ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN (MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

(1)

ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN

(MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP

KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL

( Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

Oleh

RISNANDA JUNIAWAN Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

Oleh

RISNANDA JUNIAWAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh jarak, dan perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan dan wawancara langsung kepada 66 warung responden yang terkena dampak langsung dan tidak langsung masyarakat di Kecamatan Rajabasa, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung serta artikel-artikel yang tekait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitan diperoleh bahwa keberadaan pasar modern

berpengaruh secara signifikan, jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. Sedangkan jarak pasar modern yang berdekatan dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap penurunan keuntungan usaha, sedangkan pemilik warung yang memiliki perbedaan produk dengan pasar modernmemiliki pengaruh yang positif terhadap keuntangan usaha warung tradisional karena dapat meningkatkan keuntungan warung apabila warung memiliki perbedaan produk dengan pasar modern. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negatif terhadap

keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern, Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.

Kata Kunci :Pasar modern, warung tradisional, keuntungan usaha, jarak. perbedaan produk, dan uji perbedaan dua rata-rata.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian... 10

E. Kerangka Pikir ... 11

F. Hipotesis ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Ekonomi Industri ... 14

1. Faktor Industri ... 15

2. Kinerja Perusahaan ... 16

B. Pengertian Pasar ... 17

C. Pasar Modern dan Pasar Tradisional ... 18

1. Pasar Modern ... 18

2. Pasar Tradisional ... 19

D. Struktur Pasar... 20

E. Keuntungan ... 25

F. Jarak ... 26


(7)

III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis dan Sumber Data ... 34

B. Metode Pengumpulan Data ... 35

C. Metode Analisis ... 35

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reabilitas ... 36

3. Uji Perbedaan dua rata-rata ... 37

D. Penentuan Jawaban Skor Responden ... 38

E. Objek Penelitian ... 39

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Populasi dan Sampel ... 40

H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Karakteristik Responden ... 46

B. Analisis Data ... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reabilitas ... 48

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 49

C. Data Hasil Pernyataan Responden ... 50

D. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(8)

(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi pengangguran, mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Menciptakan lapangan kerja merupakan tujuan dari menyelesaikan permasalahan dalam ekonomi, sehingga harus diterapkan atau dilakukan agar dapat mensejahterakan kehidupan

masyarakat atau paling tidak mampu menangani permasalahan dalam ekonomi. Permasalahan ekonomi merupakan permasalah yang tidak lepas dijumpai oleh masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah ekonomi harus dilakukan dengan serius, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilakukan secara terpadu.

ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga

kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

berlebihan, memicu bertambahnya angka pengangguran dikarenakan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas. Berbeda dengan sektor industri yang terpuruk akibat adanya krisis ekonomi, sektor informal justru


(10)

mampu bertahan. Sektor informal memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sektor perekonomian yang lain, yaitu penggunaaan bahan baku domestik dengan tujuan pasar dalam negeri dan dinilai dapat menjadi penopang perekonomian Indonesia.

Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung

tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Selain mudah untuk mendirikan sebuah warung tradisional dengan modal yang tidak besar, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung. Usaha warung tradisional secara umummerupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat menyerap tenaga kerja.

Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisionalsemakin lama semakin mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnyapasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel.Industri ritel modern telah

berkembang pada tahun 1960-an tepatnya padatahun 1964 yang ditandai dengan berdirinya Sarinah building. Industri ini mulaimenampakkan pertumbuhannya dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahanjenis gerai misalnya supermarket,

department store dan sebagainya. Pada awalnyabisnis ritel modern ini didominasi oleh peritel dalam negeri seperti Matahari,Ramayana, Hero, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pada tahun 1998terjadi kesepakatan antara IMF dengan pemerintah Indonesia mengenai perjanjianperitel asing untuk dapat berinvestasi atau membuka gerai tanpa harusbekerjasama dengan peritel lokal. Hal tersebut merupakan peluang yang sangatmenjanjikan bagi peritel lokal


(11)

maupun asing karena Indonesia memiliki potensimarket share yang sangat besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat didunia setelah Cina, Amerika dan India yakni lebih dari 220 juta penduduk,sehingga banyak peritel baik lokal maupun asing mengincar pasar ritel diIndonesia untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar (Cipto, 2009).

Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia saat ini adalah minimarket dan supermarket dengan konsep waralaba atau

franchise.Tumbuh pesatnya minimarket dan supermarket ke wilayah pemukiman, saat itu lebih menjadi alternatif dari warung tradisional yang identik dengan kondisi tempat yang kecil, Fasilitas kenyamanan dalam pelayanan yang kurang. Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak berubah, Minimarket dan

Supermarket banyak bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. sebagai konsumen, masyarakaat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang terbatas.

Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelangganya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa

keberadaan pasar modern dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket,


(12)

Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya.

Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah mengeluh. Dari beberapa Minimarket dan Supermarket tersebut saling menawarkan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik dari warung tradisional yang ada, selain itu mereka juga menawarkan harga yang relatif lebih rendah, variasi barang yang banyak, tempat belanja yang nyaman. Mereka saling berusaha untuk menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas menurut persepsinya sendiri-sendiri. Minimarket dan Supermarket juga berlomba-lomba untuk memberikan kelengkapan & ketersediaan produk yang dijual, kualitas produk yang di jual, kesan terdapat produk-produk import, kesan terdapatnya produk-produk yang baru dipromosikan, kondisi harga dibandingkan dengan Minimarket atau pasar di sekitarnya, potongan harga (discon) yang diberikan, terdapatnya paket-paket khusus dengan harga khusus, letak yang strategis, suasana di dalam Swalayan, kebersihan ruangan, penataan dan pengelompokan produk, program promosi yang diselenggarakan, promosi di media cetak dan elektronik, hadiah atau undian yang diberikan, area parkir yang tersedia, keramahan pelayanan (kasir, pelayan toko dll), dan adanya papan petunjuk harga untuk memudahkan dalam mencari produk sehingga membuat para konsumen lebih tertarik berbelanja kepasar modern.

