Perancangan Buku Cerita Bergambar Mengenai Tokoh Wayang Dalam Kisah Ramayana

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR

MENGENAI TOKOH WAYANG DALAM KISAH

RAMAYANA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Giri Ariansyah Maulana 51907154

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir yang berjudul: “Perancangan Buku Cerita Bergambar

Mengenai Wayang Dalam Kisah Ramayana”. sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan mata kuliah Tugas Akhir praktek di Fakultas Desain Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari bahwa Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki laporan ini.

Akhirnya, semoga laporan pengantar proyek tugas akhir ini dapat menjadi wujud ibadah penulis kepada Zat Yang Maha Mengetahui lagi Bijaksana, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para mahasiswa.

Bandung, 20 Juli 2011


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan Wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga.

Menurut David Irvine dalam bukunya Leather Gods and Wooden Heroes (2005: 128–134), Wayang terbagi menjadi berbagai macam jenis. Ada wayang kulit, wayang golek, wayang orang dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis wayang yang ada saat ini, hanya beberapa saja yang masih diminati oleh masyarakat. Salah satu diantarnya adalah wayang Kontemporer. Wayang Kontemporer merupakan pengembangan dari wayang klasik, dimana bagian-bagian tertentu dirubah tetapi tetap mempertahankan ciri khas dari wayang itu sendiri. Wayang kontemporer bisa dibuat seperti apa saja, karena di dalam wayang kontemporer tidak terikat dengan aturan-aturan yang ada seperti di dalam wayang klasik.


(4)

sebuah cerita dari India yang digubah oleh Walmiki atau Balmiki. Secara keseluruhan kisah ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang putra mahkota kerjaan Kosala yang bernama Rama. Kisah ini memiliki cerita yang cukup panjang. Karena itu kisah ini dibagi-bagi lagi menjadi tujuh bagian.

Dalam kisah Ramayana ini terdapat lebih dari 100 karakter wayang yang diceritakan. Karena banyaknya tokoh yang muncul ini membuat masyarakat menjadi kebingungan. Padahal tidak semua karakter-karakter yang ada itu merupakan karakter yang penting untuk di ceritakan. Sebagian besar hanyalah karakter sampingan yang hanya muncul sebentar.

Dari bentuk desain karakter wayang itu sendiri beberapa karakter tidak memiliki banyak persamaan, sehingga kadang masyarakat tertukar dalam mengenalinya. Padahal di dalam dunia pewayangan setiap karakter memiliki bentuk khas yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk manusia, ada yang berbentuk kera dan yang lainnya. Masing-masing pembagian ini didasarkan berdasarkan asal bangsanya ataupun tingkatan kedudukannya dalam dunia pewayangan. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum menyadarinya.

Dari dulu sampai sekarang desain karakter wayang juga tidak pernah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini membuat masyarakat khususnya generasi muda enggan untuk mengenalinya.


(5)

Mereka beranggapan bahwa wayang merupakan budaya yang sudah ketinggalan jaman.

Dengan adanya berbagai fenomena dan masalah mengenai wayang ini maka penulis mengadakan penelitian dengan judul

Perancangan Buku Cerita Bergambar Mengenai Tokoh Wayang

Dalam Kisah Ramayana”. Dan dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa penulis bisa memberikan kontribusi solusi untuk memecahkan masalah ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas penulis menarik kesimpulan beberapa masalah sebagai berikut :

- Masyarakat khususnya anak-anak saat ini kurang mengenal karakter-karakter yang muncul dalam dunia pewayangan.

- Karakter wayang yang muncul dalam kisah Ramayana jumlahnya bisa mencapai ratusan sehingga membuat anak menjadi kebingungan.

- Masyarakat khususnya anak-anak kesulitan untuk membedakan satu karakter wayang dengan karakter lainnya.

- Bentuk karakter wayang dianggap sudah kuno, sehingga membuat generasi muda enggan untuk mengenalnya.


(6)

1.3 Fokus Permasalahan

Dari uraian di atas penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut

- Bagaimana cara membuat media informasi tentang karakter-karakter wayang pada kisah Ramayana sebagai sarana guna meningkatkan apresiasi pada seni tradisional Indonesia dan memunculkan jiwa keberanian pada anak-anak.

- Bagaimana cara membuat bentuk visual karakter wayang dalam kisah Ramayana yang dapat diterima dan disukai oleh anak-anak sehingga dapat meningkatkan apresiasi mereka pada seni tradisional Indonesia ini.

1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk:

- Memberikan informasi mengenai kisah karakter wayang dalam cerita Ramayana.

- Memberikan informasi dalam bentuk visual mengenai karakter-karakter wayang dalam kisah Ramayana kepada anak-anak.


(7)

BAB II

KARAKTER WAYANG PADA KISAH RAMAYANA

2.1 Wayang

“Wayang adalah salah satu unsur kebudayaan bangsa

Indonesia yang mengandung nilai seni, filsafat, pendidikan, nilai-nilai pengetahuan yang tinggi dan wayang benar-benar sangat berharga untuk dipelajari secara seksama dan sedalam-dalamnya”. (Mulyono, 1989 : IX)

“Kata Wayang berarti pertunjukan yang bercerita serta

menggunakan dialog, yang dimana aktor dan aktrisnya bisa boneka

atau manusia”. (Brandon dalam Soedarsono, Seni Pertunjukan

Indonesia di Era Global,1998: 30).

Gambar 2.1 : Wayang Kulit


(8)

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.


(9)

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

2.1.1 Jenis-Jenis Wayang

Menurut David Irvine dalam bukunya Leather Gods and Wooden Heroes (2005: 128–134), wayang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

a. Wayang Kulit

- Wayang Purwa, wayang kulit yang membawakan cerita yang bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. - Wayang Suluh, wayang kulit dalam bahasa Indonesia

untuk memberikan penerangan (penyuluhan). - Wayang Kancil

- Wayang Calonarang


(10)

- Wayang Sasak

- Wayang Sadat, (sarana dakwah dan tablig) wayang kulit yang mementaskan lakon para wali dari Kerajaan Demak sampai Kerajaan Pajang, anak-anak wayang dan dalang beserta niyaga memakai serban.

b. Wayang Kayu

- Wayang Golek/Wayang Thengul (Bojonegoro), wayang yang dibuat dari kayu, biasanya berupa anak-anakan atau boneka kayu.

- Wayang Menak, wayang yang dibuat dari kayu dan biasanya menceritakan tentang orang terhormat; bangsawan, ningrat, priayi.

c. Wayang Klithik, wayang yang terbuat dari kayu.

d. Wayang Beber, wayang berupa lukisan yang dibuat pada kertas gulung, dimainkan dengan cara membeberkannya.

e. Wayang Orang/Wayang Wong, wayang yang diperankan oleh orang.

f. Wayang Topeng, pertunjukan wayang dengan para pelakunya memakai topeng.


(11)

2.1.2 Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada Yang Maha Esa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah

Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Sedangkan wayang kulit menurut David Irvine dalam bukunya yang berjudul Leather Gods and Wooden Heroes


(12)

mengatakan, “Wayang kulit adalah wayang yang paling terkenal di Jawa Tengan dan Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kulit dan digerakkan oleh dalang dengan menggunakan layar dan lampu yang menyinari layar tersebut. Pertunjukkan wayang kulit bisa dilihat dari dua sisi: dari sisi lampu, penonton dapat melihat wayang yang sebenarnya dan dari sisi

lainnya, penonton dapat melihat bayangannya”.

Menurut David Irvine (2005: 139), wayang kulit secara garis besar dapat dibedakan menurut ukuran, bentuk, warna, dan busana yang dipakainya. Untuk perbedaan lebih lanjut dapat dilihat dari bentuk karakteristik muka, aksesoris yang dipakai, dan bentuk tangan. Hal-hal tersebut dapat menjamin bahwa tiap karakter memiliki ciri khas yang dapat dikenali dan membuatnya berbeda dengan karakter wayang lainnya.

