Pemerolehan Prefiks Bahasa Indonesia Pada Anak TK Usia 4—5 Tahun di Yayasan Perguruan Markus Medan

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti
pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
untuk menghindari salah tafsir pada pembaca. Konsep ini akan peneliti jelaskan
sebagai berikut.
2.1.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya
atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran
bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses
yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua,
setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Mangantar (2009: 104) juga
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa (language acquisition) ialah prosesproses yang berlaku di pusat bahasa dalam otak seorang anak (bayi) pada waktu
dia sedang memeroleh bahasa ibunya.
2.1.2 Morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-


7
Universitas Sumatera Utara

perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
(Ramlan, 2005: 16-17). Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologik,
yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan dan proses pemajemukan.
(Ramlan 2005: 45).
2.1.3 Afiksasi
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan
membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal
maupun kompleks (Putrayasa, 2008: 5). Proses pengafiksan dapat dibedakan
menjadi (1) pembubuhan depan, dengan melibatkan prefiks atau awalan, (2)
pembubuhan akhir dengan melibatkan sufiks atau akhiran, (3) pembubuhan
tengah, dengan melibatkan infiks atau sisipan, dan (4) pembubuhan terbelah
dengan melibatkan konfiks ( Cahyono, 1995: 110).
2.1.4 Prefiks
Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar.
Dalam bahasa indonesia terdapat beberapa prefiks, jumlah prefiks dalam bahasa
indonesia yang ditentukan oleh setiap peneliti berbeda- beda, namun dalam

penelitian ini peneliti berpedoman pada prefiks yang dikemukakan oleh Putrayasa.
Putrayasa menyatakan bahwa prefiks asli bahasa Indonesia terdiri atas meN-,
peN-, ber-, ter-, di-, per-, ke-, dan se-.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori yang menjadi
acuan penulis, teori tersebut yaitu psikolinguistik, pemerolehan bahasa, prefiks

8
Universitas Sumatera Utara

asli bahasa Indonesia, dan genetik kognitif chomsky. Teori- teori tersebut akan
penulis jelaskan sebagai berikut.
2.2.1 Psikolinguistik
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan
kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri
sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun keduanya samasama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang
berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji
perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang
berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada

waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh
manusia Slobin,1974; Meller, 1964; Slama Cazahu, 1973 (dalam Chaer, 2003: 5).
2.2.2 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya
atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran
bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses
yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah
dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan
bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua
(Chaer, 2003:167).
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang
memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
9
Universitas Sumatera Utara

Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah
proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses
kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi yang terdiri
dari dua proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses

menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau
kepandaian mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang
didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau
menerbitkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua jenis proses kompetensi ini apabila
telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan linguistik kanak-kanak itu
(Chaer 2003: 167).
2.2.3 Prefiks Asli Bahasa Indonesia
Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar.
Contohnya: meN-, peN-, ber-, ter-, di-, per-, se- ( Putrayasa, 2008:10).
a. Prefiks meNDalam pembentukan kata, prefiks meN- mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. N (kapital) pada prefiks meNtidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan
inisial morfem yang mengikutinya. Prefiks meN- dapat berubah menjadi me-,
mem-, men-, meny-, meng-, menge-.


Prefiks meN- berubah menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/ dan semua vokal (a, i, u, e, o).
Fonem /k/ mengalami peluluhan.

10

Universitas Sumatera Utara



Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /r/, /y/, dan /w/.



Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.



Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.



Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang

bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/. Fonem /s/ mengalami
peluluhan.



Prefiks meN- berubah menjadi menge jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bersuku satu.

b. Prefiks peNPrefiks peN- mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi bentu dasar
yang mengikutinya. Prefiks peN- dapat berubah menjadi pe-, pen-, pem-, peng-,
peny-, dan penge-. Keenam bentuk tersebut merupakan alomorf prefiks peN-.


Prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/ dan semua vokal (a,i,u,e,o). Fonem
/k/ mengalami peluluhan.



Prefiks peN- berubah menjadi pe- jika diikuti oleh bentuk dasar yang

bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/.



Prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

11
Universitas Sumatera Utara



Prefiks peN- berubah menjadi pem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.



Prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /c/ /j/, /s/. Fonem /s/ mengalami peluluhan.




Prefiks peN- berubah menjadi penge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bersuku satu.

c. Prefiks berPrefiks ber- juga dapat mengalami perubahan bentuk. Terdapat tiga bentuk
yang dapat terjadi jika prefiks ber- dilekatkan pada bentuk dasar. Ketiga bentuk
tersebut adalah be-, ber-, dan bel-. Kaidah perubahan bentuk prefiks ber- adalah
sebagai berikut.


Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya
berakhiran dengan /er/.



