Makhluk Metologi Budaya Jawa sebagai Tokoh Pada Cerita Bergambar

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah populasi terbanyak (sekitar 100 juta orang menurut data tahun 2011) di Indonesia berawal layaknya kelompok etnis Indonesia, kebanyakan termasuk masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat. Nenek moyang masyarakat Jawa adalah orang purba yang berasal dari Austronesia, sebuah spesies yang diperkirakan berasal dari sekitaran Taiwan dan bermigrasi melewati Filipina sebelum akhirnya tiba di pulau Jawa pada tahun 1.500 dan 1.000 sebelum masehi. Suku etnis Jawa memiliki banyak sub-etnis seperti misalnya orang Mataram, orang Cirebon, Osing, Tengger, Boya, Samin, Naga, Banyumasan, dan masih banyak lagi. Dewasa ini, mayoritas suku Jawa memproklamirkan diri mereka sebagai orang Muslim dan minoritasnya sebagai Kristen dan Hindu. Terlepas dari agama yang mereka anut, peradaban suku Jawa tidak pernah bisa dilepaskan dari interaksi mereka terhadap animisme asli yang bernama Kejawen yang telah berjalan selama lebih dari satu milenium, dan pengaruh kejawen tersebut juga masih banyak bisa kita temui dalam sejarah Jawa, kultur, tradisi, dan bidang seni lainnya.

Masyarakat Jawa merupakan masyrakat di Indonesia yang masih sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan budaya Jawa hingga saat ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional di Indonesia. Diantara semua faktor penyebabnya adalah banyaknya masayarakat Jawa yang menjadi kaum elit negara yang berperan dalam percaturan kenegaraan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga sesudahnya. Nama-nama hingga istilah Jawa sangatlah lekat di telinga bangsa Indonesia, hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi warna dalam berbagai permasalahan bangsa dan negara di Indonesia.Selain memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, kebudayaan Jawa pun berpengaruh dalam keyakinan dan praktek-praktek keagamaan. Masyarakat Jawa memiliki tradisi dan budaya yang banyak dipengaruhi oleh ajaran serta kepercayaan Hindu dan Buddha yang terus


(2)

2 dipertahankan hingga sekarang, walau mereka memiliki keyakinan atau agama yang berbeda seperti Islam dan Kristen (Marzuki, 1997, h.1).

Menurut Pramesty (2011) masyarakat Jawa memiliki keanekaragaman informasi budaya untuk dapat ditelusuri seiring dengan perkembangan waktu. Harus diakui bahwa usaha untuk mengungkapkan alam pikiran, pandangan, dan kehidupan orang Jawa tidak akan pernah tuntas dan bahkan masih diperlukan cara-cara baru dalam mengungkap misteri kebudayaan Jawa tersebut. Magnis-Suseno dalam Pramesty (1984, h.1, paragraf 4), mengatakan bahwa kebudayaan Jawa mempunyai ciri khas yaitu terletak dalam kemampuan luar biasa untuk membiarkan diri dimasuki oleh gelombang-gelombang kebudayaan yang datang dari luar dan dalam keadaan tersebut dapat mempertahankan keasliannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebudayaan Jawa justru tidak menemukan diri dan berkembang kekhasannya dalam isolasi, melainkan dalam mencerna masukan-masukan budaya dari luar. Hal tersebut menjadikan kebudayaan Jawa kaya akan unsur-unsur budaya yang kemudian menyatu dan menjadi milik kebudayaan Jawa sekarang ini di mana berbagai macam persilangan budaya justru telah memberikan warna terhadap kedinamisan budaya Jawa.

Manusia Jawa dalam mempertahankan hidupnya tidak dapat lepas dari lingkungan tempat mereka hidup, yang menunjukan bahwa manusia dengan lingkungan sekitar saling berpengaruh. Hal itu sama halnya dengan masyarakat Jawa yang tidak bisa lepas dengan keberadaan mitos. Budaya Jawa yang dimiliki oleh masyarakat Jawa mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki dan dihayati oleh manusia atau masyarakat pendukungnya. Selain itu, budaya Jawa juga mengandung tatanan-tatanan didalam masyarakat yang dapat berwujud dalam adat isitiadat, diantaranya upacara adat, cerita rakyat yang berkembang dalam kalangan masyarakat. Cerita rakyat merupakan salah satu adat istiadat yang masih berkembang sampai saat ini di kalangan masyarakat pendukungnya yang masih melestarikan tradisi leluhurnya. Adanya cerita rakyat dalam masyarakat zaman dahulu dapat membentuk suatu mitos yang diyakini oleh masyarakat saat ini dan masih berpengaruh dalam kehidupan mereka (Astria, 2012, h.1).


(3)

3 Mitos berlangsung secara turun-temurun dan sebagai kepercayaan pada hal-hal tertentu yang menurut orang Jawa menentukan pada pola hidup yang berstandar pada nasib yang disertai dengan usaha agar mendatangkan keberuntungan. Dalam hal ini, percaya atau yakin terhadap suatu mitos merupakan tuntutan yang akan mendatangkan keberuntungan dalam menjalani proses kehidupan (Astria, 2012, h.2).

Mitos erat kaitannya dengan kepercayaan dan dapat tumbuh dalam masyarakat karena keterbatasan indera manusia yang tidak dapat menjangkau sampai ke sebab atas terjadinya suatu hal (Miftakhuddin,2014). Mitos seringkali digunakan untuk membatasi seseorang dalam bertindak sebagai contoh ialah mitos Jawa yang melarang seseorang bersiul pada malam hari karena dapat mengundang makhluk ghaib, padahal sebenarnya hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan sesuatu yang ghaib, hanya saja dilihat dari segi etika malam hari merupakan waktu untuk berisitirahat sehingga suara dari siulan itu dapat menganggu orang lain yang sedang beristirahat. Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga menuntutnya untuk melegakan/memuaskan rasa ingin tahunya itu dan hal inilah yang menjadi dasar terungkapnya beberapa maksud dibalik sebuah mitos yang dulunya misteri menjadi sesuatu yang logis. Mitos dijadikan sebagai acuan/pedoman dalam bertindak oleh masyarakat tanpa mengetahui alasan secara ilmiah, akan tetapi hal itu akan mengarah pada kebaikan dalam konteks sosial dan bermuara pada keimpulan logis dan melalui proses yang kritis sehingga menjadi pengetahuan ilmiah (Miftakhuddin,2014). Namun seiring berkembangnya zaman banyak orang yang sudah tidak percaya akan mitos, karena dianggap hanya omong kosong belaka. Hal ini dikarenakan penyampaiannya yang terkesan hipebola sehingga cukup sulit diterima oleh masyarakat zaman sekarang.

Selain dijadikan acuan/pedoman hidup mitos seringkali memunculkan kepercayaan mengenai makhluk-makhluk supernatural. Dalam masyarakat Jawa, kepercayaan pada makhluk supernatural masih sangat kental hingga saat ini, khususnya di daerah-daerah yang masih sangat kental akan ke-kejawenannya, contohnya Yogyakarta, Solo, Surakarta dan lain-lain. Cerita mengenai


(4)

makhluk-4 makhluk ini diturunkan secara turun-temurun, dari mulut kemulut hingga ceritanya masih dapat didengar. Dalam masyarakat Jawa makhluk halus berhubungan dengan tindakan-tindakan keagamaan yang terwujud dalam upacara keagamaan. Tindakan keagamaan ini memiliki inti pada asas saling menukar imbalan, yang terwujud dalam penyembahan atau sesajen (biasanya berupa makanan, minuman, bunga, menyan) kepada makhluk makhluk halus tertentu dan sebagai imbalannya makhluk-makhluk halus tersebut akan memberi imbalan sesuai dengan yang diinginkan oleh yang memberi persembahan (Hassan, 2011,h.1). Beberapa makhluk mitos yang sudah tidak asing lagi dalam kebudayaan Jawa adalah Genderuwo, Wewe Gombel, Tuyul, Naga Jawa dan Pocong.

Buku merupakan bagian dari proses belajar dalam pendidikan baik anak-anak maupun dewasa. Buku memiliki banyak variasi dari mulai yang hanya berisikan teks saja hingga yang bergambar. Buku bergambar atau biasa disebut buku ilustrasi merupakan buku yangmenggabungkan tulisan/teks/narasi dengan gambar/ilustrasi/fotografi. Diperkirakan bukubergambar sudah dibuat di Eropa sejak abad ke-17. Ilustrasi/gambar pada buku mempunyai kontribusi membuat buku menjadi terlihat lebih indah, penarikperhatian, membabarkan cerita, mengajarkan konsep dan untuk mengembangkan apresiasiserta kesadaran akan seni (Wiratmo, 2007).

Seperti yang dikutip dari Wiratmo (2007),ilustrasi adalah anak industrialisasi yang mendambakan spesialisasi dalam mekanisme kerjanya. Pada awal abad pertengahan terjadi pembagian tugas kerja antara seorang Scrittori dan seorang Ilustrator dalam pembuatan sebuah illuminated manuscript. Posisi seorang Scrittori bertugas untuk menyiapkan dan mendesain huruf atau kaligrafi dari teks sebuah buku atau manuskrip. Sedangkan seorang Ilustrator bertugas untuk memproduksi ornamen dan gambar yang memperjelas isi teks. Pemilahan tersebut mengawali dan mempertegas istilah ilustrasi menjadi selalu berdimensi fungsi.


(5)

5 Wiratmo (2007) menambahkan, fungsi memperjelas sebuah teks atau bahkan memberi sentuhan dekorasi pada lembar-lembar teks memberi gambaran bahwa saat itu gambar (ilustrasi) adalah subordinan dari teks. Gambar merupakan wahana untuk mengantarkan pemahaman secara lebih utuh dari sebuah teks. Seorang ilustrator harus dapat memahami isi teks dan kemudian mengilustrasikannya dalam bentuk gambar. Kemampuan mentranslasikan dari sesuatu yang tekstual ke dalam bentuk yang visual menjadi poin penting sebagai seorang ilustrator. Ilustrator berperan sebagai penerjemah (interpreter) ke pada pembaca dari sesuatu yang abstrak (wilayah bahasa/tekstual) ke dalam sesuatu yang konkret sifatnya (wilayah rupa). Tuntutan kepiawaiannya tidak berhenti pada tataran olah rupa (visualisasi) saja, tetapi juga mencakup wawasan (pemahaman terhadap teks) dan olah komunikasinya (bagaimana cara menyampaikan kepada pembacanya melalui rupa). Posisi ilustrator dalam hal ini adalah sebagai visual interpreter. Secara fungsional ilustrator berada di posisi antara penulis dan pembacanya.

Konsep yang diajukan adalah pengilustrasian makhluk mitos dalam kebudayaan Jawa kedalam sebuah cerita yang dikemas layaknya cerita rakyat. Dengan menerapkan poin-poin yang harus dimiliki seorang ilustrator diharapkan buku ilustrasi ini dapat memberikan referensi mengenai makhluk mitos yang ada dalam kebudayaan Jawa.

I.2. Identifikasi Masalah

Setelah latar belakang dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain,

1. Kuatnya pengaruh budaya Jawa di nusantarasehingga banyak adaptasi kata-kata, mitos hingga cerita rakyat kedalam budaya lain.

2. Etika-etika dalam kehidupan yang disampaikan melalui sebuah mitos, namun terkadang sulit untuk ditangkap oleh masyrakat banyak.