Setelah dikelompokkan maka didapat daftar unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karakter wayang, diantaranya adalah:

1. Ukuran, Wayang memiliki besar ukuran yang berbeda-beda. Perbedaan ukuran tersebut dibedakan berdasarkan status dan strata dari masing-masing karakter. Apabila karakter tersebut lebih besar dari karakter lainnya maka karakter tersebut bisa dikategorikan ke dalam bangsa


(13)

Raksasa atau Dewa, untuk karakter yang lebih kecil maka biasanya masuk ke kategori bangsa manusia. Beberapa status yang terdapat dalam pewayangan purwa, adalah :

- Dewa-Dewi, contoh : Dewa Brata, Batara Guru, Batara Indra, Dewi Uma, Wilutama.

- Raja, contoh : Duryudana, Kresna, Matswapati.

- Sentana, contoh tokoh : Bima, Arjuna, Dursasana. - Patih, contoh : Udawa, Pragota, Sengkuni - Pandita, contoh : Drona, Krepa, Gotama.

- Ksatria Putran, contoh : Gatot Kaca, Abimanyu, Samba. Prajurit, contoh tokoh : Citraksa, Citraksi, Kapi Jembawan.

- Punakawan, contoh : Semar, Petruk, Gareng. (SENAWANGI, 1999: 794).

2. Bentuk, bagian-bagian yang terdapat dalam suatu karakter wayang, diantaranya adalah :

- Posisi Kepala, menunjukkan sikap dan sifat karakter tersebut.


(14)

Contoh : apabila menunduk (Luruh) biasanya mencerminkan sifat yang tenang, apabila posisi kepala mendongak ke atas (Lanyapan) biasanya menunjukkan sifat yang ambisius.

- Mata, dalam pewayangan dibagi menjadi enam, yaitu : - Jaitan (berbertuk seperti sebuah jahitan benang) atau

Gabahan (berbentuk seperti gabah) untuk halus Kesatria.

- Kedondongan untuk Kesatria yang lebih agresif. - Kriyipan untuk karakter pertapa tua.

- Drona untuk karakter Raksasa.

- Telengan untuk karakter gagah kesatria.

- Pananggalan atau Kelipan ditemukan dibeberapa karakter buta.

Gambar 2.2 : Jenis-jenis Mata Wayang Kulit

Searah jarum jam dari kiri atas : Jaitan atau Gabahan, Kedondongan, Kriyipan, Drona, Telengan, Kelipan.


(15)

- Hidung, terdapat tiga bentuk hidung dalam pewayangan, yaitu :

- Walmiring atau Mbangir untuk karakter halus kesatria. - Bentulan biasanya untuk karakter yang lebih agresif

dan terdapat juga dibeberapa raksasa dan wanara. - Pelokan biasanya digunakan untuk karakter raksasa.

Gambar 2.3 : Jenis-jenis Hidung Wayang Kulit

Dari atas ke bawah : Walmiring atau Mbangir, Bentulan, Pelokan Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005

- Kumis, terdapat tiga jenis kumis, yaitu Rapi, Jentir, Mbaplang.

- Mulut, dalam pewayang terdapat tiga jenis mulut, yaitu :

- Mingkem yaitu mulut yang tertutup rapat.

- Gusen tanggung yaitu mulut yang sedikit terbuka sehingga terlihat gigi.


(16)

- Mrongos yaitu mulut yang terbuka lebar dan gigi-gigi yang tajam terlihat jelas.

- Badan, terdapat beberapa jenis badan pada pewayangan diantaranya: Liyepan, Kedelen, Gagah, Raksasa, Panakawan, Wanara, dan Ricikan.

- Tangan, bagian tangan terdapat lima jenis, yaitu :

- Tangan yang menggenggam biasanya digunakan dibanyak karakter raksasa.

- Pancanaka merupakan jenis tangan yang menggenggam dengan kuku ibu jari yang panjang dan runcing hanya digunakan untuk karakter Bhatara Bayu, Dewa Ruci, Bima, Hanoman.

- Bentuk tangan standar untuk kebanyakan karakter dalam pewayangan.

- Bentuk tangan yang menyerupai tanduk banteng merupakan simbolsasi dari kekuatan.

- Bentuk tangan Dagelan digunakan untuk karakter punakawan.


(17)

Gambar 2.4 : Jenis-jenis Tangan Wayang Kulit

Dari kiri ke kanan : Bentuk Tangan yang mengepal, Bentuk tangan Pancanaka, Bentuk Tangan Standar, Bentuk tangan seperti tanduk

banteng, Bentuk tangan Dagelan

Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005

- Kaki, dibagi menjadi dua, yaitu: kaki yang dekat satu dengan lainnya dan kaki yang terbuka lebar.

3. Warna, dalam pewayangan warna digunakan untuk menunjukkan perasaan dan keadaan jiwa pada saat tertentu (mood) suatu karakter yang biasanya disebut dengan wanda. Terkadang satu karakter memiliki beberapa

wanda.

2. Busana, dalam pewayangan tiap karakter biasanya menggunakan kain dodot. Kain dodot terbagi menjadi dua yaitu kain dodot kunca yang digunakan untuk karakter laki-laki dan kain dodot putri yang digunakan untuk karakter wanita. Yang menjadi perbedaan dari busana tiap karakter


(18)

adalah desain batik dan adanya busana-busana tambahan berdasarkan strata dari karakter tersebut seperti celana cindai (celana panjang yang terbuat dari sutra) biasanya digunakan oleh para raja, bokongan bunda (kain yang berbentuk bulat yang terletak pada bagian pantat).

3. Aksesoris, dalam pewayangan terdapat beberapa aksesoris, diantaranya adalah sebagai berikut :

- Mahkota, aksesoris yang dipakai di kepala. Memiliki banyak variasi bentuk tergantung dari masing-masing karakter dan status sosialnya. Diantaranya adalah

gelung supit urang, topong kethu, niyamat, jamang, garuda mungkur.

Gambar 2.5 : Bagian-bagian Pada Mahkota


(19)

- Kalung, aksesoris yang digunakan di leher.

- Sayap punggung, biasa disebut dengan Praba. Hanya digunakan oleh beberapa karakter saja.

- Aksesoris telinga, aksesoris-aksesoris yang digunakan untuk menghias telinga biasanya disebut dengan

sumping. Ada berbagai macam bentuk sumping namun yang sering dipakai ada lima, yaitu sumping pudak sinumpat, sumping waderan, sumping surengpati, sumping sekar kluwih, dan sumping gajah ngoling.

Gambar 2.6 : Jenis-jenis Sumping Wayang Kulit

Dari atas ke bawah : Sumping Pudak Sinumpat, Sumpimg Waderan, Sumping Surengpati, Sumping Sekar Kluwih, Sumping Gajah Ngoling.


(20)

- Anting, aksesoris yang digunakan di telinga.

- Gelang tangan, biasa disebut dengan kelatbau. Seperti sumping, kelatbau juga banyak memiliki banyak variasi namun yang paling sering digunakan adalah kelatbau nagamangsa, kelatbau dua nagamangsa, kelatbau candakirana, dan kelatbau chlumpringan.

Gambar 2.7 : Jenis-jenis Kelatbau Wayang Kulit

Dari kiri ke kanan : Kelatbau Nagamangsa, Kelatbau Dua Nagamangsa, Kelatbau Candakirana, Kelatbau Chlumpringan

Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005

- Gelang kaki, disebut juga kroncong. Biasanya menggunakan motif naga atau gana.

