24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Perancangan Sistem
Mulai
Menentukan Sepesifikasi Alat
Menentukan Topologi Jaringan
Konfigurasi Software dan Alat Pengujian
Menghitung Throughput Menghitung reliability
Berfungsi
Analisis Data
Selesai Ya
Tidak
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan Sistem
25
3.2. Spesifikasi Alat
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis sistem jaringan hotspot yang menggunakan sistem internal wireless roaming pada saat handover. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan perangkat sebagai berikut :
3.2.1. Spesifikasi Hardware
3.2.1.1. RB951Ui-2HnD
RB951Ui-2HnD digunakan sebagai server hotspot yang berfungsi untuk menyebarkan alamat ip ke AP access point. Spesifikasi RB951Ui-
2HnD adalah sebagai berikut[24]: Details
Product code RB951Ui-2HnD
CPU nominal frequency 600 MHz
CPU core count 1
Size of RAM 128 MB
10100 Ethernet ports 5
101001000 Ethernet ports MiniPCI slots
MiniPCI-e slots Wireless chips model
AR9344-DC3A Wierless standarts
802.11bgn Number if USB ports
1 Power Jack
1 802.3af support
No PoE in
Yes Voltage Monitor
No PCB temperature monitor
No CPU temperature monitor
No Dimensions
113x138x29mm Operating System
RouterOS Operating temperature range
-20C .. +50C License level
4 Antenna gain DBI
2.5 Current Monitor
No
26 CPU
AR9344-DC3A Max Power consumption
Up to 7W SFP ports
SFP+ ports USB slot type
USB type A Number of chains
2 Serial ports
None Suggested price
59.95 Tabel 3. 1 Spesifikasi RB951Ui-2HnD[24]
3.2.1.2. TP-Link WR740N
TL-WR740N digunakan sebagai access point yang berfungsi untuk menerima alamat ip dari server. Spesifikasi TL-WR740N adalah sebagai
berikut[25]: HARDWARE FEATURE
Interface 4 10100Mbps LAN Ports
1 10100Mbps WAN Ports
Button Quick Setup Security Button WPS
Compatible Reset Button
Power OnOff Button
External Power Supply
9VDC 0.6A Wireless Standards
IEEE 802.1n, IEEE 802.11g, IEEE 802.11b Antenna
5dBi Fixed Omni Directional Dimensions W x D x
H 6.9 x 4.6 x 1.3 in. 174 x 118 x 33 mm
WIRELESS FEATURES Frequency
2.4 – 2.4835 GHz
Signal Rate 11n: Up to 150Mbps dynamic
11g: Up to 54Mbps dynamic 11b: Up to 11Mbps dynamic
EIRP 20dBm EIRP
Reception Sensitivity 130M: -68dBm10 PER
108M: -68dBm10 PER 54M: -68dBm10 PER
11M: -85dBm10 PER 6M: -88dBm10 PER
1M: -90dBm10 PER
27 Wireless Functions
EnableDisable Wireless Radio, WDS Bridge, WMM, Wireless Statistics
Wireless Security 64128152-bit WEP WPA WPA2,WPA-
PSK WPA2-PSK
SOFTWARE FEATURE WAN Type
Dynamic IPStatic IPPPPoEPPTPDual AccessBigPound
DHCP Server, Client, DHCP Client List, Address
Reservation Quality of Service
WMM, Bandwitdth Control Port Forwarding
Virtual Server, Port Triggering, UPnP, DMZ Dynamic DNS
DynDns, Comexe, NO-IP VPN Pass-Throgh
PPTP, L2TP, IPSec ESP Head Access Control
Parental Control, Local Management Control, Host List, Access Shcedule, Rule Management
Firewall Security DoS, SPI Firewall
IP Address FilterMAC Address FilterDomain Filter
IP and MAC Address Binding
Management Access Control
Local Management Remote Management
OTHERS Certification
CE, FCC, RoHS Package Contents
TL-WR740N 1 fixed omni directional antennas
Power supply unit Resource CD
Quick Installation Guide
System Requirements Microsoft® Windows® 98SE, NT, 2000, XP,
Vista
TM
or Windows 7, MAC® OS, NetWare®, UNIX® or Linux
Environment Operating Temperature: 0ºC~40ºC
32ºF~104ºF Storage Temperature: -40ºC~70ºC -
40ºF~158ºF Operating Humidity: 10~90 non-
condensing Storage Humidity: 5~90 non-condensing
Warranty 2 years limited warranty. Advanced
replacement service is available
Tabel 3. 2 Spesifikasi TP-Link WR740N[25]
28
3.2.2. Spesifikasi Software
3.2.2.1. Inssider
Insider adalah software yang digunakan untuk memindai dan mengcapture jaringan dengan parameter utama SSID dalam jangkauan
antena Wi-Fi pada laptop komputer, melacak kekuatan sinyal dari waktu ke waktu secara real time, dan melihat pengaturan keamanan mereka apakah
dilindungi oleh password atau tidak[20].
