pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan penurunan responsifitas seluler. Hormon pertumbuhan juga memiliki beberapa efek anti insulin,
misalnya perangsangan glukogenolisis dan stimulasi jaringan adipose Corwin, 2009.
2.3.5.4 Diabetes mellitus tipe lain
Tipe ini disebabkan oleh faktor lain, seperti efek genetis pada fungsi sel pankreas pada kerja insulin, penyakit pankreas eksokrin, atau akibat
penggunaan obat-obatan Triplitt, et al., 2008.
2.3.6 Diagnosis diabetes mellitus
Diagnosa diabetes mellitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah dengan cara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa dapat juga dilihat dari
keluhan khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan Sudoyo, dkk., 2009.
Selain itu juga terdapat nilai atau indeks diagnostik tambahan yang dibagi atas 2 bagian, yakni:
a. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta Hal ini dapat dinilai dengan pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin, dan
C-peptide, serta nilai HbA1C ‘Glycosylated hemoglobin’. WHO memakai istilah ‘Glyclated hemoglobin’ Sudoyo, dkk., 2009.
Universitas Sumatera Utara
b. Indeks proses diabetogenik Untuk penilaian proses diabetogenik dilakukan dengan penentuan tipe
dan sub-tipe HLA Human Leucocyte Antigen, seperti adanya tipe atau titer antibodi yang ditujukan pada sel islet pankreas islet cell
antibodies, ICA, insulin autoantibodi IAA, anti GAD Glutamic Acid Decarboxylase. ICA bereaksi dengan antigen yang ada di sitoplasma
sel-sel endokrin pada pulau-pulau pankreas dan menyebabkan kerusakan sel. GAD adalah enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi
neurotransmiter g-aminobutyric acid GABA. Adanya ICA, IAA, dan anti GAD ini menunjukkan risiko tinggi berkembangnya penyakit ke
arah DM tipe 1 Sudoyo, dkk., 2009.
2.3.7 Gejala penyakit diabetes mellitus
Penyakit diabetes melitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria banyak berkemih, polidipsia banyak minum, dan polifagia banyak makan. Di
samping naiknya kadar gula darah, diabetes bercirikan adanya “gula” dalam kemih glycosuria dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan
mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan, antara lain aseton, asam hidoksi butirat dan diasetat, yang membuat darah
menjadi asam ketoasidosis. Keadaan ini amat berbahaya karena akhirnya dapat menyebabkan pingsan coma diabeticum Tan dan Rahardja, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8 Komplikasi diabetes mellitus