PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013
ABSTRAK
PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH SMA NEGERI DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2013 Oleh Syaiful Asrori
Penelitian ini mengkaji tentang: (1) Pola sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. (2) Jarak rata-rata SMA Negeri dengan pemukiman penduduk di Kabupaten Lampung Tengah. (3) Aksesibilitas SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Subjek penelitian ini sebanyak 22 SMAN di Kabupaten Lampung Tengah. Objek Penelitian ini yaitu lokasi, sebaran, jarak dan aksesibilitas setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. Pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi dan observasi. Analisis dalam penelitian menggunakan: (1) Analisa tetangga terdekat. (2) Perhitungan skala peta. (3) Teknik analisa klasifikasi/skoring. Hasil penelitian ini diketahui (1) pola sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah tidak merata. (2) Jarak rata-rata setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah dengan pemukiman penduduk diperoleh sebesar 7,27 km yang dikategorikan jauh. (3) Sebaran lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah memiliki aksesibilitas yang dikategorikan sedang dengan skor total rata-rata aksesibilitas diperoleh sebesar 8,2.
(2)
ABSTRACT THE MAPPING OF
STATE SENIOR HIGH SCHOOL DISTRIBUTION IN LAMPUNG TENGAH REGENCY
2013 By Syaiful Asrori
This research investigated about: (1) The distribution pattern of state senior high school (SMA Negeri) in Lampung Tengah District. (2) The average distance between state senior high schools and residences in Lampung Tengah District. (3) The accessibility of state senior high schools in Lampung Tengah District. This research applied survey research method. The subjects of this research were 22 state senior high schools in Lampung Tengah District. The objects of this research were location, distribution, distance, and accessibility for each state senior high school in Lampung Tengah District. Data collecting technique in this research were documentation and observation. Data analysis in this research employed: (1) The nearest neighbor analysis. (2) Map scale calculation. (3) Scoring and classification analysis technique. Based on results of this research, it was known that (1) The distribution pattern of state senior high schools in Lampung Tengah District was unequal. (2) The average distance of state senior high schools in Lampung Tengah District was 7,27 km which is categorized as far. (3) The distribution of state senior high schools’ location in Lampung Tengah District has an accessibility which is categorized as medium with total average score of accessibility 8,2.
(3)
RIWAYAT HIDUP
Syaiful Asrori dilahirkan dari pasangan Bapak Rasirin dan Ibu Nurliana pada tanggal 28 September 1991, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Karang Endah pada tahun 1997, Pendidikan Dasar di SD Negeri 2 pada tahun 2003, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar pada tahun 2006 dan Pendidikan Menegah Atas di MA Negeri 1 Lampung Timur pada tahun 2009.
Pada Tahun 2009 terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada kegiatan akademik. Melaksanakan Program Orientasi Pendidikan Tinggi (PROPTI) pada 25 sampai dengan 29 Agustus 2009. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan I di Batu Tegi, Tanggamus dan Pasir Putih, Lampung Selatan. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan II di Bandung, Jawa Tengah, Jogja–Bali. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 1 Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.
(4)
MOTO
Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat.
(Mario Teguh)
Burung tidak akan bisa terbang sebelum ia mencoba mengepakkan sayap. Orang pun begitu, jika ingin bisa melakukan sesuatu, patutlah ia harus mencoba.
(5)
PERSEMBAHAN
Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :
Ibundaku Tercinta (Nurliana), sebagai sosok yang ikhlas membimbingku dari kecil hingga saat ini dengan iringan kasih sayang serta doa yang selalu beliau
panjatkan tak lain untuk kesuksesanku
Ayahandaku Tersayang (Rasirin), sebagai figur seseorang yang sangat aku kagumi yang selalu menopangku saat aku lemah dan selalu mendukungku di
setiap iringan langkahku dalam menggapai cita-cita.
Kakak Perempuanku (Nur Endah Setiani) dan Suami (Candra Wardani), Sang Motivatorku terima kasih atas segala perhatian
semoga tumbuh menjadi pohon pahala dari Allah untukmu.
Adindaku Termanis (Qolbu Fitri Latifah), Sebagai sosok periang yang memberi senyum kecilnya untuk bisa memberi nuansa semangat untukku.
serta
Almamater Kebanggaanku Universitas Lampung
(6)
SANWACANA
Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Terucap terimakasih kepada Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat, serta kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang selalu memberikan masukan serta saran demi terselesaikannya skripsi ini.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
(7)
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Hendra Suryono, selaku sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah yang telah memberikan izin penelitian.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
9. Sahabat-sahabatku tercinta Ria, Silvi, Apri, Riska, Istas dan Heni terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, semangat, motivasi dan bantuan pemikiran selama ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjuan Pustaka ... 8
1. Peta ... 8
2. Peta Kontur ... 12
3. Model dan Analisa Tetangga Terdekat ... 13
4. Lokasi ... 15
5. Jarak ... 16
6. Aksesibilitas ... 18
7. Syarat Berdirinya Sekolah ... 19
B. Kerangka Pikir ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 22
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 23
1. Subjek Penelitian ... 23
2. Objek Penelitian ... 23
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23
1. Variabel Penelitian ... 23
2. Definisi Operasional Variabel ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
1. Teknik Dokumentasi ... 27
2. Teknik Observasi ... 28
E. Teknik Analisis Data... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Sejarah dan Geografis Daerah Penelitian ... 30
(9)
1. Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Tengah ... 30
2. Keadaan Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Tengah ... 33
a. Letak, Luas dan Batas Administrasi... 33
b. Keadaan Topografi dan Kemiringan Lereng... 35
c. Keadaan Geologi ... 40
d. Keadaan Iklim ... 41
B. Keadaan Penduduk Kabupaten Lampung Tengah ... 44
