DESAIN INTERIOR MUSEUM FILM INDONESIA DI JAKARTA

DESAIN INTERIOR MUSEUM FILM INDONESIA DI JAKARTA

(Dengan Pendekatan Tema Kontemporer)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

DINA KRISTIYANI C0808019 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

commit to user

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada :

1. Tuhan YME, atas segala rahmat dan karunia kepada hamba-Nya.

2. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan do’a,

dukungan dan semangat yang tidak pernah putus kepada penulis.

3. Dosen pembimbing dan seluruh jajaran dosen Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

4. Teman-temanku dan para sahabat yang selalu mendukung penulis.

commit to user

MOTTO

A dream you dream alone is only a dream.

A dream you dream together is reality.

- John Lennon -

Work hard and achieve anything. Aim higher. Dream bigger. Fear less. Love more. Look after yourself. Be grateful. Stay blessed. Trust your struggle.

It’s now or never.

- Inspiration -

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan konsep “Desain Interior Museum Film Indonesia di Jakarta Dengan Pendekatan Tema Kontemporer ”.

Penyusunan penulisan ini diajukan untuk melengkapi laporan Tugas Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan penjelasan, pengarahan, serta memberikan motivasi dan do’a demi kelancaran proses pengerjaan dan penyelesaian penulisan laporan TA ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua saya, yang telah memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materiil.

2. Anung B Studyanto, S.Sn, M.T selaku Ketua Jurusan Desain Interior UNS.

3. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Des selaku koordinator tugas akhir

4. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn, dan Silfia M. Aryani, ST.M.Arch selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan pengarahan.

5. Seluruh dosen, staff dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior UNS, Terimakasih atas ilmu, pengalaman dan nasihatnya yang sangat berguna bagi saya.

6. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan perhatiannya terhadap penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, 20 Juli 2012

Penulis

commit to user

DESAIN INTERIOR MUSEUM FILM INDONESIA DI JAKARTA Dengan Pendekatan Tema Kontemporer

Dina Kristiyani 1

Drs.Soepono Sasongko,M.Sn 2 Silfia M. Aryani, ST.M.Arch 3

ABSTRAK

2012. Desain Interior Museum Film Indonesia di Jakarta dengan Pendekatan Tema Kontemporer. Laporan Tugas Akhir : Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dalam perancangan ini adalah : (1) Bagaimana merancang interior Museum Film Indonesia sebagai pusat perfilman Indonesia yang informatif, edukatif dan rekreatif? (2) Bagaimana merancang interior Museum Film Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah desain? (3) Bagaimana merancang tema Kontemporer ke dalam interior Museum Film Indonesia? Tujuan perancangan ini adalah : (1) Merancang interior Museum Film Indonesia sebagai pusat perfilman Indonesia yang informatif, edukatif dan rekreatif. (2) Merancang interior Museum Film Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah desain. (3) Merancang Museum Film Indonesia dengan tema Kontemporer sebagai atmosfer interior ruangan. Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah desain adalah metode pembahasan analisa interaktif. Proses dimulai dengan perumusan masalah. Langkah selanjutnya berupa pengkajian literatur dan kunjungan ke obyek sejenis untuk menentukan pendekatan penyelesaian permasalahan desain yang sesuai. Dari proses perancangan disimpulkan bahwa: (1) Perancangan Interior Museum Film Indonesia sebagai pusat perfilman Indonesia yang informatif, edukatif dan rekreatif dibangun dengan estetis tinggi agar banyak menarik pengunjung. (2) Penggunaan warna dan bentuk yang sesuai dengan tema akan membangun suasana para pengunjung. (3) Karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.

Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C 0808019 2 Dosen Pembimbing 1

3 Dosen Pembimbing 2

commit to user

INTERIOR DESIGN OF INDONESIAN MOVIE MUSEUM IN JAKARTA Contemporary Theme Approach

Dina Kristiyani 1

Drs.Soepono Sasongko,M.Sn 2 Silfia M. Aryani, ST.M.Arch 3

ABSTRACT

2012. Interior Design of Indonesian Movie Museum in Jakarta; Contemporary Theme Approach. Final Studio Report : Interior Design Department, Letters and Fine Arts Faculty Sebelas Maret University Surakarta

Problems this designing are: (1) How to design the interior of Indonesian Movie Museum as an informative, educative and entertaining centre of Indonesian Movie?. (2) How to design the interior of the Indonesian Movie Museum in accordance with norms of design? (3) How to design with applying contemporary themes into the interior of the Indonesian Movie Museum? The design is purposed to: (1) Design the interior of Indonesian Movie Museum as an informative, educative and entertaining centre of Indonesian Movie. (2) Design the interior of the Indonesian Movie Museum in accordance with norms of design. (3) Design with applying contemporary themes into the interior of the Indonesian Movie Museum . The method used during design problem solving is started by formulating main design problems. The next steps are literature study and similar objects observation. Based on their result, it can be determine the appropriate approach to solve the problems. From this analysis can be concluded that : (1) Interior design of the Indonesian Movie Museum as an informative, educative and entertaining centre for Indonesian Cinema must be created with high aesthetic high for interesting visitors. (2) The use of colors and shapes that correspond to the theme will create intended atmosphere. (3) The character space might give significant support in accomodating visitors’ comfort and safety.