Gambar 3. 2 Inssider
3.2.2.2. Bandwidth Monitor
Bandwidth Monitor di install dan digunakan di komputer. Perangkat lunak ini menampilkan real-time kecepatan download dan upload dalam
bentuk grafis dan numerik, pencatatan penggunaan bandwidth, dan menyediakan pencatatan penggunaan bandwidth harian, laporan penggunaan
29 bandwidth mingguan dan bulanan. Bandwidth monitor memonitor semua
koneksi jaringan pada komputer, seperti koneksi jaringan LAN, modem, ISDN, DSL, ADSL, modem kabel, kartu Ethernet, wireless, VPN, dan
banyak lagi. Bandwidth monitor kompatibel dengan Windows 98, Windows Me, Windows NT 4.0, Windows 2000, Windows XP, Windows 2003,
Windows Vista, Windows 7, dan Windows 8[21].
Gambar 3. 3 Bandwidth Monitor[21]
3.2.2.3. Commview for wifi
CommView for WiFi merupakan aplikasi jaringan nirkabel yang baik dan dapat memantaumeng-analyzer jaringan pada frekuensi 802.11 abgn.
Dibuat dengan fitur yang mudah dan lengkap, CommView for WiFi mampu menggabungkan kinerja dan fleksibilitas[22].
Kegunaan dari aplikasi ini, yaitu : Scan the air for WiFi stations and access points.
Capture 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n WLAN traffic. Specify WEP or WPA keys to decrypt encrypted packets.
View detailed per-node and per-channel statistics.
30 View detailed IP connections statistics: IP addresses, ports,
sessions, etc. Reconstruct TCP sessions.
Configure alarms that can notify you about important events, such as suspicious packets, high bandwidth utilization, unknown
addresses, rogue access points, etc. View protocol pie charts.
Monitor bandwidth utilization. Browse captured and decoded packets in real time.
Search for strings or hex data in captured packet contents. Log individual or all packets to files.
Load and view capture files offline. Import and export packets in Sniffer®, EtherPeek™, AiroPeek™,
Observer®, NetMon, Tcpdump, hex, and text formats. Export any IP address to SmartWhois for quick, easy IP lookup.
CommView for WiFi dapat berjalan di : Pentium III atau lebih tinggi.
Windows 2000XP2003Vista20087 both 32- or 64-bit editions 256 MB RAM
10 MB of free disk space.
31 Gambar 3. 4 Commview for wifi
3.2.2.4. Wireshark
Wireshark merupakan salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh Network administrator untuk
menganalisa kinerja jaringannya terrmasuk protokol didalamnya. Wireshark banyak disukai karena interfacenya yang menggunakan Graphical User
Interface GUI atau tampilan grafis.
Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang melintas dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format
protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan
yang terlihat dan semua jenis informasi ini dapat dengan mudah dianalisa
32 yaitu dengan memakai sniffing , dengan sniffing diperoleh informasi penting
seperti password email account lain. Wireshark merupakan software untuk melakukan analisa lalu-lintas
jaringan komputer, yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi professional jaringan, administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang
piranti lunak jaringan[23].
Gambar 3. 5 Wireshark
3.2.2.5. Winbox
Winbox adalah software untuk melakukan remote GUI ke Router Mikrotik melalui operating system windows. Semua fungsi antarmuka
Winbox dibuat sedekat mungkin dengan fungsi Console: semua fungsi Winbox persis dalam hierarki yang sama di Terminal Konsol dan sebaliknya
33 kecuali
fungsi-fungsi yang
tidak diimplementasikan
dalam Winbox. Seperti perubahan alamat MAC pada sebuah interface.