Berbeda dengan Minimarket dan Supermarket, Warung-warung tradisional di Rajabasa yang lebih dulu ada dibandingkan Minimarket dan Supermarket yang sekarang ada secara tidak langsung merasakan dampak dari kehadiran Minimarket


(13)

dan memilih belanja di Minimarket maupun Supermarket dengan alasan lebih lengkap dan nyaman atau sekedar melihat-lihat, meskipun sebenarnya produk-produk yang ada di Minimarket atau Supermarket pun tersedia di warung

tradisional. Selain itu ruang bersaing pedagang warung tradisional kini juga mulai terbatas, kalau selama ini warung tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif rendah untuk banyak komoditas. Dengan fasilitas belanja yang jauh lebih baik skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.

Sebaliknya pedagang warung tradisional, mereka umumnya mempunyai skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional pun kini mulai terkikis. Keunggulan warung tradisional selama ini didapat dari lokasi, karena masyarakat lebih senang berbelanja warung atau toko-toko yang lokasinya lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan seperti Minimarket dan

supermarket terus berkembang memburu lokasi yang potensial, dengan semakin marak dan tersebarnya lokasi Minimarket dan supermarket maka keunggulan lokasi warung-warung tradisional juga akan hilang, kedekatan lokasi kini tidak dapat lagi dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk membantu pedagang pasar tradisional agar dapat bersaing dengan Minimarket dan Supermarket agar keberadaanya tidak tersingkirkan, seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 yang berisi pusat perbelanjaan dan toko modern harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha


(14)

menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan, memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan pasar tradisional yang ada sebelumnya, menyediakan area parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat perbelanjaan dan atau toko modern yang menyediakan fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

Daerah tujuan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Dengan luas daerah 1.302 ha, dan jumlah penduduk pada tahun 2011 yaitu 43.727 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2011), Kecamatan Rajabasa adalah daerah yang memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman. Dari keragaman tempat tinggal penduduk yang dimiliki oleh Kecamtan Rajabasa menjadi faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk mendirikan usahanya di Kecamatan Rajabasa.

Berdasarkan data BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perizinan) dan data primer yang dikelolah oleh penulis jumlah minimarket dan supermarket per- Kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012 di lampirkan dalam tabel dibawah ini:


(15)

Tabel 1. Jumlah Minimarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012

NO Nama

Kecakamatan

Nama Minimarket

jumlah Indomart Alfamart Chamart Lokal

1 Tanjung Krang Timur 8 5 2 4 19

2 Tanjung Karang Pusat 8 4 3 - 15

3 Tanjung Krang Barat 6 4 2 - 12

4 Teluk Betung Utara 4 4 2 - 10

5 Teluk Betung Barat 1 4 1 1 7

6 Teluk Betung Selatan 6 5 - - 11

7 Rajabasa 4 3 - 4 11

8 Kedaton 9 9 2 2 22

9 Sukarame 8 5 1 4 18

10 Sukabumi 4 5 - 2 11

11 Tanjung Senang 4 4 1 - 9

12 Kemiling 6 4 - 2 12

13 Panjang 2 1 2 - 5

Jumlah 70 57 16 19 162

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung 2012

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket di kota Bandar

Lampung adalah sebanyak 162 unit minimarket dan dari data tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan Kedaton menduduki posisi pertama dengan jumlah minimarket

terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 22 gerai dari total 162 gerai yang ada di kota Bandar Lampung dan Kecamatan Rajabasa memiliki 11 unit

minimarket. Selain minimarket Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung juga memiliki supermarket yang tersebar di beberapa Kecamatan. Banyaknya supermarket yang ada dibeberapa Kota Bandar Lampung dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut :


(16)

Tabel 2. Jumlah supermarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012

NO Kecamatan Jumlah

Supermarket 1 Tanjung Krang Timur 1

2 Tanjung Karang Pusat 8

3 Tanjung Krang Barat -

4 Teluk Betung Utara -

5 Teluk Betung Barat -

6 Teluk Betung Selatan 1

7 Rajabasa 1

8 Kedaton 2

9 Sukarame -

10 Sukabumi -

11 Tanjung Senang -

12 Kemiling -

13 Panjang -

Jumlah 13

Sumber: Data Primer, 2012 (diolah)

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah supermarket di kota Bandar Lampung adalah sebanyak 13 unit supermarket dan dari data tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat menduduki posisi pertama dengan jumlah supermarket terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 8 gerai dari total 13 gerai yang ada di kota Bandar Lampung, dan dalam lokasi penelitian ini yaitu Kecamatan Rajabasa memiliki 1 gerai supermarket.

Jenis atau nama-nama supermarket yang ada di kota Bandar Lampung terdiri dari: Simpur Center, Chandra Super-Store, Central Plaza Lampung (yang terdiri dari Hypermart dan Matahari), Gelael, Giant, Mal Kartini (terdiri dari Giant dan Centerpoint), Ramayana, Toko Buku Gramedia dan Fajar Agung.


(17)

Sesuai latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa Kecamatan Rajabasa memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman yang menjadi salah satu faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk mendirikan usahanya. Sedangkan di lokasi penelitian ini sudah cukup banyak terdapat warung tradisional. Dengan demikian dari faktor-faktor yang telah disebutkan diatas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Keberadaan Pasar Modern (minimarket dan supermarket) terhadap keutungan usaha warung tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota

Bandar Lampung)”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dalam penelitian ini, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

2. Bagaimanakah pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

3. Bagaimanakah pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.


(18)

2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pasar modernterhadap keuntungan pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai keberadaannya pasar modern terhadap usaha-usaha tradisional. b. Bagi peneliti lain, bahwa penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah

pengetahuan dan untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan variabel lain.

c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu penetahuan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dengan adanya pasar modern yang semakin berkembang terutama diwilayah-wilayah pemukiman.

b. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan atau ijin pendirian pasar modern yang baru diwilayah-wilayah pemukiman.