1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 44
2. Komposisi Penduduk... 48
C. Pembahsan Variabel Penelitian... 51
1. Analisis Pola Sebaran Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 51
2. Jarak Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dengan Desa atau Permukiman Penduduk di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 60
3. Aksesibilitas Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dengan Desa atau Permukiman Penduduk di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 73
V. PENUTUP A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 3
2. Standar Jarak Dalam Kota ... 17
3. Variabel Penilaian Aksesibilitas ... 27
4. Data Curah Hujan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2003-2012 42
5. Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 43
6. Jumlah dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 ... 44
7. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 ... 46
8. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 ... 50
9. Jarak Analisis Tetangga Terdekat SMA Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 54
10. Rekapitulasi Perhitungan Pola Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 57
11. Rekapitulasi Jumlah Desa Berdasarkan Kategori Jarak SMA Negeri ke Desa atau Permukiman di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 60
12. Rekapitulasi Aksesibilitas Berdasarkan Rata-rata Parameter Waktu Tempuh, Kondisi Jalan dan Jaringan Transportasi dari Desa atau Pemukiman penduduk Menuju ke SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 73
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Continum Nilai Nearest Neighbour Statistic T ... 15
2. Kerangka Pikir Pemetaan Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 21
3. Peta Administratif Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 34
4. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 37
5. Peta Kontur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 38
6. Peta Geologi Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 39
7. Diagram Batas Besar Nilai dari masing-masing Tipe Curah Hujan Schmidth-Ferguson ... 44
8. Piramida Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 ... 50
9. Peta Sebaran Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 53
10. Peta Analisis Tetangga Terdekat Menengah Atas (SMA) Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 58
11. Peta Jarak SMA Negeri dengan Pemukiman Penduduk di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 59
12. Peta Aksesibilitas dari Pemukiman Penduduk Menuju SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 ... 72
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rekapitulasi Pengukuran Lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung
Tengah dengan Menggunakan GPS ... 82 2. Rekapitulasi Hasil Penelitian Variabel Jarak dan Variabel
Aksesibilitas SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2013 ... 83 3. Rekapitulasi Jarak Analisis Tetangga Terdekat SMA Negeri
Kabupaten Lampung Tengah ... 86 4. Surat Ijin Penelitian di BMKG Masgar Kabupaten Pesawaran ... 87 5. Data Curah Hujan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2003-2012 ... 88
(13)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peta merupakan gambaran penyederhanaan dari permukaan bumi yang disajikan melalui bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu serta dilengkapi dengan simbol-simbol atau keterangan. Sesuai dengan definisi peta yang dikemukakan oleh Erwin Raiz (1948) dalam Rosana (2003:13), bahwa peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakannya jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal. Dari peta tersebut kita dapat mengetahui secara sistematis lokasi suatu tempat dari permukaan bumi. Selain lokasi, peta juga memberikan informasi mengenai unsur-unsur alam dan buatan di permukaan bumi, sehingga peta memiliki peranan penting bagi manusia.
Peta mempunyai beberapa peranan atau fungsi antara lain sebagai kepentingan pelaporan (recording), peragaan (displaying), analisis (analysing), dan pemahaman dalam interaksi (interlationship). Selain itu, peta juga mempunyai fungsi untuk mencatat atau menggambarkan secara sistematis lokasi data permukaan bumi, baik data yang bersifat fisik maupun data budaya yang sebelumnya ditetapkan (Rosana, 2003:13). Dari fungsi tersebut mengandung arti bahwa peta dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang variatif.
(14)
2
Akhir-akhir ini, kebutuhan akan informasi berupa peta semakin dirasakan dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan peta tidak sekedar merupakan suatu komoditas informasi visual yang sangat penting, tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan, pengambilan keputusan dan lain-lain. Banyak hal yang dapat diinformasikan peta dan tidak bisa dijelaskan dengan teks. Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, peta dapat diolah dan disajikan secara dinamis dalam bentuk aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis).
Menurut ESRI (Inveromental System Research Institute) (1990) dalam Eddy Prahasta (2009:117) mendefisinisikan SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.
SIG mempunyai kemampuan analisis spasial, dimana kemampuan ini dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Adanya komponen spasial ini, dapat membantu seseorang dalam melihat atau meninjau lokasi wilayah tertentu dari berbagai aspek, misalnya kemudahan keterjangkauan (aksesibilitas), luas wilayah layanan, serta karakteristik lain yang berkaitan dengan komponen spasial (keruangan), selain itu juga dari kondisi fisik wilayah tersebut yang merupakan data deskriptif dengan mengacu pada komponen geografis misalnya berupa letak suatu wilayah baik secara astronomis maupun geografis, dan topografi.
Wilayah Kabupaten Lampung Tengah terletak di Provinsi Lampung dan memiliki luas sekitar 9.189,50 km2. Ditinjau dari letak astronomisnya, Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104°35’ - 105°50’ BT dan 4°30’ - 4°15’ LS dan secara administratif, Kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 28 kecamatan. Dari 28 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah, di setiap kecamatan
(15)
3
memiliki fasilitas pendidikan yang bermacam-macam dari TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi para warganya.
Pada tahun 2013 wilayah Kabupaten Lampung Tengah terdapat 57 SMA (Sekolah Menengah Atas) baik Negeri maupun Swasta, 51 MA (Madrasah Aliyah), dan 41 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Tengah, terdapat sebanyak 22 SMA Negeri. Berikut daftar SMAN di Kabupaten Lampung Tengah.