3. Kehidupan masyarakat Jawa yang belajar dari lingkungan kemudian menerapkan apa yang mereka pelajari pada sebuah cerita,sehingga ilmu yang mereka dapat bisa dipelajari oleh generasi berikutnya.


(6)

6 4. Adanya persilangan antar budaya yang membuat budaya Jawa seperti yang kita

ketahui sekarang.

5. Keragaman makhluk mitologi dalam budaya Jawa.

6. Keberadaan makhluk mitologi yang berhubungan dengan kepercayaan dan keagamaan di Jawa.

I.3. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang dipaparkan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana cara penyampaian cerita mengenaimakhluk mitos dalam kebudayaan Jawa beserta gaya ilustrasinya kedalam bentuk yang lebih menarik, variatif dan disukai oleh masyarakat banyak ?

I.4. Batasan Masalah

 Masalah akan lebih difokuskan pada hubungan makhluk mitos dengan manusia.

 Masalah akan lebih difokuskan hanya pada beberapa makhluk mitos saja yakni, Genderuwo, Wewe Gombel, Tuyul, Pocong, Naga Jawa dan Banaspati.

 Masalah akan lebih difokuskan pada lingkup pulau Jawa.

I.5. Tujuan Perancangan

Rancangan ini bertujuan untuk memberi pandangan lain mengenai makhluk mitos yang berkembang di budaya Jawa dengan menanamkannya melalui cerita bergambar.

I.6. Manfaat Perancangan

Manfaat dari rancangan ini ialah, memberikan informasi seputar mitos yang berkembang di budaya Jawa dan memperjelas maksud dari mitos-mitostersebut dengan visualisasi yang unik dan media yang tepat diharapkan dapat menarik minat audience untuk lebih mengenal budaya Jawa.


(7)

7 BAB II

KEPERCAYAAN DALAM BUDAYA JAWA

II.1. Mitos Dalam Kebudayaan Jawa

Mitos pada kebudayaan Jawa menjadi referensi semua tindakan dan sikap dalam kehidupan manusia Jawa. Tindakan yang dimaksud adalah dalam hal spiritual religius, bukan tindakan sehari-hari. Mitos mengandung suatu kebenaran absolut yang tidak boleh diganggu gugat, harus diikuti, baik suka ataupun tidak suka.

II.1.1. Kebudayaan Jawa

Pandangan manusia Jawa terhadap dunia mengisyaratkan bahwa baik dunia yang secara fisik terlihatmaupun dunia yang tidak terlihatmerupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan manusia dengan makhluk alam nyata dengan makhluk supranatural tidak dapat dibedakan. Manusia yang hidup di dunia ini tidak hanya menjalin komunikasi dengan sesama saja melainkan dengan makhluk supranatural. Dengan demikian tidak mengherankan apabila dalam masyarakat, khususnya Jawa terdapat perilaku-perilaku yang menandai hubungan antara manusia dan makhluk supranatural. Jong (dalam Suwardi, 2007) menekankan bahwa di alam pikiran mistik dan mitos dapat tercermin suatu sikap hidup.

Gambar II.1. Ritual Pesisir Selatan. Sumber :

http://gembong.co/sites/default/files/styles/medium/public/1411882142/GNJ2013D0040609%20090.J PG (diakses16 April 2015)


(8)

8 Pandangan hidup adalah gagasan mengenai susunan praktis yang mengandung teori mengenai hubungan individu dengan Tuhan, masyarakat dan alam. Pandangan hidup lebih mencermin kehidupan sosial. Hal ini dapat dimengerti melalui model konsep yang dimiliki anggota masyarakat pada waktu tertentu. Hal ini merupakan kesimpulan dari pengalaman, suatu sistem mengenai rasionalisasi dan penafsiran terhadap eksistensi moral. Mudler (dalam Suwardi, 2007). Pandangan hidup orang Jawa kuno sampai sekarang masih banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam aliran kepercayaan yang ada. Pandangan hidup orang Jawa menurut R. Soenarto dalam Herusatoto (dalam Suwardi, 2007) meliputi lima hal, yaitu ;

 Terjadinya alam semesta beserta isinya atau gumilang ing dumadi.  Petunjuk Tuhan atau tunggal sabda.

 Jalan kesejahteraan atau dalan rahayu.  Arah yang akan dituju atau sangkan paran.  Sembah yang atau panembahan.

Pandangan hidup orang Jawa terbentuk karena perkembangan kebudayaan yang dipengaruhi oleh filsafat Hindu dan Islam melebur diri dalam alam pikiran Jawa atau filsafat Jawa.

Sikap hidup bukan hanya berhubungan dengan agama yang dianut melainkan juga berhubungan dengan adat dan latar belakang kebudayaan serta dengan watak bangsa (de Yong dalam Sukmawan, 2014). Sikap hidup tidak akan terlepas dari masyarakat tempat individu bermukim yang akan tampak dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang. Tingkah laku yang dimiliki menyangkut hubungan dengan Tuhan atau sering diistilahkan dengan sikap keagamaan, hubungan dengan sesama manusia atau sikap kemasyarakatan, dan hubungan dengan diri sendiri atau sikap batin.

Dalam sikap keagamaan, rata-rata masyarakat Jawa bersifat nominal, dalam arti bahwa mereka tidak sepenuhnya saleh entah agama apapun yang dianutnya (Sardjono dalam Endaswara, 2011). Kebanyakan di antara mereka mempercayai budaya


(9)

9 takhayul dalam menghayati kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di kalangan masyarakat Jawa terdapat peringatan yang berbunyi jangan melupakan asalmu. Peringatan ini mengharuskan masyarakat Jawa memiliki sikap eling, waspada, pracaya dan mituhu. Sikap eling merupakan suatu sikap untuk selalu ingat akan asal-usul. Sikap waspada berawal dari kesadaran dan kemampuan untuk berintrospeksi mengenai kekurangan sebagai seorang makhluk. Namun demikian, seringnya bersikap waspada dikatakan oleh Hardjowirogo (dalam Endaswara, 2011) membuat orang Jawa dapat dikatakan fatalistik, yakni mereka membatasi kemampuannya untuk bertindak dan berbuat. Keadaan yang demikian membuat masyarakat Jawa kurang mempunyai daya dobrak, dan lekas sampai pada sikap kompromistis. Dan inilah yang membuat orang Jawa sukar berkonfrontasi tajam, sehingga penyelesaian yang ada dilakukan secara damai. Selanjutnya dari sikap waspada membuat pikiran orang Jawa meneng atau mengendap, tenang, dan tidak terombang-ambing oleh nafsu yang membuat gelisah.

II.1.2. Definisi Mitos Menurut Para Ahli

Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos dan bahasa Belanda mite yang bermakna cerita atau perkataan. Orang pertama yang memperkenalkan istilah mitos adalah Plato. Mitos merupakan cerita masa lampau atau tradisional yang berisi mengenai kehidupan dewa-dewa dan peristiwa ghaib yang dianggap benar-benar terjadi oleh orang yang percaya akan mitos tersebut. Mitos juga bisa diartikan sebagai cerita rakyat yang menceritakan kisah masa lampau, penafsiran mengenai alam semesta dan makhluk-makhluk fantastis yang ada didalamnya. Kedua pengertian diatas merujuk pada satu hal, yaitu mitos sebagai cerita tradisional yang dianggap benar-benar terjadi meski tidak banyak bukti yang bisa ditunjukkan. Maka dari itu, apabila ada suatu kisah dan kesaksian yang belum dapat di buktikan kebenaranya disebut sebuah mitos. Menurut John Campbell (dalam Jalil, 2014) mitos memiliki 4 fungsi utama yaitu :

 Fungsi Mistis – Menafsirkan kekaguman atas alam semesta.

 Fungsi Sosiologis – Mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu.  Fungsi Kosmologis – Menjelaskan bentuk alam semesta.


(10)

10  Fungsi Pedagogis – Bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan

apapun.

Gambar II.2. Penceritaan sebuah mitos melalui ilustrasi wayang

Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/13650855131571498268.jpg (diakses 04 April 2015)

Mitos memiliki definisi yang beragam, karena para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda walaupun pada akhirnya mengacu pada satu pemahaman yang sama. Berikut beberapa ulasan mengenai perngertian dari mitos yang diungkapkan oleh para ahli (dalam Jalil, 2014) :

 Menurut Ahisma Putra, mitos adalah cerita yang “aneh” dan seringakali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah didalamnya “tidak masuk akal”.

 Menurut “Webster‟s Dictionary”, mitos adalah suatu perumpamaan yang merupakan khayalan dan tak dapat dibuktikan kebenarannya.

 Menurut Cremers, mitos adalah cerita suci berbentuk simbolik yang menceritakan serangkaian peristiwa nyata dan imajiner mengenai asal-usul dan


(11)

perubahan-11 perubahan alam raya, dewa-dewi, kekuatan-kekuatan atas kodarti manusia, pahlawan dan masyrakat.

 Menurut William A. Haviland, mitos adalah cerita mengenai semihistoris yang menerangkan masalah akhir kehidupan manusia.

 Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mitos adalah suatu cerita mengenai asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri.

 Menurut Levi-Strauss, mitos adalah suatu cerita dari tradisi lisan yang menceritaka dewa-dewi, manusia pertama, binatang, dan sebagainya berdasarkan suatu skema logis yang terdapat didalam mitos itu sendiri dan memungkinkan kita mengintegrasikan semua masalah yang perlu diselesaikan dalam suatu konstruksi sistematis.

Menurut para ahli mitos dianggap salah satu jenis dongeng karena mitos masih belum bisa dibuktikan kebenarannya dan memang kebanyakan isinya merupakan hal-hal yang tidak masuk akal.Semua hal yang ada didalam mitos dianggap tidak benar, padahal ada bagian-bagian yang memang pernah terjadi dalam kehidupan nyata, hanya saja karena dikemas dengan cerita yang dilebih-lebihkan agar menjadi lebih sehingga orang-orang pada zaman sekarang cenderung menganggapnya hanya sebagai dongeng belaka.

II.1.3. Definisi Mistis

Secara etimologi, mistisisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Misterion dari akar kata Mytes yang mengandung arti orang yang mencari rahasia-rahasia Tuhan, Myen yang berarti menutup mata atau dekat. Dalam pengalaman mistik kedua arti tersebut bisa berlaku secara simultan sehingga dapat disebutkan bahwa untuk memperoleh pengalaman mistik seseorang harus menutup pintu kesadarannya dari pengaruh dunia luar dan masuk dalam dirinya sendiri sehingga ia menemukan dirinya berada dalam kesatuan dengan Tuhan (Bagus Lorens dalam Zaenal Arif, 2004). Pengalaman mistik adalah sebuah sikap pikiran dan kecenderungan jiwa manusia yang selalu mencari dan berusaha untuk mendapatkan pengalaman yang berhubungan langsung dengan


(12)

12 Tuhan, sehingga Tuhan tidak dapat menjadi objek, namun sudah menjadi sebuah pengalaman.

Gambar II.3. Ilustrasi dari inner self (batin) menurut paradoxbeatbox Sumber :

http://th06.deviantart.net/fs71/PRE/i/2014/114/7/7/parallel_inner_self___finished_by_paradoxbeatbox -d7fshpd.jpg (diakses 24 April 2015)

Mempelajari dunia mistik atau mistisisme adalah suatu hal yang menyenangkan karena dipercaya dapat memberikan suatu pengalaman yang baru bagi siapa saja yang mempelajarinya (Margaret Smith dalam Zaenal Arif, 2004). Selama ratusan tahun dunia mistik secara luas telah menggerakkan minat para peneliti untuk mengeksplorasi dan mengungkapkan fakta-fakta yang yang ada didalamnya. Alasan yang mendorong mereka, antara lain: Pertama, keinginan ekumenis atau alasan baik dan buruk, yaitu untuk menemukan sesuatu yang umum di dalamkehidupan spiritual orang-orang yang beragama dengan pembedaan yang tegas antara tipe-tipe organisasi, tradisi-tradisi keagamaan dan ortodoksi dari agama-agama yang ada di dunia. Kedua, untuk menemukan sumber-sumber spiritual yang universal yang dapat mengungkap makna bagi kehidupan kontemporer dalam menghadapi krisis kebudayaan masyarakat modern. Sayangnya tidak ada sejarah pasti yang dapat menjelaskan arti darimistisisme sesungguhnya karena sejumlah tradisi agama-agama besar sudah terpisah satu sama lain, bahkan tidak ada satu cara pun untuk mengetahui asal-usul mistisisme yang sebenarnya.