(19)

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akanmenganalisis perubahan keuntungan usaha warung tradisional dengankeberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung (studi kasus : Kecamatan Raja Basa). Pengaruh tersebutdilihat dari jarak, dan perbedaan produk yang nantinya mempengaruhi perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu keuntungan usaha warung tradisional. Keuntungan terdapat dua jenis, yaitu keuntungan bisnis dan keuntungan ekonomis. Keuntungan bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan ekonomis adalah total penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama dari produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima. Jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga keuntungan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. Perbedaan produk yang dimiliki warung tradisional dari minimarket

dan supermarket mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka keuntungan yang diperoleh warung cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket. Produk yang tidak terdapat pada


(20)

minimarket dan supermarket tetapi dimiliki oleh warung tradisional inilah yang dapat meningkatkan keuntungan.

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997).

Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang akan dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh jarak terhadap keuntungan usaha pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

Perbedaan produk

Keuntungan Usaha Pasar Modern

(minimarket dan supermarket)

Jarak

Persaingan Usaha

Warung Tradisional


(21)

2. Diduga terdapat pengaruh perbedaan produk terhadap keuntungan usaha pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

3. Diduga Rata-rata keuntungan pemilik warung tradisionalsetelah adanya pasar modern lebih kecil dari sebelum adanya pasar modern.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi atas :

BAB I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan Penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini.

BAB III Metode penelitian yang berisi jenis dan sumber data, tekhnik

pengumpulan data, sampel, analisis, dan gambaran umum Kecamatan Rajabasa.

BAB IV Pembahasan yang berisi pembahasan penelitian mengenai analisis keuntungan usaha warung trdisional dengan keberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung ( studi kasus Kecamatan Rajabasa).

BAB V Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Industri

Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi industri membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisasi dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relative menekan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. Ruang lingkup kajian ekonomi industri adalah

bagaimana industri diorganisir, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku perusahaan dan industri serta hubungannya dengan masyarakat pada

umumnya. Industrilisasi difokuskan dalam perspektif ‘ekonomi industri’ sekaligus

memotret bagaimana dinamika perkembangan industri Indonesia. Transformasi dan strategi industrilisasi Indonesia terjadi perdebatan antara kelompok pro efisiensi dan pro nasionalis, teknolog versus ekonom hingga

paradigmteknoekonomi. Metodologi ekonomi industri menggunakan pendekatan popular yang menjelaskan kinerja organisasi dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi, atau dikenal sebagai paradigma struktur, conduct, performance (SCP).


(23)

1 . Faktor Industri

Analisa kondisi kompetisi pada level industri telah mendominasi upaya peneliti dalam memahami dan meramalkan kinerja perusahaan selama dua puluh tahun terakhir (Warren, 2002). Dominasi ini muncul dari pengaruh paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) dalam ekonomi industri. Paradigma SCP beragumen bahwa perilaku manajerial dalam strategi perusahaan (entry, differensiasi, pricing, dll.) lebih banyak ditentukan oleh kondisi industri yang membatasai kemampuan perusahaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari perusahaan-perusahaan lain secara signifikan. Kondisi industri terkait dengan barriers yang menghalangi perusahaan lain yang berniat memasuki atau meninggalkan industri, atau beralih kepada supplier dan atau produk lain. Hambatan ini dapat berupa financial (seperti biaya membangun kapasitas, mendapatkan akses pasar, membangun produk yang kompertitif) atau yang bersifat strategik (memperkirakan tidak-balasan pesaing, keengganan pelanggan untuk beralih dari supplier yang telah dipercayainya). Implikasi SCP bagi manajemen strategik cukup berarti. Jika kondisi industri mendominasi kinerja perusahaan, yang dapat dilakukan hanyalah memilih industri yang atraktif, dan nasib manajer lebih banyak diukur dari profitabilitas yang dicapai. Tidak ada peran lebih lanjut bagi manajemen. Pandangan ini didukung oleh fakta bahwa banyak perusahaan yang gagal untuk menampilkan kinerja yang lebih baik dari rata-rata industri, meraih profitabilitas yang signifikan dan

menyingkirkan para pesaing. Manajemen memiliki peran untuk berkiprah dalam menentukan kinerja strategik perusahaan. Pertama, studi bidang strategi mengakui bahwa kondisi industri masih menjadi salah satu faktor diperolehnya kinerja yang buruk. McGahan dan Porter (1997) menyatakan bahwa kondisi suatu industri


(24)

hanya menjelaskan 15% dari varians dalam profitabilitas di antara sejumlah besar perusahaan. Suatu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana beberapa perusahaan berhasil memperoleh untung atau lebih unggul dari lainnya.

Namun demikian, fakta adanya perusahaan yang gagal untuk unggul dalam industri tidak serta-merta membuktikan bahwa kondisi industri mendominasi. Kondisi ini juga bukan faktor tunggal yang mengubah melalui perubahan

manajemen. Alasan kedua, karena adanya perbedaan kinerja di antara perusahaan. artinya unit bisnis juga punya andil dalam mencapai kinerja tertentu. Kegagalan faktor – faktor industri untuk menjelaskan kinerja perusahaan menimbulkan pertanyaan terhadap paradigma SCP sebagai basis dalam mengiden-tifikasi peluang strategik atau memberi saran bagi manajemen bagaimana yang terbaik untuk mengambil peluang tersebut. Kinerja merupakan fungsi langsung dari sumberdaya strategik yang dimiliki atau yang dapat dikelola oleh perusahaan.

