PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH DASAR

NEGERI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

TESIS

Oleh:

BUDIYAWAN PUTRA

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(2)

PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

Oleh

Budiyawan Putra

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

ii PROJECTION NEEDS PRINCIPAL BASIC STATE DEPARTMENT OF

EDUCATION DISTRICT SOUTH LAMPUNG By

BUDIYAWAN PUTRA

The purpose of this study was to determine, analyze and calculate the projected needs of principals for the next 2 years as a result of their principals: (1) Stop the request of its own; (2) Ended tenure as principal; (3) Until the retirement age; (4) Promotion of tasks / positions; (5) Got a disciplinary punishment; (6) Does not meet performance standards; (7) Remains incapacitated; (8) The task of learning; and (9) Died world. The research was done in South Lampung District Education Office. This research method used is kualitative descriptive research method, by using documentation studies and interviews. Based on the results of the study concluded, projection needs principal basic state Department of Education District South Lampung as many as 10 people for a period of two years. South Lampung District Education Office can analyze and calculate the projected needs of principals for the next 2 years as a result of their principals: (1) Stop the request of its own; (2) Ended tenure as principal; (3) Until the retirement age; (4) Promotion of tasks / positions; (5) Got a disciplinary punishment; (6) Does not meet performance standards; (7) Remains incapacitated; (8) The task of learning; and (9) Died world.


(4)

ii PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DINAS

PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

BUDIYAWAN PUTRA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan menghitung proyeksi kebutuhan kepala sekolah lima tahun kedepan sebagai akibat adanya kepala sekolah yang: (1) Berhenti atas permohonan sendiri; (2) Berakhir masa tugas sebagai kepala sekolah; (3) Sampai batas usia pensiun; (4) Promosi tugas/jabatan; (5) Mendapat hukuman disiplin; (6) Tidak memenuhi standar kinerja; (7) Berhalangan tetap; (8) Tugas belajar; dan (9) Meninggal dunia. Penelitian ini di lakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan. Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan studi Dokumentasi dan Wawancara. Simpulan hasil penelitian Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 10 orang untuk kurun waktu lima tahun ke depan. Kebutuhan kepala sekolah tersebut terdiri dari akibat adanya kepala sekolah yang: (1) Berhenti atas permohonan sendiri; (2) Berakhir masa tugas sebagai kepala sekolah; (3) Sampai batas usia pensiun; (4) Promosi tugas/jabatan; (5) Mendapat hukuman disiplin; (6) Tidak memenuhi standar kinerja; (7) Berhalangan tetap; (8) Tugas belajar; dan (9) Meninggal dunia.


(5)

(6)

(7)

(8)

v

















Artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Az Zumar: 9) (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya).


(9)

vi Dengan segenap cinta dan syukur pada Allah SWT, penulis persembahkan karya ini untuk:

1. Ayah dan Ibuku yang tercinta, selalu berjuang tak kenal lelah dan selalu memberikan semangat dan inspirasi, mendoa’kan untuk keberhasilan penulis dan senantiasa selalu menyayanginya.

2. Adikku yang tersayang: Rizki Fazlilah.

3. Teman-teman Angkatan 5 Magister Manajemen Pendidikan. 4. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(10)

vii Penulis dilahirkan di Cirebon (Jawa Barat), Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon pada tanggal 4 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Madruha dan Ibu Kastirah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Nusa Indah Ciawigajah Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon pada tahun 1995, Sekolah Dasar di SDN Bumi Agung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2001, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2007, Strata Satu (S1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung pada tahun 2011. Tahun 2013 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Lampung Magister Manajemen Pendidikan.

Ditahun 2012 – 2015 penulis bekerja sebagai Pendidik di Satuan Pendidikan SMPN 2 Rajabasa Lampung Selatan.

Ditahun 2015 penulis juga tergabung dalam organisasi Partai Politik (PERINDO) Partai Persatuan Indonesia.


(11)

viii Segala puji dan syukur penulis limpahkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tak lupa salawat dan salam penulis haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Penelitian tesis ini dengan judul “Proyeksi Kebutuhan Kepala

Sekolah Dasar Negeri Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan”

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penelitian tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan arahan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir.Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung yang telah menyelenggarakan Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan.

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

ix 5. Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Dr. Sumadi, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pertama atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

7. Dr. Nandang Kosasih Ananda, M.A selaku Dosen Pembimbing Kedua atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

8. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmunya selama menempuh pendidikan sehingga penulis mendapat tambahan wawasan keilmuan.

9. Kepala Dinas Pendidikan, Kabid. Dikdas, dan beserta Staf Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta informasi dan masukannya dalam penulisan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Angakatan 5 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan motivasi.


(13)

x Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran membangun penulis harapkan dapat menjadi pertimbangan selanjutnya untuk penyempurnaan tesis ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca Magister Manajemen Pendidikan. Amin.

Bandar Lampung,...Juli 2015 Penulis,


(14)

xi Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Definis Istilah ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Manajemen Pendidikan ... 14

2.2 Perencanaan Pendidikan ... 15

2.3 Falsafah Perencanaan Pendidikan ... 17

2.4 Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan ... 17

2.5 Unsur Perencanaan Pendidikan... 18

2.6 Tipe-tipe Perencanaan Pendidikan ... 20

2.6.1 Tipe Perencanaan Dari Segi Waktu ... 22

2.6.2 Tipe Perencanaan Dari segi Ruang Lingkup ... 22

2.6.3 Tipe Perencanaan Dari Segi Sifat ... 23

2.7 Model-model Perencanaa Pendidikan ... 23


(15)

xii

2.10Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 29

2.11Kepala Sekolah Sebagai Seorang Pemimpin ... 32

2.12Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ... 33

2.13Kepala Sekolah Sebagai Staf ... 34

2.14Kinerja Kepala Sekolah ... 36

2.14.1 Pengertian Kinerja Kepala Sekolah ... 36

2.14.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 36

2.15Rekrutmen Kepala Sekolah ... 37

2.16Tahapan Rekrutmen Kepala Sekolah ... 43

2.16.1 Formasi Calon Kepala Sekolah Sesuai Kebutuhan ... 43

2.16.2 Pengumuman pada Tiap-tiap Sekolah ... 44

2.16.3 Seleksi di Tingkat Sekolah ... 45

2.16.4 Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah ... 46

2.16.5 Penetapan Calon Kepala Sekolah Memenuhi Standar ... 46

2.16.6 Penetapan, Pembinaan dan Pengembangan ... 47

2.17Konsep Tentang Penyiapan Calon Kepala Sekolah ... 48

2.18Penyusunan Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah ... 52

2.19Proyeksi Penambahan dan Pengurangan Sekolah ... 53

2.20Proyeksi Pemberhentian Kepala Sekolah ... 54

2.20.1 Berhenti Atas Permohonan Sendiri ... 54

2.20.2 Berakhirnya Masa Tugas ... 55

2.20.3 Batas Usia Pensiun ... 56

2.20.4 Promosi Jabatan ... 56

2.20.5 Hukuman Disiplin ... 56

2.20.6 Berkinerja Kurang ... 56

2.20.7 Berhalangan Tetap ... 57

2.20.8 Tugas Belajar ... 57

2.20.9 Meninggal Dunia ... 57

2.21Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan KabupatenLampung Selatan ... 58

