No. Revisi : 0
Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015
9
serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan
Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.
C. Sumber-sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa. Bahasa yang
dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut.
1 Prasasti Kedukan Bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat
Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka 683 M. Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta
Hyang mengadakan perjalanan suci siddhayatra dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara 20.000 personil. 2 Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun
606 Saka 684 M. Isinya menyebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga. 3.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukan-
menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
4 Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka 656 M. Isinya terutama permintaan kepada para
dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
5 Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka 686 M. Isinya sama dengan isi Prasasti Kota
Kapur.Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan
Prasasti Nalanda di India Timur. Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya
yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya.
D. Kehidupan Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat c. Bidang agama
No. Revisi : 0
Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015
10
Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan
mahapeserta didik yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputeradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan
baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas
Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di
Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama
Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Salah seorang pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti.
Banyak mahapeserta didik asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama
Buddha di Nalanda, India. Antara tahun 1011 - 1023 datang seorang pendeta agama
Buddha dari Tibet bernama Atisa untuk lebih memperdalam pengetahuan
agama Buddha.
Dalam kaitannya
dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya
ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi Muara Takus, yang ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian
di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada tahun 1006 riwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci
agama Buddha di Nagipattana, India Selatan.
d. Bidang Ekonomi
Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani. Akan tetapi karena Sriwijaya terletak di tepi Sungai Musi dekat pantai,
maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata pencaharian pokok. Perkembangan
perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan
internasional. Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang
akan ke Cina. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun
internasional di kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di
bawah kekuasaan Sriwijaya. Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan kemakmuran bagi rakyat dan negara