(13)

13 Membicarakan mistisisme berarti membicarakan suatu misteri besar yang tersembunyi juga rahasia, suatu praduga awal, dan sesuatu yang mungkin tidak dapat dicapai oleh manusia (Zaenal Arif, 2004). Ramdan dalam Zaenal Arif (2004) berpendapat bahwa kata-kata seperti “batin” dalam bahasa Arab telah menjadi kata yang penuh dengan misteri sehingga membuat orang berpikir apakah ia berhubungan dengan apa yang disebut mistisisme. Kata batin diterjemahkan secara harfiah menjadi inner (sisi dalam) yang merupakan lawan outer (sisi luar). Sisi dalam adalah sesuatu yang tidak termasuk ghaib namun tidak tampak dari luar. Dengan kata lain, yang kita sebut mistikus adalah seseorang yang mencari apa yang ada didalam dirinya (sesuatu yang tidak tampak).

II.1.4. Hubungan Manusia Jawa dengan Makhluk Supranatural

ManusiaJawa memandang hantu sebagai makhluk yang hidup di dunia lain, yakni dunia supranatural yang misterius. Keganjilan makhluk hantu inidisebabkan dia bisa melihat manusia, dan manusia tidak bisa melihat hantu secara langsung. Hanya orang-orang tertentu yang diberi kelebihan dalam hal-hal ghaib, yang mampu melihat hantu. Pada dasamya, hantu hidup sebagai makhluk halus yang hidup berdampingan dengan manusia (Suwardi, 2007).

Sebagaimana manusia hidup memiliki keinginan, nafsu, hantu pun demikian. Keinginan hantu sebagai makhluk supranatural, sering merepotkan manusia, karena hantu memiliki emosi layaknya manusia, sehingga emosinya terkadang dapat membuat repot manusia. Tidak sedikit manusia yang kewalahanjika harus berhadapan dengan hantu, oleh sebab itu manusia sering melakukan hal-hal yang tidak lazim seperti menyembah pohon, bertapa dan sebagainya untuk menenangkan para hantu. Hal ini dilakukan karenan sebagian besar manusia percaya manakala hantu yang menakutkan itu ditaklukkan, maka akan membawa keberuntungan bagi manusia tersebut (Suwardi, 2007). Atas dasar itu, ada sebagian besar aktivitas hidup manusia yang sengaja diperuntukkan bagi hantu. Hal tersebut dilakukan, karena menurut


(14)

14 Prabowo (dalam Suwardi, 2007) hantu sebagai makhluk halus sesungguhnya dapat berkomunikasi dengan manusia. Komunikasi intensif yang paling menonjol, dalam kehidupan masyarakat Jawa adalah dengan hadirnya tradisi-tradisi lisan. Tradisi lisan adalah media spiritual bagi manusia dan hantu, karenanya, tidak sedikit tradisi lisan yang dimodifikasi dengan tujuan menyesuaikannya seiring perubahan zaman. Hal ini menunjukkanbahwa orang Jawa memang masih hidup dalam suasana kejawen.

Gambar II.4. Acara Kirab Pelangi Budaya Bumi Merapi di Magelang

Sumber : http://images.harianjogja.com/2013/12/031113-Harian-Jogja-Kirab-Pelangi-Budaya-Bumi-Merapi-00.jpg (diakses 04 April 2015)

Karakteristik hidup kejawen, selalu menggunakan aneka tradisi lisan sebagai sarana negosiasi ghaib dan kultural terhadap dunia lain. Negosiasi ini sering digunakan untuk memojokkan orang Jawa yang memiliki sifat penakut. Orang Jawa yang takut kalah dengan makhluk lain seringkali meminta bantuan pada makhluk supranatural(hantu). Hal ini kemungkinan ada benar dan salahnya, maka perlu dikaji lebihjauh lagi. Entah berdalih untuk keselamatan ataupun ketentraman, bermitra dengan hantu berawal dari ketakutan orang Jawa terhadap makhluk lain. Pelaksanaan negosiasi dunia hantu hampir bisa dipastikan akan menggunakan cara-cara yang


(15)

15 bersifat ghaib, proses ghaib tersebut dilakukandalam aneka tradisi lisan yang telah turun-temurun. Sejarah mengenai tradisi lisan ini memang sulit diketahui,yangpasti tradisi lisan Jawa inidipandang kolot, bodoh,dan mengada-ada. Tetapi apabila berpedoman pada wawasan Taylor (Pritchard dalam Suwardi, 2007) tetap penting. Karena, tradisi lisan yangberkonteks pada kepercayaan makhluk supranatural tersebut, sesungguhnya merupakan bagian agama primitif, yang mengedepankancara berpikir pralogis (logika tersendiri yang bersifat tidak umum/fantastis).

II.1.5. Jenis Makhluk Mitos yang Diyakini Masyarakat Jawa

Dalam mitologi Jawa terdapat beberapa nama makhluk mitos yang hingga saat ini keberadaanya masih diyakini. Sesuai dengan yang ada dipembatasan masalah maka penulis hanya akan membahas sebagian kecil saja. Sumber yang dipakai dalam pencarian data makhluk mitos ini sebagian besar berasal dari buku Kumpulan Kisah Nyata Hantu di Tiga Belas Kota.

II.1.5.1. Genderuwo

Genderuwo adalah mahluk mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat Jawa, makhluk ini sejenis bangsa jin yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. Masyarakat meyakini jika mahluk genderuwo ini memiliki sifat yang cabul, senang menggoda wanita terlebih lagi kepada istri – istri yang kesepian atau janda yang telah ditinggal suaminya. Hal yang menyeramkan dari Genderuwo selain perwujudannya adalah kemampuannya untuk merubah diri menyamar menjadi manusia dan sifatnya yang iseng serta cabul. Dalam wujud apapun, Genderuwo sangat senang menggoda kaum perempuan mulai dari menepuk, mencolek, mengelus bahkan sampai berhubungan badan berkat kemampuannya menggendam (hipnotis), biasanya menjadi pasangan si wanita yang ia incar.


(16)

16 Gambar II.5. Genderuwo

Sumber :

https://36.media.tumblr.com/46749a7e3d5966815b0f14cc12125238/tumblr_mvhmm4zrAS1rmqeivo1 _500.jpg (diakses 24 Mei 2015)

Menurut kepercayaan Jawa, apabila Genderuwo akan menampakkan diri/hanya memberi tahu bahwa dia ada didekat kita maka mulai tercium bau mirip kambing jantan atau orang Jawa sering menyebutnya (berok)kadang juga berbau makanan (polo kependem)sejenis umbi-umbian seperti singkong bakar dan kentang rebus. Genderuwo juga terkenal sangat usil sebagai contoh apabila melewati tempat yang ditinggali oleh Genderuwo biasanya akan dilempari batu kerikil, terkadang menganggu dengan suara batuk dan yang paling parah adalah dikencingi dari atas pohon.

II.1.5.2. Wewe Gombel

Wewe Gombel merupakan sebutan masyarakat Jawa untuk makhluk supranatural yang suka menculik anak-anak namun tidak mencelakainya. Konon anak-anak yang diculik biasanya anak yang keluar di atas waktu maghrib, ditelantarkan dan diabaikan orangtuanya. Wewe Gombel biasanya akan menakut-nakuti dan memberi peringatan


(17)

17 terhadap orangtua si anak atas sikapnya terhadap anak mereka sampai mereka sadar. Dan apabila sudah sadar maka Wewe Gombel akan mengembalikan si anak.

Gambar II.6. Wewe Gombel

Sumber : http://d2ka0dvx23yu8q.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/10/wewe-gombel_0.jpg (diakses 26 Mei 2015)

Cerita yang menyebar di Jawa mengatakan bahwa Wewe Gombel merupakan roh dari seorang wanita yang meninggal bunuh diri lantaran dikejar oleh masyarakat karena membunuh suaminya sendiri. Peristiwa tersebut terjadi setelah suami dari wanita itu berselingkuh dengan wanita lain. Sang suami melakukan hal itu dikarenakan si wanita tidak dapat memberikan anak yang sangat diharapkannya. Hingga akhirnya ia dijauhi dan dibenci suaminya lalu dikucilkan sampai menjadi gila dan gembel.

Asal muasal sebutan Wewe Gombel dikarenakan peristiwa ini terjadi di daerah Gombel, Semarang. Apabila berkendaraan dari arah Jatingaleh ke Jatimanik, maka akan terlihat bekas baliho Bir Bintang,konon disitulah peristiwa itu terjadi.Beberapa juga menyebutkan bahwa tempat itu merupakan kerajaan hantu.

II.1.5.3. Pocong

Pocong adalah makhluk mitologi Jawa berupa hantu orang mati yang ketika dikubur kain tali kain kafannya tidak dibuka. Hantu ini merupakan makhluk mitologi asli


(18)

18 Indonesia yang awal ceritanya berkembang di pulau Sumatera dan Jawa. Seiring berjalanya waktu banyak film horror yang mengangkat kisah mengenai pocong,hal inilah yang membuat Pocong dikenal hampir diseluruh pelosok Nusantara dan menajdi salah satu hantu paling ikonik di Indonesia. Malaysia juga memiliki versi hantu yang mirip dengan Pocong, bedanya orang Malaysia menamakannya hantu bungkus.

Gambar II.7. Pocong

Sumber : http://d2ka0dvx23yu8q.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/10/wewe-gombel_0.jpg (diakses 26 Mei 2015)

Penggambaran mengenai Pocong sangatlah bervariasi, ada yang mengatakan pocong memiliki wajah berwarna hijau dengan mata yang kosong. Penggambaran lain mengatakan bahwa Pocong memiliki wajah rata dan memiliki wajah berongga atau tertutup kapas dengan wajah putih pucat. Selain bentuk fisiknya ada orang yang mengatakan bahwa Pocong berjalan dengan melayang dan versi lain mengatakan pocong berjalan dengan melompat-lompat. Ada juga yang mengisahkan bahwa Pocong bersuara cong culiyang merupakan kependekan dari tali pocongku uculi

dalam bahasa Indonesia berarti “lepaskanlah tali pocong saya”. II.1.5.4. Tuyul

Tuyul dalam mitologi Nusantara, terutama di pulau Jawa, adalah makhluk supranatural yang berwujud seperti anak kecil atau orang kerdil dengan kepala


(19)

19 gundul. Penggambaran lainnya (yang tidak disepakati oleh orang banyak) adalah kulitnya yang berwarna keperakan, bersifat sosial dan bersuara seperti anak ayam.