2.22Kerangka Pikir ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 61

3.1 Metode Penelitian ... 61

3.2 Tempat Penelitian ... 61

3.3 Teknik Pengumpul Data ... 61

3.4 Studi Dokumentasi ... 61

3.4.1 Studi Wawancara ... 62


(16)

xiii

4.1.3 Struktur Organisasi ... 69

4.2 Hasil Penelitian ... 71

4.2.1 Jumlah Sekolah Dasar Negeri ... 71

4.2.2 Penambahan/Pengurangan Sekolah ... 72

4.2.3 Paparan Data ... 72

4.2.3.1 Berhenti Atas Permohonan Sendiri ... 73

4.2.3.2 Masa Tugas ... 74

4.2.3.3 Batas Usia Pensiun ... 75

4.2.3.4 Promosi Jabatan ... 76

4.2.3.5 Hukuman Disiplin ... 77

4.2.3.6 Berkinerja Kurang ... 77

4.2.3.7 Berhalangan Tetap ... 78

4.2.3.8 Tugas Belajar ... 79

4.2.3.9 Meninggal Dunia ... 80

4.3 Pembahasan... 83

4.3.1 Berhenti Atas Permohonan Sendiri ... 84

4.3.2 Masa Tugas ... 85

4.3.3 Batas Usia Pensiun ... 87

4.3.4 Promosi Jabatan ... 88

4.3.5 Hukuman Disiplin ... 89

4.3.6 Berkinerja Kurang ... 91

4.3.7 Berhalangan Tetap ... 93

4.3.8 Tugas Belajar ... 94

4.3.9 Meninggal Dunia ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xiv

1. Tabel 2.1 Dimensi Ruang Lingkup Perencanaan ... 19

2. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 63

3. Tabel 3.2 Pengkodean ... 64

4. Tabel 4.1 Jumlah Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Lampung .. 71

5. Tabel 4.2, Jumlah Penambahan/Pengurangan Sekolah Dasar Negeri Di Kabupaten Lampung Selatan ... 72

6. Tabel 4.3 Berhenti Atas Permohonan Sendiri ... 73

7. Tabel 4.4 Berakhir Masa Tugas ... 74

8. Tabel 4.5 Batas Usia Pensiun ... 75

9. Tabel 4.6 Promosi Jabatan ... 76

10.Tabel 4.7 Hukuman Disiplin ... 77

11.Tabel 4.8 Berkinerja Kurang ... 77

12.Tabel 4.9 Berhalangan Tetap ... 78

13.Tabel 4.10 Tugas Belajar ... 79

14.Tabel 4.11 Meninggal Dunia... 80

15.Tabel 4.12 Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan ... 81


(18)

xv

1. Gambar 2.1 Manajemen Sekolah ... 30

2. Gambar 2.2 Proses manajemen SDM ... 40

3. Gambar 2.3 Rekrutmen Kepala Sekolah ... 51

4. Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 60


(19)

xvi

1. Format Transkip Wawancara ... 104

2. Format Dasar Hukum Rekrutmen Calon Kepala Sekolah ... 108

3. Format Data Isian Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah ... 110

4. Format Bagan Penyiapan Calon Kepala Sekolah... 114

5. Format Lamaran Calon Kepala Sekolah ... 117

6. Format ldentitas Peserta ... 118

7. Format Contoh Surat Lamaran ... 120

8. Format Contoh Daftar Riwayat Hidup ... 122

9. Format Rekomendasí Kepala Sekolah ... 126

10.Format Rekomendasi Pengawas Sekolah ... 130

11.Format Rekapitulasi Persyaratan Administratif Calon Kepsek ... 135

12.Format Rekapitulasi Kesesuaian Administratif Calon Kepsek ... 136

13.Format Reakapitulasi Persyaratan Akademik ... 137

14.Format hasil penilaian akademik individual calon kepsek ... 138


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Oleh karena itu, di era global seperti saat ini, pemerintahan yang kurang peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206) mengemukakan kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pendidik Indonesia untuk belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat indeks pembangunan manusia.

Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dan 3. Undang-undang tersebut

menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan itu harus


(21)

disadari arti pentingnya, dan direncanakan secara sistematis, agar suasana belajar dan proses pembelajaran berjalan secara optimal.

Menurut Kurniadin (2012:115) mengemukakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dalam rangka menjamin mutu kepala sekolah, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Selain untuk standarisasi, Permendiknas Nomor 28 tahun 2010 juga merupakan sebuah sistem yang dibangun dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu Kepala Sekolah di Indonesia. Oleh karena itu, keseluruhan proses penyiapan sampai dengan pemberhentian Kepala Sekolah yang diatur dalam Permendiknas tersebut perlu dijelaskan lebih lanjut dalam pedoman pelaksanaan. Pedoman ini meliputi program penyiapan, proses pengangkatan, masa tugas, mutasi dan


(22)

pemberhentian, pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan penilaian kinerja kepala sekolah.

Di tingkat mikro, yaitu di sekolah, yang melaksanakan tugas ini adalah kepala sekolah, guru dan staf administrasi. Personil di sekolah merupakan orang yang berdiri di barisan terdepan dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian maka kemampuan personil sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya akan sangat menentukan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini sesuai Menurut Lunenburg dan Irbiy dalam Suhadirman (2012:2) peran kepala sekolah dalam pembelajaran, yaitu (1) to accomodate teacher in their quest for gainning knowledge related to how the diverse student body learns best (menampung guru-guru dalam mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan bermacam-macam kemampuan siswa),

(2) to assess the teaching as it relates to the outcome learning (menilai pengajaran yang berhubungan dengan outcome pembelajaran), (3) to facilitate the instructional planning process (untuk memfasilitasi proses perencanaan pembelajaran).

Kepala sekolah adalah merupakan bagian dari personil pelaksana tugas-tugas pendidikan di sekolah yang sangat menentukan terhadap keberhasilan sekolah. la merupakan pemimpin pendidikan di sekolah yang memegang peranan yang besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolahnya. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu


(23)

profesional di antara guru-guru sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah merupakan orang yang berdiri di barisan paling depan dalam hubungan sekolah dengan orang tua murid dan dengan masyarakat lingkungan sekolah, la berperan sebagai administrator,ia harus dapat membantu guru-guru dalam masalah belajar-mengajar, harus mengurus murid dalam lingkungan sekolahnya, berhubungan dengan lembaga-lembaga pendidikan dan non pendidikan lainnya dan berhubungan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang ada di luar institusi pendidikan. Dengan demikian jelas bahwa peranan kepala sekolah memang sangat menentukan keberhasilan sekolah yang dipimpinnya. Akibat dari adanya inovasi dalam bidang pendidikan menambah beban bagi kepala sekolah dengan demikian peranan kepala sekolah menjadi lebih penting.

Tugas yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah begitu banyak dan kompleks yakni mulai dari perencanaan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan pengawasan. Ia harus dapat menjadi seorang pemimpin yang baik, seorang administrator, dan seorang supervisor. Disamping itu kepala sekolah merupakan wakil guru-guru dan stafnya, sedangkan dilain pihak merupakan wakil atasan yang harus menerapkan kebijaksanaan dari atasannya. Untuk ini ia harus dapat berperan ganda dalam arti yang positif, yaitu harus dapat berperan sebagai wakil guru dan wakil atasan. Mengingat peranan kepala sekolah yang demikian kompleks, maka seorang kepala sekolah sebaiknya harus dipersiapkan terlebih


(24)

dahulu, ia harus dibekali dengan kemampuan-kemampuan pribadi dan kemampuan profesional, sehingga ia akan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.

Sejalan dengan pejelasan diatas, Menurut Mink dalam Suhadirman (2012:27), pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu di antaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berpengendalian diri, (d) kompetensi.

Kebutuhan kepala sekolah setiap tahunnya akan terjadi kebutuhan sejumlah kepala sekolah karena adanya penambahan jumlah sekolah baru, adanya jabatan kepala sekolah yang kosong/lowong karena adanya kepala sekolah yang berhenti permohonan sendiri, berakhir masa tugas, usia pensiun, promosi jabatan, hukuman disiplin, tidak memenuhi standar kinerja, berhalangan tetap, tugas belajar, dan meninggal dunia. Untuk menutupi kebutuhan dalam rangka pengisian setiap jabatan kepala sekolah yang lowong/kosong tersebut diperlukan adanya proses pengadaan. Untuk ini perlu dipersiapkan dan direkrut calon-calon kepala sekolah untuk mengisi jabatan kepala sekolah yang kosong tersebut. Perekrutan dan mempersiapkan calon-calon kepala sekolah sangat penting mengingat bahwa fungsi kepala sekolah sangat menentukan untuk keberhasilan sekolah dan jabatan kepala sekolah tersebut tidak bisa digantikan begitu saja atau langsung ditunjuk salah seorang guru untuk mengisi lowongan tersebut. Melalui proses rekrutmen yang baik diharapkan pengisian jabatan kepala sekolah yang lowong akan berjalan


(25)

lancar, tidak terjadi adanya sekolah-sekolah yang berlarut-larut dipimpin oleh kepala sekolah sementara.