2 . Kinerja Perusahaan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan di antaranya faktor lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumber daya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan perusahaan. Dalam perspektif manajemen strategi, lingkungan merupakan faktor kontekstual penting yang mempunyai dampak terhadap kinerja perusahaan (Hamel & Prahalad, 1994). Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar organisasi, namun dipertim-bangkan dalam pengambilan keputusan bisnis. Fisher (1998) menemukan faktor-faktor kontekstual lainnya yang mempengaruhi kinerja yaitu teknologi, ketidak-pastian, strategi dan


(25)

mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, lingkungan industri juga berperan dalam mempercepat perubahan lingkungan yang akhirnya juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Lingkungan industri yang dimaksud adalah

bargaining power yang dimiliki oleh pembeli dan pemasok, masuknya pendatang baru (new entrants) yang potensial, adanya barang substitusi, dan intensitas persaingan perusahaan dalam industri (Porter, 1996: 22).

Pengukuran kinerja dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement) dan non keuangan (non-financial performance measurement). Pada dasarnya aspek keuangan merupakan muara segala keputusan, tindakan dan aktivitas manajemen. Namun ukuran yang

didasarkan hanya pada kinerje keuangan tidak dapat mengungkapkan kemampuan organisasi (perusahaan) untuk menciptakan nilai ekonomik masa yang akan datang (Kaplan, 1996). Walaupun beberapa peneliti memperlihatkan keprihatian penggunaan tingkat pengembalian akuntansi (Fisher dan McGowan, 1983), sebagian besar penelitian menganggap ukuran akuntansi dapat diterima.

B. Pengertian Pasar

Pasar merupakan tempat dimana sekelompok perusahaan (penjual) bertemu dengan sekelompok pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Ada lima fungsi pasar, yaitu :

a. Menetapkan nilai (sets value)

b. Pendistribusi barang c. Pengorganisir produksi

d. Penyelenggara penjatahan (rationing)


(26)

C. Pasar Modern dan Pasar Tradisonal 1. Pasar Modern

menurut Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan

barangbarang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi

persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Adanya penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen menyebabkan banyak orang mulai beralih ke pasar modern untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Macam-macam pasar modern diantaranya (Philip Kotler, 2000) :

a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang

minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.

b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan,dan lokasi.


(27)

Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m2 hingga 450 m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal dari harga minimarket.

c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.

d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan,

membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu. e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan

aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. f. Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar

1100-2300 m2

g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian bisnis.

h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket

i. Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2

j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.

2. Pasar tradisional

Pasar Tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang lebih tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar tradisional tersebut terdapat di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan perumahan. Pasar


(28)

tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, kios, toko kecil/toko

kelontong, padagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis yang beragam. Tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang lokal saja dan jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun mempunyai kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di pasar modern. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar.

D. Struktur Pasar

Struktur pasar ialah karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi dan harga di dalam pasar (Bain, 1952). Struktur pasar juga dapat didefinisikan lingkungan khusus dari suatu perusahaan, dengan karakteristik yang berpengaruh terhadap penentuan harga dan output perusahaan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, ukuran perusahaan, hambatan masuk, dan integrasi vertikal serta diversifikasi. Dalam teori ekonomi mikro struktur pasar dibagi dalam 4 macam bentuk, yaitu :


(29)

1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur pasar ini akan dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dalam analisis ekonomi sering digunakan asumsi bahwa perekonomian merupakan pasar persaingan sempurna. Tetapi dalam praktek tidak mudah untuk menentukan suatu industri yang dapat digolongkan ke dalam pasar persaingan sempurna yang sesungguhnya (sesuai teori). Umumnya, yang ada adalah yang mendekati ciri-ciri struktur pasar tersebut. Namun, sebagai landasan teori untuk analisis ekonomi, mempelajari ciriciri pasar persaingan sempurna adalah sangat penting. Pasar persaingan sempurna ditandai oleh hal-hal berikut ini (William A. McEachern, 2001) :

1) Ada banyak pembeli dan penjual

2) Perusahaan menjual produk yang standar dan homogen 3) Penjual dan pembeli memperoleh informasi secara sempurna 4) Perusahaan bebas keluar masuk industri

5) Perusahaan sebagai price taker (penerima harga) 2. Pasar Monopoli

Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada substitusi produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk

(barriers to entry) ke pasar. Ciri-ciri pasar monopoli dapat dijelaskan sebagai berikut (Ari Sudarman, 2002) :

1) Hanya ada satu penjual.

2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat menggantikan (close substitute) output yang dijual monopoli.


(30)

3) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk memasuki pasar.

Hal-hal yang memungkinkan untuk timbulnya pasar monopoli pada umumnya adalah:

1) Produsen memiliki salah satu (beberapa) sumber daya yang penting dan kemudian ia merahasiakannya.

2) Perusahaan mempunyai hak paten untuk output yang ia hasilkan atau proses produksi yang ia selenggarakan.

3) Penetapan Pemerintah (tarif) yang maksudnya untuk menghalang-halangi masuknya barang-barang sejenis dari luar negeri.

4) Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan yang mengoperasikan skala perusahaan optimum.

5) Produsen melakukan kebijaksanaan limitasi harga yaitu penetapan harga sampai pada satu tingkat yang serendah mungkin dimaksudkan agar perusahaan perusahaan baru tidak ikut memasuki pasar.

3. Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis bentuk pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifat bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan sifat pasar persaingan sempurna. Secara umum, pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen/penjual yang menghasilkan dan menjual produk yang berbeda coraknya (differentiated product). Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik selengkapnya adalah sebagai berikut:


(31)

1) Terdapat banyak penjual.