Tabel 1. Jumlah SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013
No SMA Negeri Kecamatan
1 SMA Negeri 1 Anak Ratu Aji Kec. Anak Ratu Aji 2 SMA Negeri 1 Anak Tuha Kec. Anak Tuha 3 SMA Negeri 1 Bandar Surabaya Kec. Bandar Surabaya 4 SMA Negeri 1 Bangunrejo Kec. Bangunrejo 5 SMA Negeri 1 Bumi Nabung Kec. Bumi Nabung 6 SMA Negeri 1 Gunung Sugih Kec. Gunung Sugih 7 SMA Negeri 1 Kalirejo Kec. Kalirejo 8 SMA Negeri 1 Kota Gajah Kec. Kota Gajah 9 SMA Negeri 1 Padang Ratu Kec. Padang Ratu 10 SMA Negeri 1 Pubian Kec. Pubian 11 SMA Negeri 1 Punggur Kec. Punggur 12 SMA Negeri 1 Rumbia Kec. Rumbia 13 SMA Negeri 1 Sedang Agung Kec. Sendang Agung 14 SMA Negeri 1 Seputih Agung Kec. Seputih Agung 15 SMA Negeri 1 Seputih Banyak Kec. Seputih Banyak 16 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Kec. Seputih Mataram 17 SMA Negeri 1 Seputih Raman Kec. Seputih Raman 18 SMA Negeri 1 Seputih Surabaya Kec. Seputih Surabaya 19 SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kec. Terbanggi Besar 20 SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Kec. Terusan Nunyai 21 SMA Negeri 1 Trimurjo Kec. Trimurjo 22 SMA Negeri 1 Way Pengubuan Kec. Way Pengubuan
Sumber : KEMDIKBUD (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
(16)
4
Dari lokasi SMA Negeri yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Tengah saat ini belum dipetakan secara konvensional ataupun digital serta belum adanya basis data yang menyajikan data atau informasi tiap SMA Negeri. Peta dapat digunakan untuk mengetahui berbagai informasi yang termuat di dalam peta tersebut, misalnya peta penyebaran sekolah. Dari peta itu dapat dilihat bagaimana pola penyebaran sekolah tersebut, apakah pola penyebaran sekolah tesebut seragam (merata), mengelompok, dan random (acak). Seandainya pola penyebaran sekolah diketahui belum merata, maka perlu adanya peningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan menengah yang terjangkau bagi semua penduduk yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, melalui pendidikan formal SMA atau bentuk pendidikan lain yang sederajat. Hal ini merupakan tugas bagi pemerintah terkait sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, yakni:
“Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesimbungan.”
Dari setiap SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah tentunya memiliki aksesibilitas yang berbeda-beda. Tingkat aksesibilitas yang dimaksud disini adalah kemudahan untuk mencapai SMA Negeri tersebut dengan wilayah permukiman (masyarakat). Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas, misalnya kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan (waktu tempuh), dan jarak. Dari unsur-unsur tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi minat seseorang atau masyarakat menentukan di mana nantinya akan bersekolah.
(17)
5
Berdasarkan permasalahan akan dilakukan penelitian dengan tujuan mengkaji pola sebaran sekolah dan tingkat aksesibilitas pelayanan pendidikan SMAN di Kabupaten Lampung Tengah, maka menjadi perhatian untuk melakukan penelitian tentang “Pemetaan Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pola sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah merata? 2. Berapakah jarak rata-rata (m/km) SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah
dengan pemukiman penduduk?
3. Bagaimanakah aksesibilitas sebaran lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Untuk mengetahui jarak (m/km) SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah
dengan pemukiman penduduk.
3. Untuk mengetahui aksesibilitas sebaran lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah.
(18)
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Memberikan informasi tentang lokasi serta data sekolah di setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas XII program IPS semester 2 pada pokok bahasan Peta dan Pemetaan.
4. Sebagai masukan bahan kajian terhadap usaha pengembangan kependidikan dan peningkatan pelayanan sistem informasi pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu:
1. Ruang lingkup objek penelitian adalah lokasi, sebaran, jarak dan aksesibilitas SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
3. Ruang lingkup tempat dan waktu adalah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
4. Ruang lingkup ilmu yaitu Peta dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Menurut Chrisman (1997) dalam Edy Prahasta (2009:116) Sistem Informasi Geografis
(19)
7
adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. Keterkaitan kajian Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penelitian ini terletak pada pemetaan sebaran Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kabupaten Lampung Tengah.
(20)
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka 1. Peta
a. Pengertian Peta
Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan penggguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan informasi dari objek yang digambarkan secara optimal. Menurut Dedy Miswar (2012:2) peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua demensional. Menurut Prihanto (1988) (dalam Riyanto dkk, 2009:4) mendefinisikan peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili.
Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peta merupakan gambaran penyederhanaan dari pengecilan permukaan bumi yang disajikan melalui bidang datar yang dilengkapi dengan skala dan proyeksi tertentu serta simbol-simbol atau keterangan.
Fungsi utama dari peta itu sendiri yakni menyampaikan informasi antara pengguna peta dengan pembuat peta. Agar informasi ini berjalan lancar maka
(21)
9
sebuah peta harus memiliki beberapa syarat. Menurut Riyanto dkk (2009:4) syarat-syarat adalah sebagai berikut:
a) Peta tidak boleh membingungkan. Agar tidak membingungkan maka sebuah peta perlu dilengkapi:
- Keterangan atau legenda (legend). - Skala (scale) peta.
- Judul peta.
- Bagian dunia mana (insert).
b) Peta harus mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta. Untuk itu agar mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, dalam peta digunakan:
- Warna.
- Simbol (terutama peta tematik). - Sistem proyeksi dan sistem koordinat.
c) Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini peta berarti harus cukup teliti sesuai dengan tujuanya.
Peta memiliki berbagai macam klasifikasi. Menurut Riyanto dkk (2009:5) macam peta dapat ditinjau dari empat segi yakni peta ditinjau dari segi jenis, peta ditinjau dari skala, peta ditinjau dari fungsinya, dan peta yang ditinjau dari macam persoalan. Dalam penelitian ini peta yang digunakan adalah peta tematik yakni peta yang ditinjau dari fungsinya. Menurut Subagio (2003:3) peta tematik adalah peta yang hanya menyajikan data-data atau informasi dari suatu konsep/tema yang tertentu saja, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik, terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut.
b. Fungsi Peta
Peta mempunyai fungsi untuk mencatat atau menggambarkan secara sistematis lokasi data permukaan bumi, baik data yang bersifat fisik maupun data budaya yang sebelumnya telah ditetapkan. Menurut Riyanto dkk (2009:4) secara umum fungsi peta adalah sebagai berikut:
(22)
10
1) Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubunganya dengan tempat lain di permukaan bumi).
2) Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi).
3) Memperlihatkan bentuk (misalnya bentuk dari benua, negara dan lain-lain). 4) Mengumpulkan data dan menyeleksi data dari suatu daerah dan meyajikan di
atas peta. Dalam hal ini penyajian menyangkut penggunaan simbol-simbol sebagai wakil dari data-data tersebut.
c. Tujuan Pembuatan Peta
Adapun tujuan dari pembuatan peta menurut Riyanto dkk (2009:5) adalah sebagai berikut:
1) Sebagai alat komunikasi informasi ruang. 2) Menyimpan informasi.