Penentuan formasi ini seharusnya berdasarkan pada kepala sekolah yang akan memasuki pensiun. Namun terkadang penentuan formasi ini melebihi dari yang seharusnya, sehingga terjadi daftar tunggu untuk mengikuti pelantikan. Hal ini jelas tidak efektif dan menghambat peluang bagi guru-guru lain yang mempunyai kemampuan untuk dipromosikan menjadi kepala sekolah.

Di era otonomi daerah, penyiapan, pengangkatan, pemberdayaan dan pemberhentian Kepala Sekolah dan pengawas menjadi kewenangan Kepala Daerah (Bupati dan Walikota). Hal ini menurut Dharma dalam Jalal (2010:21), kewenangan tersebut menjadikan Bupati atau WaliKota melakukan perencanaan penentuan kepala sekolah sendiri. Selain itu, proses pengangkatan jarang disertai pelatihan.

Permendiknas No 28 Tahun 2010 Pasal 3 ayat 1 dan 2 menyatakan: (1) Penyiapan calon kepala sekolah meliputi rekrutmen serta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. (2) Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota dan kantor wilayah Kementerian Agama/kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya menyiapkan calon kepala sekolah/madrasah berdasarkan proyeksi kebutuhan 2 (dua) tahun yang akan datang.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus mengupayakan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman tentang pembinaan kepala sekolah,


(26)

khususnya pada aspek perencanaannya, maka perlu dibuat petunjuk pelaksanaan. Petunjuk pelaksanaan ini selanjutnya dinamakan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah.

Secara teknis dan administratif Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan bertugas dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Lampung Selatan sesuai dengan kewenangannya. Bidang pendidikan menjadi unggulan serta mempersiapkan diri menghadapi persaingan di Era Globalisasi.

Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan ini merupakan nilai-nilai yang harus diinternalisasi kepada seluruh calon-calon kepala sekolah agar mereka menyadari bahwa mereka adalah pelayan pendidikan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang tinggi, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik sesui dengan harapan.

Saat ini Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan ada beberapa kepala sekolah selama 5 tahun terakhir akibat adanya kepala sekolah yang : berhenti atas permohonan sendiri, berakhir masa tugasnya sebagai kepala sekolah, sampai batas usia pensiun, promosi tugas/jabatan, mendapat hukuman disiplin, tidak memenuhi standar kinerja, berhalangan tetap, tugas belajar, dan meninggal dunia.

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan mempunyai permasalahan mendasar dalam penyiapan calon kepala sekolah, antara lain Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan belum mempedomani proyeksi kebutuhan kepala


(27)

sekolah yang dikembangkan oleh LPPKS Solo. Penyiapan calon kepala sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan yang pertama dilakukan dengan mengumumkan kepada masing-masing sekolah agar kepala-kepala sekolah dan pengawas sekolah merekomendasikan kepada guru-guru yang memenuhi kriteria/persyaratan calon kepala sekolah, agar guru-guru dapat menyusun berkas lamaran sebagai calon kepala sekolah. Akan tetapi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan tidak memperhitungkan dengan sebuah proyeksi kebutuhan kepala sekolah dan tidak menggunakan angka 50% berapa calon kepala sekolah yang harus dipersiapkan. Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan malakukan dengan seleksi administratif dan seleksi akademik sehingga calon kepala sekolah yang terdaftar tidak ada istilah calon kepala sekolah yang dinyatakan tidak lulus. Setelah seleksi akademik dan seleksi administratif, Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan melanjutkan pendidikan dan pelatihan (Diklat) calon kepala sekolah sampai pengangkatan kepala sekolah baru. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan tidak definitif dalam penyiapan calon kepala sekolah karena masih banyak guru-guru yang memenuhi syarat dan mempunyai kepemimpinan yang baik dalam pelayanan pendidikan.

Melihat kenyataan ini penulis tergugah untuk mengangkat masalah “Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan”.


(28)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah: “Berapa jumlah calon Kepala Sekolah Dasar Negeri yang harus disiapkan dalam 5 tahun kedepan di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan sebagai akibat adanya Kepala Sekolah yang:

1.2.1 Berhenti atas permohonan sendiri,

1.2.2 Berakhir masa tugasnya sebagai kepala sekolah, 1.2.3 Sampai batas usia pensiun,

1.2.4 Promosi jabatan,

1.2.5 Mendapat hukuman disiplin, 1.2.6 Tidak memenuhi standar kinerja, 1.2.7 Berhalangan tetap,

1.2.8 Tugas belajar, 1.2.9 Meninggal dunia.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menyusun Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan yang disebabkan:

1.3.1 Berhenti atas permohonan sendiri,

1.3.2 Berakhir masa tugasnya sebagai kepala sekolah, 1.3.3 Sampai batas usia pensiun,

1.3.4 Promosi tugas/jabatan, 1.3.5 Mendapat hukuman disiplin,


(29)

1.3.6 Tidak memenuhi standar kinerja, 1.3.7 Berhalangan tetap,

1.3.8 Tugas belajar, dan 1.3.9 Meninggal dunia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat dan berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1.4.1.1 Memberikan sumbangan penting dalam memperluas wawasan bagi kajian ilmu manajemen pendidikan dalam mengelola manajemen sumber daya manusia sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian sumber daya manusia yang akan datang.

1.4.1.2 Memberikan sumbangan penting dalam memperluas kajian ilmu manajemen pendidikan yang menyangkut perencanaan pendidikan.

1.4.1.3 Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi Kepala Sekolah, Guru-guru dan Calon-calon Kepala Sekolah.


(30)

1.4.2.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memproyeksikan Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri 5 tahun kedepan di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.

1.5 Definisi Istilah

Untuk memperoleh kejelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam kalimat judul penelitian. Berikut beberapa istilah yang digunakan yaitu :

1.5.1 Proyeksi adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang.

1.5.2 Kebutuhan Kepala Sekolah adalah kebutuhan yang mencakup kepala sekolah akibat adanya kepala sekolah yang: berhenti atas permohonan sendiri, berakhir masa tugas, batas usia pensiun, promosi jabatan, hukuman disiplin, tidak memenuhi standar kinerja, berhalangan tetap, tugas belajar, dan meninggal dunia.

1.5.3 Kepala sekolah adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara sistem jabatan kepala sekolah sebagai pejabat atau pemimpin formal dapat diuraikan melalui berbagai pendekatan: pengangkatan, pembinaan, dan tanggung jawab.


(31)

1.5.4 Berhenti atas permohonan sendiri adalah orang yang melakukan permohonan sendiri untuk berhenti sebagai tugasnya.

1.5.5 Masa penugasan berakhir adalah masa penugasan diperlukan untuk ketentuan setiap akhir masa penugasan periode kesatu dan kedua diadakan penilaian kinerja per periode.

1.5.6 Batas usia pensiun adalah usia yang telah mencapai 60 tahun sehingga akan diberhentikan dari penugasan karena mencapai batas usia pensiun.

1.5.7 Diangkat pada jabatan lain adalah seseorang yang dapat diangkat menjadi jabatan lain atau pindah jabatan.

1.5.8 Hukuman disiplin adalah pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Perpu No 53 Tahun 2010 pasal 7 yang yang terdiri atas: hukuman disiplin ringan, disiplin sedang, disiplin berat.

1.5.9 Berkinerja kurang adalah penilaian kinerja yang dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara kumulatif. Hasil penilaian kinerja digunakan untuk menentukan apakah seorang layak atau menyelesaikan masa penugasannya.

1.5.10 Berhalangan tetap adalah berhalangan tetap karena berbagai alasan yang menyebabkan seorang tidak dapat lagi untuk menjalankan tugasnya.


(32)

1.5.11 Tugas belajar adalah seseorang yang mendapat tugas belajar dan dapat menunjuk pelaksana harian untuk menggantikan secara sementara.

1.5.12 Meninggal dunia adalah sebuah takdir atau kekuasaan Allah SWT yang tidak bisa diramalkan oleh seseorang mana pun.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen berasal dari kata kerja “manage”. Kata ini, menurut kamus The Random House Dictionary of the English Leanguage, College Edition ,berasal dari bahasa Italia “manegg (iare) yang bersumber pada perkataan Latin “manus” yang berarti “tangan”.

Menurut Malayu dalam Daryanto (2013:40) mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Terry dalam Daryanto (2013:41) bahwa manajemen adalah proses, yakni aktivitas yang terdiri dari empat subaktivitas yang masing-masing merupakan fungsi fundamental.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.