Tuyul merupakan salah satu makhluk supranatural yang dapat dipekerjakan oleh seorang majikan manusia, biasanya digunakan untuk mencuri uang masyarakat. Untuk menangkal Tuyul, masyarakat biasanya memasang yuyu (sejenis kepiting darat) di setiap sudut rumah karena dipercaya tuyul menyukai yuyusehingga dia akan lupa dengan tugas yang diberikan oleh majikannya.

Gambar II.8. Tuyul

Sumber : http://d2ka0dvx23yu8q.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/10/wewe-gombel_0.jpg (diakses 24 Mei 2015)

Tuyul dipercaya berasal dari janin bayi yang keguguran atau bayi yang mati ketika dilahirkan. Hal inilah yang dipercaya menyebabkan karakter Tuyul seperti anak-anak. Tuyul biasanya hidup di tempat-tempat angker, seperti di sisa-sisa reruntuhan bangunan tua, maupun tempat-tempat yang dikeramatkan.

Konon untuk memanggil Tuyul diperlukan sebuah ritual khusus dengan bantuan paranormal. Dengan menembus wahana ghaib paranormal akan melakukan komunikasi dengan sang Tuyul. Setelah berkomunikasi apabila ingin mendapatkan bantuan dari Tuyul tersebut, maka akan ada beberapa kesepakatan. Apabila


(20)

20 kesepakatan ini disetujui oleh kedua belah pihak maka masing-masing pihak harus menaati aturan yang berlaku. Dalam kesepakatan biasanya sang Tuyul meminta tumbal. Tumbal dalam pesugihan ini bisa bermacam-macam tergantung kesepakatan. Namun biasanya, bila Tuyul ini sudah dewasa (dalam hitungan umur makhluk halus) maka dia akan meminta tumbal kematian dari para sahabat, saudara bahkan anak-anak dari si manusia.

II.1.5.5. Banaspati

Banaspati adalah makhluk sebangsa jin yang ada dalam mitologi Jawa. Kepala makhluk ini berada dibawah sedangkan kakinya berada diatas dan selalu diikuti dengan lidah api. Postur tubuh makhluk ini sangat mirip dengan manusia, hanya saja yang membuatnya berbeda dengan manusia adalah badannya yang merah menyala dan memiliki tanduk.

Gambar II.9. Banaspati Sumber :

http://img3.wikia.nocookie.net/__cb20140123215027/cryptidz/images/thumb/3/39/Banaspati2.jpg/500 px-Banaspati2.jpg (diakses 24 Mei 2015)

Makhluk ini dipercaya menyukai tempat yang gelap seperti gua dan hutan. Konon katanya selain menyukai tempat gelap Banaspati sangat menyukai emosi manusia yang sedang marah (meledak-ledak) apalagi sampai terjadi hal yang melebihi itu.


(21)

21 Kelebihan lain dari Banaspati adalah tubuhnya yang tahan terhadap api atau bisa dibilang tubuhnya mengandung api, sehingga sangat sulit untuk didekati, saking panasnya daun, ranting bahkan pohon sekalipun bisa terbakar apabila didekati Banaspati.

II.1.5.7. Naga Jawa

Naga Jawa adalah makhluk mitologi Jawa yang telah dikenal setidaknya sejak zaman Majapahit. Makhluk ini memiliki wujud seperti ular raksasa, mirip dengan naga Tiongkok namun tanpa kaki, dan biasa digambarkan mengenakan mahkota. Naga Jawa merupakan campuran gambaran naga Hindu-Buddha dengan kepercayaan lokal yang dipengaruhi oleh gambaran naga Tiongkok. Naga Jawa biasanya digambarkan sebagai pelindung atau pengayom, sehingga umum ditemukan dalam pahatan gerbang, pintu masuk, atau undakan tangga dengan maksud melindungi bangunan yang ia tempati.

Gambar II.10 Penggambaran Naga Jawa dalam perwayangan ( Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-VnMkgusnYJc/UKZOyoP6ZZI/AAAAAAAANl8/m8Sdyk8cx74/s1600/ANANTABOGA+NAGA+yo gya+B+01.jpg ) (diakses 24 Mei 2015)

Masyarakat Jawa, Indonesia mengenal naga sebagai makhluk berbentuk ular besar. Masyarakat Jawa khususnya yang menekuni spiritual khas daerah mempercayainya sebagai salah satu makhluk penguasa gaib. Hanya saja, di daerah Jawa belum pernah


(22)

22 ada kabar kemunculan sosok naga dihadapan masyarakat banyak. Hanya sejumlah orang yang menekuni spiritual yang pernah melihatnya. Dalam kesenian rakyat Jawa, sering terdapat bentuk ukiran yang berbentuk ular Naga yang tertera pada gantungan dari kayu yang dipergunakan untuk menggantung gamelan dalam keadaan mulutnya terbuka lebar dengan lidah bercabang yang menjulur keluar. Selain itu benda-benda pusaka yang berbentuk keris banyak yang menggunakan nama ular Naga ini. Seperti keris Naga Runting, keris Naga Ransang, keris Naga Sasra dan lain sebagainya. Keris tersebut dinamakan naga karena memang bentuk bilah keris yang melengkung menyerupai ekor naga.

Naga atau Ular menurut pandangan bangsa Indonesia dianggap sebagai lambang dunia bawah. Sebelum Zaman Hindu (Neolithicum), di Indonesia terdapat anggapan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu dunia bawah dan dunia atas, yang masing-masing mempunyai sifat-sifat bertentangan. Dunia bawah antara lain dilambangkan dengan bumi, bulan, gelap, air, ular, kura-kura, buaya. Sedangkan dunia atas dilambangkan dengan matahari, terang, atas, kuda, rajawali. Pandangan semacam itu juga hampir merata di seluruh bangsa Asia. Dalam cerita Mahabarata maupun pandangan bangsa Indonesia sendiri sebelum Zaman Hindu, naga atau ular selalu berhubungan dengan air, sedangkan air mutlak diperlukan sebagai sarana pertanian.

II.2. Cerita Rakyat

Cerita rakyat atau biasa disebut dongeng merupakan sebuah cerita diceritakan turun termurun secara lisan, cerita rakyat biasanya diangkat dari sebuah legenda dan mitos yang ada didaerah tersebut. Dalam penyampainnya cerita rakyat biasanya tidak tertulis dan meninggalkan pesan moral yang berharga bagi pembaca atau pendengarnya dan telah ada sejak awal peradaban manusia.Setiap negara memiliki cerita rakyatnya masing-masing, ceritanya pun biasanya diadaptasi dari adat istiadat yang ada dari negara tersebut.


(23)

23 Dari banyaknya cerita rakyat yang beredar dan dikenal luas, mungkin masih banyak yang beranggapan bahwa cerita rakyat tersebut diperuntukkan kepada anak-anak, namun pada kenyataanya banyak pesan dan moral yang diperuntukkan kepada orang

dewasa sebaga contoh cerita rakyat „Rara Mendut‟ yang dimana cerita ini memiliki

pesan bahwa harta, pangkat dan jabatan bukanlah jaminan untuk mendapatkan cinta sejati, dari contoh tersebut sudah jelas yang biasanya mengejar harta, pangkat dan jabatan adalah orang dewasa bukan anak-anak. Selain itu ada juga cerita rakyat untuk anak-anak yang awalnya diperuntukkan kepada kalangan dewasa namun tatanan bahasa dan latar belakangnya diubah dan disesuaikan dengan pola pikir anak-anak.

Gambar II.11. Cerita rakyat Timun Mas

Sumber : http://daftarkumpulanterbaru.com/wp-content/uploads/2014/03/Contoh-Cerita-Rakyat-Timun-Mas.jpg (diakses 31 Maret 2015)

Pada sekitar abad 19 hingga 20, agar dapat menjangkau segmentasi semua kalangan, banyak elemen dari cerita rakyat yang ada diubah, sehingga ceritanya pun banyak yang berakhir bahagia, juga tidak terlalu banyaknya unsur kekerasan dan seksual di dalamnya. Contoh cerita rakyat yang telah diubah agar dapat dikonsumsi oleh semua kalangan ialah Timun Mas, seperti yang diceritakan oleh Sukatman (dalam Timbujoyo, 2012) dongeng Timun Emas yang lazim diketahui bercerita tentang


(24)

24 seorang ibu tua yang sangat menginginkan anak karena kesepian, hingga suatu hari sang ibu meminta tolong pada raksasa agar diberikan seorang anak, sang raksasa mengabulkannya namun dengan syarat apabila sang anak sudah menginjak remaja maka sang ibu harus menyerahkannya untuk disantap oleh sang raksasa.

Namun versi lain yang diceritakan oleh Sukatman sangat berbeda, yang dimana sang ibu adalah janda yang hidup di tepi hutan sendirian, karena ia merasa kesepian akhirnya sang ibu meminta seseorang untuk menghamilinya dengan tujuan agar tidak kesepian, namun dengan syarat apabila si anak sudah menginjak remaja maka sang ibu harus menyerahkannya untuk disetubuhi. Begitu banyak perubahan yang ada pada cerita Timun mas agar dapat dapat dikonsumsi anak-anak, sehingga pesan moralnya pun membias.

II.2.1. Fractured Fairy Tales

Fractured fairy tales/dongeng retak merupakan sebuah cerita rakyat/dongeng yang diceritakan ulang kembali namun dari sudut pandang yang realistis dan terkesan lebih dewasa. Fractured fairy tales pertama kali diperkenalkan oleh Grimm bersaudara. Contoh cerita yang dibuat ulang oleh Grimm bersaudara adalah Putri Salju, Hansel dan Gretel, Cinderella, dan Si Kerudung Merah. Pada dasarnya seperti yang dikutip dari Masniari (hal 10) Grimm bersaudara mengkritik sistem pemerintahan pada masa itu, sebagai contoh dongeng Die Bremer Stadtmusikanten (Bremen kota para pemusik) yang mengisahakan seekor keledai, anjing, kucing dan ayam jantan. Sekilas cerita ini hanyalah cerita biasa, namun didalamnya penuh dengan kritikan terhadap perbudakan dan sistem pemerintahan tirani yang masih berlaku di berbagai negara.

Sebenarnya fractured fairy tales karya Grimm bersaudara ini sangatlah sulit diterima oleh masyarakat, karena banyaknya adegan-adegan sadis dan tidak manusiawi dalam cerita yang mereka buat. Akan tetapi seperti yang diungkapkan Ambarwati (hal 6) Meskipun dongeng ini ditulis lebih dari 200 tahun yang lalu, namun fenomenaeksistensi yangt terdapat di dalamnya masih sangat relevan dengan yang


(25)

25 terjadi saat ini dilingkungan sekitar. Namun hal yang terjadi dalam cerita rekaan itu bisa saja sedang terjadi dalam realita saat ini.

II.3. Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk.