Interior Design Students with NIM C 0808019 2 First Supervisor

3 Second Supervisor

commit to user

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Sirkulasi Pengunjung .............................................................

43

Gambar 2.2 Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer .......

46

Gambar 2.3 Petunjuk tentang Ruangan di Ruang Pamer ..........................

46

Gambar 2.4 Obyek dari Petunjuk Arah di Ruang Pamer ..........................

47

Gambar 2.5 Pencahayaan Khusus pada Ambalan .....................................

59

Gambar 2.6 Pencahayaan Khusus pada Ambalan di Bidang Horisontal ...

59

Gambar 2.7 Daerah Refleksi Pencahayaan pada Bidang Vertikal ............

60

Gambar 2.8 Letak Sumber Pencahayaan terhadap Benda Pamer 3D .......

60

Gambar 2.9 Penempatan Kisi-kisi dibawah Lampu ..................................

61

Gambar 2.10 Refleksi Pencahayaan pada Bidang Kaca (Vertikal) .............

62

Gambar 2.11 Refleksi Pencahayaan pada Bidang Kaca (Horisontal) .........

62

Gambar 2.12 Jarak dan Sudut Pandang yang Baik ....................................

69

Gambar 2.13 Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertikal 70 Gambar 2.14 Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical ...............

70

Gambar 2.15 Penyajian untuk Benda 2D ...................................................

71

Gambar 2.16 Penyajian untuk Benda 2D dan 3D ......................................

72

Gambar 2.17 Penyajian untuk Benda 3D .....................................................

72

Gambar 2.18 Penyajian Benda 3D ..............................................................

72

Gambar 2.19 Penyajian untuk Benda 3D : Diorama ...................................

73

Gambar 2.20 Penyajian untuk Benda 3D dengan Split Level .....................

73

Gambar 2.21 Penyajian untuk Benda 3D dengan Sistem Mezanin ............

74

Gambar 2.22 Penyajian untuk Benda 3D dengan Dekoratif Mural ............

74

Gambar 2.23 Penyajian untuk Benda 3D dengan Penurunan Ceiling ........

75

Gambar 2.24 penyajian berupa Teater Film/Multimedia ............................

75

Gambar 2.25 Penyajian menggunakan Program Komputer ........................

76

Gambar 2.26 Penyajian Materi dapat berupa Materi Koleksi 2D ...............

76

Gambar 2.27 Penyajian berupa Materi 3D dengan Ukuran Kecil dan Sedang 76 Gambar 2.28 BOLEX “H16” ......................................................................

85

Gambar 2.29 Sebuah Frame dari Roundhay Garden Scene ........................

86

commit to user

Gambar 2.30 Sebuah Clip dari Charlie Chaplin Film Bisu Obligasi (1918)

87

Gambar 2.31 Lumière Bersaudara ..............................................................

94

Gambar 2.32 Peta Kota Jakarta ...................................................................

97

Gambar 3.1 Main Entrance berupa Taman ...............................................

101

Gambar 3.2 Display dalam Ruang Pamer .................................................

102

Gambar 3.3 Fasad depan Museum London ...............................................

104

Gambar 3.4 Display Benda Pamer dalam Museum ..................................

104

Gambar 4.1 Site plan Museum Film Indonesia .........................................

105

Gambar 4.2 Hubungan Antar Ruang – Museum Film Indonesia ............. 116 Gambar 4.3 Zoning Museum Film Indonesia ............................................

117

Gambar 4.4 Grouping Museum Film Indonesia ........................................

118

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Level Cahaya yang Dianjurkan .................................................

25

Tabel 2.2 Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer ....................................

35

Tabel 2.3 Pola Sirkulasi dalam Museum ...................................................

41

Tabel 2.4 Pola Hubungan antara Sirkulasi dan Ruang Pamer ..................

42

Tabel 2.5 Pencarian Orientasi oleh Pengunjung ......................................

45

Tabel 2.6 Pola Pengunjung dalam Pemilihan Rute ...................................

48

Tabel 2.7 Pola Pengunjung dalam Peralihan Rute ....................................

49

Tabel 2.8 Kejenuhan Pengunjung terhadap Obyek dan Ruang Pamer .....

51

Tabel 2.9 Luas Area Ruang Pamer yang dilalui Pengunjung ...................

53

Tabel 2.10 Penarik dan Pengalih Perhatian dalam Ruang Pamer ..............

54

Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang ..........................................................

56

Tabel 2.12 Ukuran Penggunaan Iluminasi Cahaya .....................................

58

Tabel 2.13 Data Iklim Jakarta .....................................................................

98

Tabel 2.14 Pembagian Daerah Jakarta ........................................................

99

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ....................................

110

Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Staff Pengelola ..............................

110

Tabel 4.3 Fasilitas Ruang Museum Film Indonesia di Jakarta ................

111

Tabel 4.4 Besaran Ruang pada Lobby Museum Film Indonesia ..............

111

Tabel 4.5 Besaran Ruang pada Ruang Pamer Museum Film Indonesia ...

113

Tabel 4.6 Alternatif Organisasi Ruang ......................................................