(34)

Para ahli juga telah mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto sebagaimana dalam Kurniadin (2012:117), mengungkapkan beberapa pengertian administrasi pendidikan.

2.1.1 Administrasi pendidikan adalah cara bekerja dengan orang-orang didalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik, tepat dan benar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Administrasi pendidikan dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan pemimpin yang mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan pendiidkan.

2.1.3 Administrasi pendidikan adalah semua kegiattan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar, seperti mengenai perumusan policy,

pengarahan usaha, koordinasi, konsultasi, korespondensi, kontrol perlengkapan, dan seterusnya sampai kepada usaha-usaha kecil dan sederhana, seperti menjaga sekolah dan sebagainya.

2.2 Perencanaan Pendidikan

Menurut Kurniadin (2012:139) perencanaan pada dasarnya adalah sebuah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai salah satu fungsi manajemen, perencanaan mempunyai peran sangat penting dan utama, bahkan yang pertama diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya.


(35)

Menurut Syaefudin (2009:12) perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan secara sistematis denan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu bangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.

Menurut Handoko dalam Kurniadin (2012:140) mendefinisikan perencanaan sebagai (1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi; (2) penentuan strategi, kebijakan, proyek program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Menurut Daryanto (2013:45) mengatakan perencanaan merupakan suatu tindakan merumuskan apa, bagaimana, siapa, dan bilamana sesuatu kegiatan akan dilakukan. Kategori perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, prioritas, strategi, struktur formal, alokasi, sumber-sumber daya, menunjukan tanggung jawab dan pengaturan kegiatan-kegiatan. Perencanaan sering disebut juga sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu perencanaan yang baik hendaknya memperhatikan sifat-sifat kondisi yang akan datang, dimana keputusan dan tindakan efektif dilaksanakan. Itulah sebabnya berdasarkan kurun waktunya dikenal perencanaan


(36)

tahunan atau rencana jangka pendek (kurang dari lima tahun), rencana jangka menengah/sedang (5-10 tahun), dan rencana jangka panjang (diatas 10 tahun).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan bukan hanya sebagai pola dasar melainkan juga merupakan petunjuk dalam pengambilan keputusan tentang cara mencapai tujuan itu. Oleh karena itu, perencanaan pendidikan tidak terhenti pada saat tersusunnya dan disetujuinya rencana itu oleh pengambil keputusan, tetapi erat hubungannya dengan saat implementasinya.

2.3 Falsafah Perencanaan Pendidikan

Menurut Kurniadin (2012:149) Terjadi pergeseran falsafah dalam perencanaan, yaitu dari perencanaan yang didasarkan pada falsafah creating the from the past

atau forward ke falsafah baru, yaitu creating the future from the future atau plan backward.

Perencanaan yang menggunakan falsafah creating the future from the past

menggunakan anggapan bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan terjadi kembali di masa yang akan datang sehingga jika organisasi malaukukan studi atas pola peristiwa masa lalu, pola peristiwa di masa lalu tersebut diharapkan berulang kembali di masa depan. Dalam perencanaan, pola kejadian di masa lalu diproyeksikan ke masa depan untuk menggambarkan apa yang diperkirakan akan terjadi di masa depan. Falsafah yang demikian agaknya kurang menjanjikan sebab di era yang penuh dengan ketidakpastian ini, peristiwa-peristiwa kadang tidak terkait dengan kondisi masa lalu. Oleh karenanya, perencanaan dengan falsafah


(37)

creating the future from the past kurang menjajikan masa depan karena keterputusan masa lalu dengan masa depan.

Falsafah perencanaan creating the future frome the future mendasarkan keyakinan pada charting the uncharting world (membuat peta pada dunia yang tak berpeta). Perencanaan dimulai dari pengamatan terhadap tren perubahan lingkungan makro, kemudian dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (eksternal-internal), merumuskan visi, misi, tujuan dan menentukan rencana tindakan (action plan). Perencanaan dengan falsafah creating the future from the fuure pada intinya adalah usaha penerjemah visi,misi, dan tujuan (goal) organisasi yang dilakukan dengan proses analisis internal-eksternal,

trendwatching, envisioning,dan pemilihan strategi dalam aksi tindakan.

2.4 Ruang Lingkup Perencanaan

Ruang lingkup perencanaan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu dimensi waktu, dimensi spesial, dan dimensi tingkatan teknis perencanaan. Ketiga dimensi ini saling terkait antara satu dan lainnya. Penjelasan mengenai ketiga dimensi dalam ruang lingkup perencanaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:


(38)

Tabel 2.1

Dimensi Ruang Lingkup Perencanaan No Dimensi

Perencanaan Ruang Lingkup Keterangan

1 Dimensi waktu

Perencanaan Jangka Panjang (Long Term

Planning)

Biasannya berjangka waktu 10 tahun keatas. Pada perencanaan ini belum ditampilkan sasaran sasaran kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal yang diinginkan dan pencapaian tujuan yang bersifat fundamental.

Perencanaan Jangka Menengah (Medium

Term Planning)

Perencanaan ini biasanya berjangka waktu 3 sampai 8 tahun. Di Indonesia biasanya 5 tahun. Perencanaan jangka menengah ini merupakan penjabaran dari perencanaan jangka panjang. Meski perencanaan jangka menengah ini masih bersifat umum, sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan secara kuantitatif. Perencanaan Jangka

Pendek (Short Term Planning)

Perencanaan yang jangka waktunya kurang maksimal satu tahun. Perencanaan jangka pendek tahunan. 2 Dimensi Spesial (terkait dengan ruang dan batasan wilayah) Perencanaan Nasional

Sebuah proses penyusunan perencanaan yang berskala nasional.

Perencanaan Regional

Perencanaan antar sektor dan hubungan antar sektor dalam suatu wilayah (daerah). Perencanaan ini juga sering disebut dengan perencanaan daerah atau wilayah.

Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang baik secara ekologis, geografis maupun demografis. 3 Dimensi tingkatan teknis perencanaan Perencanaan Makro

Perencanaan tentang ekonomi dan non-ekonomi secara internal dan eksternal.


(39)

disesuaikan dengan kondisi otonomi daerah bidang pendidikan. Perencanaan

Sektoral

Kumpulan program-program dan kegiatan kegiatan pendidikan yang mempunyai persamaan ciri-ciri dan tujuan.

Perencanaan Proyek

Perencanaan operasional yang menyayangkan operasionalisasi kebijakan dan pembangungan dalam rangka mencapai tujuan sasaran sektor dan tujuan pembangunan.

Sumber: Suhadirman (2012:80)

2.5 Unsur Perencanaan Pendidikan

Menurut Sarbini (2011:29) ada beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan, sebagai berikut:

2.5.1 Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematis dalam perencanaan pendidikan, yang menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanaan pendidikan telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup komleks dan rumit, antara lain; model pendekatan social demand, man power, cos benefit, strategi, dan comprehensive.

2.5.2 Proses pembangunan dan pengembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan dilakukan dalam rangka reformasi pendidikan, yaitu suatu proses dari status sekarang menuju status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan. Perencanaan merupakan suatu momen kegiatan dalam proses yang kontinu.


(40)

2.5.3 Prinsip efektivitas dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu, pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan dengan tenaga kerja, hubungan pengembangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonmoi.

2.5.4 Kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat (lokal, regional, nasional, dan internasional); artinya perencanaan pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal dari keorganisasian sistem pendidikan itu sendiri.

2.5.5 Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan. Target yang hendak dicapai dengan meletakkan tujuan pendidikan nasional, dan berarti cara menyampaikannya pun, memengaruhi di dalam nya. Misalnya, waktu pelaksanaan, pertahapan, taktis, dan strategi dalam meletakkan jalur kebijakan ke mana akan dibawa pendidikan itu.

Dari berbagai rumusan tentang perencanan pendidikan dapat dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah proses untuk menyiapkan konsep keputusan yang akan dilaksanakan pada masa depan. Untuk jenis masyarakat, kepemimpinan politik, intelektual dan sosial yang bagaimana, atau untuk jenis kemampuan-kemampuan tanaga kerja apa pendidikan diarahkan? Semakin tajam dapat melihat jauh ke masa depan, semakin jelas arah tujuan seseorang. Rencana jangka panjang


(41)

atau perspektif yang dapat menemukan dan menjelaskan arah dan garis-garis besar adalah suatu alat yang sangat berguna.