Gambar 3. 6 Winbox
3.2.2.6. Iperf
Iperf dikembangkan oleh National Laboratory for Advanced Network Research
NLANR sebagai alternatif modern untuk mengukur bandwidth
TCP dan kinerja UDP. Iperf memungkinkan tuning berbagai parameter dan karakteristik UDP. Iperf melaporkan hasil bandwidth, delay
jitter dan loss datagram disetiap hasil pengukurannya[19]. Berikut ini adalah
gambar dari iperf.
34 Gambar 3. 7 Iperf
35
3.3. Menentukan Topologi
Topologi jaringan yang dibangun disesuaikan dengan konsep internal wireless roaming
dengan arsitektur tipe External Service Set ESS. Gambar dibawah ini memperlihatkan topologi jaringan yang dibangun.
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER SERVER HOTSPOT
SERVER
Client 192.168.10.2
– 192.168.10.254
Gambar 3. 8 Topologi
36
3.3.1. Penjelasan Topologi
3.3.1.1. Server
Server ini memiliki fungsi sebagai berikut : 1.
Simulasi internet, alasan penulis simulasi internet adalah ketika penulis melakukan pengujian terhadap reliability,
penulis men-download file tanpa terputus koneksinya. 2.
Computer server, penulis menggunakan computer server untuk mendapatkan data throughput. Pada computer server,
penulis menjalankan server iperf dan pada client menjalankan client iperf.
3.3.1.2. Router
Router pada gambar diatas adalah RB 951Ui-2hnd. Penggunaan router ini diharapkan dapat memaksimalkan
penggunaan sebagai DHCP server.
3.3.1.3. Access Point
Access point pada gambar diatas adalah TP-Link model TL- WR740N, yang akan diinstal firmware DD-WRT bertujuan agar
konsep internal wireless roaming yang dibangun dapat tercapai dan
juga berfungsi sebagai DHCP forwarder.
3.3.1.4. Mobile Station Client
Perangkat mobile station yang akan digunakan adalah notebooklaptop. Penggunaan laptop sebagai mobile station agar
dapat memperlihatkan kuat sinyal dari masing-masing AP serta
37 perpindahan ketika terjadi roaming. Selain itu dengan menggunakan
laptop maka bandwith yang didapatkan dapat terlihat dengan jelas. Mobile station ini juga dapat dikatakan sebagai alat sniffer.
3.3.2. Skenario Pengujian
Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, penulis menggunakan skenario pengujian sebagai berikut :
1. Penulis melakukan pengujian dengan 6 skenario, dengan
menggunakan channel 1 dan 10 pada semua skenario. 2.
Penulis melakukan pengujian dengan menjalankan aplikasi iperf pada server dan client.
3. Penulis menggunakan aplikasi wireshark, insider, bandwidth
monitor dan commview for wifi. Semua aplikasi tersebut
berfungsi sebagai sniffer dan pengukuran dalam penelitian ini.
38
3.3.2.1. Skenario Pengujian 1 Area AP1
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 9 Skenario Pengujian 1 Area AP 1 Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf
di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar
100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan di Area AP1 No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 3 Percobaan 1 di Area AP1
39 Keterangan :
1. Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan
router server. 2.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai server iperf.
3. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
client iperf. 4.
Pengujian dilakukan di area tanpa interferensi
3.3.2.2. Skenario Pengujian 2 Area AP 1
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 10 Skenario Pengujian 2 Area AP 1 Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf
di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar
40 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel
sebagai berikut : Percobaan di Area AP1
No 100mb
1 2
10 Tabel 3. 4 Percobaan 1 di Area AP1
Keterangan : 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi
41
3.3.2.3. Skenario Pengujian 3 Area AP2
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 11 Skenario Pengujian 3 Area AP 2 Pengujian dilakukan di area AP2 dengan menjalankan iperf
di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar
100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan di Area AP2 No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 5 Percobaan di Area AP2 Keterangan :
42 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi.
3.3.2.4. Skenario Pengujian 4 Roaming
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 12 Skenario Pengujian 4 pada Saat Roaming Pengujian
dilakukan pada
saat Roaming
dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 120 detik dengan
3 kali roaming. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf
43 dengan TCP windows size sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan
sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan pada saat Roaming No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 6 Percobaan pada Saat Roaming Keterangan :
1. Pengujian menggunakan 1 buah RB951G-2HnD yang dijadikan
router server. 2.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai server iperf.
3. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
client iperf. 4.
Pengujian dilakukan di area interferensi. 5.
Pengujian dilakukan dengan 3 kali roaming.
44
3.3.2.5. Skenario Pengujian 5 Roaming
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 13 Skenario Pengujian 5 pada Saat Roaming Pengujian
dilakukan pada
saat Roaming
dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 120 detik dengan
1 kali roaming. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan
sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan pada saat Roaming No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 7 Percobaan pada Saat Roaming Keterangan :
45 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951G-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi.
5. Pengujian dilakukan dengan 1 kali roaming.
3.3.2.6. Skenario Pengujian 6 menjauhi AP1
AP 1 SWITCH
ROUTER SERVER
Client
Gambar 3. 14 Skenario Pengujian 6 Menjauh dari AP 1
46 Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf
di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar
100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan di Area AP1 No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 8 Percobaan 6 di Area AP1 Keterangan :
1. Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan
router server. 2.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai server iperf.
3. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
client iperf. 4.
Pengujian dilakukan di area interferensi 5.
Pengujian dilakukan dengan berjalan menjauhi AP1
47
3.3.2.7. Skenario Pengujian 7 Reliability
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 15 Skenario Pengujian Reliability
Reliability jaringan yang dimaksud adalah dimana seorang
client yang terkoneksi dengan AP1 tidak perlu melakukan
konfigurasi ulang ketika terjadi perpindahan ke AP2. Secara otomatis MS berpindah menuju access point yang lain tanpa
melakukan konfigurasi ulang. Pengujian dilakukan pada saat Roaming dengan men-download Ubuntu-13.04-desktop-amd64.iso.
48
BAB IV
ANALISA DAN PENGAMBILAN DATA
4.1. Konfigurasi Alat Pengujian
Pada konfigurasi alat pengujian, penulis melakukan proses instalasi firmware DD-WRT pada access point dilakukan melalui dua tahap. Pertama melakukan
upgrade dengan mengguakan firmware DD-WRT versi factory-to-ddwrt.bin.
Setelah proses upgrade firmware tersebut berhasil, kemudian dilakukan upgrade firmware
DD-WRT menggunakan versi tl-wr740n-webflash.bin. Setelah berhasil melakukan instalasi tl-wr740n-webflash.bin maka firmware
DD-WRT terlihat pada gambar 4.1. Kemudian penulis melanjutkan mengkonfigurasi access point.
Gambar 4. 1 Tampilan Awal Firmware DD-WRT
49
4.1.1. Konfigurasi Access Point
Beberapa konfigurasi harus diterapkan pada setiap access point agar didapatkan sistem seperti yang diharapkan. Dalam pembuatan wireless
roaming, access point yang digunakan dibuat sama untuk mempermudah proses
konfigurasi. Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 4. 2 Konfigurasi IP Address AP 1 Gambar 4.2 menjelaskan konfigurasi awal yang dilakukan pada access point
pertama. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi nama pada access point,
dalam hal ini access point pertama diberi nama AP 1 dengan IP address 192.168.1.1 dan subnet mask 255.255.255.0. Kemudian WAN connection type di-
disable, begitu juga konfigurasi yang harus dilakukan pada access point kedua.
Gambar 4.3 menujukkan konfigurasi IP address pada access point kedua.
50 Gambar 4. 3 Konfigurasi IP Address AP 2
Pada gambar 4.3 menujukkan konfigurasi DHCP untuk setiap access point. Access point
tidak berfungsi sebagai DHCP server melainkan berfungsi sebagai DHCP forwarder yang meneruskan IP DHCP dari router yang memiliki fungsi
sebagai DHCP server.
51 Gambar 4. 4 DHCP Forwarder
Gambar 4. 5 Konfigurasi SSID pada Access Point 1 Gambar 4.5 menujukkan konfigurasi pemberian nama SSID dan wireless
channel yang digunakan oleh Access Point AP pertama. SSID yang digunakan
adalah “windy”.
52 Gambar 4. 6 Konfigurasi SSID pada Access Point 2
Pada gambar 4.6 menjelaskan konfigurasi SSID pada AP kedua. Konfigurasi pada AP kedua tidak jauh berbeda dengan AP pertama. Pemberian
nama pada SSID haruslah sama di semua AP karena DHCP forwarder bekerja berdasarkan SSID yang sama, sedangkan wireless channel harus berbeda agar tidak
terjadi interferensi antar frekuensi.