3) Membantu dalam mendesain, misalnya desain jalan dan sebagainya. 4) Untuk analisis data spasial. Misalnya: perhitungan volume dan sebagainya.
d. Komponen Peta
Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum adalah sebagai berikut: 1) Judul Peta
Judul pada peta sangat penting, karena sebuah judul akan memberikan gambaran secara singkat mengenai subjek-subjek yang ada dalam peta tersebut. Secara singkat judul harus dapat mencerminkan isi peta. Dalam penulisannya, judul menggunakan huruf kapital dan ditulis tegak. Untuk ukuran huruf dan peletakan judul dapat diatur sedemikan rupa. Pada umumnya judul diletakan di bagian atas dari peta.
(23)
11
2) Orientasi Peta
Orientasi peta merupakan suatu tanda sebagai petunjuk arah peta. Arah utara pada umumnya mengarah pada bagian atas peta. Sehingga peta lebih mudah dibaca dengan tidak membolak-balik peta, selain itu juga arah juga penting sehingga pengguna peta dapat mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya. 3) Skala
Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya. Skala peta harus dicantumkan pada peta karena dapat digunakan untuk memperkirakan atau menghitung ukuran sebenarnya di permukaan bumi. 4) Legenda Peta
Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca. Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya. Agar dapat dibaca oleh pengguna maka sebaiknya simbol dibuat sederhana dan mewakili obyek aslinya, jika memungkinkan dibuat mirip atau sama dengan obyek aslinya tersebut.
5) Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber peta dicantumkan untuk mengetahui kebenaran dari peta yang dibuat. Peta-peta yang dapat digunakan dan dipercaya adalah peta-peta yang bersifat resmi seperti peta rupa bumi, yang dibuat oleh Jawatan Topografi Angakatan Darat (JANTOP) atau Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Selain itu peta-peta yang resmi dikeluarkan oleh suatu instansi juga dapat digunakan sebagai sumber peta.
(24)
12
6) Inset Peta
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset juga digunakan untuk menggambar suatu wilayah yang tidak tergambar pada peta.
7) Koordinat Peta
Koordinat peta merupakan unsur penting, karena koordinat menunjukkan lokasi absolut suatu wilayah.
8) Garis Tepi Peta/Border
Boder atau garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi informasi peta. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi peta atau dengan kata lain tidak ada informasi yang berada di luar garis tepi peta. Komponen peta tersebut meliputi judul peta, skala peta, orientasi peta, legenda, sumber peta, serta garis lintang dan bujur peta.
9) Nama Pembuat Peta
Nama pembuat peta diletakkan di luar garis tepi peta. Letaknya pada sisi kanan bagian bawah di luar garis tepi peta. Nama pembuat peta dicantumkan di luar garis tepi peta, karena nama pembuat peta bukan merupakan komponen pokok peta tetapi merupakan informasi pendukung saja.
2. Peta Kontur
Menurut Rahmat Kusnadi (2013) peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Menurut Rosana (2003:99) garis kontur adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat atau titik-titik pada peta yang
(25)
13
mempunyai ketinggian sama di atas atau di bawah suatu datun plane (bidang level). Garis kontur memiliki beberapa sifat, menurut Rosana (2003:101) sebagai berikut:
1. Garis kontur yang lebih rapat lerengnya lebih curam. 2. Garis kontur bersifat selalu horizontal.
3. Garis kontur selalu membelok-belok dan akan mengikuti lereng dari suatu lembah.
4. Garis kontur selalu tegak lurus jurusan air yang mengalir di permukaan. 5. Garis kontur merupakan garis yang tertutup.
Selain memiliki sifat, garis kontur juga mempunyai fungsi tertentu, yakni: 1. Menunjukkan tinggi suatu tempat.
2. Untuk menunjukkan bentuk relief. 3. Untuk menunjukkan lereng.
4. Untuk menunjukkan besarnya kemiringan lereng.
3. Model dan Analisa Tetangga Terdekat
Ketidakpuasan orang membicarakan pola pemukiman (settlements) secara deskriptif menimbulkan gagasan untuk membincangkannya secara kuantitatif. Pola pemukiman yang dikatakan seragam (uniform), random, mengelompok (clustered) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif. Dengan cara sedemikian ini pembandingan antara pola pemukiman dapat dilakukan dengan lebih baik, bukan dari segi waktu saja tetapi juga dalam segi ruang (space). Pendekatan ini disebut dengan analisa tetangga terdekat.
Analisa tetangga terdekat ini memerlukan data tentang jarak antara satu pemukiman dengan pemukiman paling dekat yaitu pemukiman tetangganya yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap pemukiman dianggap sebagai sebuah
(26)
14
titik dalam ruang. Analisa tetangga terdekat ini dapat digunakan untuk menilai pola penyebaran fenomena lain seperti pola penyebaran tanah longsor, pola penyebaran Puskesmas, pola penyebaran sumber-sumber air dan lain sebagainya. Dalam menggunakan analisa tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:
a) Tentukan batas wilayah yang akan diselidiki.
b) Ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik.
c) Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran jarak ini.
d) Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (nearest-nieghbour statistic) T dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
T = indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = jarak rata-rata diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat. Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random. =
√
= kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi
(27)
15
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju
digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga terdekat T
(nearest neighbour statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.
Gambar 1. Continum nilai nearest neighbour statistic T
Sumber: Bintarto (1978:76)
4. Lokasi
Lokasi merupakan salah satu dari konsep geografi. Lokasi memberikan penjelasan tentang tempat atau daerah yang bersangkutan. Pada studi geografi, lokasi merupakan variabel yang dapat menggungkapkan berbagai hal tentang gejala yang kita pelajari.
Menurut Sumaatmadja (1988:118-119), lokasi dalam ruang dapat dibedakan antara lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring derajat. Dengan dinyatakan lokasi absolut suatu tempat atau wilayah, karakteristik tempat bersangkutan sudah dapat diabstraksikan lagi lebih jauh. Untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi, harus diketahui lokasi relatifnya. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah, yaitu lokasi tempat atau wilayah yang bersangkutan yang berkenaan
(28)
16
dengan hubungan tempat atau wilayah itu dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada di sekitarnya.
