PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI

(1)

PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN

MLATI

THE EFFECT OF IMPACT EXISTENCE OF MODERN STORES TO DECREASED PROFITS OF TRADITIONAL STORE IN DISTRICT

MLATI

Oleh :

DYAH AYU SURAYAWATI 20120430236

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ILMU EKONOMI


(2)

(3)

PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI THE EFFECT OF IMPACT EXISTENCE OF MODERN STORES TO DECREASED

PROFITS OF TRADITIONAL STORE IN DISTRICT MLATI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

Oleh :

DYAH AYU SURAYAWATI 20120430236

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ILMU EKONOMI


(4)

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Dyah Ayu SurayaWati Nomor Mahasiswa : 20120430236

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH DAMPAK KEBERADAAN TOKO MODERN TERHADAP PENURUNAN KEUNTUNGAN TOKO TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI”. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam DaftarPustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 18 November 2016


(5)

MOTTO “Jangan mundur sebelum melangkah,

setelah melangkah jalani dengan cara terbaik yang bisa kita lakukan sampai menuju kesuksesan”


(6)

PERSEMBAHAN Bismillahirohmannirohim…

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang…

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat serta doa untuk saya yang sedang berjuang demi masa depan dan yang selalu memberikan yang terbaik selama hidup saya. Tidak ada suatu halpun yang dapat membalas semua kasih sayang yang telah engkau berikan kepada anaknya ini hanya prestasi dan karya yang dapat membuat engkau bangga.

Kepada Suamiku Luthfi Bagus Satria.,S.Pt yang sudah setia menunggu saya dan selalu memberikan dorongan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan saya.

Untuk sahabat dan teman-teman ilmu ekonomi 2012 seperjuangan. Serta untuk dosen pembimbing saya yang telah sabar membimbing hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan memberikan kemudahan dalam segala hal, amin…


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT telah memberikan kemudahan, karunia, dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan Toko Modern Terhadap Penurunan Keuntungan Toko Tradisional di Kecamatan Mlati”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memenuhi salah satu pesyratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dan menggunakan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya: 1. Bapak Dr. Nano Prawoto,SE.,M.Si Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Bapak Masyhudi Muqorobin,M.Ec.Ph.D.Akt. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

3. Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian kepada penulis hingga menyelesaikan studi.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.


(8)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dalam skripsi ini dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini

Yogyakarta, 23 Desember 2016


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pasar Modern dan Pasar Tradisional ... 10

2. Struktur Pasar ... 13

3. Toko Modern ... 18

4. Toko Tradisional ... 22

5. Keuntungan ... 22

6. Produk ... 24

7. Kualitas Produk ... 25

8. Diferensiasi Produk ... 28

9. Kenyamanan ... 29

10. Jarak ... 30

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 32


(10)

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Obyek Penelitian ... 38

C. Lokasi dan Wilayah Penelitian ... 38

D. Jenis dan Sumber Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Populasi dan Sampel ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Kondisi Umum Wilayah dan Karakteristik Responden ... 56

1. Keadaan Geografis ... 56

2. Keadaan Penduduk ... 57

B. Hasil Analis Data ... 62

1. Uji Validitas dan Reabilitas ... 62

2. Analisis Deskriptif Statik ... 65

3. Uji Asumsi Klasik ... 66

4. Analisis Regresi Linier dan Uji Hipotesis ... 71

5. Paired Samples T Test ... 83

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

C. Keterbatasan Penelitian ... 90 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4.


(11)

DAFTAR TABEL

1.1. Pelaku Bisnis Ritel Modern di Indonesia... 5

1.2. Gerai Ritel Modern di Indonesia Tahun 2008 ... 5

3.3. Banyaknya Toko/Kios/Warung di Kecamatan Mlati Tahun 2016 ... 41

3.4. Pembagian Sampel Tiap Kelurahan ... 42

4.5. Luas Kecamatan dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Mlati Tahun 2015 ... 57

4.6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Mlati 2015 . 58 4.7. Jenis Kelamin Responden di Kecamatan Mlati ... 59