4. Gerakan, Gesture atau Gerak tubuh pada wayang kulit purwa sangat menentukan tipe karakter tokoh wayang. Bahasa tubuh tersebut digunakan dalang pada setiap


(21)

pementasannya. Bermacam-macam bahasa tubuh dikategorikan sebagai berikut :

- Angapurancang

Angapurancang Menggambarkan posisi dari karakter yang lebih tenang. Biasanya posisi wayang dan tuding atau tangkai ditancapkan pada gebog pisang.

Gambar 2.8 : Angapurancang

- Anjujur


(22)

Posisi anjujur sama peranannya dengan posisi

angapurancang, yaitu menggambarkan tokoh karakter yang lebih tenang. Namun posisi ini tuding atau tangkai pada wayang kulit tidak ditancapkan pada gebok.

- Mathentheng A

Gambar 2.10 : Mathentheng A

Posisi ini lengan berada di lekukan pinggul, posisi ini digunakan pada semua karakter wayang baik tokoh berwatak halus, berwatak gagah, dan berwatak kasar.


(23)

- Mathentheng B

Gambar 2.11 : Mathentheng B

Merupakan variasi gerak Mathentheng. Yang biasa digunakan untuk karakter yang keras kepala dan tidak dapat diajak kompromi.

- Mathentheng C

Gambar 2.12 : Mathentheng C

Merupakan gerakan dasar untuk bersiap-siap berjalan atau terbang.


(24)

- Malang Khadak

Gambar 2.13 : Malang Khadak

Merupakan posisi dasar untuk memulai gerak lari, berjalan, dan terbang.

- Malang Kerik A

Gambar 2.14 : Malang Kerik A

Merupakan bahasa tubuh untuk menyatakan sikap melawan, atau posisi lengan ketika terbang.


(25)

- Malang Kerik B

Gambar 2.15 : Malang Kerik B

Kedua tangan diletakan dipinggang merupakan penggambaran dari sikap tubuh untuk bersiap-siap menyerang, berkelahi, berjalan, atau terbang dalam gerakan yang lebih cepat.

- Makidhupuh

Gambar 2.16 : Makidhupuh

Merupakan bahasa tubuh untuk posisi tokoh ketika duduk bersimpuh.


(26)

- Kingkin

Gambar 2.17 : Kingkin

Merupakan bahasa tubuh untuk menyampaikan pesan bahwa karakter wayang tersebut dalam keadaan gelisah.


(27)

2.1.3 Pengelompokan Karakter Wayang

Tokoh-tokoh dalam kisah pewayangan dapat dibagi-bagi menjadi beberapa jenis. Diantaranya:

Gambar 2.18 : Bangsa Dewa

Sumber: duniawayang.pitoyo.com - Bangsa Dewa

Bangsa Dewa bukan lagi diartikan sebagai perwujudan Tuhan, tapi tidak lebih sebagai salah satu makluk ciptaan Sang Pencipta yang memilki kelebihan-kelebihan dan keistimewaan-keistimewaan dibanding bangsa-bangsa lain seperti bangsa manusia, bangsa raksasa, bangsa kera, dan bangsa jin.


(28)

- Bangsa Jin

Gambar 2.19 : Bangsa Jin

Sumber: duniawayang.pitoyo.com

Bangsa Jin terlahir sangat pandai, tapi untuk menjadi baik mereka harus mau untuk belajar. Kebalikan dengan manusia yang terlahir sebagai makluk baik, dan untuk menjadi pandai harus belajar.

Bangsa Jin ini menyebar di seluruh dunia wayang. Ada yang hidup liar, ada juga yang hidup berkelompok dan membentuk negeri. Bangsa Jin sendiri terpecah lagi menjadi tiga kelompok besar, Yaitu:


(29)

- Bangsa Jin sendiri

Dikenal sebagai kelompok tak kasat mata yang lugu dalam kepandaiannya dan suka memangsa bangsa Manusia.

- Bangsa Gandarwa

Yaitu kelompok bangsa Jin yang memiliki postur tubuh besar.

- Bangsa Banaspati

Bangsa Jin tak kasat mata yang memiliki kesaktian di atas rata-rata. Bangsa anaspati mampu merubah dirinya menjadi benda yang kemudian dianggap memiliki kekuatan bagi bangsa manusia.


(30)

- Bangsa Raksasa

Gambar 2.20 : Bangsa Raksasa

Sumber: duniawayang.pitoyo.com

Dalam mitologi Hindu dan Buddha, Raksasa adalah bangsa makhluk jahat atau orang-orang berjiwa jahat. Kitab Ramayana menguraikan bahwa mereka adalah makhluk yang diciptakan dari kaki Brahma.

Dalam penggambaran umum, biasanya raksasa dilukiskan sebagai makhluk bertubuh besar, berwajah seram dan mengerikan. Namun, tidak selamanya raksasa berwujud seperti itu. Beberapa orang lahir dengan tubuh dan rupa manusia namun memiliki jiwa jahat selayaknya raksasa. Raksasa betina disebut Raksasi, sedangkan raksasa dalam wujud manusia disebut Manusia Raksasa.


(31)

- Bangsa Kera

Gambar 2.21 : Bangsa Kera Sumber: duniawayang.pitoyo.com

Bangsa Kera adalah salah satu ras atau bangsa yang berjaya di jaman Ramayana. Bangsa kera menjadi pendukung dan sebagian besar merupakan prajurit kerajaan Ayodya. Bangsa kera kemudian tercerai berai oleh perang saudara. Sebagian kecil dari mereka lalu mengasingkan diri ke utara dan masih bertahan hingga jaman Mahabarata


(32)

- Bangsa Manusia

Gambar 2.22 : Bangsa Manusia Sumber: http://wayangku.wordpress.com

Bangsa Manusia adalah bangsa yang utama dalam kisah pewayangan. Bangsa ini juga kadang diceritakan memiliki kekuatan istimewa hingga bisa mengalahkan bangsa lainnya. Pada kisah pewayangan, bangsa manusia memiliki beberapa istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan karakternya. Istilah itu diantaranya:

- Begawan : Sebutan untuk seorang pendeta yang berasal dari raja yang meninggalkan kerajaan.


(33)

- Batara/Betara : Sebutan untuk tokoh wayang yang berjiwa Ketuhanan, dan merupakan titisan Dewa.

- Dahyang : Sama dengan sebutan Pendeta.

- Dewi : Sebutan untuk seorang puteri kerajaan atau sebutan untuk dewa perempuan. - Yanggan : Sebutan rendahan dari tokoh Wasi. - Resi : Sebutan untuk seorang yang suci. - Sang : Awalan sebutan yang luhur.

- Pandita : Sebutan seorang yang luhur jiwanya. - Wara : Sebutan seorang yang tersohor, baik

laki-laki atau perempuan.

- Wasi : Sebutan seorang pendeta yang agak rendahan.

- Putut : Sebutan seorang murid atau pelayan pendeta.

- Cekel : Hamba seorang pendeta yang dianggap keluarga.

- Cantrik : hamba atau anak murid pendeta. - Prabu : Sebutan seorang raja.


(34)

2.1.4 Kisah Ramayana

Gambar 2.23 : Illustrasi kisah Ramayana (Versi India) Sumber : www.wikipedia.com

Ramayana dari berasal dari kata Rama dan Ayana yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini.

Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda dan disebut Saptakanda. Isi dari kitab tersebut adalah sebagai berikut:


(35)

- Balakanda

Balakanda atau kitab pertama Ramayana menceritakan sang Dasarata yang menjadi Raja di Ayodhya.

Sang raja ini mempunyai tiga istri yaitu: Dewi Kosalya, Dewi Kekayi dan Dewi Sumitra. Dewi Kosalya berputrakan Sang Rama, Dewi Kekayi berputrakan sang Barata, lalu Dewi Sumitra berputrakan sang Laksamana dan sang Satrugna.