114

Tabel 4.7 Hasil Analisa Organisasi Ruang ...............................................

114

Tabel 4.8 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ...........................................

116

Tabel 4.9 Analisa Sistem Penyajian Koleksi ............................................

122

Tabel 4.10 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)......................................

124

Tabel 4.11 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding) ..................................

124

Tabel 4.12 Komponen Pembentuk Ruang (Ceiling) ...................................

125

Tabel 4.13 Sistem Interior ...........................................................................

127

Tabel 4.14 Analisa Bentuk ..........................................................................

130

Tabel 4.15 Analisa Sifat Warna ..................................................................

131

commit to user

Tabel 4.16 Sistem Keamanan Museum .......................................................

132

Tabel 4.17 Sistem Keamanan ......................................................................

133

commit to user

DAFTAR SKEMA

halaman

Skema 1.1 Pola Pikir Perancangan ............................................................

Skema 2.1 Struktur Permuseuman di Indonesia ........................................

27

Skema 2.2 Struktur Organisasi Museum Swasta .......................................

28

Skema 2.3 Struktur Organisasi Museum Pemerintah ................................

28

Skema 2.4 Struktur Organisasi Museum secara Umum ............................

28

Skema 2.5 Arus dan Sirkulasi Koleksi didalam Museum ..........................

38

Skema 2.6 Arus dan Sirkulasi Pengunjung didalam Museum ...................

39

Skema 4.1 Struktur Organisasi Museum Film Indonesia ..........................

106

Skema 4.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ........................

107

Skema 4.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi

108

Skema 4.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi .......

108

Skema 4.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ...............

108

Skema 4.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service .................................

109

Skema 4.7 Pola Kegiatan Pengunjung/Wisatawan Umum ........................

109

Skema 4.8 Pola Kegiatan Pengunjung/Wisatawan Khusus .......................

109

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia perfilman di Indonesia saat ini mulai bangkit dari tidur panjangnya. Sejak produksi film pertama Lotoeng Kasaroeng di tahun 1926, perfilman Indonesia perlahan tapi pasti mulai meningkat baik dari kualitas sampai kuantitasnya, dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an dimana produksi film Indonesia kala itu mencapai 100 judul dalam setahun. Namun memasuki era 1980-an, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan bioskop 21 yang kala itu banyak menayangkan film-film luar, film-film local mulai ditinggalkan.

Namun dimulai sejak produksi film bintang Bintang Jatuh diakhir tahun 90-an dan meledaknya film Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta ? secara bertahap perfilman Indonesia mulai bangkit. Produksi film lokal mulai deras mengalir hingga akhirnya even perfilman seperti Festival Film Indonesia yang turut mati suri, mulai diadakan lagi sebagai suatu sarana apresiasi terhadap film Indonesia yang semakin berkualitas. Tidak hanya film dengan produksi berskala besar tapi, film-film independent yang dikerjakan sekelompok orang maupun perseorangan dengan budget yang minimum pun banyak diproduksi, hal ini terlihat dengan banyaknya animo peserta dalam Festival Film Independen Indonesia. Pengembalian piala Citra yang terakhir dilakukan oleh masyarakat film Indonesia pun menunjukkan bahwa film telah berkembang demikian pesat sehingga membutuhkan pengaturan yang lebih baik dan apresiasi yang lebih mendalam terhadap dunia perfilman nasional.

Sebuah museum yang memuat aneka informasi dan kebudayaan yang berkaitan dengan perfilman Indonesia dapat menjadi sarana yang tepat untuk mengapresiasi film-film Indonesia, dimana sampai saat ini belum ada penghargaan semacam ini terhadap dunia film Indonesia. Selain itu peningkatan film Indonesia saat ini juga harus dipandang sebagai peningkatan dalam kebudayaan Indonesia, sehingga perlu ada mata rantai yang menjaga agar perfilman ini tidak sampai putus seperti pada tahun 80-90an. Dan adanya

commit to user

museum beserta fasilitas-fasilitas pendukungnya yang menyimpan segala informasi dan benda perfilman ini diharapkan dapat menjadi mata rantai yang terus menjaga rantai perfilman Indonesia.

Dari prestasi tersebut digagaslah sebuah Museum Film Indonesia. Museum sebagai pusat rekreasi informasi dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Ruang Pamer Tetap, Ruang Pamer Tidak Tetap, Souvenir Store, Cafe dan Ruang Auditorium bagi para penikmat film Indonesia yang dibalut nuansa interior kontemporer dengan memunculkan atmosfer dengan konsep kontemporer.

Site plan Museum Film Indonesia akan diasumsikan di Jakarta tepatnya di Jl. Mh. Thamrin, Jakarta. Selain itu ditinjau dari aspek regional, Jakarta Pusat memiliki siklus peluang bisnis yang tinggi, terdapat banyak pelaku industri film dan artis yang memungkinkan akan memanfaatkan Museum Film Indonesia sebagai referensi rekreasi mengenai film.