Dalam penelitian ini, lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi absulot ini berarti letak garis lintang dan garis bujur pada setiap SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Berikut adalah cara menentukan titik koordinat suatu wilayah dengan menggunakan GPS:
1) Tekan tombol power pada GPS. Tunggu hingga GPS mendapatkan sinyal yang baik (± 5-6 sinyal yang dapat ditangkap oleh GPS). Dalam menentukan suatu koordinat lebih baik dilakukan di luar ruangan agar sinyal dapat mudah ditangkap oleh GPS.
2) Tekan tombol pada menu utama. Kemudian pilih Mark Waypoint.
3) Tunggu beberapa saat, hingga akan muncul titik koordinat berserta elevasinya (ketinggian tempat tersebut).
4) Catat titik lokasi koordinat tersebut. Catatan:
pada saat marking titik koordinat anda tidak boleh bergerak ke sana kemari (berjalan-jalan), cukup berhenti di tempat sesaat sampai anda tekan Enter untuk OK, menerima hasil yang diperoleh dan anda simpan, baik anda ubah namanya ataupun default nama yang diberikan oleh GPS.
5. Jarak
Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu objek yang bergerak. Pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain memerlukan waktu dan tenaga untuk mencapai tempat-tempat tersebut.
(29)
17
Menurut Daljoeni (1992:62) mambagi jarak menjadi dua yaitu jarak ekonomi dan jangkauan barang, di mana jarak ekonomi bagi perjalanan orang yang dihitung adalah biaya transportasi waktu dan susah payahnya. Jangkauan barang adalah jarak yang paling jauh harus ditempuh penduduk (yang tempat tinggal terpencar) untuk membeli barang di tempat sentral. Jangkauan barang itu ditentukan oleh jarak ekonomi disamping harga barang yang bersangkutan dengan barang-barang lain.
Jarak juga dapat dibedakan menjadi jarak mutlak dan relatif. Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya antara dua tempat dengan satuan meter dan kilometer. Jarak relatif berupa lamanya orang menempuh suatu tempat dengan suatu lamanya waktu dan biaya. Pada jarak setiap Sekolah SMA Negeri dengan pemukiman penduduk di Kabupaten Lampung Tengah yaitu jarak (meter atau kilometer) yang terdekat.
Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999:160) seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Standar Jarak dalam Kota
No Prasarana Jarak dari Tempat Tinggal
1 Pusat Tempat Kerja 20 menit - 30 menit
2 Pusat Kota 30 menit - 45 menit
3 Pasar Lokal ¾ km atau 10 menit
4 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit
5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 ½ km atau 20 menit 6 Sekolah Menegah Atas (SMA) 2 ½ km atau 30 menit 7 Tempat Bermain Anak atau Taman ¾ km atau 20 menit 8 Tempat Olahraga (Rekreasi) 1 ½ km atau 20 menit 9 Taman Umum (Cagar, Kebun Binatang,dsb) 30 - 60 menit
(30)
18
6. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Menurut Tarigan (2005:140), Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Menurut Bambang Sutantono (2004:1) dalam Cahya Priyanto (2012), menyatakan bahwa aksesibilitas adalah hak atas akses yang merupakan layanan kebutuhan melakukan perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas harus disediakan oleh pemerintah terlepas dari digunakannya modal transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat.
Faktor aksesibilitas dianalisis berdasarkan wilayah terdekat yang mampu diakses sesuai peta jaringan jalan berdasarkan batasan jarak atau waktu minimum yang diberikan antara tempat tinggal ke sekolah. Jarak tempuh maksimal tempat tinggal ke sekolah berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia dengan tidak membedakan transportasi yang dipilih dan kondisi jalan yang ditempuh. Indikator yang menentukan aksesibilitas ini, yaitu: kedekatan lokasi dengan jaringan transportasi dan kedekatan lokasi dengan pusat kota.
Menurut Bintarto (1982:91) dalam Aditya (2011), salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Jadi semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya.
(31)
19
Jadi dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas itu adalah ukuran dari kemudahan bagi seseorang melakukan interaksi di suatu lokasi yang akan menjadi tujuannya. Dalam penelitian ini adalah tingkat aksesibilitas yang baik apabila dapat menjangkau lokasi setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah dengan indikator waktu tempuh, kondisi jalan dan jaringan transportasi. Dalam penelitian ini aksesibilitas diklasifikasikan menjadikan mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan bobot atau skor yang telah ditentukan perameternya.
7. Syarat Berdirinya Sekolah
Setiap pembangunan atau pendiriran sekolah tentunya ada dasar hukum dan syarat untuk membangun atau mendirikan sebuah sarana pendidikan, dalam hal ini adalah jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri. Adapaun dasar hukum dan persyaratan tersebut menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 Tentang Pedoman Pendirian Sekolah, yakni:
Persyaratan Khusus Lahan
1. Sesuai dengan kriteria pembakuan yang ditentukan Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Tanah tersebut antara lain: Luas tanah sekurang-kurangnya 10.000 m2 (tidak terpisah-pisah)
2. Kondisi tanah harus siap bangun:
a. Status lahan relatif datar (tidak berbukit).
b. Tidak terdapat tebing curam yang dapat menimbulkan bahaya longsor.
c. Tidak berada di daerah aliran sungai (DAS). d. Bukan daerah resapan air dan bebas banjir.
e. Bukan merupakan hutan lindung dan daerah purbakala.
f. Lahan bukan bekas tanah pekuburan atau bekas timbunan sampah/limbah kimia.
g. Subur mudah ditumbuhi tanaman untuk kebun percobaan maupun untuk kenyamanan dan keindahan lingkungan.
h. Lokasi lahan tidak berdekatan dengan daerah lokalisasi/tempat perbuatan asusila.
i. Kemudahan mendapatkan sumber air bersih (termasuk air minum dari PDAM atau air tanah atau air permukaan atau air hujan). j. Kemudahan drainase untuk saluran pembuangan air hujan, saluran
(32)
20
k. Lokasi harus mudah dicapai dengan kendaraan roda 4. l. Kemudahan jaringan/penyediaan jaringan listrik. m. Kemudahan penyambungan jaringan telekomunikasi.