Pada suatu hari, bagawan Wiswamitra meminta tolong kepada prabu Dasarata untuk menjaga pertapaannya. Sang Rama dan Laksamana pergi membantu mengusir pararaksasa yang mengganggu pertapaan ini. Lalu atas petunjuk para Brahmana maka sang Rama pergi mengikuti sayembara di Wideha dan mendapatkan Dewi Shinta sebagai istrinya. Ketika pulang ke Ayodhya mereka dihadang oleh Ramaparasu, tetapi mereka akhirnya bisa mengalahkannya.

- Ayodhyakanda

Ayodhyakanda adalah kitab kedua epos Ramayana dan menceritakan sang Dasarata yang akan menyerahkan kerajaan kepada sang Rama, tetapi dihalangi oleh Dewi Kekayi. Ini karena Dasarata pernah menjanjikan kepada Dewi Keyayi bahwa warisan kerajaannya akan diberikan kepada anaknya.


(36)

Maka sang Rama disertai oleh Dewi Sita dan Laksamana pergi mengembara dan masuk ke dalam hutan selama 14 tahun. Setelah mereka pergi, maka prabu Dasarata. Sang Barata menjadi sedih dan pergi mencari Sri Rama.

Setelah ia berjumpa dengan Sri Rama, ia mengatakan bahwa itu bukan haknya tetapi karena Rama ingin menghormati bapaknya, ia mengatakan bahwa itu sudah kewajiban Barata untuk memerintah. Lalu sebagai simbol bahwa Barata mewakili Rama, Rama menyerahkan sandalnya. Akhirnya Barata pulang ke Ayodhya dan memerintah di sana.

- Aranyakanda

Aranyakanda adalah kitab ke tiga epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Rama dan Laksamana membantu para petapa mengusir raksasa yang datang mengganggu.

Lalu Laksamana diganggu oleh seorang raksasa yang bernama Surpanaka yang menyamar menjadi seorang wanita cantik yang menggodanya. Tetapi Laksamana menolak dan hidung si Surpanaka terpotong. Ia mengadu kepada suaminya sang Trisira. Kemudian terjadi perang yang akhirnya dimenangkan oleh Laksamana.


(37)

Surpanaka akhirnya mengadu lagi kepada kakaknya sang Rahwana sembari memprovokasinya untuk menculik Dewi Shinta yang terkenal akan kecantikannya. Sang Rahwana pun pergi diiringi oleh Marica. Marica lalu menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Shinta. Dewi Shinta tertarik dan meminta Rama untuk menangkapnya.

Rama pun lalu pergi untuk memburunya, tetapi si Marica sangat gesit. Rama menjadi kesal dan akhirnya memanahnya. Si Marica menjerit kesakitan lalu mati dan wujudnya kembali menjadi raksasa.

Sementara itu Dewi Shinta yang mendengar jeritan tersebut merasa cemas dan mengira bahwa tadi adalah jeritan Rama. Ia menyuruh Laksamana untuk pergi mencarinya. Laksamana menolak tetapi Dewi Shinta malah menuduhnya ingin memperistrinya jika Rama mati. Maka ia pun terpaksa pergi. Sebelumnya Laksamana pergi, ia membuat sebuah lingkaran sakti di sekeliling Dewi Shinta agar tidak ada yang bisa menculiknya.

Sementara itu Rahwana datang menyamar sebagai seorang tua dan memanggil Dewi Shinta yang langsung diculiknya. Rahwana bertemu dengan seekor burung sakti sang Jatayu tetapi Jatayu kalah dan sekarat. Laksamana yang


(38)

sudah menemukan Rama menjumpai Jatayu yang menceritakan kisahnya sebelum ia mati.

- Kiskindhakanda

Kiskindhakanda adalah kitab keempat epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Rama amat berduka karena hilangnya Dewi Shinta. Lalu bersama Laksamana ia menyusup ke hutan belantara dan sampai di gunung Resimuka.

Disana ia bertemu dengan sang kera Subali yang sedang berkelahi melawan Sugriwa memperebutkan dewi Tara. Sang Sugriwa kalah lalu mengutus abdinya sang Hanoman untuk meminta tolong kepada Sri Rama membunuh Subali, Rama menyetujuinya dan Subali pun mati di tangan Rama. Sugriwa berterima kasih kepada Rama dan akhirnya ia membantunya untuk mencari Dewi Shinta.

- Sundarakanda

Sundarakanda adalah kitab kelima Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Hanoman datang ke Alengkapura untuk mencari tahu keadaan Dewi Shinta dan membakar kota Alengkapura karena iseng.


(39)

- Yuddhakanda

Yuddhakanda adalah kitab keenam epos Ramayana dan sekaligus klimaks epos ini. Dalam kitab ini diceritakan sang Rama dan sang raja kera Sugriwa mengerahkan bala tentara kera dan menyiapkan penyerangan ke Alengkapura. Karena Alengkapura ini terletak pada sebuah pulau, maka sulit untuk bisa menyerangnya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk membuat jembatan bendungan dari daratan ke pulau Alengkapura. Pada saat pembangunan jembatan ini mereka banyak mendapat gangguan tetapi akhirnya jembatan ini selesai dan Alengkapura dapat diserang. Disana terjadilah perang besar. Banyak para raksasa yang mati dan prabu Rahwana pun akhirnya gugur di tangan sri Rama.

Setelah itu sri Rama, Dewi Shinta, Laksamana pulang ke Ayodhyapura, disertai para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa dan Hanoman. Di Ayodhyapura mereka disambut oleh prabu Barata dan beliau menyerahkan kerajaannya kepada sang Rama. Sri Rama lalu memerintah di Ayodhyapura dengan bijaksana.


(40)

- Uttarakanda

Uttarakanda adalah kitab ke-7 Ramayana. Diperkirakan kitab ini merupakan kitab tambahan. Kitab Uttarakanda menceritakan tentang kisah pembuangan Dewi Shinta karena Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Shinta. Kemudian Dewi Shinta tinggal di pertapaan dan melahirkan Kusa dan Lawa.

Banyak yang berpendapat bahwa kitab pertama dan ketujuh merupakan sisipan baru. Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk lukisan maupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam budaya pewayangan di Nusantara, seperti misalnya di Jawa dan Bali. Selain itu di beberapa negara (seperti misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Philipina, dan lain-lain), Wiracarita Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian.


(41)

2.1.5 Karakter-Karakter Dalam Kisah Ramayana

- Rama

Gambar 2.24 : Rama

Sumber: http://wayangku.wordpress.com

Rama adalah Putra Prabu Dasarata dengan Dewi Ragu yang berasal dari Kerajaan Kosala. Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan menjadi suami dari Dewi Shinta.

Pada saat Rama akan diwisuda menjadi raja menggantikan ayahnya, Dewi Kekayi menggagalkannya. Lalu akhirnya Rama diperintahkan untuk hidup di hutan dengan istrinya dan Raden Laksamana. Walaupun hidup di hutan Rama menjalaninya dengan hati yang ikhlas, perjalanan masa demi masa dilalui Rama sampai akhirnya ia harus membasmi angkara murka dari Rahwana.


(42)

- Shinta

Gambar 2.25 : Shinta

Sumber: http://wayangku.wordpress.com

Shinta adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Setelah dewasa ia mengadakan sayembara untuk menentukan siapa suaminya, dengan ketentuan barang siapa yang dapat menarik tali busur panah pusaka kerajaan Mantili maka akan ia akan dijadikan suaminya. Namun tidak ada yang mampu menarik tali busur tersebut, hingga pada suatu saat munculah Sri Rama. Sri Rama berhasil memenangkan sayembara tersebut dan akhirnya Dewi Shinta pun menjadi istrinya.

Namun dalam kehidupannya Dewi Shinta mengalami banyak masalah. Akibat ulah Dasamuka Shinta menjadi tawanan Rahwana selama bertahun-tahun.