Prefiks ber- berubah menjadi ber- (tidak mengalami perubahan) jika
ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula
dengan fonem /r/ atau suku pertamanya tidak mengandung /er/.




Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika dilekatkan pada bentuk dasar ajar.

d. Prefiks ter- dan diPrefiks ter- mempunyai alomorf ter- dan tel-. Bentuk tel- hanya terjadi pada
kata-kata tertentu seperti telanjur dan telentang, sedangkan prefiks di- tidak
pernah mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan bentuk lain.

12
Universitas Sumatera Utara

e. Prefiks perPrefiks per- sangat berkaitan erat dengan prefiks ber-. Jika kata kerjanya ber
awalan ber- dan tidak pernah ditemukan dalam bentuk meN-, kata bendanya
menjadi per-.
f. Prefiks kePrefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan
bentuk dasar. Hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara ke- sebagai
prefiks dan ke- sebagai kata depan. Ke- sebagai kata depan kedudukannya sama
dengan kata depan di dan dari. Oleh karena itu, sebagai kata depan penulisannya
dipisahkan.

g. Prefiks sePrefiks se- berasal dari kata sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan struktur
kata, vokal a dilemahkan menjadi e. Bentuk awalan se- tidak mengalami
perubahan atau variasi bentuk.
2.2.4 Genetik Kognitif Chomsky

Chomsky (dalam Chaer 2003: 108) mengatakan bahwa teori genetik- kognitif
ini didasarkan pada satu hipotesis yang disebut hipotesis nurani (the innatess
hypothesist). Hipotesis ini mengatakan bahwa otak manusia dipersiapkan secara
genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi dengan struktur
bahasa universal dan apa yang disebut language acquisition device (LAD). Dalam
proses pemerolehan bahasa LAD ini menerima “ucapan- ucapan” dan data-data
lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-

13
Universitas Sumatera Utara

rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai
keluaran. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang kanak-kanak mampu
menguasai bahasa ibunya dengan begitu mudah yaitu tanpa diajar dan begitu
cepat dengan masukan yang sedikit (kalimat-kalimat tidak lengkap, berputusputus, salah, dan sebagainya) tanpa adanya struktur universal dan LAD itu di

dalam otaknya secara genetik.
Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas kanak-kanak dengan alat yang
dimilikinya (yaitu LAD) adalah menentukan bahasa masyarakat manakah
masukan kalimat- kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal
atau skema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah “bertemu” dengan
masukan dari bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya); dan kanak-kanak akan
membentuk teori tata bahasanya berdasarkan itu. Tata bahasa itu terus-menerus
disempurnakan berdasarkan masukan yang semakin banyak, dan sesuai dengan
proses pematangan otaknya.
2.3 Tinjauan Pustaka
Gustianingsih (2002) dalam tesisnya yang berjudul Pemerolehan kalimat
majemuk bahasa Indonesia pada anak TK. Teori yang digunakan adalah teori
pemerolehan bahasa Chomsky. Untuk mengumpulkan data metode yang
digunakan adalah metode cross sectional dengan dibantu teknik observasi,
rekaman, wawancara, tebak gambar, dan bercerita. Data kemudian dianalisis
untuk mencari elemen sintaksis untuk hal ini diperlukan kriteria Chomsky yaitu
jika dalam tuturan anak terdapat penggunaan kaidah yang berulang-ulang muncul,
tetap dan benar, maka gejala itu dapat dijadikan bukti bagi kompetensi bahasa
anak pada tiap tahap perkembangan bahasa mereka.
14
Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian usia empat sampai lima tahun adalah masa peralihan dari
kehidupan anak di lingkungan rumah tangga ke dalam lingkungan sekolah. Oleh
karena itu tingkat penguasaan bahasa KAMABIA kelompok usia 4—5 tahun
merupakan parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus sebagai dasar
pengajaran bahasa di sekolah. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian
peneliti yaitu pada teori yang digunakan yaitu teori pemerolehan Chomsky.
Peneliti juga menggunakan teori tersebut dalam penelitian ini untuk menganalisis
data yang peneliti temukan.
Listari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Morfologi
bahasa Jawa Anak Usia Lima Tahun di Desa Sialang Pamoran Labuhan Batu
Selatan. Teori yang digunakan adalah teori psikolinguistik dan pemerolehan
morfologi pada anak usia lima tahun. Untuk mengumpulkan data metode yang
digunakan adalah metode simak dengan teknik lanjutannya yaitu teknik simak
libat cakap yang dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat. Data tersebut
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan, dengan teknik dasar
berupa teknik pilah unsur penentu dengan alatnya yaitu daya pilah yang bersifat
mental.
Hasil dari penelitian ini adalah pada anak usia lima tahun yang berbahasa
Jawa telah mampu membentuk kalimat dengan menggunakan atau menyisipkan
kata ulang. Pada anak usia lima tahun kata ulang yang sering muncul adalah kata
ulang dwilingga. Pada kata ulang yang muncul adalah nomina, verba, adjektiva,
dan kata ulang lain yang yang agak sering muncul adalah kata ulang yang
berimbuhan dan kata ulang dwilingga salin suara. Kontribusi penelitian ini yaitu
peneliti dapat melihat metodenya lalu mengaplikasikan metode tersebut pada
15
Universitas Sumatera Utara