2) Produknya tidak homogen (berbeda corak).

3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan mempengaruhi harga. 4) Masuk ke dalam industri/pasar relatif mudah.

5) Persaingan promosi penjualan sangat aktif.

Pasar persaingan monopolistik merupakan peralihan dari pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Analisis keseimbangan pada pasar persaingan monopolistik sama dengan analisis pada pasar monopoli. Bedanya, permintaan yang dihadapi pasar monopoli adalah seluruh permintaan pasar, sedangkan yang dihadapi pasar persaingan monopolistik adalah sebagian dari permintaan pasar. 4. Pasar Oligopoli

Pada dasarnya terdapat dua teori pokok dalam analisis pasar oligopoli, yaitu : 1) Antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya di dalam melakukan kegiatannya tidak terdapat suatu ikatan tertentu (independent action).

2) Antara pengusaha-pengusaha yang ada dalam pasar oligopoli menjalin suatu ikatan (collusion) tertentu. Ikatan ini ada yang sempurna (perfect collusion) dan ada yang tidak sempurna (imperfect collusion). Penentuan harga dalam pasar oligopoli harga yang ditetapkan oleh perusahaan pesaing adalah variabel yang konstan. Penentuan harga tersebut biasa disebut dengan kepemimpinan harga yang merupakan bentuk kerjasama secara diam-diam (tanpa kesepakatan resmi) dimana beberapa perusahaaan memutuskan untuk menetapkan harga yang sama dengan pemimpin harga (price leader) dalam industri tersebut. Jika suatu perusahaan mengubah harga yang ditetapkannya maka perusahaan lainnya akan bereaksi pula dengan mengubah harga-harga mereka. Terbentuknya kartel dalam


(32)

suatu pasar oligopoli akan sangat menguntungkan jika beberapa perusahaan bersatu dan menentukan harga sehingga bisa memaksimalkan laba industri secara keseluruhan.

Jenis-jenis pasar oligopoli : 1. Pasar oligopoli murni.

2. Pasar oligopoli dengan pembedaan. Kebaikan pasar oligopoli :

1. Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi.

2. Persaingan diantara perusahaan akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam hal harga dan kualitas barang.

Kelemahan pasar oligopoli :

1. Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar karena adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahan sehingga sulit bagi pesaing baru untuk masuk ke pasar.

2. Apabila terhadap perusahaan yang memiliki hak paten atas sebuah produk, maka tidak memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang sejenis.

3. Perusahaan yang memiliki pelanggan setia akan menyulitkan perusahaan lain untuk menyainginya.

4. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar.

5. Adanya kemungkinan terjadinya kolusi antara perusahaan di pasar yang dapat membentuk monopoli atau kartel yang merugikan masyarakat. Usaha warung tradisional atau yang lebih dikenal warung kelontong memiliki struktur pasar yang


(33)

cenderung bersifat monopolistik. Hal ini dikarenakan jumlah penjual yang banyak dan barang yang dijual adalah sejenis tetapi berbeda corak (bervariasi). Warung tradisional merupakan salah satu bentuk industri kecil/usaha keluarga karena jumlah pekerjanya sedikit, yaitu sekitar 1-5 orang yang biasanya merupakan anggota keluarga sendiri. Dengan modal yang relatif kecil, jenis usaha warung tradisional tersebut relatif mudah masuk ke dalam industri/pasar untuk

mendirikannya. Dari segi harga, warung hanya mempunyai sedikit kekuatan untuk mempengaruhi harga. Harga yang diberlakukan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik warung sendiri-sendiri.

E. Keuntungan

Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis industri, baik perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Arifin Sitio, 2001:77-79) :

a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit).

Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan dengan resiko di atas rata-rata.

b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).

Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).

c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit).

Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna. Dengan demikian


(34)

perusahaan menikmati keuntungan. Kekuatan monopoli ini dapat diperoleh melalui :

Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu Skala ekonomi

Kepemilikan hak paten, atau Pembatasan daerah Pemerintah

d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).

Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam melakukan inovasi.

e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit).

Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan

memperoleh laba diatas rata-rata laba normal.Keuntungan yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untukmeningkatkan outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, laba yang rendahatau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dariproduk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak efisien.Keuntungan yangdiperoleh seorang pemilik usaha setiap hari, minggu, bulan bahkan tahun selalumengalami perubahan. Perubahan pada keuntungan tersebut bisa perubahankeuntungan yang meningkat atau perubahan keuntungan yang menurun. Padapenelitian ini perubahan keuntungan yang terjadi di warung tradisional adalahperubahan keuntungan yang menurun akibat dari munculnya minimarket dan supermarket disekitarmereka.


(35)

F. Jarak

Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan

persaingan antar pedagang, sehingga peluang pendapatan pedagang akan

terpengaruh (Alfred Marshall dalam Iskandar, 2007:3). Menurut Peter E. Lloyd, lokasi apabila dilihat dari sisi perbedaan harga, maka akan dipengaruhi oleh faktor jarak. Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu pedagang dapat menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat dengannya tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar daripada perbedaan harga jual diantara pedagang. Pada penelitian ini, Pasar modern (minimarket dan supermarket) yang merupakan pesaing warung

tradisional memberikan dampak negatif pada perubahan keuntungan usaha karena jarak yang dekat diantara keduanya. Kedekatan jarak diantara keduanya diukur dengan satuan meter. Dimana semakin dekatnya jarak antara warung tradisional dengan minimarket dan supermarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar, sehingga terjadi perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Mudrajad Kuncoro, anggota Tim Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia dalam Bisnis Indonesia (2008), mengemukakan bahwa

turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan, jika jarak kios atau warungnya dengan toko modern di bawah satu kilometer. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak antara warung tradisional


(36)

dengan pasar modern (minimarket dan supermarket), kedekatan lokasi antara keduannya berpengaruh negatif terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Apalagi dengan kondisi yang sekarang ini, dimana pertumbuhan sangat pesat sampai memasuki wilayah pemukiman terutama minimarket. Bila lokasi minimarket lebih jauh dari warung, maka keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada warung yang lokasinya lebih dekat dari minimarket. Hal ini

disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada jarak antara keduanya.