2.6 Tipe-tipe Perencanaan

Ada beberapa tipe perencanaan dalam pendidikan yaitu: 2.6.1 Tipe Perencanaan dari Segi Waktu

Ditinjau dari segi waktu, ada tiga tipe perencanaan, yaitu perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang minimum untuk 10 tahun, jangka menengah di atas 1 tahun sampai 5 tahun, dan jangka pendek maksimal untuk 1 tahun. Di Indonesia, perencanaan tipe ini disamakan dengan program pelita. Jangka penjangnya ialah sekitar 5 sampai 6 pelita, yaitu 25 sampai dengan 30 tahun, sebagai rambu-rambu untuk tinggal landas. Perencanaan jangka menengah ialah 5 tahun, yaitu satu pelita.

2.6.2 Tipe perencanaan dari segi ruang lingkup

Perencanaan dari segi ruang lingkup dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu, perencanaan makro, meso dan mikro. Perencanaan makro adalah perencanaan yang mencakup pendidikan seluruh bangsa, sedangkan perencanaan meso mencakup wilayah tertentu, dan perencanaan mikro adalah hanya mencakup satu lembaga pendidikan atau sekelompok lembaga yang hampir sama dan berdekatan tempatnya.


(42)

2.6.3 Tipe perencanaan dari segi sifat

Dari segi sifat, perencanaan dapat dibagi menjadi dua yaitu, perencanaan strategi dan perencanaan operasional. Perencanaan strategi adalah berkaitan dengan kebijakan yang diambil, pendekatan yang dipakai, kebutuhan, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun perencanaan operasional adalah berkaitan dengan usaha yang dipakai untuk merealisasi perencanaan strategi atau tujuan perencanaan tersebut.

2.7 Model-model Perencanaan Pendidikan

Menurut Nanang Fattah dalam Kurniadin (2012:176) terdapat beberapa model perencanaan dalam pendidikan antara lain sebagai berikut:

2.7.1 Model Perencanaan Komprehensif

Model ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu, model ini juga berfungsi sebagai satu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan-tujan yang lebih luas.

2.7.2 Model Target Setting

Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya, diperlukan model-model untuk menganalisis demografis dan proyeksi penduduk, model untuk memproyeksikan


(43)

enrolmen (jumlah siswa terdaftar) sekolah, dan model memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.

2.7.3 Model Costing (Pembiayaan)

Model ini sering digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan efektivitas ekonomis. Dengan model ini, dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi anternatif penanggulangan masalah yang dihadapi. Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit tertentu.

2.7.4 Model PBBS (Planning, Programming, Budgeting System)

Memandang bahwa perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran dipandang sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan satu sama lainnya.

2.8 Kedudukan Ramalan Dalam Perencanaan

Peramalan adalah penggunaan data atau informasi untuk menentukan kejadian pada masa depan, dalam bentuk perhitungan atau prakiraan dari data yang laludan informasi lainnya untuk penelitian terlebih dahulu prakiraannya.


(44)

Menurut Heizer dan Render dalam Syaefuddin (2006:136) Peramalan (forecasting) adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan.

Sedangkan menurut Tim pengembangan Laboratorium Manajemen Menengah (2008 : 12 ) Forecasting diartikan sebagai kegiatan analisis untuk memperkirakan magnitude dan direction perubahan suatu variabel ekonomi bisnis (permintaan barang dan jasa ) dimasa datang berdasarkan past data dan present data.

Adapun tahapan-tahapan dalam suatu peramalan yaitu : (1) Pengumpulan data: Pengumpulan data dan menyarankan penting nya perolehan data yang sesuai dengan meyakinkan kebenarannya. (2) Pemadatan atau pengurangan data: Pemadatan atau pengurangan data, seringkali diperlukan karena mungkin saja terjadi kelebihan data dalam proses peramalan, atau sebaliknya terlalu sedikit. Beberapa data mungkin tidak relevan dengan masalah dan hal ini dapat mengurangi keakuratan peramalan.

Dalam merencanakan sesuatu, tidak boleh atas dasar angan-angan belaka, tetapi harus didasari oleh data tentang keadaan lingkungan dan lembaga beserta dengan berbagai kecenderungannya. Kecenderungan itulah yang merupakan ramalan. Di atas informasi inilah, dibuat suatu program untuk mengantisipasi lingkungan dengan kecenderungan tersebut. Program tersebut merupakan konsep perencanaan.

Robbins, sebagaimana dalam Sarbini (2011:78), menempatkan ramalan dalam proses perencanaan pada oportunities/events atau kegiatan-kegiatan yang


(45)

dibangun dalam rangka merupakan program yang direncanakan. Suatu program baru untuk membuat organisasi pendidikan tetap hidup dan maju tidak tergilas oleh perubahan lingkungan atau zaman.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ramalan/forecasting itu ada dalam perencanaan pendidikan. Ia ada sebelum dan pada saat pembentukan program-program baru. Program ini kemudian dianalisis secara sistem untuk mendapatkan bagian-bagiannya yang lebih kecil dan terkecil. Setelah itu, barulan penyelesaian program-program dipikirkan.

2.9 Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal

Menurut Wahjosumidjo (2011:84) mengatakan kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan malalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.

Oleh sebab itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melauli suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara sistem jabatan kepala sekolah sebagai pejabat atau pemimpin formal dapat diuraikan melalui berbagai pendekatan: pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab dan teori H. Mintzberg.


(46)

2.9.1 Pengangkatan

Sebagai pejabat formal pengangkatan seorang kepala sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia. Prosedur pengangkatan memberikan petunjuk tentang sumber dari mana calon kepala sekolah dicalonkan:

2.9.1.1 Siapa yang harus mencalonkan mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi sampai pada tingkat pusat.

2.9.1.2 Instansi-instansi terkait mana saja yang terlibat dalam proses pencalonan tersebut.

Sedang peraturan-peraturan yang dimaksud lebih ditekankan pada persyaratan atau kriteria yang perlu dipenuhi oleh para calon. Ada klasifikasi persyaratan yang perlu diperhatikan, yaitu:

2.9.1.1 Bersifat administratif yang meliputi: 2.9.1.1.1 Usia minimal dan maksimal 2.9.1.1.2 Pangkat

2.9.1.1.3 Masa kerja 2.9.1.1.4 Pengalaman

2.9.1.1.5 Berkedudukan sebagai tenaga fungsional guru.

2.9.1.2 Bersifat akademis, yaitu latar belakang pendidikan formal dan pelatihan terakhir yang dimiliki oleh calon.


(47)

2.9.1.3 Kepribadian

2.9.1.3.1 Bebas dari perbuatan tercela

2.9.1.3.2 Loyal kepada pancasila dan pemerintah.

2.9.2 Pembinaan

Selama menduduki jabatan kepala sekolah, dalam rangka pembinaan kepada para kepala sekolah selaku pejabat formal yaitu:

2.9.2.1 Diberikan gaji serta penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.9.2.2 Memperoleh kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu. 2.9.2.3 Memperoleh hak kenaikan gaji atau kenaikan pangkat.

2.9.2.4 Memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.

2.9.2.5 Memperoleh kesempatan untuk pengembangan diri. 2.9.2.6 Memperoleh penghargaan yang lain atau fasilitas.

2.9.2.7 Dapat diberi teguran atau peringatan oleh atasannya karena sikap, perbuatan serta perilakunya yang dirasakan dapat mengganggu tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah. 2.9.2.8 Dapat dimutasikan atau diberhentikan dari jabatan kepala

sekolah karena hal-hal tertentu. 2.9.3 Tugas dan tanggung jawab

Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait dan kepada bawahan.


(48)

2.10 Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Menurut Wahjosumidjo (2011:94) manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisaskan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.10.1 Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu. Manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer bagaimanapun juga dengan ketangkasan dan keterampilan yang khusus, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencari tujuan yang telah direncanakan.

Kegiatan-kegiatan tersebut:

2.10.1.1 Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan.

2.10.1.2 Mengorganisasikan, berarti bahwa kepala sekolah harus mampu mengimpun dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam


(49)

mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan.

2.10.1.3 Memimpin, dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial.

2.10.1.4 Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan.