penelitian peneliti untuk menggabungkan antara psikolinguistik dan morfologi
karena kajian peneliti juga menggabungkan psikolinguistik dengan morfologi.
Siregar (2012) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Kata Sapaan
Bahasa Batak Toba Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Teori yang digunakan
adalah teori psikolinguistik behaviorisme. Teori ini digunakan untuk menganalisis
bentuk-bentuk kata sapaan yang sudah diperoleh anak usia tiga tahun. Untuk
mendapatkan data digunakan metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik
simak bebas libat cakap. Data yang berupa kosakata yang diucapakan anak
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan dan agih. Kata sapaan
itu kemudian dipilah dan digolongkan ke dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah atau pendidikan, dan lingkungan pesta adat lalu dipilih kata sapaan yang
paling sering digunakan oleh anak usia tiga tahun.
Hasil dari penelitian ini adalah pemerolehan kata sapaan bahasa Batak Toba
dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal anak dan pemerolehan kata sapaan
bahasa Batak Toba yang sering diperoleh anak usia tiga tahun adalah kata sapaan
dalam lingkungan keluarga seperti Bapa, Uma, Ompung Boru, Tulang, Namboru,
Akkang Baoa dan Akkang Boru. Dalam penelitian ini juga ditemukan hubungan
psikolinguistik behaviorisme dalam pemerolehan kata sapaan bahasa Batak Toba
anak usia tiga tahun, menimbulkan stimulus negatif yang mengakibatkan respon
negatif dan stimulus positif yang mengakibatkan respon positif. Kontribusi
penelitian ini yaitu peneliti dapat melihat bagaimana pemerolehan kata sapaan
pada anak usia 3 — 4 tahun sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana
kemampuan anak usia 3 — 4 tahun dalam pemerolehan bahasa khususnya kata
sapaan dalam bahasa batak Toba.

16
Universitas Sumatera Utara

Sari (2014) dalam tesisnya yang berjudul Pemerolehan Leksikon Anak Usia
Tujuh Tahun di SD Negeri 0667690 Medan. Teori yang digunakannya adalah
teori pemerolehan bahasa oleh Chomsky. Untuk memperoleh data metode yang
digunakan adalah metode simak dan metode cakap. Metode ini memiliki teknik
dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yaitu teknik sadap, teknik lanjutan yaitu
teknik simak libat cakap, teknik catat dan teknik rekam. Dalam metode cakap
digunakan teknik dasar yaitu teknik pancing dan teknik lanjutan yaitu teknik
cakap semuka.
Hasil dari penelitian ini adalah pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun
mencakup dua belas kelompok leksikon yaitu nama orang, hewan, kendaraan,
anggota tubuh, pakaian, mainan, perabotan, perlengkapan rumah tangga,
makanan, sifat keadaan, kegiatan, teknologi dan informan. Kelas kata yang
terdapat dalam leksikon anak usia 7 meliputi verba, adjektiva, interogativa,
demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi dan
pertindihan kelas. Relasi semantis yang terbentuk dalam leksikon anak usia 7
tahun meliputi sinonim, antonim, hiponim, meronim, homonim, dan polisemi.
Kontribusi penelitian ini pada penelitian yang peneliti yaitu pada teori yang
digunakan yaitu pemerolehan bahasa Chomsky peneliti akan menerapkan teori
tersebut pada penelitian yang peneli lakukan.
Manalu (2015) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Jenis Kata
Pada Anak Usia Lima Tahun di Taman Kanak- Kanak Kartika 1—17 Yon Armed
Delitua. Teori yang digunakan adalah genetik kognitif Chomsky. Teori ini
digunakan untuk menganalisis pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun.
Untuk memperoleh data metode yang digunakan adalah metode simak, dengan
17
Universitas Sumatera Utara

teknik lanjutan yaitu teknik simak libat cakap. Data yang telah diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan, dengan teknik lanjutan
yaitu teknik hubung banding menyamakan.
Hasil dari penelitiian ini adalah pemerolehan jenis kata pada anak usia lima
tahun dimulai dari kata benda, kata kerja, kata keadaan, kata ganti, kata
keterangan, kata bilangan, kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru.
Jenis kata yang sering digunakan oleh anak usia lima tahun adalah kata benda,
kata kerja, dan kata bilangan. Kontribusi penelitian ini pada peneliti yaitu peneliti
dapat menerapakan teori genetik kognitif yang digunakan untuk penelitian
peneliti.

18
Universitas Sumatera Utara