II.3.1. Pengertian Ilustrasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999,372), ilustrasi adalah: gambar untuk memperjelas isi buku, karangan, (2) gambar, desain atau diagram untuk menghias (misalnya halaman sampul), (3) keterangan (penjelas) tambahan berupa contoh, bandingan dan sebagainya. Meyer (Muharrar dalam Kuncoro, 2013) mendefinisikan ilustrasi sebagai gambar yang secara khusus dibuat untuk menyertai teks seperti pada buku atau iklan untuk memperdalam pengaruh dari teks tersebut. Kusmiyati (Marhendra dalam Kuncoro, 2013) berpendapat bahwa ilustrasi adalah gambaran singkat alur cerita suatu kisah guna lebih menjelaskan salah satu adegan. Secara umum ilustrasi selalu dikaitkan dengan menjelaskan sebuah cerita,Mahendra menjelaskan lebih lanjut bahwa gambar ilustrasi adalah gambar atau bentuk visual lain yang menyertai suatu teks, tujuan utama dari ilustrasi adalah memperjelas naskah atau tulisan dimana ilustrasi itu dikumpulkan. Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut.

Menurut Lawrence Zeegen (2009) ilustrasi tidaklah mudah untuk didefinisikan menjadi sebuah arti pasti, namun apabila dilihat dari sudut pandang seorang desainer grafis maka ilustrasimerupakan ide, emosi, imajinasi dan komunikasi yang diciptakan oleh seseorang kedalam sebuah bentuk visual. Pada awalnya ilustrasi hanyalah pengantar dari sebuah tulisan atau cerita, namun seiring dengan berkembangnya


(26)

26 zaman, ilustrasi menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan digunakan diberbagai media, baik itu berupa informasi, edukasi dan hiburan.

Kuncoro (2013) berpendapat bahwa ilustrasi merupakan sebuah karya yang dibuat ke dalam bentuk visual dengan menggunakan teknik seni rupa, unsur-unsur seni rupa dan prinsip berkarya seni rupa. Tujuan dari pembuatan ilustrasi adalah untuk menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa baik fakta maupun imajinatif agar lebih dipahami oleh para audience.

II.3.2. Fungsi Ilustrasi dan Syarat Ilustrator

Fungsi ilustrasi secara rinci dijelaskan oleh Kusmiati (Muharrar dalam Kuncoro, 2013) bahwa ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subjek dengan tujuan:

1. Untuk menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada. 2. Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya gambar

pohon yang memakai sepatu.

3. Mencoba menggambarkan ide abstrak, misalnya depresi.

4. Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur.

5. Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin.

6. Menggambar sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian tampak tumbuh-tumbuhan.

Salam (Muharrar dalam Kuncoro, 2013) mengemukakan bahwa seorang illustrator harus mempersiapkan dirinya dengan baik yaitu:

1. Ilustrator harus memiliki pengetahuan akan unsur-unsur formal seni rupa seperti garis, bentuk, warna, tekstur, pencahayaan, komposisi, dan perspektif. Ia harus mempunyai pengalaman praktis dalam penyajian unsur-unsur tersebut.


(27)

27 2. Ilustrator harus paham penggunaan berbagai media atau alat ilustrasi seperti pensil, pena, kuas, pastel, tinta, cat air, cat minyak, akrilik, dan alat lainnya. Karena ilustrasi memiliki hubungan dengan cetak-mencetak, maka ilustrator harus akrab dengan teknik tersebut.

3. Ilustrator harus memiliki pengetahuan mengenai teknik berkomunikasi yang dapat menunjang keterampilannya dalam mengkomunikasikan idenya.

II.3.3. Jenis-Jenis Ilustrasi

Seiring perkembangan zaman semakin beragam pula jenis-jenis karya ilustrasi yang muncul. Muharrar (dalam Kuncoro, 2013) menerangkan bahwa ilustrasi menurut perkembangannya dari pengiring teks ke bidang yang lebih luas begitu rumit dan bervariasi sehingga pembatasan yang tegas dalam pembagian bidang-bidang ilustrasi adalah tidak mungkin. Namun Salam (Muharrar dalam Kuncoro, 2013) melakukan pembagian tersebut meliputi:

1. Ilustrasi buku (merujuk pada ilustrasi yang dibuat sebagai pendamping atau penjelas teks pada buku). Adapun beberapa jenisnya antara lain: Ilustrasi Buku Ilmiah (non-fiksi), Ilustrasi Buku Kesusastraan, Ilustrasi Buku Anak-anak, Ilustrasi Buku Komik.

2. Ilustrasi Editorial merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk menyajikan pandangan (opini) dimuat di surat kabar atau majalah, jenisnya antara lain: Ilustrasi kolom, Komik Strip, Karikatur, Kartun.

3. Ilustrasi Busana, merujuk pada yang dibuat untuk memperkenalkan atau menjual produk busana yang sedang mode.

4. Ilustrasi Televisi, yaitu ilustrasi yang dibuat untuk kepentingan siaran televisi. Dapat berupa sket sederhana sampai ilustrasi yang mendetail dan berwarna-warni. 5. Ilustrasi Animasi, ilustrasi ini menampilkan unsur rupa atau gambar dan gerak. Penggabungan antara ilustrasi dan film membawa pada penemuan ilustrasi animasi.

6. Seni Klip (Clip Art) merupakan ilustrasi yang dibuat untuk mendukung suatu tulisan, tetapi tidak memiliki biaya untuk membelinya. Seni klip merupakan seni


(28)

28 siap saji dimana dapat ditempatkan pada lay out tanpa harus meminta izin atau membayar royalti pada orang lain, seni ini dapat berbentuk cetakan atau digital. 7. Ilustrasi cover, kalender, kartu ucapan, perangko, poster, dan lain sebagainya.

Ilustrasi ini dibuat untuk memenuhi maksud dan tujuan dari benda-benda dimana ia ditampilkan.

Dilihat dari jenis-jenis ilustrasi di atas maka jenis ilustrasi yang akan digarap adalah dalam proyek studi ini masuk dalam salah satu kategori di atas. Karya ilustrasi yang akan digarap, lebih kepada ilustrasi berbentuk buku, khususnya buku bergambar atau ilustrasi.


(29)

29 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN VISUAL

III.1. Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dibuat adalah dengan membuat cerita baru berdasarkan kepercayaan akan makhluk-makhluk mitos dalam kebudayaan Jawa, serta memvisualkan cerita ini kedalam bentuk sebuah buku cergam. Disini penulis mencoba untuk memasukan makhluk-makhluk mitos pada kebudayaan Jawa yang visualisasinya disesuaikan dengan gaya gambar modern.

III.1.1. Target Audience

Menentukan target audience merupakan hal penting agar maksud dan tujuan dari pembuatan karya ini tersampaikan.

Demografis remaja hingga dewasa dengan rentang umur 12 tahun keatas dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, latar belakang memiliki pendapatan menengah keatas.

Geografis daerah perkotaan yang memiliki jalur distribusi buku yang cukup besar.

Psikografis personal atau individu yang memiliki ketertarikan pada buku cergam dan cerita yang memiliki unsur mitos.

III.1.2. Pendekatan Komunikasi a. Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang digunakan dalam buku cergam ini mengadaptasi gaya visual dari karya-karya milik Tim Burton (Nightmare Before Christmas, Corpse Bride, Frankenweenie, etc) Hal ini dikarenakan gaya visual milik Tim Burton memiliki nuansa mistis dan seram yang dirasa cocok untuk menyampaikan isi dari buku cergam ini.


(30)

30 Gambar III.1. Contoh gaya gambar milik Tim Burton

Sumber : http://www.wired.com/images_blogs/underwire/2009/11/burton_13a.jpg (diakses 25 Mei 2015)

b. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pengunaan bahasa Indonesia disini bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami maksud dari buku cergam ini.

III.1.3. Strategi Kreatif

Dengan mengembangkan visualisasi makhluk mitos budaya Jawa kedalam bentuk yang lebih ringan dan mudah untuk dicerna oleh masyarakat terutama remaja, maka diambilah media berbentuk buku cergam. Book of Illustration sendiri merupakan sebuah bentuk cergam yang muncul bentuk media buku yang kerap digunakan sebagai alat untuk dokumentasi dari karya - karya seni oleh seorang seniman maupun industri lainnya. Dalam media ini konten cerita serta visual dibuat semenarik dan seunik mungkin yang nantinya disesuaikan dengan tema serta informasi materi yang faktual dan informatif.Dalam bentuk fisik yaitu buku, dapat pula dijadikan salah satu benda koleksi sebagai kepuasan pribadi, selain itu dalam bentuk buku terdapat berbagai perbedaan cara memvisualisasikan cergam, dalam cerita ini cergam dibuat bercerita dengan kejadian yang garis besarnya sangat penting dalam bagian cerita, Dari strategi kreatif ini kemudian penulis mengembangkan isi buku informasi dari


(31)

31 sebuah sinopsis yang kemudian berkembang kembali menjadi storyline dan siap untuk disusun.

a. Sinopsis

Berkisah tentang Lisa, seorang kutu buku yang tanpa sengaja masuk ke dunia supranatural. Kisah berawal ketika ayah Lisa mengajak seluruh anggota keluarga ke Semarang, untuk melayat nenek yang meninggal dunia. Ketika sedang mempersiapkan segala kebutuhan dikamarnya, tanpa sengaja Lisa menemukan sebuah buku usang misterius yang didalamnya berisi informasi mengenai makhluk supranatural. Ia yang sangat tertarik dengan segala informasi yang ada dalam buku tersebut, sehingga tanpa sengaja Lisa membacakan sebuah mantra yang dapat menghubungkannya dengan dunia supranatural beserta penghuninya. Disitulah mimpi buruk Lisa dimulai, dari diculik Wewe Gombel, dikejar Genderuwo hingga bertemu dengan Naga Jawa.

b. Storyline

Storyline merupakan pengembangan dari sinopsis yang dibuat, storyline ini terdiri dari deskripsi dan berita informasi. Berikut storyline mengenai kesimpulan alur cerita buku cergammakhluk mitos dalam kebudayaan Jawa :

 Cerita diambil dari sudut pandang seorang perempuan kutu buku bernama Lisa. Cerita bermula ketika Lisa menemukan sebuah buku usang misterius dan perjalanannya ke Semarang Jawa Tengah.

 Dalam buku cergam ini hanya digunakan satu sudut pandang, yaitu sudut pandang Lisa. Disini para audience akan dibawa pada teror yang dialami Lisa ketika ia harus dihadapkan dengan makhluk-makhluk supranatural, beserta ketakutan, kelelahan dan keajaiban yang dialami Lisa.


(32)

32 III.2 Strategi Media

Media yang digunakan dalam perancangan ini adalah berupa buku cergam.Untuk mendukung kesan mistis maka buku ini didesain sedemikian rupa agar mendapat memunculkan kesan horornya.

III.2.1. Media Utama a. Buku

Media buku dipilih atas dasar pemikiran bahwa buku adalah media informasi yang sangat fleksibel dan dapat bertahan sangat lama. Penyampaiannya lebih bisa dipercaya dibandingkan secara lisan.

III.2.2. Media Pendukung

Dalam menunjang media utama dibutuhkan juga beberapa media pendukung yang berfungsi untuk mempromosikan media utama dan biasanya dikemas secara menarik serta penempataanya yang cukup strategis sehingga lebih memberikan peluang untuk target sasaran membeli buku cergam ini.

