan kelenjar tiroid, stress, konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin, merokok serta aktifitas fisik yang berlebihan (Marc, 2006). Namun dalam penelitian ini belum bisa diungkapkan semua faktor tersebut secara mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran dan alokasi waktu penelitian.
D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Dari hasil analisis Chi Square didapatkan nilai p=0,003. Karena p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa status gizi remaja putri mempengaruhi terjadinya menarche, keluhan-keluhan yang terjadi selama menstruasi dan lamanya siklus menstruasi (Proverawati, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dahliansyah (2008) dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi.” Dalam penelitiannya, Dahliansyah menyebutkan bahwasanya Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan untuk terjadinya keadaan infertil dan amenorea pada seorang wanita. Menurut Varney (2007), perubahan berat badan yang ekstrem dapat mengurangi fertilitas. Penurunan berat badan yang cepat sering mengarah ke anovulasi dan amenorea. Disfungsi ini diyakini terkait dengan gangguan fungsi hipotalamus normal yang mengarah ke sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang tidak normal.
(52)
commit to user
38 Menurut Caroline (2001), menyatakan bahwa kelebihan berat badan dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi karena kolesterol yang terdapat pada lemak tubuh berlebihan dari remaja wanita dengan kelebihan berat badan merupakan prekursor estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan. Adanya gangguan metabolisme estrogen pada remaja wanita dengan kelebihan berat badan akan menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan responden yang memiliki siklus menstruasi teratur dan tidak teratur adalah sama sebanyak 12 responden sehingga belum bisa diketahui seberapa besar pengaruh status gizi lebih terhadap keteraturan siklus menstruasi.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dayanti (2004), dengan judul “Hubungan Status Gizi (Indeks BB/U) dan Frekuensi Olahraga dengan Pola Siklus Menstruasi Pada Siswi SMP 1 Galur Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004”, uji korelasi pearson product moment diperoleh bahwa status gizi berdasar indeks BB/U tidak memiliki hubungan signifikan terhadap pola siklus menstruasi dengan nilai p=0,427 dan nilai r=0,121.
Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena adanya perbedaan pada pemilihan sampel penelitian yaitu antara siswi SMP dan siswi SMA dimana jumlah tiap unsur zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda sesuai umur seseorang. Selain itu dari segi daerah penelitian, Dayanti melakukan penelitian di Galur sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mojolaban yang tentu memiliki perbedaan taraf gizi penduduk masing-masing daerah.
(53)
commit to user
39 Dari teknik analisis yang digunakan juga berbeda sehingga sangat mungkin untuk terjadi perbedaan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis non-parametrik sedangkan penelitian Dayanti menggunakan teknik analisis parametrik. Alasan penelitian ini menggunakan teknik analisis non-parametrik karena syarat penggunaan teknik tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang dikemukakan oleh Dahlan (2009), menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis non-parametrik adalah skala pengukurannya adalah kategorikal dan syarat menggunakan uji Chi Square adalah sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari keseluruhan jumlah sel yang ada.
(54)
commit to user
40 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang memiliki siklus menstruasi teratur adalah kelompok siswi dengan status gizi normal yakni 33,3% dan siswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur adalah kelompok siswi dengan status gizi kurus yaitu sebesar 21,9%. Sedangkan pada siswi dengan status gizi lebih persentasenya sebanding untuk siklus menstruasi teratur dan tidak teratur yaitu sebesar 6,6%.
2. Ada hubungan yang signifikan dari status gizi terhadap keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat lebih memahami tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya siklus menstruasi dengan cara membaca buku atau mencari info yang up-date dari berbagai sumber sehingga dapat memberikan solusi yang tepat apabila menemui kasus ketidakteraturan siklus menstruasi yang tidak hanya dipengaruhi oleh stress atau psikis saja tetapi juga faktor-faktor lain.
(55)
commit to user
41 2. Bagi Remaja
Diharapkan remaja harus mulai mengenal diri dan tubuhnya serta memperhatikan perubahan-perubahan tubuh dengan cara mencatat siklus menstruasi setiap bulannya. Dapat menjaga berat badan agar dapat mengurangi dampak negatif dari malnutrisi khususnya terhadap siklus menstruasi.
3. Penelitian Selanjutnya
Agar peneliti lain meneliti lebih lanjut untuk klasifikasi status gizi lebih dibandingkan status gizi normal terhadap keteraturan siklus menstruasi sehingga didapatkan keterangan yang lebih jelas mengenai pengaruh status gizi lebih bagi kesehatan reproduksi wanita khususnya keteraturan siklus menstruasi. Diupayakan untuk menambah variabel penelitian, misalnya penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi, olahraga atletik, stress, pengaruh rokok sehingga bisa mengungkap faktor-faktor resiko dalam masalah reproduksi kewanitaan selain faktor gizi.
(1)
commit to user
C. Keteraturan Siklus Menstruasi
Kasdu (2005) menyatakan selama masa produktif sebagian wanita mengalami proses reproduktif dengan alami dan normal, yaitu siklus menstruasi yang teratur setiap bulan dan tidak mengalami keluhan yang berarti. Gangguan atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat terjadi dari berbagai faktor misalnya genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada tabel 4.5 terdapat 105 responden (57,40%) yang mengalami siklus menstruasi teratur dan 78 responden (42,60%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Hal ini sudah disesuaikan dengan kriteria inklusi bahwa responden adalah siswi yang telah mendapat menstruasi lebih dari 2 tahun. Diharapkan dari kriteria tersebut responden sudah mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
Tabel 4.6 memberikan gambaran mengenai angka kejadian keteraturan siklus menstruasi pada siswi dengan status gizi kurus, normal dan lebih. Diketahui bahwa siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dialami oleh siswi berstatus gizi normal yakni 61 orang daripada siswi dengan status gizi kurus sebanyak 22 orang dan lebih sebanyak 12 orang. Sedang ketidakteraturan siklus menstruasi lebih banyak dialami oleh siswi dengan status gizi kurus yaitu 40 orang dibanding siswi dengan status gizi normal yakni sebanyak 36 orang dan status gizi lebih sebanyak 12 orang.