B. BATASAN PERANCANGAN

Sebagai pusat informasi, edukasi dan rekreasi bagi para penggemar film Indonesia, dengan ketentuan luas 1200 m² sampai 1500 m² yang menyediakan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi :

1. Area informasi dan edukasi

a. Lobby

b. Temporer Exhibition

c. Permanent Exhibition

2. Area Komersial

a. Gift shop

b. Café/Resto

3. Fasilitas Operasional

a. Lavatory

b. R. Konservasi dan Preparasi

commit to user

C. RUMUSAN PERANCANGAN

Ditinjau dari latar belakang dan batasan perancangan maka desain interior Museum Film Indonesia akan ditekankan pada:

1. Bagaimana merancang interior Musuem Film Indonesia sebagai pusat perfilman Indonesia yang informatif, edukatif dan rekreatif ?

2. Bagaimana merancang interior Museum Film Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah desain ?

3. Bagaimana merancang tema Kontemporer ke dalam interior Museum Film Indonesia ?

D. TUJUAN PERANCANGAN

1. Merancang interior Musuem Film Indonesia sebagai pusat perfilman Indonesia yang informatif, edukatif dan rekreatif.

2. Merancang interior Museum Film Indonesia yang sesuai dengan kaidah- kaidah desain.

3. Merancang Museum Film Indonesia dengan tema Kontemporer sebagai atmosfer interior ruangan.

E. SASARAN PERANCANGAN

1. Sasaran Pengunjung

a. Kalangan penggemar Film Indonesia.

b. Pelaku industri film langsung (pelaku perusahaan perfilman, produser dll)

c. Pelaku industri film tidak langsung (aktor, aktris dll)

d. Seluruh masyarakat umum Indonesia dan dunia.

2. Sasaran Desain

a. Merancang Museum Film Indonesia sebagai sebuah bangunan kompleks dengan organisasi ruang, sirkulasi dan interior system yang fungsional dan efisien.

b. Merancang Museum Film Indonesia sebagai fasilitas untuk menampilkan berbagai hal tentang perfilman Indonesia yang dikemas

commit to user

secara menarik dan fasilitas yang dapat mewadahi segala kegiatan dan kebutuhan tentang perfilman.

c. Merancang Museum Film Indonesia dapat menghadirkan atmosfer interior kontemporer yang informatif, edukatif dan rekreatif.

F. MANFAAT PERANCANGAN

1. Bagi Penulis/ Desainer

a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan film Indonesia.

b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai system interior yang berkaitan dengan bangunan kompleks informatif, edukatif dan rekreatif.

c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan, desain furniture, pemanfaatan ruang kosong, dan mengolah landscape menjadi kesatuan yang estetis dan sesuai fungsinya.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Memberikan informasi mengenai pentingnya melestarikan film Indonesia.

b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain.

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan solusi tempat informatif, edukatif rekreatif baru dengan memunculkan sebuah museum film Indonesia.

b. Sebagai sarana edukatif dan tempat berkumpul bagi para penggemar film Indonesia.

G. METODE DESAIN

1. Lokasi Survey

Demi mendapatkan suatu keakuratan data, perlu dilakukan penelitian yang dilaksanakan pada sebuah museum yang berada di Kota Yogyakarta.

commit to user

2. Bentuk Perancangan

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada proses dan makna serta pengungkapan informasi yang kualitatif dan tidak menekankan pada bentuk data berupa angka maka digunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi dengan deskriptif yang penuh

nuansa. “Deskriptif mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan obyek yang sedang dipelajari” (H. B. Sutopo, 2002 ; 110)

3. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam perancangan ini sebagai acuan desain, sebagai berikut:

a. Informan Dalam permasalahan ini yang menjadi nara sumber adalah selaku pengurus dari organisasi yang dilakukan observasi tersebut.

b. Jadwal/ susunan kegiatan-kegiatan yang terjadi pada tempat tersebut.

c. Tempat dan peristiwa yang ada pada lokasi penelitian tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh melalui teknik :

a. Observasi

Mengadakan pengamatan secara langsung tentang berbagai hal yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spandley, 1980). Observasi ini dilakukan secara formal dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, alat perekam (recorder), kamera serta alat pendukung lainnya.

b. Wawancara Wawancara ini bersifat open ended dan mendalam yang dilakukan secara informal, wawancara ini dilakukan pada waktu dan konteks

commit to user

yang tepat, Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak terungkap secara fisik (Sutresno Hadi, 1985;31). Wawancara ini dilakukan dengan struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam”.(H.B.Sutopo,1989;31)

c. Konteks Analisa (Analisa Dokumen)

Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi penelitian.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam Desain Interior Museum Film Indonesia ini adalah : BAB I

PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah , batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

KAJIAN TEORI Kajian Teori berisi tentang uraian tentang prinsip teori/ kajian teoritis mengenai proyek Desain Interior Museum Film Indonesia yang meliputi pembahasan teori tentang Film Indonesia secara umum yang mencakup di dalamnya pengertian, sejarah perkembangan, manfaat, pengertian besaran ruang, jenis ruang, pola organisasi ruang, komponen pembentuk ruang, sistem interior, serta pertimbangan desain.

BAB III

KAJIAN LAPANGAN Studi Lapangan berisi tentang hasil observasi di lapangan, sebagai dasar atau acuan untuk mangkaji desain yang sesuai untuk sebuah public space yang akan didesain. Segala keadaan yang berada di lapangan memberi gambaran mengenai kondisi yang diharapkan sesuai kebutuhan

commit to user

penggunanya. Data observasi yang diperoleh dari lapangan mampu menjadi masukan dalam perencanaan maupun sebagai bahan pembanding dan pengayakan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Museum Film Indonesia .