Media-media tersebut diantaranya: a. Poster

b. Pembatas Buku c. Sticker

d. Topeng Genderuwo e. Notebook

f. Kaos

III.3. Strategi Distribusi

Media utama yang digunakan pada perancangan ini berupa buku cergam yang pada nantinya akan ditawarkan kepada penerbit yang memiliki ketertarikan terhadap genre buku cergam segmentasi remaja dan dewasa. Penerbit-penerbit buku seperti gramedia yang nantinya menjadi target utama dalam pendistribusian buku ini.


(33)

33 III.4. Konsep Visual

Konsep visual adalah ide untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam bentuk visual.

III.4.1. Gaya Visual

Konsep yang dipakai dalam perancangan buku cergammengenai makhluk mitos dalam kebudayaan Jawa ini adalah dengan mengadaptasi gaya vintage yang penuh dengan nuansa jadul dan kelam.Vintage itu sendiri merupakan gaya yang identik dengan gaya kuno sekitar era 60an. Gaya vintage yang sering digunakan pada zaman modern adalah kombinasi antara model kuno dengan model masa kini sehingga menimbulkan kesan yang berbeda.

Gambar III.2. Contoh gaya visual vintage

Sumber :

http://olddesignshop.com/wp-content/uploads/2012/07/OldDesignShop_KGreenawayUnderTheWindowPg27.jpg (25 Mei 2015)

Selain gaya visual yang ada didalamnya, pemilihan cover pun menjadi salah satu poin penting untuk menarik perhatian audience, dengan masih mengusung tema vintage yang digabung dengan teknik digital painting.


(34)

34 Gambar III.3. Contoh cover buku bergaya vintage

Sumber : http://blaine.org/jules/secretriverweisgard.jpg(diakses 25 Mei 2015)

Pewarnaan yang digunakan adalah digital painting dengan teknik lineless yang berarti tidak menggunakan garis. Teknik ini membuat warna pada gambar terlihat lebih soft

Gambar III.4. contoh pewarnaan digital tekniklineless

Sumber :

http://pre13.deviantart.net/197e/th/pre/i/2011/145/5/2/alice__madness_returns_by_sweet_hope-d3h6rpz.jpg (diakses 26 Mei 2015)

III.4.2 Format Desain

Format desain buku ini adalah landscape, karena memberi kesan yang lebih luas sehingga ilustrasi dapat dengan mudah divisualisasikan. Selain itu dengan ukuran


(35)

35 29.7cm x 21cm dibaca dengan arahan dari kiri ke kanan. Pemilihan format ini lebih memudahkan targetaudience untuk memegang dan membaca buku.

III.4.3. Tata Letak (Layout)

Layout yang digunakan dalam buku cergam ini disesuaikan dengan standar buku cergam pada umumnya.

Gambar III.5. Contoh layout yang digunakan Sumber : Dokumen Pribadi

III.4.4. Tipografi

Peranan tipografi cukup besar dalam media perancangan ini, karena jika pemilihan tipografi kurang tepat maka pesan tidak akan tersampaikan. Untuk font menggunakan 3 jenis sehingga diharapkan dapat sesuai dengan konsep. Ketiga font yang digunakan pada perancangan ini adalah faerytale woods, storybook dan arial.


(36)

36 Gambar III.7. Font Storybook

Gambar III.8. Font Arial

III.4.5. Warna

Warna merupakan merupakan salah satu bagian vital dalam dunia seni maupun desain. Maka perlu adanya keseimbangan antara gaya visual dengan warna yang digunakan, karena apabila terjadi kesalahan dapat menjadi fatal.Penggunaan warna dapat juga menjadi sosok yang penting sebagai interpretasi dari karya tersebut dan menjadi salah satu poin penting dalam suatu karya. Penggunaan warna sendiri dalam perancangan buku cergam ini menggunakan warna-warna gelap dan pucat.

Gambar III.9. Tone warna yang digunakan Sumber : Dokumen pribadi


(37)

37 Pengunaan warna ini bertujuan untuk memberi kesan lucu namun kelam, dikarenakan temanya yang mengangkat tentang mitos. Karena tujuan warna selain memperindah gambar visual juga dapat memberikan makna psikologis (Guna, 2013). Sebagai contoh warna ungu yang mengekspresikan keseimbangan dari warna merah dan ketenangan dari warna biru dengan sedikit kesan mistis dan royal. warna ini sering disukai oleh tipe orang yang eksentrik atau kreatif dan juga merupakan warna favorit perempuan remaja.

III.4.6. Karakter

Dalam perancangan buku ilustrasi ini, karakter yang hendak ditampilkan terpengaruhi oleh gaya ilustrasi milikTim Burton yang dikembangkan kembali. Hal ini dikarenakan gaya visual milik Tim Burton selalu bernuansa horror dan mistis. Selain itu gaya visual milik Tim Burton memiliki keunikan tersendiri yaitu kesan lucu dibalik visual yang menyeramkan.

Gambar III.10. Pengembangan Gaya Desain Karakter Tim Burton

Sumber : http://imageserver.moviepilot.com/tumblr_n4txclyfc71tava2vo1_500-frozen-tim-burton-style.jpeg (diakses 26 Mei 2015)


(38)

38 Gambar III.11. Pengembangan Gaya Desain Karakter Tim Burton 2

Sumber : http://media.tumblr.com/tumblr_mdbq46nBLI1rpae6q.jpg (diakses 26 Mei 2015)

III.4.6.1. Lisa

Lisa adalah anak perempuan kutu buku yang sangat menyukai novel horror. Sifat dari Lisa cenderung anti sosial dan lebih memilih berkomunikasi dengan orang lain melalui media sosial. Hal ini dikarenakan dia adalah anak yang pemalu, iapun tidak pernah peduli dengan penampilannya. Karakter ini terinspirasi dari Nabilah JKT48 yang dimana memiliki postur tubuh seperti wanita remaja walau masih berumur 11 tahun.

Gambar III.12. Studi karakter Lisa


(39)

39 III.5.6.2. Si Jaket Hijau

Orang yang sangat misterius dan nampak tidak bersahabat. Ia pertama kali muncul ketika Lisa hendak makan malam dan muncul kembali ketika Lisa berada dalam kesulitan.

Gambar III.13. Studi karakter Si Jaket Hijau

Sumber : http://cdn.thinkprogress.org/wp-content/uploads/2015/01/shutterstock_109731770.jpg (diakses 30 Juli 2015)

III.4.6.3. Tuyul

Tuyul merupakan makhluk mitos berbentuk seperti anak kecil gundul dan sangat senang bermain-main. Makhluk mitos pertama yang dilihat Lisa yang awalnya menyangka bahwa itu hanyalah anak kecil.

Gambar III.14. Studi Karakter Tuyul

Sumber : http://d2ka0dvx23yu8q.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/10/wewe-gombel_0.jpg (diakses 24 Mei 2015)

III.4.6.4. Wewe Gombel

Makhluk yang dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai penculik anak-anak. Makhluk mitos yang membawa Lisa ke dunia lain dan salah satu penyebab mimpi buruk yang dialami Lisa. Visual Wewe Gombel dalam buku ilustrasi ini mengalami banyak


(40)

40 perubahan dikarenakan penggambarannya yang vulgar, sehingga perlu adanya penyesuaian.

Gambar III.15. Studi karakter Wewe Gombel

Sumber : http://kepoan.com/media/uploads/2015/05/kepoan.com-5-hantu-legenda-indonesia-1-kuntilanak-765x510.jpg(diakses 30 Juli 2015)

III.4.6.5. Pocong

Makhluk mitos paling terkenal di nusantara yang merupakan perwujudan dari orang yang sudah mati. Makhluk yang mengejar Lisa ketika ia melarikan diri dari cengkraman Wewe Gombel.

Gambar III.16.Studi karakter Pocong

Sumber : http://d2ka0dvx23yu8q.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/10/wewe-gombel_0.jpg (diakses 26 Mei 2015)

III.4.6.6. Genderuwo

Makhluk mitos yang menyerupai kera raksasa menyeramkan dan dipercaya memiliki nafsu birahi yang sangat tinggi. Makhluk ini pertama kali muncul ketika Lisa tertangkap oleh para Pocong. Raungannya dapat membuat para Pocong lompat ketakutan.


(41)

41 Gambar III.17. Studi karakter Genderuwo

Sumber :

https://36.media.tumblr.com/46749a7e3d5966815b0f14cc12125238/tumblr_mvhmm4zrAS1rmqeivo1 _500.jpg (diakses 24 Mei 2015)

III.4.6.7. Banaspati

Makhluk mitos yang memiliki tubuh dengan diselimuti oleh api ini dipercaya sebagai salah satu makhluk mitos yang memiliki kesaktian sangat tinggi, sehingga menjadi makhluk yang keberadaanya sangat mengancam. Muncul ketika Lisa sedang bersembunyi dari kejaran Genderuwo.

Gambar III.18. Studi karakterBanaspati Sumber :

http://img3.wikia.nocookie.net/__cb20140123215027/cryptidz/images/thumb/3/39/Banaspati2.jpg/500 px-Banaspati2.jpg (diakses 24 Mei 2015)

III.4.6.8. Naga Jawa

Makhluk mitos yang menyerupai ular besar dengan mahkota dikepalanya, masyarakat Jawa percaya bahwa makhluk ini merupakan pelindung sehingga sering digunakan


(42)

42 sebagai ornamen. Makhluk ini dipercaya memiliki kesaktian yang tinggi. Muncul pertama kali ketika Lisa diserang oleh Banaspati.

Gambar III.19. Studi karakter Naga Jawa

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-h-jLcKzSlZ8/T0EGylCPGxI/AAAAAAAAI94/yONVshkfd-4/s1600/ANANTABOGA%2BNAGA%2Byogya%2BB%2B01.jpg(diakses 30 Juli 2015)

III.4.6.9. Silvia

Kakak dari Lisa yang merupakan seorang model. Memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Lisa. Sebagai contoh, apabila Lisa sangat gemar membaca buku maka Silvia tidak, begitu juga sebaliknya. Walau terkesan sombong Silvia memiliki hati yang baik. Mengambil model Chelsea Islan sebagai referensi.

Gambar III.20. Studi karakter Silvia

Sumber : http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/819879/big/007160800_1425275198-Chelsea-Islan-2.jpg(diakses 30 Juli 2015)

III.4.6.10. Ibu

Ibu dari Lisa dan Silvia yang merupakan seorang office lady. Memiliki paras cantik dan postur tubuh ideal layaknya seorang model. Selain itu walau sudah memiliki dua


(43)

43 anak beliau masih tetap terlihat muda, sehingga banyak orang yang keliru menganggap dia masih single. Mengambil model Sophia Muller sebagai referensi.

Gambar III.21. Studi karakter Ibu

Sumber : http://radarcirebon.com/wp-content/uploads/2012/10/sophia-latjuba-039.jpg(diakses 30 Juli 2015)

III.4.6.11. Ayah

Ayah dari Lisa dan Silvia yang merupakan seorang dosen di universitas swasta. Memiliki sifat humoris namun bijak, juga memiliki wawasan yang luas sehingga sering dijadikan tempat berkonsultasi baik mahasiswa maupun dosen lain. Mengambil model Epy Kusnandar sebagai referensi.

Gambar III.22. Studi karakter Ayah Sumber :

http://2.bp.blogspot.com/-lSgT5Z4c3BA/VQebh6CUIyI/AAAAAAAAB_I/voi8wtWVsEg/s1600/syuting_vk_single_duet_epy_k usnandar_dengan_karina_ranau_berjudul_cinta_yang_terluka_di_studio_oktarent_kemang_selasa_23_


(44)

44 III.4.7. Latar

Latar yang digunakan disini mengambil konsepvintage yang digabung dengan teksturgrungeagar dapat mendukung visual yang ingin ditampilkan. Selain memberikan efek jadul, cara inipun dapat memberikan kesan menyeramkan.