(43)

- Hanoman

Gambar 2.26 : Hanoman Sumber: http://wayangku.wordpress.com

Hanoman atau dikenal juga dengan nama Anoman adalah seekor kera putih yang merupakan putra dari Batara Bayu dan Anjani. Dalam cerita Ramayana ia banyak membatu perjuangan Sri Rama dalam membasmi banyak tentara raksasa dan menumpas keangkaramurkaan Rahwana.


(44)

- Rahwana

Gambar 2.27: Rahwana Sumber: duniawayang.pitoyo.com

Rahwana adalah tokoh utama yang bertentangan dengan Rama. Ia merupakan Raksasa yang menjadi Raja Alengka. Dalam kisah Ramayana ia berupaya untuk menculik Shinta yang merupakan istri dari Sri Rama.

Saat lahir, Rahwana diberi nama "Dasanana", dan konon ia memiliki sepuluh kepala. Beberapa alasan menjelaskan bahwa sepuluh kepala tersebut adalah pantulan dari permata pada kalung yang diberikan ayahnya sewaktu lahir, atau ada yang menjelaskan bahwa sepuluh kepala tersebut adalah simbol bahwa Rahwana memiliki kekuatan sepuluh tokoh tertentu.


(45)

- Laksamana

Gambar 2.28 : Laksamana Sumber: http://wayangku.wordpress.com

Laksmana merupakan putra ketiga Raja Dasarata. Kakak sulungnya bernama Rama, kakak keduanya bernama Bharata, dan adiknya sekaligus kembarannya bernama Satrugna. Di antara saudara-saudaranya, Laksmana memiliki hubungan yang sangat dekat terhadap Rama. Ketika Sri Rama menikah dengan Dewi Shinta, Laksmana juga menikahi adik Dewi Shinta yang bernama Urmila.

Saat Sri Rama dibuang ke hutan karena tuntutan Dewi Kekayi, Laksmana mengikutinya bersama Dewi Shinta. Selama masa pembuangan ini ia banyak membantu Sri Rama dalam menghadapi masalah-masalah yang ada.


(46)

2.2 Media Informasi

2.2.1 Media

Menurut Sadiman (2002) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

- Cergam

Akronim cerita bergambar, menurut “Marcell Boneff”

mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis.

Cergam Untuk lingkup nusantara, terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita bergambar atau disingkat menjadi Cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970.


(47)

Sementara itu Dr. Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa

komikus Teguh Santosa dalam komik “Mat Romeo” (1971)

mengiklankannya dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.

2.2.2 Informasi

Menurut Davis dalam Abdul Kadir (2003: 28) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat itu juga ataupun saat akan datang. Pengertian lain dari informasi adalah kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang penerima (Andri Kristianto, 2003:6). Sedangkan menurut sumber lain, Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto, 1990: 8).


(48)

2.3 Solusi Permasalahan

2.3.1 Target Audience

Demografis

Secara demografis target audience cergam ini adalah anak-anak khususnya laki-laki, dengan kategori usia mulai 9-12 tahun dan berada pada kelas sosial masyarakat golongan menengah sampai menengah ke atas. Buku ini juga diharapkan dapat mencakup segala macam ras dan religi.

Geografis

Secara geografis target audience dari cergam ini ditujukan untuk anak-anak yang berada di wilayah pulau Jawa. Selain itu juga target audience juga bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan jalur distribusi yang dalam jangkauan, dalam arti bisa didapati di toko buku.

Psikografis

Para pembaca dari buku ini adalah anak-anak yang memiliki kecenderungan berimajinasi dan tertarik kepada satu


(49)

Anak-anak usia 9-12 tahun sangat berenergi dan memiliki kesabaran yang besar. Saatnya bagi mereka untuk mulai merasa tumbuh dan mandiri. Mereka mulai memiliki sahabat ataupun teman baik yang dapat melakukan sesuatu bersama-sama, termasuk berbagi dan bertukar buku (Larrick, 1964: 75).

Pada usia ini juga anak-anak sudah mulai menguasai berbagai keterampilan linguistic. Anak usia SD mulai belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih kompleks sehingga mereka bisa membenarkan jika ada-ada hal-hal yang salah. Kemampuan kata-kata juga dimiliki pada anak usia sekolah termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, kata depan dan kata abstrak. Mempunyai kemampuan memakai kalimat majemuk dan gabungan. Metlinguistik awareness: memiliki kemampuan untuk berpikir tentang bahasa dan berpendapat. Mulai mengerti tentang perubahan makna dan bahasa/peribahasa.


(50)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

- Tujuan Komunikasi

Tujuan dari pembuatan desain cergam sebagai media informasi yang membahas mengenai karakter wayang ini adalah: - Anak-anak akan mendapatkan pengetahuan mengenai

karakter-karakter wayang yang ada dalam cerita Ramayana. - Dapat meningkatkan minat anak terhadap seni tradisional

Indonesia khususnya wayang.

- Anak-anak dapat mengetahui kisah-kisah para karakter wayang dalam kisah.

- Mengajak anak-anak agar gemar membaca.

- Materi Pesan

Materi yang disajikan dalam perancangan cergam ini adalah:

“mengenal kisah Ramayana dan para tokohnya dalam pewayangan. Pemilihan materi juga akan disesuaikan untuk


(51)

sifatnya umum seperti cerita, sifat, bentuk, nama, warna dan informasi lain mengenai wayang itu sendiri.

3.1.2 Strategi Kreatif

- Pendekatan Kreatif

Pendekatan kreatif untuk anak-anak agar mereka tertarik dalam mengenal dunia pewayangan adalah dengan kisah tentang keberanian karakter-karakter yang ada dalam cerita Ramayana. Dengan begitu diharapkan anak-anak bisa tertarik terhadap wayang dan kisah keberanian para wayang itu sendiri akan menjadi tauladan bagi mereka.

- Strategi Visual

Media informasi kisah karakter wayang yang berupa cergam ini mempunyai segmentasi anak-anak. Dengan segmentasi anak, maka pendekatan visual yang akan digunakan adalah ilustrasi. Anak-anak masih sangat tertarik dengan ilustrasi yang mencolok. Dengan ilustrasi yang menarik maka diharapkan akan muncul ketertarikan untuk membaca dan mempelajari lebih dalam mengenai wayang. Ilustrasi yang digunakan dalam cergam ini adalah bentuk penyederhanaan dari hasil visual yang sebenarnya. Namun bentuk tersebut tetap mempertahankan ciri khas yang bisa menjadi identitas para karakter wayang sehingga


(52)

bisa tetap memberikan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

3.1.3 Strategi Media

Dalam perancangan Media informasi pada anak berupa cergam, akan digunakan media utama dan media promosi sebagai penunjang.

- Media Utama

Cergam merupakan media yang paling ideal untuk dipergunakan sebagai sarana dalam memberikan informasi pada anak-anak. Cergam juga merupakan media yang bisa memberikan informasi yang cukup jelas mengenai wayang secara umum.

- Media Promosi

Media promosi dapat membantu meningkatkan penjualan buku ini. Untuk itu media promosi yang di pakai hanya ada 4 yaitu Poster, Mini X-Banner, Stiker dan Pembatas buku. Poster dan

Mini X-Banner di gunakan untuk menyampaikan informasi tentang keberadaan buku ini. Sedangkan stiker dan pembatas buku menjadi media promosi yang akan disisipkan ke dalam media utama sebagai hadiah.


(53)

3.2 Konsep Visual

3.2.1 Layout

Konsep desain layout yang digunakan dalam buku cergam media informasi karakter wayang pada anak ini adalah berbentuk

custom dengan ukuran 20cm x 24cm. Informasi disimpan di sebelah kiri sedangkan ilustrasi disimpan di sebelah kanan dan akan memenuhi semua area pada buku tersebut. Di setiap halaman terdapat frame yang berfungsi sebagai elemen pendukung sekaligus menjadi patokan batas aman cetak. Seluruh visual dan informasi tersebut disusun sedemikian rupa agar bisa dengan mudah dibaca dan dipahami oleh anak-anak.