53 Gambar 4. 7 Konfigurasi Security untuk Setiap Access point
Langkah selanjutnya adalah konfigurasi security yang akan digunakan di setiap AP. Untuk WPA shared key
yang digunakan adalah “windy123” seperti yang terlihat pada gambar 4.7.
54
4.1.2. Konfigurasi Server Mikrotik
Konfigurasi mikrotik bertujuan untuk membuat server dan dapat memenuhi syarat tercapainya jaringan hotspot yang menggunakan internal wireless roaming.
Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut : 1.
Penulis masuk terminal dengan bantuan software winbox. 2.
Penulis memberi nama pada router server. Pemberian nama ini untuk mempermudah penulis mengidentifikasi file, ketika router di-reset.
Dengan memasukkan perintah : system identity set name=RouterServer
3. Penulis memberi nama “Backbone” pada interface ether1. Perintah
yang dimasukkan pada mikrotik adalah : interface set name=Backbone ether1
4. Penulis mengkonfigurasi interface Backbone yang berfungsi sebagai
DHCP Client. Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah : ip dhcp-client add interface=Backbone disabled=no
5. Penulis mengkonfigurasi interface ether2 memberian nama “Hotspot”.
Pada interface Hotspot ini berfungsi sebagai server hotspot untuk memberi IP pada client. Perintah yang dimasukkan pada mikrotik
adalah: interface set name=Hotspot ether2
55 6.
Penulis menambahkan ip address pada interface Hotspot dengan perintah :
ip address add address=192.168.10.124 interface=Hotspot 7.
Penulis mengkonfigurasi hotspot setup dengan perintah sebagai berikut :
56
4.2. Analisa Proses Roaming 4.2.1.
Proses Roaming Client ke AP
Radio Information Radio Information
Probing Req Probing Res
Authentication Authentication
Association Req Association Res
EAPOL EAPOL
Client AP 1
AP 2
Gambar 4. 8 Proses Roaming Client ke AP Gambar 4.8 menunjukkan proses roaming, dimana terdapat beberapa proses
sebelumnya. Berikut penjelasan dari proses-proses terjadinya roaming[27]. 1.
Radio Information, data yang tertera pada proses terjadinya roaming ini berisi 802.11 radio information meliputi data rate, channel dan signal.
57 Gambar 4. 9 Data 802.11 radio information
2. Probing, probes digunakan oleh Wireless LAN client untuk menemukan
jaringan network dengan mengirimkan permintaan probe request pada access point
. Kemudian access point menjawab dengan mengirimkan probe response
yang berisi ssid dari access point tersebut.
Gambar 4.10 menunjukkan client dengan mac address c4:46:19:22:66:c0 mengirimkan broadcast.
Gambar 4. 11 Probe Request Gambar 4. 10 Probe Request
58 Gambar 4.11 menunjukkan respon dari access point dengan mac
address 10:fe:ed:e0:75:6e yang memeberikan informasi nama ssid access
point tersebut kepada client yang memiliki mac address c4:46:19:22:66:c0.
3. Authentication, sebuah proses yang ditentukan oleh standar 802.11.
authentication 802.11 pada dasarnya dikembangkan dengan dua mekanisme
authentication . Mekanisme yang pertama disebut open authentication, yang
merupakan authentication null dimana client meminta untuk di- authentication
dan access point menanggapi permintaan tersebut. Mekanisme autentikasi yang kedua berdasarkan kunci yang dibagi antara
klien dan akses point yang disebut Equivalency Protection WEP key. Ide Gambar 4. 11 Probe Response
59 dari pembagian WEP key membuat link wireless memiliki privasi dari link
yang disediakan. 4.
Association, client mempelajari BSSID yang merupakan mac address access point
dan port pada access point yang diketahui sebagai association identifier
AID ke client. AID sama dengan port pada sebuah switch. 5.
EAPOL, pada proses ini terjadi pemberian informasi key.
Gambar 4. 12 Capture Wireshark Proses Roaming Ada beberapa metode mengukur waktu roaming. Metode yang lain
dapat diterapkan pada skenario yang lainnya, tetapi hal yang terpenting adalah menjaga konsistensi dalam pengambian dan perhitungan data. Berikut adalah
metode yang umum digunakan untuk menghitung durasi yang diperlukan client untuk terkoneksi dari satu AP ke AP lainnya[27].