BAB IV

ANALISA DESAIN Berisi analisa perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari kajian teoritis dan hasil observasi lapangan yang merupakan dasar konsep perencanaan dan perancangan. Disini diuraikan tentang ide/gagasan yang melatarbelakangi terciptanya perancangan desain interior.

BAB V

KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data , evaluasi konsep perencanaan dan perancangan serta keputusan desain dari konsep perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

Data Informasi Proyek

Desain Terpilih

Evaluasi Desain

DESAIN

Alternatif Desain

Sketsa Desain

Konsep Desain

Rumusan

Masalah

Studi Lapangan

Studi Literatur

Proyek Perancangan

Human Faktor

Aspek Ekonomi

Interior System

Aspek Tema

Aspek Lingkungan Norma Desain

Aspek Budaya Aspek Politik

Aspek Keamanan Aspek Sosial

I. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN

Skema 1.1

Pola Pikir Perancangan

Sumber : Analisa Data 2010

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN JUDUL

1. Judul

“Desain Interior Museum Film Indonesia di Jakarta Dengan Pendekatan Tema Kontemporer ”

2. Definisi Judul

Desain : a. Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)

b. Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Desain Interior Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur, 1999 : 12)

Interior

: a. Ruang

dalam

suatu

bangunan, yang mengungkapkan tata kehidupan manusia melalui media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197)

b. Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).

Desain Interior : Adalah karya arsitek atau desainer yang khusus menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan. (Desain Interior Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur, 1999 : 11)

Museum : a. Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat

commit to user

perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu.

b. Tempat menyimpan barang kuno. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999)

Film : a. Selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negative (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).

b. Lakon (cerita) gambar hidup. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999)

Indonesia : Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah Negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. (www.wikipedia.org/wiki/Indonesia, 30 April 2012)

Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibukota Negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak dibagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). (www.wikipedia.org/wiki/Jakarta, 30 April 2012)

Kontemporer : Kontemporer biasanya merujuk pada sesuatu yang

"terkini", "baru", dan sebagainya. (www.wikipedia.org/wiki/Kontemporer, 30 April 2012)

commit to user

Jadi, “Desain Interior Museum Film di Jakarta dengan Pendekatan Tema Kontemporer ” adalah perancangan sebuah bangunan pusat rekreasi informasi dengan fasilitas dan sarana yang kompleks bagi para penikmat film Indonesia yang dibalut nuansa interior kontemporer dengan memunculkan atmosfer dengan tema kontemporer. Terdapat banyak pelaku industri film dan artis yang memungkinkan akan memanfaatkan

Museum Film Indonesia sebagai referensi dan rekreasi mengenai film.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG MUSEUM

1. Pengertian Museum

a. Museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1989:7)

b. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran segala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan lingkungannya untuk tujuan tertentu, pengkajian dan pendidikan maupun kesenangan. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)

c. Merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu, tempat penyimpanan barang- barang kuno. (Kamus Bahasa Indonesia: 675)

d. Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani rakyat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannnya. (Silalahi, Robert P Drs, Pedoman Museum : 5)

commit to user

2. Sejarah dan Perkembangan Museum

Sejarah Museum diawali dengan munculnya naluri ilmiah manusia, yaitu naluri untuk melakukan pengumpulan (collecting instinct). Sejak 85.000 tahun silam sudah merupakan tukang himpun, terbukti dari oleh hasil penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa dimana berdiam manusia Neanderthal. Dimana didalam gua ini ditemukan kepingan- kepingan batu yang disebut juga oker, fosil aneka bentuk, serta bebatuan lainnya. Koleksi ini merupakan penyajian pertama yang disebut Curiokabinet dan merupakan yang tertua dan nama ini merupakan museum pertama dalam sejarah dunia.

Pada akhir abad 18 di Eropa Barat, banyak muncul kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Eropa dalam bidang – bidang ilmiah, hingga banyak pula berdiri perkumpulan atau lembaga ilmiah. Salah satunya berdiri sejenis museum yang disebut dengan Institutional Museum. Diawali dengan pecahnya revolusi Perancis, yang kemudian melahirkan semboyan Liberte, Egalite et Fraternite (merdeka, persamaan dan persaudaraan), membawa perubahan pada sendi – sendi kehidupan yang lama dengan lahirnya bibit – bibit demokrasi barat yang menjadi sebuah tatanan kehidupan baru bagi bangsa Eropa. Perubahan tatanan kehidupan ini menyebabkan disitanya banyak istana milik raja maupun para bangasawan oleh negara dan semua koleksi yang awalnya hanya diperuntukkan khusus bagi keluarga raja beserta kerabatnya dan para bangsawan, menjadi terbuka untuk umum atau rakyat. Sebagai contoh adalah museum Le Louvre di Paris, Perancis, yang berasal dari koleksi Raja Frans I yang selanjutnya diperluas oleh Raja Louis XIV dari Fotainebleau ke istana Louvre sekarang. Sejak saat itulah kemudian museum menjadi salah satu lambang bagi kedaulatan rakyat khususnya dibidang ilmu pengetahuan, kebudayaan maupun seni dan tidak lagi hanya menjadi monopoli kaum bangsawan dan kaum cendikiawan saja, tetapi telah menjadi milik umum dan seluruh lapisan masyarakat.