Pada awal halaman buku akan diceritakan mengenai apa itu wayang dan bagaimana kisah Ramayana. Dan di halaman berikutnya akan diceritakan kisah keberanian para karakter


(54)

wayang dalam cerita Ramayana beserta informasi penting mengenai karakter itu sendiri.

3.2.2 Gaya Visual

Gaya visual yang digunakan dalam media informasi ini adalah ilustrasi dengan gaya manga. Gaya manga ini sesuai dengan target audience dan keadaan pasar cergam saat ini dimana buku-buku cergam dengan gaya manga lebih disukai oleh anak-anak. Berikut adalah contoh karya yang sudah ada dengan tema wayang tetapi menggunakan gaya manga:

Gambar 4.2: Contoh Gaya Visual


(55)

Semua ilustrasi yang terdapat dalam media informasi ini adalah ilustrasi original dan tidak mengambil dari sumber lain. Sebagai sumber referensi visual digunakanlah bentuk tokoh versi

wayang kulitnya. Tokoh-tokoh tersebut lalu dirubah menjadi bentuk gaya manga. Tetapi perubahan ini tetap memperhatikan bentuk umum atau yang bisa menjadi ciri khas wujud aslinya.

Gambar 4.3: Hasil ilustrasi

3.2.3 Tipografi

Jenis tipografi yang digunakan mewakili kesan alami, tradisional dengan tetap memperhatikan tingkat keterbacaannya oleh anak-anak terutama untuk anak-anak dengan umur 9-12 tahun. Pada saat anak menginjak umur 9-12 tahun tingkat kemampuan membaca mereka sudah cukup bagus. Mereka juga sudah bisa membaca huruf yang agak rumit karena di sekolah dasar sendiri mereka sudah diajarkan bagaimana cara membuat huruf sambung.


(56)

Untuk media utama digunakan font Monotype Corsiva. Font ini dipilih karena bentuknya yang memiliki kesan kuno dan tradisional, dan ingin sesuai dengan tema dan informasi yang disampaikan.

Abcdefghijklmnopqrstupwxyz

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUPWXYZ

0123456789~!@#$%^&*()_+

Gambar 4.4: Font Monotype Corsiva

Sedangkan untuk tipografi pendukung digunakan font berjenis

serif lainnya yaitu Gerogia. Font ini juga memilki bentuk sesuai dengan tema dan informasi yang akan disampaikan. Tetapi dibandingkan font utama yaitu Monotype Corsiva, font ini memiliki tingkat keterbacaan yang lebih baik. Oleh karena itu font

ini juga dipilih untuk mendukung font utama apabila informasi yang akan disampaikan memerlukan tingkat keterbacaan yang lebih baik.

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

0123456789~!@#$%^&*()_+


(57)

3.2.4 Warna

Media informasi dalam bentuk cergam ini dikerjakan menggunakan media digital namun tetap dengan tujuan mengejar warna-warna alami dengan berkesan agak kuno namun tetap sesuai dengan segmentasi anak-anak. Pemilihan warna-warna tersebut didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

C=8,55% | M=13,96% | Y=21,18% | K=0%

Warna coklat menjadi warna dominan yang akan digunakan dalam cergam ini. Warna ini dipilih karena cokelat merupakan melambangkan sifat yang positif dan juga warna yang mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan.

C=0% | M=90,29% | Y=66,49% | K=0%

Warna Merah dipilih karena ingin memperlihatkan sifat keberanian dan semangat dari karakter wayang.


(58)

C=3,74% | M=0% | Y=93,83% | K=0%

Warna Kuning yang dipilih karena warna ini memiliki definisi sebagai warna yang ceria, semangat dan bebas seperti dunia anak-anak. Warna ini digunakan sebagai warna background.

C=51,93% | M=70,3% | Y=79,1% | K=69,87%

Warna hitam dan coklat tua merupakan warna yang memiliki intensitas warna yang tinggi, dipilih untuk warna pada teks agar dapat menimbulkan tingkat keterbacaan yang tinggi.


(59)

Gambar 4.6: Contoh Warna

Sumber: ashiong.deviantart.com

Gambar 4.7: Contoh Warna


(60)

3.2.5 Studi Media Utama

Dalam media utama cergam informasi ini dimulai dari cover

buku sebagai pembuka. Gambar pada cover diilustrasikan agar orang lain bisa langsung mengetahui apa isi buku ini. Karena itu dipilihlah adegan antara Rama melawan Rahwana menjadi ilustrasi untuk cover ini.

Judul buku ditempatkan di atas ilustrasi dengan menggunakan tipografi yang cukup besar agar buku ini bisa langsung dikenali. Sedangkan di bagian back cover berisikan kata-kata sekilas tentang cerita di dalam buku sehingga dapat mengundang rasa penasaran.

Gambar 4.8: Cover

Kemudian pada halaman selanjutnya ditempatkan halaman pembuka setelah cover, yang berisikan gambar gunungan wayang sebagai tanda dimulainya cerita ini. Setelah itu dijelaskan tentang pengantar mengenai seluk beluk kisah Ramayana.


(61)

Gambar 4.9: Halaman Pembuka

Selanjutnya Halaman yang ditampilkan adalah halaman isi pertama. Halaman pertama ini berisikan cerita utama yang terfokus pada cerita tentang kisah awal Ramayana tentang pertemuan antara Rama dan Shinta hingga mereka akhirnya menikah.

Gambar 4.10: Halaman Satu

Pada halaman kedua berfokus pada cerita tentang kisah penculikan Shinta yang dilakukan oleh Rahwana. Setelah Rama dan Shinta menikah, lalu terjadilah masalah. Kecantikan Shinta rupanya menarik perhatian seorang Raja dari negeri Alengka yang bernama Rahwana. Rahwana berniat menjadikan Shinta


(62)

sebagai istrinya. Suatu hari Rahwana berencana untuk menculik Shinta. Rencana itu pun berhasil. Shinta lalu dibawa lari oleh Rahwana ke kerajaannya. Hal ini membuat Rama marah. Bersama adiknya Laksamana, dia pun akhirnya pergi ke kerajaan Rahwana untuk menyelamatkan Shinta.

Gambar 4.11: Halaman Dua

Halaman ketiga berfokus pada cerita usaha Rama dalam menyelamatkan Shinta. Rama yang memutuskan untuk menyelamatkan Shinta pergi bersama adiknya yang bernama Laksamana. Di perjalanan Rama bertemu dengan Hanoman dan tentaranya.

Mendengar berita bahwa istri Rama telah diculik oleh Rahwana, Hanoman pun lalu ikut membantu Rama untuk menyelamatkan Shinta. Setibanya di istana Rahwana, terjadilah peperangan. Dengan bantuan dari Laksamana dan Hanoman, Prabu Rama mencoba melawan pasukan Rahwana untuk menyelamatkan Dewi Shinta.


(63)

Gambar 4.12: Halaman Tiga

Dan pada halaman ke empat berfokus pada cerita tentang akhir dari kisah Rama dan Shinta. Pada akhir pertempuran, Rahwana dapat dikalahkan oleh Rama. Rahwana akhirnya tewas terkena panah pusaka milik Rama.

Setelah semua pertempuran itu berakhir, maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana Rahwana. Rama lalu berhasil menemukan Shinta dan membawanya pulang ke negeri Ayodhya.

Gambar 4.13: Halaman Empat

Untuk halaman selanjutnya informasi di fokuskan kepada pengenalan tokoh-tokoh yang muncul dalam kisah Ramayana.


(64)

pembaca menjadi lebih mengenalah tentang masing-masing tokoh tersebut. Tokoh yang pertama kali dijelaskan adalah Rama, yang merupakan tokoh utama dalam cerita ini.