Penghitungan latency dari Probe Request sampai EAPoL-Key atau Association Response. Metode ini berfokus pada wireless latency.
Penghitungan dimulai ketika client melakukan probing untuk mencari AP yang
60 dapat melakukan roaming, dan berakhir sampai frame EAPoL-Key terakhir
tetapi bisa saja berbeda tergantung tipe roaming yang dilakukan; sebagai contoh Fast BSS Transition menggunakan frame Assosiation Response sebagai
frame terakhir untuk melakukan roaming.
61
4.2.2. Proses Roaming menggunakan wireless N 150 USB Adapter
Pada proses ini. Penulis melakukan percobaan roaming, dengan menggunakan iperf dan konfigurasi seperti berikut :
1. Jalankan iperf Pada comserver, dengan konfigurasi
- Iperf.exe –s
- dan tekan enter
2. Sedangkan pada comclient, buka iperf, dengan konfigurasi :
- Iperf.exe –c ipserver –fkb –t120 –i1 –w100mb
- dan tekan enter.
Gambar 4. 13 Capture Paket Wireshark menggunakan D-Link
62 Pada gambar 4.13 menjelaskan paket yang tertangkap ketika penulis
melakukan proses roaming. Namun ketika penulis melakukan proses roaming dengan konfigurasi iperf.exe
–c ipserver –fkb –t120 –i1 –w100mb, client tidak dapat mengalami handover. Hal ini dikarenakan traffic terbanjiri oleh paket tcp.
Data yang digunakan untuk proses handover tidak lengkap dan tidak bekerja secara maksimal sehingga proses handover tersebut tidak dapat terjadi.
Gambar 4. 14 Capture Paket Wireshark menggunakan D-Link Pada gambar 4.14 menjelaskan paket yang tertangkap ketika penulis
melakukan proses roaming. Penulis melakukan konfigurasi iperf.exe –c
ipserver –fkb –t120 –i1. Pada percobaan kali ini terjadi proses handover. Hal
itu dibuktikan terdapat paket handover yang lengkap. Tidak seperti pada gambar 4.13, pada percobaan ini paket handover tidak tertutup oleh paket TCP.
63
4.3. Analisa dan Grafik
4.3.1. Analisa dan grafik Skenario Pengujian 1, 2 , 3 dan 4.
No Area tanpa Interferensi
Area Interferensi AP1 Kb
AP1 Kb AP2 Kb
Roaming Kb Rata-rata
25036.5 19240.1
19143.7 9834.9
Tabel 4. 1 Rata-rata Throughput Upload Keterangan :
1. Pada tabel 4.1 dilakukan pengujian di area AP1 dengan menjalankan
iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100 Mb.
Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali di area tanpa interferensi. Pengujian tersebut menghasilkan rata-rata throughput sebesar 25036.5
Kb. 2.
Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan
client iperf dengan TCP windows size sebesar 100 Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali.
3. Pengujian dilakukan di area AP2 dengan menjalankan iperf di Server
dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100 Mb. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 10 kali. 4.
Pengujian dilakukan di area Roaming dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 120 detik. Penulis mengkonfigurasi server
iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100Mb. Penulis
64 melakukan handover sebanyak 3 kali dengan kecepatan jalan. Pengujian
ini dilakukan sebanyak 10 kali. Dari data tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa roaming throghput yang
menurun disebabkan oleh sinyal yang menurun akibat client berpindah tempat dari AP1 ke AP2 dan sebaliknya. Dengan adanya jarak yang lebih panjang
antara client dengan AP maka throughput akan menurun karena sinyal AP juga melemah. Namun saat terjadi handover, throughput akan segera naik seiring
dengan mendekatnya client ke AP yang lainnya. Sedangkan pengujian throughput
pada AP1 dan AP2 dilakukan dekat dengan AP sehingga tidak ada faktor jarak.
Pada percobaan kali ini dapat diketahi bahwa saat roaming dan client berada dekat dengan AP, throughput relatif besar. Namun saat menjauh dari AP maka
throughput menurun. Throughput akan kembali naik setelah terjadi handover
dan saat client mulai mendekat ke AP yang lainnya. Tepat setelah handover, throughput
tidak serta merta stabil, namun terjadi lonjakan yang kemudian berangsur stabil. Penjelasan ini dapat dilihat pada gambar 4.15.