B. Kerangka Pikir
Pendidikan adalah salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional yang menjadi andalan utama dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu setiap manusia perlu mendapatkan pendidikan. Pendidikan saat ini menitikberatkan mutu dan pemerataan pendidikan ke pelosok-pelosok daerah.
Tujuan itu dapat terwujud jika terdapat pemerataan sarana pendidikan yaitu dengan membangun sarana pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah, karena sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menjadi wadah bagi para peserta didik untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Lembaga pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga jenjang yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertana (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sekolah merupakan sarana utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Untuk itu sekolah harus terletak pada posisi yang strategis dan tersebar merata di seluruh daerah. Perkembangan wilayah permukiman dan jumlah penduduk yang terus meningkat menimbulkan beberapa masalah diantaranya daya tampung sekolah tidak memadai, jalur akses menuju sekolah kurang, fasilitas pendukung yang tidak lengkap dan lain sebagainya.
(33)
21
Dari hal tersebut maka sangat dibutuhkan suatu media sebagai informasi yang memuat tentang informasi sekolah-sekolah khususnya SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Salah satu cara adalah dengan membuat peta sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah disertai dengan keadaan dari masing-masing sekolah tersebut. Dari peta sebaran sekolah tersebut dapat diketahui beberapa informasi yakni pola sebaran sekolah tersebut apakah sudah merata atau belum, selain itu juga dapat dianalisis jarak serta tingkat aksesibilitasnya. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 2. Kerangka Pikir Pemetaan Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
(34)
22
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang akan diteliti.
Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:7), mutu survei sangat tergantung pada hal-hal berikut:
1. Besarnya sampel yang diambil. Semakin besar sampel yang diambil, semakin besar pula kemungkinan untuk mewakili suatu populasi.
2. Tingkat kepercayaan data dan informasi yang diperoleh dari sampel atau responden. Informasi yang benar dan akurat yang diperoleh dari responden sangat menunjang tingkat kepercayaan suatu survei.
Metode penelitian survei digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah dengan melihat aspek jarak, pemukiman penduduk serta aksesibilitas.
(35)
23
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 22 SMA.
2. Objek Penelitian
Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2011:199), Objek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar kehidupan manusia.
Objek dari penelitian ini adalah kajian geografi yang menyangkut lokasi, sebaran, jarak dan aksesibilitas.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Menurut Hack dan Farhady (1981) dalam Hamid Darmadi (2011:20), menyebutkan variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Lokasi setiap SMA Negeri di wilayah Kabupaten Lampung Tengah. b. Sebaran SMA Negeri di wilayah Kabupaten Lampung Tengah.
c. Jarak tiap SMA Negeri di wilayah Kabupaten Lampung Tengah dengan permukiman penduduk.
d. Aksesibilitas SMA Negeri di wilayah Kabupaten Lampung Tengah.
(36)
24
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek penelitian. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjukan alat ukur yang tepat untuk mengambil data yang sesuai dengan variabel yang akan diukur. Sehingga pada definisi operasional dapat ditentukan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Berdasarkan pengertian definisi operasional tersebut, jadi definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Lokasi SMA Negeri
Dalam penelitian ini, lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah ini didapat melalui hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS.
b. Sebaran SMA Negeri
Pada penelitian ini analisis sebaran SMA Negeri di wilayah Kabupaten Lampung Tengah menggunakan analisa tetangga terdekat. Berikut rumus analisis tetangga terdekat:
T = indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = jarak rata-rata diukur antara satu titik dengan titik tetanggnya yang terdekat. Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random.
(37)
25
=
√ = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)
dibagi dengan luas wilyah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi
Bedasarkan Gambar 1, pola sebaran dikatakan mengelompok apabila nila T ≤ 0, pola sebaran dikatakan random atau acak apabila nilai T= 1 - < 2,15, dan pola sebaran dikatakan seragam atau merata apabila nilai T ≥ 2,15.
c. Jarak
Dari Tabel 2 disimpulkan bahwa jarak Sekolah Menengah Atas (SMA) dikatakan dekat apabila jarak sekolah < 2 ½ km dan dikatakan jauh apabila jarak sekolah > 2 ½ km.
Jadi dalam penelitian ini jarak yang dimaksud adalah jarak SMAN di setiap Kabupaten Lampung Tengah dengan permukiman penduduk terdekat dalam satuan meter atau kilometer.
d. Aksesibilitas
Pada penelitian ini, aksesibilitas menuju setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah ditentukan dengan tiga parameter, yaitu waktu tempuh, kondisi jalan, dan jaringan transportasi. Kemudian dikategorikan menjadi kriteria penilaian dengan skoring. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel penilaian aksesibilitas di bawah ini.
Tabel 3 Variabel Penilaian Aksesibilitas
No Variabel Parameter Kriteria Skor
1 Aksesibilitas Waktu tempuh - Lebih dari 2 jam - 1 sampai 2 jam - ½ sampai 1 jam - Kurang dari ½ jam
1 2 3 4
(38)
26
Lanjutan (Tabel 3).
No Variabel Parameter Kriteria Skor
Aksesibilitas
Kondisi jalan
Jaringan transportasi
- Jalan batu
- Jalan aspal kondisi rusak - Jalan aspal sedikit berlubang - Jalan aspal kondisi baik - Tidak lancar
- Kurang lancar - Cukup lancar - Sangat lancar
1 2 3 4 1 2 3 4 Sumber : Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan (1983) dalam
Syamsul Yusuf (2004:28-29).