Dalam perkembangan berikutnya museum lebih menonjolkan fungsi rekreasi daripada fungsi edukatifnya. Setelah perang dunia II banyak

commit to user

negara yang sadar bahwa kehidupan cultural, seperti halnya dunia pendidikan dipandang perlu untuk dimasukkan dalam jangkauan strategis kebudayaan dan dikelola oleh sistem adminstrasi kebudayaan. Secara internasional perlu adanya kerjasama di bidang kebudayaan dan tugas ini kemudian dipercayakan pada UNESCO, sebagai salah satu badan PBB yang mengurusi masalah pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya dibidang permuseuman, UNESCO membenuk suatu lembaga yang mengurusi masalah permuseuman secara internasional, yang disebut dengan International Council of Museum, disingkat ICOM. Pada tahun 1981, ICOM memiliki anggota kurang lebih 7000 anggota dari semua negara anggota PBB.

Di Indonesia sendiri mempunyai sejarah ilmu dan kesenian yang paling tua diantara Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini dikaitkan dengan sejarah jaman kolonialisme dan Imperialisme. Pada tanggal 24 April 1778, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen , badan usaha yang bertujuan memajukan penelitian dalam bidang seni, ilmu, khususnya bidang ilmu sejarah, arkeologi, etnografi, dan fisika serta menerbitkan berbagai penelitian, mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan. JCM. Radermacher, sebagai pendiri menyumbangkan sebuah rumah berikut koleksi budaya sebagai cikal bakal museum di Indonesia.

Dan dengan bertambahnya jumlah koleksi, pada awal abad ke 19, Sir Thomas Stamford Raffles membangun gedung baru di Jalan Majapahit nomor 3, yang diberi nama Literary Society. Dan pada tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang dapat digunakan sebagai kantor sekaligus untuk memamerkan koleksi. Gedung itu terletak di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat. Diresmikan pada tahun 1868, yang kemudian dikenal dengan nama Museum Gajah, karena terdapat patung Gajah yang terbuat dari perunggu, yang merupakan hadiah dari raja Culalongkorn, dari Thailand. Museum ini juga disebut Museum Arca, karena didalamnya

commit to user

tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai kurun waktu.

Pada tanggal 29 Febuari 1950. Lembaga tersebut menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi Museum Pusat, dan pada tanggal 28 Mei 1979 berubah nama menjadi Museum Nasional yang merupakan museum tertua di Indonesia. Pada abad 20 didirikan Museum Aceh pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan ole Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jendral HMA Swart pad atanggal 31 Juli 1915. Museum ini dkembangkan menjadi Museum Negri Provinsi Aceh. Tahun 1922 Von Faber, warga Surabaya keturunan Jerman menderkan Museum Steelijk Historish Museum Surabaya, yang saat ini berubah namanya menjadi Museum Negeri Mpu Tantular.

Di Bali pada tanggal 8 September 1932 diresmikan sebuah museum dengan nama Bali museum, yang kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah, dan saat ini namanya menjadi Museum Negeri Proinsi Bali. Di Yogyakarta sejak tahun 1924 dirintas sebuah museum oleh Java Institut yang pada tahun 1935 diresmikan menjadi Museum Sonobudoyo, kemudian setelah proklamasi museum ini dikelola oleh pemerintah daerah, dan akhirnya pada tahun 1974 museum ini diserahkan ke pemerintah pusat. Setelah tahun 1945 Museum-Museum di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Sampai saat ini telah berdiri sekitar 140 buah museum di Indonesia.

3. Fungsi, tujuan dan tugas museum

a. Fungsi Menurut IOCM, fungsi Museum dengan praktek pengelolaan museum sehari-hari, sebagai berikut:

1) Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya

2) Dokumentasi, informasi, dan penelitian alam

3) Konservasi dan preservasi

commit to user

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum

5) Pengenalan dan penghayatan kesenian

6) Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa

7) Visualisasi warisan budaya alam dan budaya

8) Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat manusia

9) Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

10) Rekreasi dan berbagai aktivitas masyarakat.

b. Tujuan Museum Tujuan museum menurut Sampurno Kadarsan, dapat dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan institutional dan tujuan fungsional.

1) Tujuan Institusional : Memberikan pengertian kepada Bangsa Indonesia, khususnya generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan yang dimiliki Indonesia khususnya, sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.