2.10.2 Sumber daya suatu sekolah, meluputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.

2.10.3 Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus (specific ends). Tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Tujuan ini bersifat khusus dan unik. Namun, apa pun tujuan spesifik dari organisasi tertentu, manajemen adalah merupakan proses, melalui manajemen tersebut tujuan dapat dicapai.

Sesuai dengan uraian James dalam buku Wahjosumidjo (2011:95), manajemen sekolah sebagai suatu proses dapat digambarkan sebagai berikut:


(50)

Gambar 2.1 Manajemen Sekolah

Berdasarkan uraian tersebut, seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumber daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut James dalam Wahjosumidjo (2011:96), ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer:

2.10.1 Berkerja dengan, dan melalui orang lain,

2.10.2 Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan, M A N A J E M E N Merencanakan Mengorganisasikan Memimpin Mengendalikan Program Sumber daya manusia Sarana Dana Informasi suasana Tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumn ya


(51)

2.10.3 Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan,

2.10.4 Berpikir secara realistik dan konseptual, 2.10.5 Juru penengah,

2.10.6 Seorang politisi, 2.10.7 Seorang diplomat,

2.10.8 Pengambil keputusan yang sulit.

Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh James tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apa pun, termasuk kepala sekolah sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa, orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan faktor lingkungan di mana sekolah itu berada.

2.11 Kepala Sekolah Sebagai Seorang Pemimpin

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seroang manajer yan efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followeship), kamuan orang lain atau bawaan untuk mengikuti keingingan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawaan.


(52)

Dengan uraian menurut Koontz (1980:662) kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:

2.11.1 Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

2.11.2 Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

2.12 Kepala Sekolah Sebagai Pendidik

Arti atau definisi pendidikan secara klasikal dapat digali dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut:

2.12.1 Pendidik, adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenal akhlak dan kecerdasan pikiran sehinggan pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

2.12.2 Educator, person whose work is to educate others; teacher or a specialist in the science of education; authority on educational problem, theories and methods.


(53)

Sebagai seorang pendidik dia harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu:

2.12.1 Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia.

2.12.2 Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, dan kesusilaan.

2.12.3 Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.

2.12.4 Artistik, hal-hal yang berkaitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.

2.13 Kepala Sekolah Sebagai Staf

Seorang kepala sekolah melakukan tugas-tugas staf, artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan organisasi. Pengertian membantu atasan, mengandung arti memberikan saran, pendapat, pertimbangan serta nasihat dalam:

2.13.1 Merencanakan dan mengendalikan kegiatan

2.13.2 Pengambilan keputusan dan kegiatan manajemen yang lain 2.13.3 Memecahkan masalah yang dihadapi

2.13.4 Mengkoordinasikan kegiatan operasional 2.13.5 Melakukan penilaian.


(54)

Tugas-tugas sebagai staf kepala sekolah hanya dapat berhasil efektif, apabila setiap kepala sekolah menyadari dan memahami peranannya sebagai staf, serta mampu mewujudkan dalam perilaku dan perbuatan, macam-macam persyaratan pemimpin dan sebagai staf, yang mencakup butir-butir nilai sebagai berikut:

2.13.1 Memiliki kualitas umum kepemimpinan 2.13.2 Memiliki persyaratan khusus kepemimpinan 2.13.3 Menguasai teknik pengendalian

2.13.4 Pandai menyesuaikan diri

2.13.5 Taat pada norma, etika, dan hierarki organisasi 2.13.6 Mampu menciptakan suasana keterbukaan 2.13.7 Bersifat terbutka terhadap kritik

2.13.8 Menguasai situasi dan kondisi bawahan 2.13.9 Kemampuan mengendalikan diri

2.13.10Menguasai kemampuan menganalisis situasi 2.13.11Memiliki kahlian khusus

2.13.12Taat pada hubungan dan tata kerja yang berlaku 2.13.13Loyal terhadap birokrasi yang berlaku

2.13.14Kemauan berkerja keras 2.13.15Selalu memiliki optimisme.


(55)

2.14 Kinerja Kepala Sekolah

2.14.1 Pengertian Kinerja Kepala Sekolah

Menurut Suhadirman (26:2012) Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Kinerja harus dikelola dengan baik, kaitannya dengan pengelolaan kinerja, ada tiga model manajemen kinerja, yaitu:

2.14.1.1 Manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengelola kinerja organisasi.

2.14.1.2 Manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengelola kinerja karyawan.

2.14.1.3 Manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengintegrasikan pengelolaan organisasi dan kinerja karyawan.

Dengan kata lain kinerja kepala sekolah adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki kepala sekolah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan di sekolah yang dipimpinnya.

2.14.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Sebagaimana telah diuraikan di muka, kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi


(56)

yang kompleks antara lingkungan dengan sejumlah individu dalam organisasi. Dengan kata lain kinerja adalah perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Selain itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Efesiensi dan efektivitas pekerjaan yang tinggi akan mengahasilkan kinerja yang tinggi pula.

Banyak faktor yang akan mempengaruhi kinerja individu. Faktor-faktor itu diantaranya faktor fisik dan non fisik. Yang termasuk faktor fisik misalnya lingkungan tempat bekerja, upah, pimpinan, karyawan lainnya, dan sebagainya. Yang termasuk faktor non fisik yaitu kondisi-kondisi yang melekat dengan sistem manajemen perusahaan.

2.15 Rekrutmen Kepala Sekolah 2.15.1 Pengertian Rekrutmen

Menurut Suhadirman (2012:83) mengatakan pada hakikatnya rekrutmen merupakan proses untuk mendapatkan petawai yang bermutu. Di dalam konteks sekolah yang dimaksud pegawai, yaitu kepala sekolah , guru dan staf. Oleh karena itu, rekrutmen harus dijalankan dengan baik, sesuai dengan aturan yang berlaku. Terkait dengan pentingnya rekturmen, menurut Castetter dalam Suhadirman (2012:83) menyatakan pendapatnya sebagai berikut: proses rekrutmen memegang peranan penting dalam menciptakan keefektifan sistem sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program perekrutan yang didesain secara baik akan mengahsilakan komitmen kepegawaian yang lebih baik, produktivitas, dan


(57)

kualitas kerja yang lebih tinggi. Proses rekrutmen yang baik juga akan berpengaruh terhadap upaya mempersiapkan pemimpin yang akan datang, karier, kesuksesan para pegawai, dapat memecahkan masalah dan melakukan pembaharuan. Sebaliknya, sistem rekrutmen yang tidak direncanakan dengan baik sering menimbulkan berbagai permasalahan seperti salah penempatan posisi, kinerja yang tidak efektif, supervisi yang tidak semestinya, kemangkiran, dan melakukan anti organisasi.

Berdasarkan konsep diatas, jelas bahwa jika ingin menghasillkan kepala sekolah yang memiliki komitmen terhadap tuga, produktivitas, dan kualitas kerja yang tinggi, harus diawali dari sistem perekrutan yang baik. Dalam konteks ini menurut Schuller dalam terjemahan Yahya dalam Suhadirman (2012:84) menyatakan tujuan rekrutmen yaitu untuk menyediakan orang-orang yang memiliki potensi sesuai dengan yang dibutuhkan. Tujuan khususnya sebagai berikut:

2.15.2 Memenuhi kebutuhan organisasi pada masa sekarang dan akan datang dalam hubungannya dengan perencanaan sumber daya manusia dan analisis pekerjaan.

2.15.3 Meningkatkan mutu orang yang berkualifikasi dengan biaya minimal.

2.15.4 Meningkatkan rasio sukes dari proses seleksi dengan mengurangi jumlah orang yang tidak berkualitas atau terlalu berkualitas.

2.15.5 Untuk membantu kemungkinan pekerja setelah diseleksi akan meninggalkan organisasi hanya dalam waktu yang singkat.


(58)

2.15.6 Untuk menemukan tanggung jawab organisasi dalam pelakasanaan program dan kewajiban legal dan sosial.

2.15.7 Memulai mengidentifikasi dan menyiapkan calon pekerja potensial yang tepat untuk mendapatkan pekerjaan.

2.15.8 Untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan individu untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

2.15.9 Mengevaluasi efektivitas berbagai teknis dan lokasi tempat rekrutmen dari semua calon pekerja.

2.15.2 Rekrutmen Kepala Sekolah

Menurut Suhadirman (84:2012) Rekrutmen kepala sekolah pada dasarnya termasuk pada proses manajemen sumber daya manusia. Sama halnya dengan rekrutmen sumber daya manusia pada sebuah perusahaan atau instansi pemerintah lainnya, yaitu bertujuan untuk mendapatkan pegawai yang lebih baik. Lebih lanjut menurut Lunenburg dan Irby dalam Suhadirman (85:2012) manajemen sumber daya manusia itu menempuh beberapa tahapan, yaitu (1) recruitmen, (2) selection, (3) staff development, dan (4) performance appraisal.