Gambar III.23. Contoh gambar painting dengan texture grunge

Sumber : http://www.themarriedgamers.net/wp/wp-content/uploads/2011/07/alice_dress.jpg(diakses 30 Juli 2015)


(45)

45 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1. Media Utama

Media utama dalam perancangan tugas akhir ini adalah buku cergam berjudul Tersesat dalam Alam Gaib. Media utama ini berukuran 29.7 cm x 21 cm atau kertas ukuran A4 landscape berdasarkan international ISO standard. Dicetak massal menggunakan teknik cetak offset sparasi dengan media kertas yang digunakan Art Paper 150 Gram untuk isi dan Art Paper 250 Gram untuk cover.

IV.2. Pra Produksi Media

Sebelum memasuki pada tahap produksi pada media informasi, tahap yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah perancangan visualnya meliputi:

- Konsep

Proses pra-produksi dimulai dengan menentukan ilustrasi sesuai dengan gagasan visual serta tema literatur yang akan dibuat, yang menjadi salah satu fokus utama adalah memfokuskan gaya visual milik Tim Burton dengan teknik pewarnaan modern. Selain itu karakterisasi milik Tim Burton lebih dekat dengan hal-hal berbau mistis, karena ciri khas gambarnya yang unik dan lucu tetapi menyeramkan.

- Story Writing

Setelah sinopsis dan garis besar cerita dibuat tahap selanjutnya masuk ke bagian penulisan cerita, kemudian dipecah ke dalam bab-bab yang lebih spesifik. Pengetikan cerita dilakukan dengan menggunakan Microsoft Word untuk memudahkan dan merapihkan format ketikan.


(46)

46 Gambar 4.1. Screenshoot cerita yang dibuat dalam MS Word

- Produksi

Proses produksi dimulai dengan manual hand drawing dimana awal proses sketsa dibuat, menggunakan kertas A4 70 gram dan pensil mekanik. Mula-mula proses sketching awal dibuat dengan menggunakan pensil mekanik, setelah sketsa selesai maka akan langsung masuk proses scanning yang nantinya sketsa tersebut masuk pada tahapan digital coloring. Proses digital coloring pun dimulai dari blocking warna dasar di setiap gambar dan apabila sudah selesai mem-blocking maka akan masuk tahap detailing.

Untuk satu halaman dibutuhkan 1 gambar sketsa yang nantinya masuk pada proses digital coloring. Aplikasi yang digunakan dalam proses ini menggunakan Photoshop CS6 dan Paint tool Sai. Setelah tahap digital coloring selesai, hasil ilustrasi akan masuk pada tahap retouching dengan mengatur color balance dan sedikit efek blur pada Photoshop CS6.


(47)

47 Gambar IV.3. Proses blocking warna pada Paint Tool Sai

Gambar IV.4. Hasil akhir pewarnaan

Isi buku yang telah selesai dibuat kemudian dicetak menggunakan kertas Art Paper 150 gram dengan teknis cetak offset sparasi.

IV.3. Teknis Cetak

Pada prinsipnya seni grafis selalu mengikuti perkembangan teknologi cetak, dewasa ini teknik cetak mutakhir seperti digital print, chemical print, dan beberapa teknik lainnya kemudian diterima sebagai karya grafis

IV.3.1. Buku Illustrasi (Media Utama)

Buku ilustrasi sebagai media penyampaian informasi mengenai makhluk mitos dalam budaya Jawa. Cara penyampaian informasi menggunakan ilustrasi dan konsep visual yang menarik agar menimbulkan kesan imajinatif pada pembaca. Buku ialah salah satu bentuk media informasi yang tahan lama dan memiliki keakuratan informasi yang tinggi dibandingkan dengan media informasi lainnya. Isi buku sendiri berisikan kisah Lisa yang terseret ke alam gaib karena tanpa sengaja membaca mantra yang terdapat didalam sebuah buku. Langkah awal pembuatan desain media utama ini ialah dengan tahapan sketsa dilanjut dengan proses scanning, masuk ke proses digital coloring kemudian proses layout halaman lalu diakhiri dengan proses cetak. Alur cerita sendiri dibuat dengan sudut pandang Lisa, menanggapi pengalaman mistisnya tersebut


(48)

48 IV.3.2. Cover

Gambar IV.5. Cover buku ilustrasi tampak depan

Gambar IV.6. Cover buku ilustrasi tampak belakang

Ukuran : 29.7 cm x 21 Bahan : Hardcover

Teknis produksi : cetak offset sparasi

IV.3.3 Isi Buku

Isi buku dicetak dengan menggunakan kertas Art Paper 150 gram dengan teknis cetak offset sparasi. Konten isi buku ini akan lebih banyak memuat cerita dalam bentuk verbal namun diimbangi pula dengan ilustrasi sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Secara keseluruhan isi buku ini terbagi atas beberapa bagian utama, diantaranya:

1. Pembuka


(49)

49 Gambar IV.7 Identitas

Sumber : Pribadi

2. Layout font

Cerita dan gambar memiliki layout yang berbeda, dimana layout cerita terletak di sebelah kiri dan layout gambar berada di sebelah kanan.

Gambar IV.8 layout font

IV.3.4. Jalan Cerita

Sinopsis

Isi buku ini menceritakan tentang pengalaman Lisa yang terseret ke alam gaib, sehingga harus mengalami pengalaman mengerikan bertemu para makhluk mitos. Kisah ini bermula ketika Lisa terpaksa harus ikut ke Semarang Jawa Tengah untuk menghadiri upacara pemakaman neneknya. Dikarenakan dia merupakan seorang kutu buku maka ia menyiapkan buku-buku untuk dibaca saat perjalanan Bandung-Semarang. Ketika ia sedang memilih buku yang hendak ia bawa, tanpa sengaja ia menemukan sebuah buku usang misterius. Ia sendiri tidak ingat pernah memiliki buku tersebut dan belum membacanya sama sekali. Dikarenakan rasa penasarannya yang tinggi ia pun membaca buku tersebut yang ternyata berisikan informasi mengenai makhluk mitos.


(50)

50 Alkisah setelah melewati perjalanan panjang Lisa akhirnya sampai di tujuan. Akan tetapi ia merasa sangat asing, dikarenakan sudah 7 tahun tidak bertemu dengan keluarga beserta sepupu lainnya ditambah kala itu ia masih anak-anak. sampai ketika salah seorang keluarga menanyakan umur dan memperingatkan bahwa ada Wewe Gombel berkeliaran di daerah sini.

Setelah selesai dengan reuni keluarga ia pun segera menuju kamar tidurnya yang berbarengan dengan kakaknya. Kakaknya yang sudah kelelahan langsung menuju tempat tidur akan tetapi Lisa yang masih penasaran dengan isi buku tersebut melanjutkan membaca dan tanpa sengaja ia membacakan mantra yang ada dalam buku tersebut. Tiba-tiba saja pintu kamar diketuk, yang sontak membuat Lisa kaget, namun ternyata itu adalah Ibu yang menyuruh Lisa beserta kakaknya makan terlebih dahulu.

Di ruang makan mereka bertemu dengan seseorang berjaket hijau yang cukup misterius. Ia hanya fokus pada makanannya dan tidak menggubris sapaan dari Lisa dan kakaknya. Setelah selesai makan merekapun kembali ke kamar, akan tetapi di perjalanan menuju kamar mereka menemukan hal aneh, dimana ada seekor kepiting digantung. Lisa yang tahu maksud dari hal itu menjelaskan bahwa ini dilakukan untuk terhindar dari Tuyul, akan tetapi kakaknya hanya menganggap itu hanyalah omong kosong.

Setelah masuk kamar kakak Lisa langsung tertidur, namun Lisa yang masih belum mengantuk ditambah rasa penasarannya yang tinggi akan buku itu sehingga ia tetap terjaga hingga larut malam. Waktu menunjukan pukul 11 malam dan Lisa pun sudah selesai dengan buku tersebut, akan tetapi pintu kamar kembali diketuk. Ketika pintu dibuka ternyata seorang anak kecil yang minta tolong diantarkan ke toilet. Lisa yang tanpa rasa curigapun mengantarnya hingga ke toilet, namun ketika hendak kembali ke kamar, di tempat kepiting yang tergantung ada penampakan 2 Tuyul. Kedua Tuyul itu terlihat memainkan kepiting, Lisa masih tidak yakin dengan apa yang ia lihat hingga ia tersadar bahwa anak yang bersamanya telah hilang. Tanpa pikir panjang Lisa pun langsung mencari si anak tersebut dan ia pun dibuat kaget, karena anak yang bersamanya itu adalah Tuyul.


(51)

51 IV.3.4.1. Penyampaian Isi Cerita Ke Dalam Gambar

Gambar IV.9. Gambar 1-3

Gambar 1 menggambarkan keinginan Lisa ketika liburan yang tidak terwujud dikarenakan harus ikut dengan keluarganya untuk melayat nenek.

Gambar 2 menggambarkan suasana ketika Lisa memilih buku yang akan dibawanya dan tanpa sengaja menemukan buku usang.

Gambar 3 menggambarkan fokusnya Lisa ketika memeriksa isi buku tersebut, saking fokusnya ia pun tidak sadar ada seseorang masuk ke kamarnya.

Gambar IV.9. Gambar 3-6

Gambar 4 menceritakan perjalanan Lisa menuju Semarang dan pembicaraan dengan Ayah.

Gambar 5 menggambarkan suasana di rumah nenek yang berarsitektur Jawa kuno atau biasa di sebut rumah joglo.


(52)

52 Gambar 6 menggambarkan suasana hati Lisa yang merasa terasingkan.

Gambar IV.10. Gambar 7-9

Gambar 7 menggambarkan kekhawatiran Lisa ketika mendengar suara pintu diketuk.

Gambar 8 menceritakan pertemuan Lisa dengan seseorang berjaket hijau yang misterius.

Gambar 9 menceritakan salah satu kejanggalan yang ditemui Lisa di rumah nenek dengan adanya kepiting yang digantung.

Gambar IV.11. Gambar 10-13

Gambar 10 menggambarkan kedua Tuyul yang sedang memainkan kepiting yang digantung.


(53)

53 Gambar 11 menceritakan Lisa yang baru tersadar bahwa anak yang bersamanya selama ini adalah Tuyul.

Gambar 12 menceritakan Lisa yang diculik oleh Wewe Gombel dan dibawa ke alam gaib.

Gambar IV.12. Gambar 13-15

Gambar 13 menceritakan Lisa yang bertatap muka langsung dengan sang Wewe Gombel

Gambar 14 menggambarkan Lisa yang lari dengan dihantui rasa ketakutan. Gambar 15 menggambarkan penampakan pocong yang mengejar Lisa

Gambar IV.13. Gambar 16-18


(54)

54 Gambar 17 menceritakan 3 pocong yang lari ketakutan akan kehadiran Genderuwo

Gambar 18 menceritakan Si Jaket Hijau yang tiba-tiba muncul

Gambar IV.14. Gambar 19-21

Gambar 19 menggambarkan kesaktian Si Jaket Hijau yang mampu menghempaskan Genderuwo ke belakang.