2) Tujuan Fungsional : Sebagai wadah tujuan fungsional agar dapat berlaku secara efektif terhadap dua kepentingan yang saling berpengaruh, yaitu :

a) Kepentingan Obyek : memberikan wadah atau tempat untuk menyimpan serta melindungi benda – benda koleksi yang mempunyai nilai budaya, dari kerusakan atau kemusnahan yang disebabkan, antara lain pengaruh iklim, alam, biologis maupun manusia.

b) Kepentingan Umum : menyimpulkan penemuan – penemuan benda, pemeliharaan dari kerusakan, penyajian benda – benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat : menarik sehingga menimbulkan rasa bangga dan bertanggung jawab dan dipelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.

commit to user

c. Tugas museum Tugas museum disamping sebagai koleksi, preparasi, edukasi maupun rekreasi, tugas pokok museum dapat diterangkan sebagai berikut:

1) Melaksanakan pengumpulan, perawatan dan penyajian benda yang bernilai budaya dan bernilai historis

2) Melaksanakan dan menyebarluaskan hasil penelitian kebudayaan daerah dan bangsa berdasarkan koleksi

3) Melaksanakan perpustakaan, dokumentasi, dan penelitian ilmiah

4) Membuat reproduksi karya kebudayaan nasional

5) Melaksanakan tata usaha

Selain seperti diuraikan di atas, terdapat pula tugas museum dibidang tourisme sebagai usaha untuk memperkenalkan harta budaya bangsa kepada para wisatawan asing.

4. Jenis Museum

Muhammad Amir Sutaarga (1975) dalam buku Persoalan Museum di Indonesia, membagi – bagi jenis museum yang ada dewasa ini berdasarkan macam – macam ilmu pengetahuan. Adanya perbedaan materi yang dipelajari dalam setiap ilmu pengetahuan dengan sendirinya membawa pengaruh dalam segala hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tersebut, seperti halnya teori, obyek – obyek yang dipelajari dan sebagainya.

Pembagian museum berdasarkan perbedaan dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Museum ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang termasuk museum ini adalah museum zoologi, museum botani, museum industri, museum kesehatan, museum pertanian, museum lalu lintas dan lain – lain.

b. Museum sejarah dan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah museum seni rupa, museum etnografi, museum arkeologi, museum

commit to user

kesenian, museum antropologi, museum perjuangan, museum pendidikan jasmani dan lain – lain.

Disamping perbedaan berdasarkan kategori ilmu pengetahuan, pembagian museum dapat diklasifikasikan berdasarkan tipenya, sebagai berikut ( Moh. Amir Sutaarga, 1975 : 2 ) :

a. Museum ilmu hayat

b. Museum sejarah dan antropologi

c. Museum ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Museum seni Dalam Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 075/1975, bagian XFVI, pasal 728, dikemukakan bahwa sistem klasifikasi museum sebenarnya lebih bersifat fleksibel agar dapat menuju kearah tujuan yang hendak dicapai yaitu pembinaan dan pengembangan – pengembangan museum di Indonesia. Hal tersebut di atas dikemukakan lagi dalam seminar pengelolaan dan pendayagunaan museum di Indonesia, yang selanjutnya diterbitkan dalam buku dengan judul yang sama dengan tema tersebut di atas. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa, Direktorat Permuseuman membagi museum menjadi tiga tipe (berdasarkan jenis koleksinya ), sebagai berikut :

a. Museum Umum, yaitu museum yang tidak membatasi jenis koleksinya. Koleksinya berupa kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi maupun berbagai cabang – cabang seni.

b. Museum Khusus, yaitu museum yang membatasi jenis koleksinya, berupa kumpulan bukti material atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang seni atau satu cabang teknologi.

c. Museum Pendidikan, yaitu museum yang jenis koleksinya dikhususkan pada tingkat pendidikan umum

Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya (ruang lingkup wilayah tugas ), sebagai berikut :

commit to user

a. Museum Nasional, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda – benda yang berasal dari, mewakili maupun yang berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

b. Museum Regional Propinsi, adalah museum yang benda koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili, serta berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu.

c. Museum Lokal, adalah museum yang benda koleksinya terdiri kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah lokal setempat, kabupaten atau kotamadya tertentu.

Sedangkan menurut penyelenggaraannya (berdasarkan status hukumnya ), museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :

a. Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum yang dikelola oleh pemerintah pusat dan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah.

b. Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola oleh pihak swasta.

Sedangkan Berdasarkan Bentuk Bangunannya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :

a. Museum Tertutup, museum yang koleksinya berada didalam suatu bangunan permanen.

b. Museum Terbuka, museum yang sebagian besar koleksinya berada di luar bangunan permanen.

c. Museum Kombinasi, museum yang koleksinya berada di dalam dan di luar bangunan permanen.

5. Persyaratan Museum

a. Lingkungan Museum

1) Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau untuk umum.

commit to user

2) Lokasi museum harus sehat;

a) Tidak terletak di daerah industri yang udaranya sudah tercemar

b) Tidak berada pada daerah berawa, tanah berlumpur, tanah berpasir, dengan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut.

c) Nilai lingkungan sekitar museum yang bersifat sebagai pusat rekreasi.

d) Sesuai dengan peruntukkan bangunan umum.

b. Persyaratan Bangunan

1) Persyaratan Umum:

a) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut: fungsi dan aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanan

b) Pintu masuk utama (main entrance) adalah untuk pengunjung museum

c) Pintu masuk khusus (service entrance) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

d) Area publik (Public Area), terdiri dari bagian: (1) Bagian utama (Pameran tetap dan pameran temporer) (2) Auditorium, gift shop, kafetaria, pos jaga, ticket box, dan

penitipan barang, ruang duduk, toilret, dan sebagainya.