G. Pengertian Produk

Pengertian Produk Menurut Manajemen Pemasaran

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, TV, buku teks), jasa (restoran, penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna, Tom Hanks, Michael Jordan), tempat (Pantai Kuta, Danau Toba), organisasi (Ikatan Akuntan Indonesia, Pramuka, PBB), dan ide (Keluarga Berencana). Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan.

Konsep, Level, dan Hirarki Produk

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan


(37)

kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan.Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan pengertian produk, yaitu:

Produk Utama atau Produk Inti – Core Benefit

Produk inti memiliki manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang

dibeli para tamu adalah ‘istirahat dan tidur’. Untuk bioskop, para penonton

sesungguhnya membeli ‘hiburan’.

Produk Generik

Produk generik merupakan produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). Contohnya, hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak ruangan untuk

disewakan.

Produk Harapan – Expected Product

Produk harapan merupakan produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Sebagai contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk, air hangat, telepon, lemari pakaian, dan ketenangan.


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2000: 55). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, seperti mengutip dari buku-buku, literatur, bacaan ilmiah, dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan tema penulisan (Sutrisno Hadi, 2000).

Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia seharusnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Karena penelitian ini bersifat studi kasus, maka lokasi penelitian telah ditentukan yaitu Kecamatan Rajabasa di Kota Bandar Lampung. Data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara terhadap pemilik warung tradisional (warung kelontong) yang menjadi responden. Sehingga dapat mengetahui

pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan uasaha warung

tradisional. Data sekunder yang digunakan berasal dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung serta artikel-artikel yang tekait dengan penelitian.


(39)

B. Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis

Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu :

1. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh koresponden terhadap responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara dilakukan kepada pemilik warung tradisional untuk memperoleh keterangan tentang tujuan penelitian.

2. Metode Angket

Metode angket adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket nantinya akan diberikan kepada pemilik warung tradisional. Mereka diminta mengisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Metode Study Pustaka

Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh data-data dari buku. Serta bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

C. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang saling

berhubungan dengan penelitian ini yang bersumber dari berbagai litelatur yang mendukung hasil analisa kuantitatif dari penelitian dan disertai analisis statistik


(40)

untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis yaitu, metode Statistical Product and Service Solutions

(SPSS) 16.0 for Windows. Selain itu, dalam membahas permasalahan dalam penelitian ini digunakan rumus uji validitas, uji realibilitas, dan uji perbedaan dua rata-rata.

1. Uji Validitas

Validitas berarti suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Untuk mengukur tingkat validitas soal, digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

∑ {∑ } {∑ }

√{ ∑ {∑ } }{ ∑ {∑ } }

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang diuji

Σx = Jumlah skor butir (X) Σy = Jumlah skor butir (Y)

Σ = Jumlah skor butir (X) kuadrat

Σ = Jumlah skor butir (Y) kuadrat

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sebuah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995;140). Uji reliabilitas merupakan suatu cara untuk melihat, apakah alat ukur berupa kuisioner yang digunakan konsisten atau tidak. Apabila suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih dan hasil pengukurannya konsisten, maka alat pengukur


(41)

disebut reliabel. Uji reliabilitas konsumen dapat diuji dengan menggunakan rumus koefisien cronbach’s alpha (α), yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen, skornya bukan 0 dan 1 (Suharsimi, 2002;171). Rumus yang digunakan untuk koefisien cronbach’s alpha adalah sebagai berikut:

Keterangan :

r1 = validitas variabel internal seluruh instrumen

k = jumlah item instrumen = jumlah varians item 2 i S = varians total item 2 t S

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ1 : Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih besar dari

pada rata-rata keuntungan sebelum adanya minimarket dan

supermarket di sekitar warung.

H1 : µ1> µ1: Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih kecildari pada

rata-rata keuntungan setelah adanya minimarket dan

supermarket disekitar warung.


(42)

̅

̅ ∑

∑ ̅ √

̅ √

Keterangan :

=

Perbedaan dua rata – rata

n = Banyaknya elemen sampel α = 5% (0,05)

Dengan cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

1. Apabila nilai Z0 < -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada

dalam daerah signifikan untuk menolak H0. Artinya kita dapat menerima

H1.

2. Apabila nilai Z0≥ -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada

dalam daerah penerimaan H0. (J. Supranto, 2009 ; 142 )

D. Penentuan Skor Jawaban Responden

Penentuan skor yang digunakan atas jawaban responden terhadap daftar

pertanyaan yang diajukan adalah dengan menggunakan skala Likert, yakni dengan lima jenjang yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi


(43)

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kriteria umum penilainya adalah sebagi berikut:

1. Untuk jawaban (a) diberi nilai 5 2. Untuk jawaban (b) diberi nilai 4 3. Untuk jawaban (c) diberi nilai 3 4. Untuk jawaban (d) diberi nilai 2 5. Untuk jawaban (e) diberi nilai 1

E.Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memperkecil ruang lingkup penelitian yaitu di wilayah Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah warung tradisional (warung kelontong) yang berada di sekitar

Minimarket dan Supermarket di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung.

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya, maka peneliti menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terpengaruh) adalah variabel yang nilainya

bergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas. (Marzuki, 2005). Variabel dependen pada penelitian ini adalah keuntungan usaha pemilik warung tradisional


(44)

2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel lain. Yang menjadi variabel independen adalah:

A.) Variabel Jarak.