Gambar 4.14: Halaman Lima

Rama Putra dari Kerajaan Kosala. Dia merupakan tokoh utama yang memiliki sifat berani dan sabar. Saat dewasa dia mencoba mengikuti sayembara untuk mendapatkan Shinta. Berkat kerja kerasnya dia pun berhasil memenangkan sayembara tersebut dan menikahi Shinta. Akan tetapi kebahagiaannya itu ternyata tidak berlangsung lama. Shinta pun lalu diculik oleh Rahwana.


(65)

Lalu selanjutnya adalah kisah tentang Shinta. Shinta juga merupakan tokoh utama dari kisah ini. Shinta adalah putri dari kerajaan di negeri Mantili. Setelah dewasa ia lalu menikah dengan Rama dan tinggal di kerajaan Ayodhya. Namun dalam kehidupannya Shinta sering mengalami banyak masalah. Akibat ulah Rahwana Shinta pun harus menjadi tawanannya selama bertahun-tahun.

Tetapi dia tetap setia dan sabar menunggu Rama untuk menyelamatkannya. Dan pada akhirnya Rama pun dapat mengalahkan Rahwana dan membawa kembali Shinta ke kerajaan Ayodhya.

Gambar 4.16: Halaman Tujuh

Rahwana adalah tokoh jahat yang bertentangan dengan Rama. Dia adalah raksasa yang menjadi Raja Alengka. Tetapi sebagai Raja dia tidak bisa mengendalikan sifat dan nafsunya. Dan akhirnya dia pun berubah menjadi orang jahat.


(66)

Begitu mendengar kabar tentang kecantikan Shinta, Rahwana pun langsung menginginkannya. Padahal dia tahu bahwa Shinta telah menikah dengan Rama. Akhirnya dengan siasat liciknya dia berhasil menculik Shinta.

Gambar 4.17: Halaman Delapan

Laksamana adalah adik tiri dari Rama. Walaupun dia adalah adik tirinya tetapi dia tetap memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kakaknya Rama. Laksamana merupakan tokoh yang memiliki sifat bijaksana. Ia bisa membedakan dan memilih antara yang baik dan yang buruk.


(67)

Dan halaman terakhir menceritakan tentang Hanoman. Hanoman adalah seekor kera putih yang memiliki jiwa ksatria. Dia selalu membela kebenaran dan tidak takut menghadapi kesulitan serta bersedia mengakui kekurangan atau kesalahannya.

Ketika Shinta diculik oleh Rahwana, Hanoman lalu membantu Rama untuk menyelamatkannya. Dia lalu mengerahkan pasukannya yang bernama pasukan wanara untuk melawan pasukan Rahwana. Berkat bantuannya pun akhirnya Rama bisa menyelamatkan Shinta. Hanoman memiliki usia yang sangat panjang dan dia juga memiliki banyak kekuatan. Salah satu kekuatannya adalah dia bisa terbang dan juga bisa merubah wujudnya menjadi orang lain.


(68)

BAB IV

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

4.1 Buku Cerita Bergambar Anak

4.1.1 Media

Media utama buku cerita bergambar ini menggunakan ukuran standar buku anak yang ada yaitu 24cm x 20cm. Media ini membutuhkan ketahanan cukup kuat. Karena itu bahan yang dipilih adalah kertas Artpapper dengan ketebalan 230gsm. Sedangkan untuk covernya digunakan cover dengan jenis hard cover.

4.1.2 Teknis Produksi Media

Teknik pengerjaan media utama di awali dengan membuat sketsa secara manual dengan menggunakan pensil mekanik 2B 0.5mm dan kertas HVS ukuran A4.

Setelah sketsa manual selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah merubah sketsa tersebut menjadi format digital dengan bantuan scanner.


(69)

Gambar 4.1: Sketsa manual

Kertas yang berisi sketsa tersebut dipindai oleh alat ini lalu dimasukan ke dalam komputer. Software yang digunakan dalam melakukan tarcing, editing dan mewarnai adalah Photoshop.

Photoshop dipilih karena software ini memiliki fungsi yang cukup umum untuk membuat pengerjaan ilustrasi secara digital. Baik itu untuk proses tracing, coloring, layouting maupun editing.

Setelah dimasukan kedalam komputer, sketsa tadi lalu dibersihkan dan dirapihkan. Nilai kontras garis dinaikan dengan fungsi level ataupun curve. Lalu agar hasilnya lebih baik maka dilakukan lagi proses tracing digital. Proses ini menggunakan

hardware tambahan yaitu Graphic Tablet atau biasa juga disebut

Pen Tablet. Hal ini di perlukan agar proses menjiplak sketsa menjadi lebih mudah dan cepat untuk dilakukan.


(70)

Gambar 4.2: Perbandingan sketsa manual dan hasil tracing digital

Setelah semua proses diatas selesai, barulah berikutnya dilakukan pewarnaan secara menyeluruh menggunakan software Photoshop. Dalam proses ini juga masih diperlukan Graphic Tablet sebagai alat tambahan agar bisa menghasilkan ilustrasi digital yang lebih baik.

Metode pewarnaan yang digunakan adalah metode cell shading. Yaitu metode pewarnaan yang biasa digunakan untuk film animasi. Metode ini digunakan agar seluruh hasil ilustrasi nantinya bisa tampak konsisten dalam segi warna. Mode warna yang digunakan saat proses pewarnaan adalah RBG, karena pengerjaannya dilakukan di dalam komputer sehingga warna yang dihasilkan akan menyesuaikan dengan kalibrasi monitor. Dan jika telah siap untuk di cetak maka mode warna ini dirubah menjadi CMYK. Untuk lebih memperindah ilustrasi digunakanlah


(71)

Gambar 4.3: Hasil pewarnaan digital

Proses selanjutnya adalah proses memperbaiki layout. Tulisan yang berisi informasi mengenai wayang dimasukan dan disusun sedemikian rupa agar memiliki komposisi yang baik. Untuk halaman yang memiliki informasi disimpan di sebelah kiri buku, sedangkan untuk ilustrasi disimpan disebelah kanan. Semua proses ini diulang dari halaman pertama sampai yang terakhir.


(72)

Kemudian barulah semua file disatukan agar lebih mudah saat dicetak nantinya. Sebelum buku dicetak dilakukan dulu tes

proofing, dan dilihat apakah hasil cetak telah sesuai dengan yang telah dikerjakan. Jika sudah benar barulah dicetak dengan jumlah yang banyak. Untuk penjilidan digunakan hard cover, agar buku ini tidak mudah rusak dan juga bisa menjadi pemberat untuk menjepit halaman dalamnya.

Gambar 4.5: Bentuk jadi buku

Spesifikasi

Ukuran : 24cm x 20cm Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Teknis : Cetak Offset


(73)

4.2 Media Promosi

4.2.1 Poster

4.2.1.1 Media

Untuk media promosi buku cerita bergambar ini, digunakan poster sebagai media informasi yang menerangkan telah terbitnya buku ini. Layout poster dibuat agar lebih terfokus kepada contoh buku dan judulnya. Tidak lupa juga ditambahkan elemen pendukung lainnya seperti frame agar poster ini bisa tampak sama seperti isi dari bukunya.

Media promosi ini ditujukan untuk anak-anak dan orang tuanya. Karena itu layout yang digunakan agak lebih simple namun tetap bisa terlihat jelas.


(74)

4.2.1.2 Teknis Produksi

Mode pewarnaan yang digunakan adalah RGB, karena dalam pembuatannya menggunakan cara digital. Ukuran poster yang digunakan adalah A3 (29,7 cm x 42) di kertas berjenis artpaper. Karena mempunyai kualitas yang tidak gampang kotor dan kualitas warnanya terjaga.