65 Gambar 4. 15 Throughput Roaming
Pada gambar 4.15 menunjukkan bahwa pada awal nya throughput tinggi karena berada dekat dengan salah satu AP, namun throughput menurun karena
client berpindah tempat menuju roaming area. Kemudian saat terjadi handover
dengan ditandai turunnya throughput secara drastis, namun throughput kembali naik tetapi belum stabil. Kemudian throughput berangsur naik dan stabil ketika
client mendekati AP. Penulis menandai gambar 4.15 menggunakan persegi
panjang warna merah dengan maksud menunjukan pada kondisi tersebut terjadinya handover.
66 Grafik 4. 1 Roaming Throughput
Grafik 4.1 menunjukkan data throughput saat client roaming dan saat client
statis. Penulis mencoba membandingkan throughput pada area tanpa interferensi dengan thoughput pada area interferensi. Dari grafik 4.1 tersebut
dapat dilihat perbedaan throughput yang signifikan di area tanpa interferensi AP1 dan pada area interferensi AP1. Rata-rata throughput yang dihasilkan pada
area tanpa interferensi AP1 adalah 25036.5 Kb, sedangkan Rata-rata throughput yang dihasilkan pada area interferensi AP1 adalah 19240.1 Kb.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa throughput yang dihasilkan setara setiap pecobaan. Hal ini menandakan bahwa roaming mempengaruhi
throughput karena faktor jarak antara AP dengan client. Jarak yang menjauh
membuat sinyal AP yang diterima client menjadi lemah. Hal ini membuat throughput
juga melemah. Penulis mencoba menjelaskan lebih lanjut pada analisa Skenario Pengujian 6 menjauhi AP1.
AP1 Kb AP1 Kb
AP2 Kb Roaming Kb
Area tanpa Interferensi
Area Interferensi
25036.5 19240.1
19143.7 9834.9
THROUGHPUT UPLOAD
67
4.3.2. Analisa dan grafik skenario 6 menjauhi AP1
No Area Interferensi
AP1 Menjauh dari AP1
Rata-rata 19240.1
14320.9 Tabel 4. 2 Throughput pada AP1
Pada tabel 4.2 menunjukkan throughput yang dihasilkan pada skenario AP1 dengan keaadaan client statisdiam yang menghasilkan rata-rata throughput
sebesar 19240.1Kb. Sedangkan throughput yang dihasilkan pada skenario menjauh dari AP1 adalah 14320.9Kb.
Grafik 4. 2 Throughput pada AP1 Pada grafik 4.2 menujukkan perbedaan rata-rata throughput yang dihasilkan
pada percobaan statis di AP1 dan menjauhi AP1. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata throughput yang dihasilkan AP1 lebih besar
dibandingkan throughput yang dihasilkan dari skenario percobaan menjauh dari AP1, ini menandakan bahwa roaming mempengaruhi throughput karena faktor
AP1 Kb Menjauh dari AP1 Kb
Area Interferensi
19240.1 14320.9
TROUGHPUT AP1
68 jarak antara AP dengan client. Jarak yang menjauh membuat sinyal AP yang
diterima client menjadi lemah. Hal ini membuat throughput juga melemah.
Gambar 4. 16 Throughput pada AP1 Pada gambar 4.16 menunjukkan grafik throughput yang dihasilkan dari
skenario area AP1 dengan keadaan client yang statisdiam serta menggunakan qualcomm atheros AR9485 wireless network adapter
. Rata-rata throughput yang dihasilkan pada skenario ini adalah 19240.1Kb.
Gambar 4. 17 Throughput Menjauh AP1
69 Pada gambar 4.17 menunjukkan grafik throughput yang dihasilkan skenario
menjauh dari AP1. Turunnya grafik dari gambar 4.17 disebabkan client yang menjauh dari AP1 sehingga sinyal yang diterima semakin menurun dan juga
menyebabkan turunnya rata-rata throughput. Pada percobaan skenario ini, penulis mendapatkan hasil rata-rata throughput sebesar 14320.9Kb.