(59)

Sumber: Suhadirman (85:2012)

Gambar 2.2

Proses Manajemen Sumber Daya Manusia

Rekrutmen harus direncanakan dengan baik agar benar-benar dapat menghasilkan pegawai yang baik. Menurut Bernardin dalam Suhadirman (86:2012) ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan rekrutmen pegawai, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri atas (1) lingkungan yang legal, (2) pasar tenaga kerja, (3) lingkungan bisnis. Lingkungan legal meliputi (1) hukum federal, (2) hukum negar, dan (3) pesanan pemerintah. Pasaran tenaga kerja mencakup adanya personel yan memiliki dan tidak memiliki kemampuan atau keahlian. Lingkungan bisnis meliputi tingakt kompetisi dan kecepatan perubahan kemajuan teknoologi. Faktor internal terdiri atas (1) rencana bisnis strategis, (2) perencanaan operasional, (3) perencanaan sumber daya manusia. Rencana strategis meliputi (1) filosofis perusahaan, (2) penelitian lingkungan, (3) penilaian kekuatan dan kelemahan organisasi, dan (4) pengembangan sasaran bisnis strategik. Perencanaan operasional mencakup

Recruitmen

Selection

Staff Development

Performance Appraisal


(60)

rencana-rencana yang spesifik untuk pertumbuhan kemahiran, dan perbedaan-perbedaan. Perencanaan sumber daya manusia meliputi (1) proyeksi kebutuhan staf, (2) tersedianya proyeksi staf, (3) rekonsiliasi yang meramalkan adanya kebutuhan-kebutuhan, (4) formulasi untuk merencanakan aksi rekrutmen tenaga kerja baru, pemberhentian sementara, penarikan kembali insentif yang mengundurkan diri, dan peningkatan produktivitas.

Selama ini rekrutmen kapala Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah Madrasah. Menurut Permendiknas tersebut kepala sekolah harus memiliki kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum yang hanya dimiliki kepala sekolah sebagai berikut:

2.15.1 Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.

2.15.2 Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.

2.15.3 Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali taman kanak-kanak atau TK/RA memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA.


(61)

2.15.4 Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagin non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwewenang.

Proses prekrutan kepala sekolah berdasarkan Permendiknas No 28 Tahun 2010 sebagai berikut:

2.15.1 Calon kepala sekolah/madrasah direkrut dari guru yang telah memenuhi persyaratan umum.

2.15.2 Calon kepala sekolah/madrasah direkrut melalui pengusulan oleh kepala sekolah/madrasah atau pengawas yang bersangkutan kepada dinas provinsi/kabupaten/kota dan kantor wilayah kementrian agama/kantor kementrian agama kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Masih menurut peraturan yang sama, yang berhak menyeleksi administratif dan akademik, yaitu (1) Dinas Provinsi, (2) Dinas Kabupaten/Kota, (3) Kantor Wilayah Kementrian Agama, (4) Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah bersangkutan telah memenuhi peryaratan umum. Seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan dan penguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya guru yang telah lulus seleksi calon kepala sekolah harus mengikuti program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah di lembaga terakreditas.


(62)

Akreditasi terhadap lembaga penyelenggara progam penyiapan calon kepala sekolah dilaksanakan oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh menteri.

Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah merupakan kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkankembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah dilaksanakan dalam kegiatan tatap muka dalam kurun waktu minimal 100 jam dan praktik pengalaman lapangan dalam kurun waktu minimal selama 3 bulan. Calon kepala sekolah yang dinyatakan lulus penilaian, diberi sertifikat kepala sekolah oleh lembaga penyelenggara. Sertifikat kepala sekolah dicatat dalam database nasional dan diberi nomor unik oleh menteri atau lembaga yang ditunjuk.

2.16 Tahapan Rekrutmen Kepala Sekolah

Menurut Suhadirman (96:2012) berdasarkan hasil penelitian, pendapat para ahli, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 Tahun 2010, dan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengangkatan kepala sekolah yang telah dikemukakan diatas.

2.16.1 Formasi Calon Kepala Sekolah Sesuai Kebutuhan

Formasi jabatan kepala sekolah merupakan hal yang penting untuk menentukan jabatan kepala sekolah yang dibutuhkan. Formasi calon kepala sekolah yang dibutuhkan merupakan hasil analisis jabatan yang dilakukan bagian kepegawaian


(63)

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dari hasil analisis jabatan ini diantaranya akan diketahui berapa orang kepala sekolah yang akan memasuki pensiun dan berapa unit sekolah baru yang didirikan. Dengan demikian dapat diketahui berapa calon kepala sekolah yang dibutuhkan. Jadi, pengadaan atau rekrutmen kepala sekolah sesuai dengan formasi yang ada.

Jika formasi calon kepala sekolah ada sepuluh, maka seleksi pun harus menghasilkan calon kepala sekolah sebanyak sepuluh orang. Penambahan kuota masih ditoleransi sebanyak lima calon dengan asumsi untuk mengantisipasi apabila ada yang mengundurkan diri, meninggal dunia, dan kejadian lain di luar dugaan. Jika kuota lebih dari lima, dikhawatirkan akan menghambat guru-guru yang potensial untuk ikut bersaing dalam seleksi calon kepala sekolah.

Hasil analisis jabatan juga dapat memprediksi kebutuhan calon kepala sekolah lima tahun mendatang. Namun bukan berarti calon kepala sekolahnya harus disiapkan sejak awal, tetapi informasi tersebut sangat penting untuk membuat perencanaan rekrutmen kepala sekolah yang berkelanjutan.

2.16.2 Pengumuman pada Tiap-tiap Sekolah

Setelah informasi calon kepala sekolah yang dibutuhkan jelas, langkah selanjutnya menyampaikan pengumuman atau informasi secara terbuka kepada sekolah-sekolah. Bahkan pengumuman itu bisa disampaikan kepada publik yang lebih luas lagi. Media yang bisa digunakan dalam menyebarkan informasi ini di


(64)

antaranya melalui surat, radio, pamplet, koran dan media lain yang mudah diakses oleh guru-guru.

2.16.3 Seleksi di Tingak Sekolah

Seleksi di tingkat sekolah dilakukan oleh kepala sekolah. secara teknis dibantu oleh pengawas pembina di sekolah tersebut. Langkah pertama yang dilakukan kepala sekolah yaitu mengimformasikan kepada semua guru, sehingga semua mengetahuinya. Langkah kedua yaitu mengadakan seleksi jika yang memenuhi persyaratan secara administrasi hanya satu orang, seleksi tetap harus di laksanakan supaya kompetensinya terukur. Persyaratannya mengacu kepada Permendiknas No 13 Tahun 2007 dan Permendikan No 28 Tahun 2010. Seleksi di tingkat sekolah meliputi seleksi administrasi dan tertulis. Seleksi administrasi meliputi semua berkas yang diharuskan, meliputi ijazah terakhir, SK terakhir, DP 3, dan sertifikat/piagam bukti prestasi. Seleksi tertulis meliputi pengetahuan umum, wawasan kependidikan, dan penyusunan makalah pendidikan.

Langkah ketiga yaitu mengumumkan hasil seleksi dan mengusulkannya ke tingkat Kabuapaten. Di tingkat Kabupaten terlebih dahulu diadakan pengecekan kelengkapan persyaratan yang meliputi ijazah terakhir, SK pertama dan terakhir, SK mengajar, DP3, pernyataan dari kepala sekolah, dan bukti fisik prestasi.

Setelah persyaratan dinyatakan lengkap, para calon diperbolehkan mengikuti tahap berikutnya yaitu seleksi tertulis dan wawancara. Tes tertulis meliputi tes potensi akademik, tes pengetahuan umum, tes wawasan kependidikan, dan


(65)

menyusun makalah kependidikan. Tes wawancara meliputi wawancara kependidikan dan pemecahan masalah terkait dengan permasalahan yang mungkin ditemukan setelah menjadi kepala sekolah.