Untuk menentukan jumlah interval kelas aksesibilitas dicari dengan menggunakan rumus Sturgges yaitu:
K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 12 – 3 = 1 + 3,3 (1,08 – 0,48) = 2,98
= 3
Dengan demikian didapat jumlah interval kelas untuk mengukur aksesibilitas dikategorikan menjadi tiga kriteria, yaitu mudah, sedang, dan sulit. Kemudian untuk menentukan panjang interval kelas, perlu diketahui terlebih dahulu
range-nya, yaitu selisih diantara skor tertinggi dan skor terendah. Besar interval dapat dicari dengan rumus:
K =
Keterangan : a = total skor tertinggi b = total skor terendah
(39)
27
u = jumlah interval kelas
K =
K =
K =
K = 3
Dengan demikian interval aksesibilitasnya adalah:
a. Aksesibilitas dikatakan sulit apabila mempunyai skor = 3-5 b. Aksesibilitas dikatakan sedang apabila mempunyai skor = 6-8 c. Aksesibilitas dikatakan mudah apabila mempunyai skor > 9
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:274), dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat legger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder berupa data jumlah sekolah dan alamat sekolah di Kabupaten Lampung Tengah yang terdapat di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah, dan peta admisnistratif Kabupaten Lampung Tengah dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
(40)
28
2. Observasi
Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:105), gejala dan masalah geografi ada dan terjadi secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data geografi yang aktual dan langsung, kita harus melakukan obsevasi lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang data primer. Data primer ini didapat dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini dilakukan dengan beberapa teknik, yakni:
a. Pengukuran dengan GPS (global positioning system) untuk menentukan titik/lokasi absolut setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. b. Pengukuran aksesibilitas sesuai dengan parameter yang telah ditentukan
yakni waktu tempuh, kondisi jalan dan jaringan transportasi.
c. Pemotretan untuk mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi lingkungan SMA Negeri yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Tengah berupa gambar atau foto sekolah.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (1996:104), analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis data kuantitatif. Seluruh data yang diperoleh diinterprestasikan secara kuantitatif untuk memberikan pengertian mengenai arti data tersebut yang selanjutnya disusun sebagai hasil penelitian, selanjutnya dari hasil penelitian dibuat deskripsi yang
(41)
29
sistematis, yaitu data berupa angka-angka tersebut dibuat ke dalam bentuk kata-kata sehingga hasilnya berupa kesimpulan sebagai hasil akhir laporan penelitian.
a. Analisis mengenai pola penyebaran sekolah SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah menggunakan rumus Analisa Tetangga Terdekat, yakni menggunakan rumus:
Sumber: R. Bintarto dan Surastopo (1978: 75).
b. Untuk mengukur jarak yaitu menggunakan perhitungan skala peta dengan rumus:
(Rosana:2003).
c. Untuk mengukur aksesibilitas menggunakan teknik analisa skoring dengan rumus Sturgges:
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan : n = jumlah pengamatan.
K = jumlah interval kelas (Moh. Nazir:1999).
(42)
77
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai pemetaan sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah tidak merata. Hal ini dapat diketahui melalui perhitungan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat yang diperoleh nilai T=1,05.
2. Jarak rata-rata setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah dengan pemukiman penduduk diperoleh sebesar 7,27 km yang dikategorikan jauh. 3. Sebaran lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah memiliki
aksesibilitas yang dikategorikan sedang dengan skor total rata-rata aksesibilitas diperoleh sebesar 8,2.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal pemetaan sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah, saran yang dapat dikemukakan antara lain:
(43)
78
1. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah agar memperhatikan keberadaan sebaran SMA Negeri yang tidak merata. Karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk perencaan pemerataan SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah agar pemenuhan akan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas dapat tercapai.
2. Kepada Dinas Perencanaan dan Tata Ruang Kabupaten Lampung Tengah agar memperbaiki kondisi jalan yang ada, karena sebagian besar kondisi jalan yang di Kabupeten Lampung Tengah dapat dikatakan kurang baik, masih banyak kondisi jalan yang belum diaspal dan dalam kondisi yang rusak parah.
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2011. http://id.shvoong.com/2011/06/Aksesibilitas Wilayah.htm. di akses 30 April 2014 pada pukul 22.32 WIB. (Internet).
Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.
Anonymus. 2009. Sistem Informasi Geografis. (Buku Ajar). Universitas Hasanuddin. Makasar.
Anonymus. 2010.http://psma.kemdiknas.go.id. di akses 8 April 2013 pada pukul 21.38 WIB. (internet).
Anonymus. 2013. http://pendidikan.banyuwangikab.go.id/index.php?option=com content&view=article&id=39:pedoman-umumpendirianusb&catid=12& Itemid =189. di akses 5 November 2013 pada pukul 22.15 WIB. (Internet). Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Lampung. 2012. Lampung Tengah Dalam
Angka Tahun 2012. BPS. Bandar Lampung.
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1978. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Cahya Priyanto. 2012. http://cahyageo.blogspot.com/2012/04/aksesibilitas.html. di akses 30 April 2014 pada pukul 21.17 WIB. (Internet).
Daldjoeni. N. 1992. Geografi Baru Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung.
. 1997. Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Alumni. Bandung.
Dedy Miswar. 2012. Kartografi Tematik. Anugrah Utama Raharja Printing & Publishing. Bandar Lampung.
Eddy Prahasta. 2002. Sistem Informasi Geografis (Konsep-Konsep Dasar).
Informatika. Bandung.
(45)
Edi Kir. 2010.http://karyailmiahremaja.blogspot.com. Definisi Operasinal Variabel diakses pada 8 April 2013 pukul 20.57 WIB. (internet).
Erwin Hardika Putra. 2011. Arcview GIS: Pengukuran dan Pemetaan Areal Kerja Skala Besar. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
I Made Wirartha.2006. PedomanPenulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis. Andi Hardiansah. Yogyakarta.
Jayadinata T. Johara. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Desa, Perkotaan dan Wilayah. ITB. Bandung.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Noeng Muhadjir. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin.
Yogyakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.
Prahesti Surani . 2012. http://prahesti10411084.blogspot.com/2012/01/makalah-subyek-dan-obyek-penelitian.html. di akses 7 Novemeber 2013 pada pukul 21.01 WIB. (Internet).
Rahmat Kusnadi. 2013. http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/07/peta-kontur.html. di akses 5 Novemeber 2013 pada pukul 22.03 WIB. (Internet). Riyanto, Prilnali EP dan Hendi Indelarko. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Gava Media. Yogyakarta.