4.3.3. Analisa dan grafik skenario 4 dan 5
No 3 kali Roaming 1 kali Roaming
Rata-rata 9834.9
10595.7 Tabel 4. 3 Throughput Roaming
Pada tabel 4.3 menunjukkan rata-rata throughput sebesar 9834.9Kb yang dihasilkan pada skenario 3 kali roaming, maksud dari 3 kali roaming adalah
client berjalan dimulai dari AP1 ---- AP2 ---- AP1 --- AP2 selama 120 detik.
sedangkan throughput yang dihasilkan pada skenario 1 kali roaming adalah 10595.7Kb. Penjelasan dari 1 kali roaming adalah client berada pada AP1
selama 35 detik dalam keadaan statisdiam, kemudian client roaming dengan waktu 50 detik mendekati AP2, kemudian client berada pada AP2 dalam
keadaan ststisdiam selama 35 detik, total waktu yang dibutuhkan adalah selama 120 detik.
70 Grafik 4. 3 Throughput Roaming
Grafik 4.3 menunjukkan rata-rata throughput pada skenario 3 kali roaming dan 1 kali roaming. Pada skenario 3 kali roaming dihasilkan rata-rata
throughput sebesar 9834.9Kb. Kemudian pada skenario 1 kali roaming
dihasilkan rata-rata 10595.7Kb.
Gambar 4. 18 Throughput 3 kali Roaming Pada gambar 4.18 menunjukkan grafik throughput 3 kali roaming. Kotak
merah diatas menunjukkan saat client 3 kali roaming.
9400 9600
9800 10000
10200 10400
10600
3 Kali Roaming Kb 1 Kali Roaming Kb
9834.9 10595.7
Throuhgput Roaming
71 Gambar 4. 19 Throughput 1 Kali Roaming
Pada gambar 4.19 menunjukkan grafik throughput 1 kali roaming. Pada awalnya throughput yang dihasilkan pada area AP1 besar kemudian client
berjalan menjauh dari AP1 dengan ditunjukkan pada penurunan grafik yang ditandai pada kotak merah diatas. Throughput kembali naik dan stabil ketika
client mendekati AP2.
Dari analisa skenario 4 dan 5, turunnya throughput disebabkan saat client menjauh dari AP, signal yang didapat oleh client juga menurun. Sehingga data
rate maximal juga berkurang maka congestion control bekerja. Terjadinya Congestion control
ketika : - Adanya time out, ini adalah alasan yang kuat terjadinya congestion.
Kemungkinan segment di drop pada jaringan tersebut, dan tidak ada berita tentan segmen yang dikirim
- If three ACKs are received, adalah kemungkinan yang rendah. Segmen mungkin telah drop, tetapi beberapa segment telah tiba. Hal ini disibut dengan
fast transmission and fast recovery.
72
4.4. Analisa Relability
Gambar 4.20 menunjukkan time out sebanyak 3 kali dikarenkan saat penulis melakukan roaming terjadi handover. Setiap handover ditunjukkan dengan 1
kali RTO request timed out pada layar cmd.
Gambar 4. 20 RTO pada saat roaming
73 Tabel 4. 4 Reliability
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa saat handover ditandai dengan RTO sebanyak 3 kali. Penulis menggunakan software ping tester dengan pengaturan
sebagai berikut : 1.
Test interval 10 miliseconds 2.
Send buffer size 2048 Bytes 3.
Time out 10 miliseconds
No. Year
Month Day
Hour Minute
Second IP
Host Send Buffer
Timems TTL Status
1 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 2
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
3 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 4
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
10 63 ip success
5 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 5
63 ip success 6
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
7 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 8
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
81 63 ip success
9 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 10
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
11 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 12
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
3 63 ip success
13 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 3
63 ip success 14
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
15 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 16
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
17 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 7
63 ip success 18
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
3 63 ip success
19 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 20
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
21 2014
10 7
14 18
7 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
22 2014
10 7
14 18
7 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
23 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
24 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 52
63 ip success 25
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
32 63 ip success
26 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 7
63 ip success 27
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
22 63 ip success
28 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 29
63 ip success 29
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
30 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 31
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
34 63 ip success
32 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 21
63 ip success 33
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
12 63 ip success
34 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 8
63 ip success 35
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
5 63 ip success
36 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 37
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
38 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 9
63 ip success 39
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
40 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 26
63 ip success
74 Gambar 4. 21 Ping Tester
4.5. Analisa Latency