Hal ini dimungkinkan ada faktor lain selain nutrisi yang mempengaruhi siklus menstruasi. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi antara lain penyakit yang menyebabkan perubahan hormon seperti diabetes mellitus (DM) yang tidak terkontrol, polycystic ovary syndrome
(2)
commit to user
(PCOS), kelainan kelenjar tiroid, stress, konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin, merokok serta aktifitas fisik yang berlebihan (Marc, 2006). Namun dalam penelitian ini belum bisa diungkapkan semua faktor tersebut secara mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran dan alokasi waktu penelitian.
D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Dari hasil analisis Chi Square didapatkan nilai p=0,003. Karena p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa status gizi remaja putri mempengaruhi terjadinya menarche, keluhan-keluhan yang terjadi selama menstruasi dan lamanya siklus menstruasi (Proverawati, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dahliansyah (2008) dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi.” Dalam penelitiannya, Dahliansyah menyebutkan bahwasanya Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan untuk terjadinya keadaan infertil dan amenorea pada seorang wanita. Menurut Varney (2007), perubahan berat badan yang ekstrem dapat mengurangi fertilitas. Penurunan berat badan yang cepat sering mengarah ke anovulasi dan amenorea. Disfungsi ini diyakini terkait dengan gangguan fungsi hipotalamus normal yang mengarah ke sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang tidak normal.
(3)
commit to user
Menurut Caroline (2001), menyatakan bahwa kelebihan berat badan dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi karena kolesterol yang terdapat pada lemak tubuh berlebihan dari remaja wanita dengan kelebihan berat badan merupakan prekursor estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan. Adanya gangguan metabolisme estrogen pada remaja wanita dengan kelebihan berat badan akan menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan responden yang memiliki siklus menstruasi teratur dan tidak teratur adalah sama sebanyak 12 responden sehingga belum bisa diketahui seberapa besar pengaruh status gizi lebih terhadap keteraturan siklus menstruasi.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dayanti (2004), dengan judul “Hubungan Status Gizi (Indeks BB/U) dan Frekuensi Olahraga dengan Pola Siklus Menstruasi Pada Siswi SMP 1 Galur Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004”, uji korelasi pearson product moment diperoleh bahwa status gizi berdasar indeks BB/U tidak memiliki hubungan signifikan terhadap pola siklus menstruasi dengan nilai p=0,427 dan nilai r=0,121.
Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena adanya perbedaan pada pemilihan sampel penelitian yaitu antara siswi SMP dan siswi SMA dimana jumlah tiap unsur zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda sesuai umur seseorang. Selain itu dari segi daerah penelitian, Dayanti melakukan penelitian di Galur sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mojolaban yang tentu memiliki perbedaan taraf gizi penduduk masing-masing daerah.
(4)
commit to user
Dari teknik analisis yang digunakan juga berbeda sehingga sangat mungkin untuk terjadi perbedaan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis non-parametrik sedangkan penelitian Dayanti menggunakan teknik analisis parametrik. Alasan penelitian ini menggunakan teknik analisis non-parametrik karena syarat penggunaan teknik tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang dikemukakan oleh Dahlan (2009), menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis non-parametrik adalah skala pengukurannya adalah kategorikal dan syarat menggunakan uji Chi Square adalah sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari keseluruhan jumlah sel yang ada.
(5)
commit to user
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang memiliki siklus menstruasi teratur adalah kelompok siswi dengan status gizi normal yakni 33,3% dan siswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur adalah kelompok siswi dengan status gizi kurus yaitu sebesar 21,9%. Sedangkan pada siswi dengan status gizi lebih persentasenya sebanding untuk siklus menstruasi teratur dan tidak teratur yaitu sebesar 6,6%.
2. Ada hubungan yang signifikan dari status gizi terhadap keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat lebih memahami tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya siklus menstruasi dengan cara membaca buku atau mencari info yang up-date dari berbagai sumber sehingga dapat memberikan solusi yang tepat apabila menemui kasus ketidakteraturan siklus menstruasi yang tidak hanya dipengaruhi oleh stress atau psikis saja tetapi juga faktor-faktor lain.
(6)
commit to user 2. Bagi Remaja
Diharapkan remaja harus mulai mengenal diri dan tubuhnya serta memperhatikan perubahan-perubahan tubuh dengan cara mencatat siklus menstruasi setiap bulannya. Dapat menjaga berat badan agar dapat mengurangi dampak negatif dari malnutrisi khususnya terhadap siklus menstruasi.
3. Penelitian Selanjutnya
Agar peneliti lain meneliti lebih lanjut untuk klasifikasi status gizi lebih dibandingkan status gizi normal terhadap keteraturan siklus menstruasi sehingga didapatkan keterangan yang lebih jelas mengenai pengaruh status gizi lebih bagi kesehatan reproduksi wanita khususnya keteraturan siklus menstruasi. Diupayakan untuk menambah variabel penelitian, misalnya penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi, olahraga atletik, stress, pengaruh rokok sehingga bisa mengungkap faktor-faktor resiko dalam masalah reproduksi kewanitaan selain faktor gizi.