Rosana. 2003. Kartografi. (Bahan Ajar). FKIP UNILA. Bandar Lampung Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Penerbit ITB. Bandung.
Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi. Diktat. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Syamsul Yusuf. 2004. Inventarisasi dan Penilaian Potensi Objek Wisata Taman Anggrek Kebun Raya Bogor di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun 2004. (Sripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.
(1)
2. Observasi
Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:105), gejala dan masalah geografi ada dan terjadi secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data geografi yang aktual dan langsung, kita harus melakukan obsevasi lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang data primer. Data primer ini didapat dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini dilakukan dengan beberapa teknik, yakni:
a. Pengukuran dengan GPS (global positioning system) untuk menentukan titik/lokasi absolut setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah. b. Pengukuran aksesibilitas sesuai dengan parameter yang telah ditentukan
yakni waktu tempuh, kondisi jalan dan jaringan transportasi.
c. Pemotretan untuk mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi lingkungan SMA Negeri yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Tengah berupa gambar atau foto sekolah.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (1996:104), analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis data kuantitatif. Seluruh data yang diperoleh diinterprestasikan secara kuantitatif untuk memberikan pengertian mengenai arti data tersebut yang selanjutnya disusun sebagai hasil penelitian, selanjutnya dari hasil penelitian dibuat deskripsi yang
(2)
29
sistematis, yaitu data berupa angka-angka tersebut dibuat ke dalam bentuk kata-kata sehingga hasilnya berupa kesimpulan sebagai hasil akhir laporan penelitian. a. Analisis mengenai pola penyebaran sekolah SMA Negeri di Kabupaten
Lampung Tengah menggunakan rumus Analisa Tetangga Terdekat, yakni menggunakan rumus:
Sumber: R. Bintarto dan Surastopo (1978: 75).
b. Untuk mengukur jarak yaitu menggunakan perhitungan skala peta dengan rumus:
(Rosana:2003).
c. Untuk mengukur aksesibilitas menggunakan teknik analisa skoring dengan rumus Sturgges:
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan : n = jumlah pengamatan.
K = jumlah interval kelas (Moh. Nazir:1999).
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai pemetaan sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah tidak merata. Hal ini dapat diketahui melalui perhitungan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat yang diperoleh nilai T=1,05.
2. Jarak rata-rata setiap SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah dengan pemukiman penduduk diperoleh sebesar 7,27 km yang dikategorikan jauh. 3. Sebaran lokasi SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah memiliki
aksesibilitas yang dikategorikan sedang dengan skor total rata-rata aksesibilitas diperoleh sebesar 8,2.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal pemetaan sebaran SMA Negeri di Kabupaten Lampung Tengah, saran yang dapat dikemukakan antara lain:
(4)
78
1. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah agar memperhatikan keberadaan sebaran SMA Negeri yang tidak merata. Karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk perencaan pemerataan SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Tengah agar pemenuhan akan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas dapat tercapai.
2. Kepada Dinas Perencanaan dan Tata Ruang Kabupaten Lampung Tengah agar memperbaiki kondisi jalan yang ada, karena sebagian besar kondisi jalan yang di Kabupeten Lampung Tengah dapat dikatakan kurang baik, masih banyak kondisi jalan yang belum diaspal dan dalam kondisi yang rusak parah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2011. http://id.shvoong.com/2011/06/Aksesibilitas Wilayah.htm. di akses 30 April 2014 pada pukul 22.32 WIB. (Internet).
Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.
Anonymus. 2009. Sistem Informasi Geografis. (Buku Ajar). Universitas Hasanuddin. Makasar.
Anonymus. 2010.http://psma.kemdiknas.go.id. di akses 8 April 2013 pada pukul 21.38 WIB. (internet).
Anonymus. 2013. http://pendidikan.banyuwangikab.go.id/index.php?option=com content&view=article&id=39:pedoman-umumpendirianusb&catid=12& Itemid =189. di akses 5 November 2013 pada pukul 22.15 WIB. (Internet). Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Lampung. 2012. Lampung Tengah Dalam
Angka Tahun 2012. BPS. Bandar Lampung.
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1978. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Cahya Priyanto. 2012. http://cahyageo.blogspot.com/2012/04/aksesibilitas.html. di akses 30 April 2014 pada pukul 21.17 WIB. (Internet).
Daldjoeni. N. 1992. Geografi Baru Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung.
. 1997. Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Alumni. Bandung.
Dedy Miswar. 2012. Kartografi Tematik. Anugrah Utama Raharja Printing & Publishing. Bandar Lampung.
Eddy Prahasta. 2002. Sistem Informasi Geografis (Konsep-Konsep Dasar).
Informatika. Bandung.
(6)
Edi Kir. 2010.http://karyailmiahremaja.blogspot.com. Definisi Operasinal Variabel diakses pada 8 April 2013 pukul 20.57 WIB. (internet).
Erwin Hardika Putra. 2011. Arcview GIS: Pengukuran dan Pemetaan Areal Kerja Skala Besar. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
I Made Wirartha.2006. PedomanPenulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis. Andi Hardiansah. Yogyakarta.
Jayadinata T. Johara. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Desa, Perkotaan dan Wilayah. ITB. Bandung.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Noeng Muhadjir. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin.
Yogyakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.
Prahesti Surani . 2012. http://prahesti10411084.blogspot.com/2012/01/makalah-subyek-dan-obyek-penelitian.html. di akses 7 Novemeber 2013 pada pukul 21.01 WIB. (Internet).
Rahmat Kusnadi. 2013. http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/07/peta-kontur.html. di akses 5 Novemeber 2013 pada pukul 22.03 WIB. (Internet). Riyanto, Prilnali EP dan Hendi Indelarko. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Gava Media. Yogyakarta.
Rosana. 2003. Kartografi. (Bahan Ajar). FKIP UNILA. Bandar Lampung Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Penerbit ITB. Bandung.
Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi. Diktat. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Syamsul Yusuf. 2004. Inventarisasi dan Penilaian Potensi Objek Wisata Taman Anggrek Kebun Raya Bogor di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun 2004. (Sripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.