B.) Variabel Perbedaan Produk.

G. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 89). Populasi yang ditentukan peneliti merupakan populasi jumlah warung tradisional (warung kelontong) yang berada disekitar minimarket dan supermarket di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung sebanyak 195 warung tradisional (Data Primer, 2012. Diolah).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah populasi yang terlalu besar tidak memungkinkan peneliti meneliti seluruhnya karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Untuk mendapatkan responden yang dapat mewakili populasi maka dalam penelitian ini ditentukan jumlah sampel melalui rumus berikut ini:

( )

,

dimana

D =


(45)

B = bound of error pada tingkat kepercayaansebesar 90%, jadi B = 0,1 n = besarnya sampel

N = besarnya populasi

P = rasio dari unsur-unsur sampel yang memenuhi

D =

=

=

0,0025( kesalahan umum yang dapat diterima) ( Moh.Nazir, 1988:344)

maka didapatkan jumlah sampel untuk warung tradisional di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung terdapat :

= 66,3 atau 66 warung

Berdasarkan perhitungan tersebutmaka jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 66 warung.

H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa 1. Kondisi Umum Kecamatan Rajabasa

Kecamatan Rajabasa merupakan pemekaran dari Kecamatan induk yaitu

kecamatan kedaton, berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 3 oktober 2001 tentang pembangunan, pemnghapusan dan pemekaran wilayah dan kecamatan dalam Kota Bandar Lampung. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Rajabasa adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanjung Karang Barat dan


(46)

3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kedaton dan Tanjung Karang Barat.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan.

2. Topografi

Secara greografis Kecamatan Rajabasa merupakan daerah dataran dengan luas daerah 1.302 ha, yang merupakan lahan pertanian tadah hujan dan sebagian besar digunakan sebagai pemukiman penduduk.

Gambar 2. Peta Kecamatan Rajabasa

Keteranagan :

Kelurahan Rajabasa Raya Kelurahan Rajabasa Jaya Kelurahan Gedung Meneng Kelurahan Rajabasa


(47)

3. Administrasi Pemerintahan

Kecamatan Rajabasa terbentuk pada tanggal 9 febuari 2002, berdasarkan surat keputusan Wali Kota Bandar Lampung No: 821.22/08/02.7/2001 tanggal 29 desember 2001dan berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 23 oktober 2001 tentang pemekaran wilayah Kecamatan dan kelurahan dalam

Wilayah Kota Bandar Lampung, secara Administratif Kecamatan Rajabasa dibagi menjadi 4 Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Rajabasa 2. Kelurahan Rajabasa Jaya 3. Kelurahan Rajabasa Raya 4. Kelurahan Gedung Meneng

Kondisi Demografi

Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis KelaminTahun 2011 menurut Kecamatan Rajabasa Dalam Angka (BPS, 2011) tercatat jumlah penduduk Kecamatan Rajabasa sebesar 43.727 jiwa. Dengan rincian, antara jumlah penduduk perempuan 21.360 dan jumlah penduduk laki-laki 22.367.

Tabel.3 Banyaknya Penduduk di Kecamatan Rajabasa Menurut Umur, Jenis Kelamin , dan sex ratio, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Sex Ratio

Gedung Meneng 4.940 5.024 98,33

Rajabasa 10.274 9.609 106,92

Rajabasa Raya 3.892 3.682 105,70

Rajabasa Jaya 3.261 3.045 107,09


(48)

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Rajabasa per Kelurahan, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Luas Daerah (Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Per Km2

Gedung Meneng 2,27 9.964 4.389

Rajabasa 3,59 19.883 5.538

Rajabasa Raya 3,58 7.574 2.116

Rajabasa Jaya 3,58 6.306 1.761

Jumlah 13,02 43.727 3.358

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

Dalam Tabel diatas bisa kita ketahui bahwa daerah yang kepadatannya terbesar adalah di kelurahan Rajabasa dan yang terendah kepadatannya adalah kelurahan Rajabasa Jaya.

I. Visi, Misi Minimarket Dan Supermarket

Penulis mengambil salah satu Visi dan Misi minimarket yaitu Alfamart sebagai Minimarket Lokal Terbaik Indonesia.

Visi

Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global.


(49)

Misi

1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada layanan produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yangdilakukan dan selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan

menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha. 4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat, dan terus

bertumbuh serta bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham dan pada masyarakat pada umumnya.


(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab 4 dan sesuai dengan permasalahan serta teori dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil penelitian jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket

dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, Karena semakin dekat jarak berdirinya

minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. 2. Dari hasil penelitian perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh keuntungan yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan

minimarket dan supermarket.

3. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negatif terhadap keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.


(51)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih tegas lagi dalam memberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) No 112/ 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern; serta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-Dag/Per/12/ 2008 yang merupakan petunjuk

pelaksanaan dari PP No 112/ 2007. Hal ini agar tidak terjadi perkembangan pasar modern yang semakin banyak di lingkungan pemukiman dan tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut.

2. Bagi pengusaha sebaiknya sebelum mendirikan pasar modern hendaknya memperhatikan jarak lokasi untuk berdirinya usaha terhadap para pedagang warung tradisional dan apakah lokasi layak untuk didirikannya pasar modern agar nantinya tidak terlalu meresahkan para pedagang warung tradisional.

3. Bagi pedagang hendaknya berusaha senantiasa diperbanyak perbedaannya terutama pada ketersediaan produk secara lengkap dan berkualitas, serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Dan lebih perduli untuk menambah wawasan dalam bidang usaha ritel.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung 2011(Jiwa).

Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung. Jumlah Minimarket per Kecamatan Kota Bandar Lampung 2012.

Kecamatan Rajabasa. 2011. Monografi kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Kantor kecamatan Rajabasa. Kota Bandar Lampung.