Gambar 20 menggambarkan kemunculan Banaspati ketika sedang bersembunyi di dalam gua.

Gambar 21 menggambarkan bola api yang dikeluarkan oleh Banaspati

Gambar IV.15. Gambar 24-26

Gambar 22 menggambarkan kemunculan sesosok Naga Jawa yang melindungi Lisa dari serangan Banaspati


(55)

55 Gambar 24 menceritakan kisah setelah Lisa kembali dan bertemu dengan Si Jaket Hijau.

IV.4 Media Promosi

Selain media utama, dibutuhkan juga media penunjang yang berfungsi sebagai media promosi produk dan media pengingat. Beberapa media promosi dan media pengingat yang dibuat diantaranya sebagai berikut.

IV.4.1. Poster

Poster dicetak menggunakan teknik cetak offset sparasi menggunakan bahan kertas Art Paper berukuran A3, poster berguna sebagai media promosi dan kampanye promosi atau alat marketing, yang bisa dipajang di saat launching buku atau di toko buku maupun sebagai bonus yang disertakan pada pembelian produk. Poster ini digunakan sebagai bonus pembelian buku, yang bertujuan untuk menjadi media pengingat.

Gambar IV.16. Poster

Ukuran : A3 (29.7 x 42) Bahan : Art paper 120gram Teknis Produksi : Cetak offset

IV.4.2. Topeng Genderuwo

Topeng yang dipajang ditempat yang sama dengan rak buku tempat penjualan media utama. Topeng ini memiliki 1 mata yang dapat bergerak-gerak, dengan


(56)

56 bantuan aplikasi dari android. Hal ini bertujuan agar menarik minat konsumen untuk membeli buku yang dijadikan media utama.

Gambar IV.17. Topeng Genderuwo

Ukuran : 21 x 32 cm Bahan : Spons

IV.5 Gimmick dan Merchandise

Selain media utama dan media promosi, gimmick atau merchandise juga dibuat sebagai bonus dan bentuk apresiasi pada konsumen yang telah membeli, juga berguna sebagai media pengingat untuk pembeli akan buku, oleh karena itu, gimmick dan merchandise yang diberikan sebisa mungkin adalah item yang bisa atau akan sering digunakan oleh pembeli.

IV.5.1. Pembatas Buku

Merupakan gimmick paling umum dalam setiap pembelian buku. Desainnya mengambil dari bentuk salah satu tokoh makhluk mitos yang ada dalam media utama .

Gambar IV.18. Pembatas buku

Ukuran : 8 x 4 cm Bahan : Art Paper 260 gram Teknis Produksi : Cetak offset


(57)

57 IV.5.2. Poster Tempel

Poster tempel dengan ilustrasi tokoh utama dalam buku ini. Setiap pembelian buku ilustrasi Tersesat dalam Alam Gaib maka akan mendapatkan 3 poster tempel berukuran A3.

Gambar IV.19. Poster tempel

Ukuran : A3 (29.7 x 42 cm) Bahan : Artpaper 120gram Teknis Produksi : Cetak offset

IV.5.3. Notebook

Notebook dengan cover menggunakan ilustrasi seekor Naga Jawa dan sampul pembatas bergambarkan Genderuwo, Banaspati dan Lisa dengan gaya penggambaran yang berbeda. Notebook ini nantinya akan diberikan khusus untuk 30 pembeli pertama.

Gambar IV.20. Cover notebook Ukuran : A5 (14.8 x 21 cm )

Bahan : Art paper 260gram + HVS 80gram Teknis Produksi : Cetak offset


(58)

58 IV.5.4. Cutting Sticker

Media ini dirasa sebagai media promosi berjalan yang pengaplikasiannya dapat dilakukan dimana saja sehingga terlihat fleksibel dan juga efektif. Dengan menggunakan sosok Wewe Gombel diharapkan akan memberi kesan menakutkan. Stiker ini didapatkan secara gratis setiap pembelian.

Gambar IV.21. Cutting sticker Ukuran : 4 x 8 cm

Bahan : Vinyl

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.5.5. Kaos

Media yang sangat fleksibel dan efisien, karena dapat digunakan dalam aktifitas sehari-hari. Selain itu kaos untuk promosi ini menggunakan teknik sablon di dalam yang membuat kaos ini dapat dipakai seakan sedang mengenakan topeng. Baju ini didapatkan secara gratis bagi 30 pembeli pertama.

Gambar IV.22. Kaos

Ukuran : S, M, X, L, XL

Bahan : Gildan Teknik Produksi : Printing


(59)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

MAKHLUK MITOLOGI DALAM BUDAYA JAWA SEBAGAI TOKOH PADA CERITA BERGAMBAR

DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2014-2015

Oleh :

Muhammad Abdan Ramdhani 52112007

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(60)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Identifikasi Masalah ... 5

I.3. Rumusan Masalah ... 6

I.4. Batasan Masalah ... 6

I.5. Tujuan Perancangan ... 6

I.6. Manfaat Perancangan ... 6

BAB II PEMBAHASAN OBYEK... 7

II.1. Mitos dalam Kebudayaan Jawa ... 7

II.1.1. Kebudayaan Jawa ... 7

II.1.2. Definisi Mitos Menurut Para Ahli ... 9

II.1.3. Definisi Mistis ... 11

II.1.4. Hubungan Manusia Jawa dengan Makhluk Supranatural ... 13

II.1.5. Jenis Makhluk yang Diyakini Masyarakat Jawa ... 15

II.1.5.1. Genderuwo ... 15

II.1.5.2. Wewe Gombel ... 16

II.1.5.3. Pocong ... 17

II.1.5.4. Tuyul ... 18

II.1.5.5. Banaspati ... 20

II.1.5.6. Naga Jawa ... 21

II.2. Cerita Rakyat ... 22


(61)

viii

II.3. Ilustrasi ... 25

II.3.1. Pengertian Ilustrasi ... 25

II.3.2. Fungsi Ilustrasi dan Syarat Ilustrator ... 26

II.3.3. Jenis-Jenis Ilustrasi ... 27

BAB III STRATEGI PERANCANGAN VISUAL ... 29

III.1. Strategi Perancangan ... 29

III.1.1. Target Audience ... 29

III.1.2. Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.3 Strategi Kreatif ... 30

III.2. Strategi Media ... 32

III.2.1. Media Utama ... 32

III.2.2 Media Pendukung... 32

III.3. Strategi Distribusi ... 32

III.4. Konsep Visual ... 33

III.4.1. Gaya Visual ... 33

III.4.2. Format Desain ... 34

III.4.3. Tata Letak (layout) ... 35

III.4.4. Tipografi ... 35

III.4.5. Warna ... 36

III.4.6. Karakter ... 37

III.4.6.1. Lisa ... 38

III.4.6.2. Si Jaket Hijau ... 39

III.4.6.3. Tuyul ... 39

III.4.6.4. Wewe Gombel ... 39

III.4.6.5. Pocong ... 40

III.4.6.6. Genderuwo ... 40

III.4.6.7. Banaspati ... 41

III.4.6.8. Naga Jawa ... 41

III.4.6.9. Silvia ... 42

III.4.6.10. Ibu ... 42

III.4.6.11. Ayah ... 43


(62)

ix

BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA ... 45

IV.1. Media Utama ... 45

IV.2. Pra Produksi Media ... 45

IV.3. Teknis Cetak ... 47

IV.3.1. Buku Ilustrasi (Media Utama) ... 47

IV.3.2. Cover ... 48

IV.3.3. Isi Buku ... 48

IV.3.4. Jalan Cerita... 49

IV.3.4.1. Penyampaian Isi Cerita Ke Dalam Gambar ... 51

IV.4. Media Promosi ... 55

IV.4.1. Poster ... 55

IV.4.2. Topeng Genderuwo ... 55

IV.5. Gimmick dan Merchandise ... 56

IV.5.1. Pembatas Buku ... 56

IV.5.2. Poster Tempel ... 57

IV.5.3. Notebook ... 57

IV.5.4. Cutting Sticker ... 58

IV.5.5. Kaos ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(63)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia – Nya yang selama ini telah kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah tugas akhir di UNIKOM (Universitas Komputer) Bandung.

Penyusunan laporan ini belumlah dapat dikatakan sempurna, hal ini karena adanya keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dan kesempurnaan Laporan ini sangat penulis harapkan. Dalam proses penyusunannya, Laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak baik berupa moril dan materiil.

Penulis menyadari akan keterbatasan dalam penyusunan Laporan ini. Oleh karena itu tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak akan sangat penulis perhatikan demi penyusunan yang lebih baik dimasa mendatang.

Bandung, Agustus 2015


(64)

(65)

(66)

61

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Muhammad Abdan Ramdhani Tempat/ Tgl Lahir : 27 Maret 1992

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Nomor Handphone : 085795660461

Alamat Email : sabdun666@yahoo.com / sabdunz@gmail.com

Pendidikan

SD : SDN Cistu III ( 1999-2004 ) SMP : SMPN 35 Bandung ( 2004-2007 ) SMA : SMAN 19 Bandung ( 2007-2010 )

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia, Bandung Program D3 Jurusan Desain Komunikasi Visual ( 2012- 2015 )

Kemampuan

Desain : Ilustrasi Manual, Ilustrasi Digital, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Flash


(67)

(1)

ix

BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA ... 45

IV.1. Media Utama ... 45

IV.2. Pra Produksi Media ... 45

IV.3. Teknis Cetak ... 47

IV.3.1. Buku Ilustrasi (Media Utama) ... 47

IV.3.2. Cover ... 48

IV.3.3. Isi Buku ... 48

IV.3.4. Jalan Cerita... 49

IV.3.4.1. Penyampaian Isi Cerita Ke Dalam Gambar ... 51

IV.4. Media Promosi ... 55

IV.4.1. Poster ... 55

IV.4.2. Topeng Genderuwo ... 55

IV.5. Gimmick dan Merchandise ... 56

IV.5.1. Pembatas Buku ... 56

IV.5.2. Poster Tempel ... 57

IV.5.3. Notebook ... 57

IV.5.4. Cutting Sticker ... 58

IV.5.5. Kaos ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(2)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia – Nya yang selama ini telah kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah tugas akhir di UNIKOM (Universitas Komputer) Bandung.

Penyusunan laporan ini belumlah dapat dikatakan sempurna, hal ini karena adanya keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dan kesempurnaan Laporan ini sangat penulis harapkan. Dalam proses penyusunannya, Laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak baik berupa moril dan materiil.

Penulis menyadari akan keterbatasan dalam penyusunan Laporan ini. Oleh karena itu tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak akan sangat penulis perhatikan demi penyusunan yang lebih baik dimasa mendatang.

Bandung, Agustus 2015


(3)

(4)

(5)

61 RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Muhammad Abdan Ramdhani Tempat/ Tgl Lahir : 27 Maret 1992

Jenis Kelamin : Pria Agama : Islam

Nomor Handphone : 085795660461

Alamat Email : sabdun666@yahoo.com / sabdunz@gmail.com

Pendidikan

SD : SDN Cistu III ( 1999-2004 ) SMP : SMPN 35 Bandung ( 2004-2007 ) SMA : SMAN 19 Bandung ( 2007-2010 )

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia, Bandung Program D3 Jurusan Desain Komunikasi Visual ( 2012- 2015 )

Kemampuan

Desain : Ilustrasi Manual, Ilustrasi Digital, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Flash


(6)