4.8. Usia Responden di Kecamatan Mlati ... 60

4.9. Lama Usaha Responden di Kecamatan Mlati ... 60

4.10. Tingkat Pendidikan Responden di Kecamatan Mlati... 61

4.11. Jenis Usaha Toko Tradisional di Kecamatan Mlati ... 62

4.12. Hasil Uji Beda Rata-rata Sampel Berpasangan ... 63

4.13. Hasil Uji Validitas Item ... 65

4.14. Hasil Uji Reliabilitas ... 66

4.15. Hasil Analisis Deskriptif Statistik ... 67

4.16. Hasil Uji Normalitas Metode Kolmogorov Smirnov ... 70

4.17. Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

4.18. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 73

4.19. Analisis Regresi Linear Berganda ... 74

4.20. Hasil Uji t (Uji Secara Parsial)... 75

4.21. Hasil Uji F (Koefisien Regresi Secara Bersama-sama) ... 81

4.22. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 84


(12)

GAMBAR

2.1 Kurva Keuntungan Maksimum Perusahaan Pasar Persaingan

Sempurna ... 15

2.2. Kerangka Pemikiran... 37

4.3. Uji Normalitas (Grafik Normal P-P Plot) ... 69

4.4. Hasil uji Heteroskedastisitas ... 72

4.5. Daerah Penentuan Ho Pengaruh X1 terhadap Y ... 76

4.6. Daerah Penentuan Ho Pengaruh X2 terhadap Y ... 78

4.7. Daerah Penentuan Ho Pengaruh X3 terhadap Y ... 79

4.8. Daerah Penentuan Ho Pengaruh X3 terhadap Y ... 81


(13)

(14)

(15)

INTISARI

Penelitian ini berjudul, “Pengaruh Dampak Keberadaan Toko Modern Terhadap Penurunan Keuntungan Usaha Toko Tradisional di Kecamatan Mlati”. Tujuan penelitian ini untuk (a) menganalisis bagaimana pengaruh kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati, (b) menganalisis variabel independen manakah yang paling berpengaruh diantara variabel kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey, sedangkan metode pengambilan sampel menggunakan metode random sampling sehingga diperoleh 90 responden. Metode analisis yang digunakan adalah metode uji beda rata-rata, analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata tingkat keuntungan usaha toko tradisional sebelum ada toko modern sebesar Rp1.583.333,33 per bulan dan rata-rata keuntungan sesudah adanya toko modern yaitu sebesar Rp1.170.244,44 per bulan. Variabel kualitas produk, diferensisi produk, kenyamanan dan jarak secara bersama-sama berpengaruh terhadap penuruanan keuntungan toko tradisional. Secara parsial kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak berpengaruh negatif signifikan terhadap penurunan keuntungan toko tradisional. Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional diantara variabel kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak adalah variabel kenyamanan.

Implikasi dari penelitian ini adalah pedagang toko tradisional di Kecamatan Mlati perlu memperhatikan faktor kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak karena faktor-faktor tersebut secara persial berpengaruh signifikan terhadap penurunan keuntungan. Pedagang toko tradisional perlu melakukan peningkatan kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak agar dapat bersaing dengan toko tradisional lainnya dan terutama toko modern, sehingga dapat mengurangi penurunan keuntungan yang terjadi akibat keberadaan toko modern di Kecamatan Mlati.


(16)

ABSTRACT

This research is titled “The Effect of Impact of the Existence of Modern Stores on the Declining of Profit of Traditional Stores in the Mlati Subdistrict”. The purpose of the research are to (a) analyze how to the influence of product quality, product differentiation, convenience and distance to the decline of the profits of traditional storesin Mlati Subdistrict, (b)analyze of the most influential independent variable among variable product quality, product differentiation, convenience and distance. The method used is this research is survey research methods, while the sampling method is using random sampling method included to 90 respondents. The analytical method used is test of average difference, multiple linear regression analysis by classical assumption test.