Moh. Nazir, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Darussalam

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung Supranto, J. 2009. Staistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

Wijayanti, Pardiana. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Widiandra, Damasus Ottis. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Website :

http://Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.


(1)

3. Administrasi Pemerintahan

Kecamatan Rajabasa terbentuk pada tanggal 9 febuari 2002, berdasarkan surat keputusan Wali Kota Bandar Lampung No: 821.22/08/02.7/2001 tanggal 29 desember 2001dan berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 23 oktober 2001 tentang pemekaran wilayah Kecamatan dan kelurahan dalam

Wilayah Kota Bandar Lampung, secara Administratif Kecamatan Rajabasa dibagi menjadi 4 Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Rajabasa 2. Kelurahan Rajabasa Jaya 3. Kelurahan Rajabasa Raya 4. Kelurahan Gedung Meneng

Kondisi Demografi

Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 menurut Kecamatan Rajabasa Dalam Angka (BPS, 2011) tercatat jumlah penduduk Kecamatan Rajabasa sebesar 43.727 jiwa. Dengan rincian, antara jumlah penduduk perempuan 21.360 dan jumlah penduduk laki-laki 22.367.

Tabel.3 Banyaknya Penduduk di Kecamatan Rajabasa Menurut Umur, Jenis Kelamin , dan sex ratio, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Sex Ratio

Gedung Meneng 4.940 5.024 98,33

Rajabasa 10.274 9.609 106,92

Rajabasa Raya 3.892 3.682 105,70

Rajabasa Jaya 3.261 3.045 107,09


(2)

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Rajabasa per Kelurahan, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Luas Daerah (Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Per Km2

Gedung Meneng 2,27 9.964 4.389

Rajabasa 3,59 19.883 5.538

Rajabasa Raya 3,58 7.574 2.116

Rajabasa Jaya 3,58 6.306 1.761

Jumlah 13,02 43.727 3.358

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

Dalam Tabel diatas bisa kita ketahui bahwa daerah yang kepadatannya terbesar adalah di kelurahan Rajabasa dan yang terendah kepadatannya adalah kelurahan Rajabasa Jaya.

I. Visi, Misi Minimarket Dan Supermarket

Penulis mengambil salah satu Visi dan Misi minimarket yaitu Alfamart sebagai Minimarket Lokal Terbaik Indonesia.

Visi

Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global.


(3)

Misi

1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada layanan produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yangdilakukan dan selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan

menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha. 4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat, dan terus

bertumbuh serta bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham dan pada masyarakat pada umumnya.


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab 4 dan sesuai dengan permasalahan serta teori dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil penelitian jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket

dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, Karena semakin dekat jarak berdirinya

minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. 2. Dari hasil penelitian perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh keuntungan yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan

minimarket dan supermarket.

3. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negatif terhadap keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.


(5)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih tegas lagi dalam memberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) No 112/ 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern; serta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-Dag/Per/12/ 2008 yang merupakan petunjuk

pelaksanaan dari PP No 112/ 2007. Hal ini agar tidak terjadi perkembangan pasar modern yang semakin banyak di lingkungan pemukiman dan tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut.

2. Bagi pengusaha sebaiknya sebelum mendirikan pasar modern hendaknya memperhatikan jarak lokasi untuk berdirinya usaha terhadap para pedagang warung tradisional dan apakah lokasi layak untuk didirikannya pasar modern agar nantinya tidak terlalu meresahkan para pedagang warung tradisional.

3. Bagi pedagang hendaknya berusaha senantiasa diperbanyak perbedaannya terutama pada ketersediaan produk secara lengkap dan berkualitas, serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Dan lebih perduli untuk menambah wawasan dalam bidang usaha ritel.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung 2011(Jiwa).

Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung. Jumlah Minimarket per Kecamatan Kota Bandar Lampung 2012.

Kecamatan Rajabasa. 2011. Monografi kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Kantor kecamatan Rajabasa. Kota Bandar Lampung.

Moh. Nazir, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Darussalam

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung Supranto, J. 2009. Staistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

Wijayanti, Pardiana. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Widiandra, Damasus Ottis. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Website :

http://Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.


Dokumen yang terkait

Analisis Keputusan Konsumen Membeli Buah di Pasar Modern di Kota Medan (Studi Kasus : Swalayan/Supermarket di Kecamatan Medan Sunggal)

6 61 74

DESKRIPSI PERALIHAN PERMAINAN TRADISIONAL ANAK KE PERMAINAN MODERN DI KELURAHAN RAJABASA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

3 23 57

PERBANDINGAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG KARAKTERISTIK MANAJEMEN TOKO RITEL TRADISIONAL DAN RITEL MODERN (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung)

1 26 77

PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI

0 3 25

PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI

3 13 121

PERLINDUNGAN HUKUM PASAR TRADISIONAL TERHADAP KEBERADAAN PASAR MODERN DI KOTA YOGYAKARTA

0 3 102

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN RITEL MODERN TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA RITEL TRADISIONAL DI DAERAH Analisis Dampak Keberadaan Ritel Modern Terhadap Keuntungan Usaha Ritel Tradisional Di Daerah Gemolong Kecamatan Gemolong.

0 3 13

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN RITEL MODERN TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA RITEL TRADISIONAL DI DAERAH Analisis Dampak Keberadaan Ritel Modern Terhadap Keuntungan Usaha Ritel Tradisional Di Daerah Gemolong Kecamatan Gemolong.

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Dampak Keberadaan Ritel Modern Terhadap Keuntungan Usaha Ritel Tradisional Di Daerah Gemolong Kecamatan Gemolong.

0 2 6

ANALISIS OMZET DAN KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL SEBELUM DAN SETELAH ADANYA MINIMARKET DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA.

0 0 4