Gambar 4.6: Poster

Spesifikasi

Ukuran : 29,7cm x 42cm Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Teknis : Cetak Offset


(75)

4.2.2 Mini X-Banner

4.2.2.1 Media

Mini X-Banner digunakan sebagai media promosi yang akan ditempatkan pada meja kasir atau stand di toko buku. Media ini berfungsi untuk memberikan informasi tentang keberadaan buku ini.

Konsep yang digunakan sama seperti konsep pada media promosi poster. Hal ini dilakukan agar orang yang telah melihat posternya bisa langsung mengenalinya. Bahwa buku yang mereka liat di poster saat ini ada dan sedang dijual.


(76)

4.2.2.2 Teknis Produksi

Mini X-Banner ini menggunakan ukuran 40cm x 30cm. Ini adalah ukuran standar yang biasa dipakai oleh mini x-banner. Sedangkan bahan yang dipilih adalah PVC super highres. Bahan ini sangat cocok untuk mini x-banner karena sangat kuat dan memiliki hasil cetak yang bagus.

Gambar 4.7: Mini X-Banner

Spesifikasi

Ukuran : 30cm x 40cm

Teknis Bahan : PVC Super High Res


(77)

4.2.3 Stiker

4.2.3.1 Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan disisipkan kedalam buku cergam ini. Disini stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan lima stiker sebagai bonus.


(78)

4.2.3.2 Teknis Produksi

Desain stiker mengambil beberapa ilustrasi yang ada pada buku ini. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak bisa terus mengingat nama-nama tohok ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker standar yang tidak transparan.

Gambar 4.8: Stiker

Spesifikasi

Ukuran : 8cm x 9,6cm Teknis Bahan : Kertas Sriker Jumlah : 5 Stiker Teknis : Cetak Offset


(79)

4.2.4 Pembatas Buku

4.2.4.1 Media

Sebagai media pengingat, pembatas buku dapat digunakan untuk keperluan menandai halaman buku yang sedang dibaca untuk dibuka kembali lain waktu. Media ini dapat digunakan oleh orang tua maupun anak. Sehingga menjangkau semua lapisan.

Pembatas buku juga menjadi salah satu media promosi langsung lainnya yang disisipkan di dalam buku sebagai hadiah. Desain pembatas buku ini sendiri ada dua yaitu desain dengan ilustrasi Rama dan Shinta yang merupakan kedua tokoh utama cerita ini.


(80)

4.2.4.2 Teknis Produksi

Pembatas buku ini mempunyai ukuran 4cm x 12 cm. Menggunakan kertas art paper 230gsm.

Gambar 4.9: Pembatas Buku

Spesifikasi

Ukuran : 4cm x 12cm

Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Jumlah : 2 Pembatas Buku Teknis : Cetak Offset


(81)

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowirogo. (1968). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka. Kartapradja. (1937). RAMA. Jakarta: Balai Pustaka.

Kosasih, R.A. (1984). Rama dan Sinta A. Bandung: Erlina.

Lee, S. (1977). How to draw comics the Marvel Way. New York: A Fireside Book.

Lubis, H. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.

Purwadi. (2007). Mengenal Tokoh Wayang Purwa. Surakarta: Cendrawasih. Renck, J.M. (2004).Young Children and Picture Books. Wasington: National Association for the Education of Young Children.

Soeherman, B. (2009). Mastering Chibi Character. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2.

Yogyakarta: PT. Kanisius.

Suardana, K.H, (2010) Perancangan Buku Papertole Tentang Dinosaurus untuk Anak. Bandung: Universitas Komputer Indonesia


(82)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi:

Nama : Giri Ariansyah Maulana Umur : 22 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 22 Januari 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status : Belum Nikah

Alamat (Rumah) : Jln. Citandui Raya No. 161 Perumnas Adiarsa RT 01/16 Karawang Barat – Karawang. 41313

Alamat (Bandung) : Jln. Sekeloa Timur No. 129 Blok 152 C Handphone : 085697672972

E-Mail : agiri_letters@yahoo.co.id

Website (Portofolio) : www.mage-production.deviantart.com

Pendidikan Formal:

1993 : TK Pupuk Kujang - Cikmapek 1993 - 1994 : TK Sukaseuri - Cikampek

1994 - 1996 : SD Negeri Sarimulya IV - Cikampek 1996 - 2000 : SD Negeri Adiarsa 3 - Karawang 2000 - 2003 : SLTP Negeri 2 Karawang 2003 - 2006 : SMA Negeri 5 Karawang

2007 - 2011 : Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual UNIKOM - Bandung

Pendidikan Non Formal

2008 : Seminar 1001 Inspiration Concept Megazine 2008 : “e i ar Digital Pri ti g V“ Offset


(1)

75

4.2.3.1 Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan disisipkan kedalam buku cergam ini. Disini stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan lima stiker sebagai bonus.


(2)

76

4.2.3.2 Teknis Produksi

Desain stiker mengambil beberapa ilustrasi yang ada pada buku ini. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak bisa terus mengingat nama-nama tohok ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker standar yang tidak transparan.

Gambar 4.8: Stiker

Spesifikasi

Ukuran : 8cm x 9,6cm Teknis Bahan : Kertas Sriker

Jumlah : 5 Stiker


(3)

77

4.2.4.1 Media

Sebagai media pengingat, pembatas buku dapat digunakan untuk keperluan menandai halaman buku yang sedang dibaca untuk dibuka kembali lain waktu. Media ini dapat digunakan oleh orang tua maupun anak. Sehingga menjangkau semua lapisan.

Pembatas buku juga menjadi salah satu media promosi langsung lainnya yang disisipkan di dalam buku sebagai hadiah. Desain pembatas buku ini sendiri ada dua yaitu desain dengan ilustrasi Rama dan Shinta yang merupakan kedua tokoh utama cerita ini.


(4)

78

4.2.4.2 Teknis Produksi

Pembatas buku ini mempunyai ukuran 4cm x 12 cm. Menggunakan kertas art paper 230gsm.

Gambar 4.9: Pembatas Buku

Spesifikasi

Ukuran : 4cm x 12cm

Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Jumlah : 2 Pembatas Buku Teknis : Cetak Offset


(5)

79 Hardjowirogo. (1968). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kartapradja. (1937). RAMA. Jakarta: Balai Pustaka.

Kosasih, R.A. (1984). Rama dan Sinta A. Bandung: Erlina.

Lee, S. (1977). How to draw comics the Marvel Way. New York: A Fireside Book.

Lubis, H. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.

Purwadi. (2007). Mengenal Tokoh Wayang Purwa. Surakarta: Cendrawasih.

Renck, J.M. (2004).Young Children and Picture Books. Wasington: National Association for the Education of Young Children.

Soeherman, B. (2009). Mastering Chibi Character. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Suardana, K.H, (2010) Perancangan Buku Papertole Tentang Dinosaurus untuk Anak. Bandung: Universitas Komputer Indonesia


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi:

Nama : Giri Ariansyah Maulana

Umur : 22 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 22 Januari 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Nikah

Alamat (Rumah) : Jln. Citandui Raya No. 161 Perumnas Adiarsa RT 01/16 Karawang Barat –

Karawang. 41313

Alamat (Bandung) : Jln. Sekeloa Timur No. 129 Blok 152 C

Handphone : 085697672972

E-Mail : agiri_letters@yahoo.co.id

Website (Portofolio) : www.mage-production.deviantart.com

Pendidikan Formal:

1993 : TK Pupuk Kujang - Cikmapek

1993 - 1994 : TK Sukaseuri - Cikampek

1994 - 1996 : SD Negeri Sarimulya IV - Cikampek

1996 - 2000 : SD Negeri Adiarsa 3 - Karawang

2000 - 2003 : SLTP Negeri 2 Karawang

2003 - 2006 : SMA Negeri 5 Karawang

2007 - 2011 : Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual UNIKOM - Bandung

Pendidikan Non Formal

2008 : Seminar 1001 Inspiration Concept Megazine