e) Area semi publik (Semi Public Area), terdiri dari:Bangunan administrasi (perpustakaan dan ruang penerangan, ruang rapat, dan lain-lain)

f) Area privat (Private Area), terdiri dari: (1) Pelayanan teknis (laboratorium, storage, dan lain-lain) (2) Kantor pengelola

2) Persyaratan Khusus:

a) Bangunan Utama (pameran tetap dan temporer) (1) Memuat benda-benda koleksi yang dipamerkan (2) Mudah dicapai dari luar maupun dalam

commit to user

(3) Merupakan bangunan yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum

(4) Mempunyai sistem keamanan yang baik, dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami maupun kriminalitas dan pencurian.

b) Bangunan Auditorium (1) Mudah dipakai untuk umum (2) Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan

ceramah.

c) Bangunan Khusus (1) Terletak pada ruang tenang (2) Mempunyai pintu masuk khusus (3) Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,

kebakaran, kriminalitas) yang menyangkut segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.

d) Bangunan Administrasi; (1) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun

bangunan-bangunan lain (2) Mempunyai pintu masuk khusus

6. Koleksi Museum

a. Pengertian koleksi Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan (gambar,

benda – benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap), berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (KBBI,1995: 450)

b. Syarat-syarat koleksi Museum Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi Museum, yaitu antara lain:

commit to user

1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)

2) Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orda biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya benda-benda sejarah alam dan teknologi).

3) Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah.

4) Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam atau budaya.

5) Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman.

c. Jenis-jenis Koleksi Museum Terbagi dalam dua kategori:

1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi

2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam – macam bentuknya, yaitu dapat berupa :

1) Etnografika : yaitu kumpulan benda – benda hasil budaya suku – suku bangsa

2) Prehistorika : yaitu kumpulan benda – benda prasejarah

3) Arkeologika : yaitu kumpulan benda – benda arkeologi

4) Historika

: yaitu kumpulan benda – benda bernilai sejarah

5) Numistika dan heraldika, yaitu kumpulan benda – benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa, dan surat – surat berharga.

6) Naskah – naskah kuno dan bersejarah

7) Keramik asing

8) Buku dan majalah anti kuariat

9) Karya seni dan seni kriya

commit to user

10) Benda – benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen.

11) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi

12) Benda – benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral

13) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya

14) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran kecil

15) Koleksi hasil abstraksi Dalam S. Wittlin (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 77) merumuskan

tentang koleksi museum sebagai berikut :

1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi).

2) Social prestige collection (koleksi kebanggaan sosial).

3) Magic collectioan (koleksi kepercayaan magis).

4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai sebuah pernyataan kesetiaan kelompok).

5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi memancing keingintahuan dan pertanyaan).

6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni yang memancing pengalaman emosional).

Berdasarkan sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber, yaitu:

1) In Organik Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam. Seperti batu alam, metal, keramik, kaca,

2) Organik Merupakan koleksi yang sumber dasarnya terbuat dari tanaman dan hewan.

d. Pengadaan Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu kegiatan pengumpulan benda – benda realita atau pembuatan replica, yang

commit to user

dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta lingkungannya.

Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah untuk menghimpun, mencatat, melestarikan dan mengkomunikasikan benda – benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi, pendidikan dan

rekreasi yang sehat, sehingga terhimpunnya dan termanfaatkannya benda – benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat.

Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan :

1) Penemuan/penggalian.

2) Pembelian.

3) Hadiah/hibah.

4) Titipan dari perorangan atau badan hukum.

Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENGHADAPI MEA MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN DI KOTA MAGELANG

0 1 7

IMPLEMENTASI MODEL PETA (PEMBELAJARAN KOMPETENSI SPASIAL) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAGI GURU SMA DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

0 0 10

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENELITIAN DAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU MATEMATIKA SMASMK MUHAMMADIYAH DI KLATEN DAN SUKOHARJO Masduki dan Muhammad Noor Kholid Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta E

0 0 8

Kata Kunci: perangkat desa, teknologi komputer, Windows PENDAHULUAN - PAKOM PELATIHAN PENGOPERASIAN KOMPUTER BAGI PERANGKAT DESA DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 9

PEMITRA BAGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA GURU DAN SISWA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS DI BOYOLALI Sutama, Sabar Narimo, dan Suyatmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : sutamaums.ac.id Abstra

0 0 7

PAKOM DAUR ULANG SAMPAH ANORGANIK DI DESA NGADIREJO, KARTASURA, SUKOHARJO Ambarwati dan Sri Darnoto Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta E mail: ambarwatiums.ac.id ABSTRAK - PAKOM PELATIHAN PENDAURULANGAN SAMPAH

1 2 11

PERANCANGAN ANIMASI TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BLENDER DI CABANG MUHAMMADIYAH KARTASURA Sukirman Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: sukirmanums.ac.id ABSTRAK - PERANC

0 0 7

PELATIHAN PELAYANAN PRIMA TENTANG PERILAKU PEMBERI LAYANAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

0 0 6

HIP HOP DANCE CENTER DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN MODERN INDUSTRIAL

1 2 94

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA

0 1 20