2.16.4 Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah

Calon kepala sekolah yang dinyatakan lulus tidak langsung ditempatkan, tetapi terlebih dahulu harus dididik dan dilatih. Materi pendidikan dan pelatihannya terkait dengan kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah, yang meliputi kompetensi (1) kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial.

Pendidikan dal pelatihan sebaiknya dilaksanakan oleh lembaha yang ditunjuk oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Model pelatihan lebih banyak bersifat praktik kerja atau magang di sekolah-sekolah yang sudah maju dengan jumlah waktu yang memadai. Sekurang-kurangnya pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan selama 3 atau 6 bulan.

Pada saat pelatihan, para calon kepala sekolah tetap dipantau atau dievaluasi kemajuan berbagai kompetensinya. Hasil evaluasi ini dijadikan rekomendasi untuk pembinaan selanjutnya.

2.16.5 Penetapan Calon Kepala Sekolah yang Memenuhi Standar

Setelah calon kepala sekolah mengikuti pendidikan dan pelatihan dan dinyatakan memenuhi standar (mendapatkan sertifikat sebagai kepala sekolah), langkah


(66)

selanjutnya penetapan calon kepala sekolah. penetapan ini dilakukan oleh kepala Dinas Kabupaten dan diusulkan kepada bupati untuk dibuat surat keputusannya.

Penetapan ini berdasarkan peringkat hasil pendidikan dan pelatihan. Tentu saja yang peringkatnya bagus harus mendapat prioritas untuk ditempatkan lebih awal.

2.16.6 Penempatan, Pembinaan dan Pengembangan

Calon kepala sekolah yang sudah ditetapkan kemudian ditempatkan di sekolah-sekolah yang sudah ditentukan. Langkah selanjutnya diadakan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan pengembangan dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten melalui pengawas pembina di sekolah masing-masing.

Pembinaan berkaitan dengan kompetensi kepala sekolah, kebijakan di bidang pendidikan, dan sejumlah keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Dengan demikian wawasan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di tingkat mikro menjadi luas.

Pengembangan berkaitan dengan peningkatan karier kepala sekolah. kepala sekolah yang berprestasi harus diberi penghargaan. Salah satunya yaitu meningkatkan kariernya, misalnya menjadi pengawas, dialihtugaskan ke sekolah yang berkategori SBI, dan menduduki jabatan struktural.


(1)

5.1.2 Berakhir Masa Tugas

Kepala sekolah yang sedang bertugas pada periode 1 tahun ke 3-4 berjumlah 4 orang. Disebabkan kepala sekolah yang dinilai berkinerja kurang maka tidak dapat diangkat kembali menjadi kepala sekolah untuk periode kedua. Pada periode II tidak ada kepala sekolah yang berakhir masa tugas sebagai kepala sekolah pada tahun ke 3-4. Pada periode III tidak ada kepala sekolah yang berakhir masa tugas sebagai kepala sekolah pada tahun ke 3-4.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang akan ada jumlah kepala sekolah Dasar Negeri Kabupaten Lampung Selatan yang berakhir masa tugas berjumlah 4 orang.

5.1.3 Batas Usia Pensiun

Kepala Sekolah Dasar Negeri yang memasuki batas usia pensiun berusia 58-59 tahun berjumlah 2 orang.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang akan ada jumlah kepala sekolah Dasar Negeri Kabupaten Lampung Selatan yang memasuki usia pensiun berjumlah 2 orang.

5.1.4 Promosi Jabatan

Kepala Sekolah Dasar Negeri yang mendapat promosi jabatan berjumlah 2 orang. Hal ini disebabkan kepala sekolah yang mutasi atau pindah jabatan di angkat menjadi bagian jabatan fungsional di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.


(2)

98

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang ada jumlah kepala sekolah Dasar Negeri Kabupaten Lampung Selatan yang promosi jabatan berjumlah 2 orang.

5.1.5 Hukuman Disiplin

Tidak ada kepala sekolah yang terkena hukuman disiplin, baik itu hukuman dispilin berat, disiplin sedang dan disiplin ringan.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang tidak ada jumlah kepala sekolah Dasar Negeri Kabupaten Lampung Selatan yang terkena hukuman disiplin.

5.1.6 Berkinerja Kurang

Kepala Sekolah yang berkinerja kurang dalam 5 tahun terakhir tidak ada kepala sekolah yang berkinerja kurang.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang tidak ada jumlah kepala sekolah Dasar Negeri Kabupaten Lampung Selatan yang tidak memenuhi standar kinerja kepala sekolah.

5.1.7 Berhalangan Tetap

Tidak ada kepala sekolah yang berhalangan tetap dalam 5 tahun terakhir. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan tahun yang akan datang di Kabupaten Lampung Selatan tidak akan ada Kepala Sekolah Dasar Negeri yang berhalangan tetap.


(3)

5.1.8 Tugas Belajar

Kepala Sekolah yang mendapatkan tugas belajar dalam 5 tahun terakhir tidak ada kepala sekolah yang ditugas-belajarkan.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan tahun yang akan datang di Kabupaten Lampung Selatan tidak ada Kepala Sekolah Dasar Negeri yang mendapatkan tugas belajar.

5.1.9 Meninggal Dunia

Kepala sekolah yang meninggal dunia dalam 5 tahun terakhir berjumlah 2 orang. Hal ini disebabkan kepala sekolah yang meninggal dunia dikarenakan sakit.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa dapat diproyeksikan untuk tahun yang akan datang berjumlah 2 orang.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, untuk mencapai maksud dan tujuan manfaat Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan, Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dasar dalam perekrutan kepala sekolah dengan sistem yang dikembangkan oleh LPPKS maka akan terlaksana dengan baik apabila ada pemahaman atau persepsi yang sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sehingga Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan dapat menyusun Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah 5


(4)

100

tahun kedepan yang sebagai akibat adanya kepala sekolah yang: (1) berhenti atas permohonan sendiri; (2) berakhir masa tugas sebagai kepala sekolah; (3) sampai batas usia pensiun;(4) promosi tugas/jabatan; (5) mendapat hukuman disiplin;(6) tidak memenuhi standar kinerja; (7) berhalangan tetap;(8) tugas belajar; dan (9) meninggal dunia.


(5)

Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit: Rineka Cipta, Cet. Ke-14.

Daryanto, 2013, Administrasi Dan Manajemen Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Revisi, Tahun

1989, Mahkota, Surabaya.

Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, 2012. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Jalal, Fasli 2010, Reformasi Pendidikan Islam Konteks Otonomi Daerah, Penerbit: Adicata, Yogyakarta.

Kurniadin, Didin dan Machali, Imam 2012, Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Ar-ruzz Media, Jogjakarta, Cet. Ke-1.

Koonts, Harold, 1980, Management, by, Mc Graw-Hill Kogakusha, Ltd, for manufacture and export.

Margono, 2003, Pendekatan Praktek Kualitatif dan kuantitatif, Penerbit, Rosdakarya.

Riduan, 2010, Metode Dan Teknik Menyusun Tesis, Pengantar: Prof. Dr. Buchori Alma, Penerbit: Alfabeta, Cet. Ke-8.

Sarbini dan Lina, Neneng, 2011, Perencanaan Pendidikan, Pengantar: Prof. Dr. H. Afifu, Cet. Ke-1.

Sudijono, Anas, 2011, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Penerbit: PT. Rajawali Pers, Jakarta, Cet. Ke-10.

Suhadirman, Budi, 2012, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, Cet. Ke-1.


(6)

Subana, 2000, Statistik Pendidikan, Penerbit: CV. Pustaka Setia, Bandung, Cet. Ke-10.

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Penerbit: Alfabeta Bandung, Cet. Ke-19.

Syaefudin, Udin dan Syamsudin, Abin, 2007, Perencanaan Pendidikan; Suatu Pendekatan Komprehensif; Remaja Rosdakarya bersama UPI, Bandung, Cet. Ke-3.

________________2009, Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif: Remaja Rosdakarya bersama UPI, Bandung, Cet. Ke-4.

Wahjosumidjo 2011, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet. Ke-8.