The results showed that the rate of average profit of the traditional stores before the existence of modern store is Rp1.583.333,33 per month and after the existene of modern stores is Rp1.170.244,44 per month. Variables of product quality, product differentiation, convenience and distance have simultaneously affaect to the declining of profit of traditional stores. Partially, product quality, product differentiation, convenience and distance have negative effect significantly on the decline of traditional stores profits. The independent variables that most affect on profit decline of traditional stores among the independent variables is convenience variables.

This implication of this research that the traditional store merchants in the District of Mlati needs to take into account the product quality, product differentiation, convenience and distance. These factors are have partially and significantly effect on profits declining of traditional stores. The traditional strore merchants need to increase product quality, product differentiation, convenience and distance from modern stores. It is also to reduce the declining in profits that is caused by the existence of modern stores in the Mlati Subdistrict.


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan melalui kegiatan jual beli, pembeli membutuhkan penjual, dan begitu sebaliknya. Hal ini didasari atau didorong oleh faktor perkembangan ekonomi yang pada awalnya hanya bersumber pada masalah untuk memenuhi kebutuhan hidup (kebutuhan pokok). Kebutuhan itulah yang mendorong orang atau kelompok atau perusaahaan menawarkan berbagai barang dan jasa. Namun, untuk menjalankan bisnis atau jual beli dibutuhkan sebuah tempat dimana orang-orang dari berbagai tempat dapat datang dan mencari serta menemukan apa yang mereka butuhkan. Maka munculah pasar sebagai salah satu sarana penting dalam melakukan kegiatan jual beli bagi masyarakat.

Menurut Bilas 1971 (Soeratno, 2003), menyatakan bahwa pasar adalah tempat dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual sumber daya mereka berupa barang dan pelayanan. Sedangkan menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/2/2013, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Pertokoan, Mall, Plasa, Pusat Perdagangan maupun sebutan lainnya.

Sejarah terbentuknya pasar itu sendiri berawal dari kebiasaan masyarakat jaman dahulu yang menggunakan sistem barter atas barang yang dibutuhkannya namun tidak di produksi sendiri. Untuk melakukan barter, dipilih sebuah tempat yang disepakati bersama. Lama-kelamaan tempat tersebut berubah menjadi pasar. Kegiatan yang dilakukan disanapun


(18)

tidak hanya sekedar barter namun sudah berupa kegiatan jual beli dengan menggunakan alat pembayaran berupa uang.

Masyarakat pada umumnya mengenal dua jenis pasar, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Sinaga (2006), mengatakan bahwa pasar moern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Sedangkan pasar tradisional menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negaa dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa Toko, Kios, Los dan Tenda yang dimiliki /dikelola oleh pedagang kecil dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Perbedaan kedua pasar tersebut jelas terlihat dari ciri bangunan, tempat, dan sistem jual beli yang dilakukan. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung, terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Umumnya di pasar tradisional menjual barang kebutuhan sehari-hari, jasa, dan lain-lain, dengan bangunan yang terdiri dari kios atau tenda, dan umumnya terletak di dekat kawasan pemukiman atau perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

Berbeda dengan pasar modern, dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat harga pada label yang tercantum dalam barang, berada dalam bangunan yang megah dan permanen, bersih, fasilitas memadai, produk yang bervariasi, nyaman, aman, dan pelayanannya serta mandiri atau biasanya dilayani oleh


(19)

pramuniaga. Barang-barang yang dijual selain barang atau bahan kebutuhan sehari-hari, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang tahan lama.

Batasan pasar tradisional di atas kurang mewakili pengertian toko tradisional secara utuh. Berbeda dengan batsan toko modern yang terperinci mulai dari bentuk terkecil (minimarket) hingga yang terbesar (hypermaert dan perkulakan). Batasan pasar tradisional hanya menjelaskan adanya tempat yang luas untuk melokalisasi toko, kios, dan petak-petak, sebagai tempat usaha milik para pedagang dan tempat masyarakat membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Agar berimbang dengan batasan toko modern yang terperinci dalam berbagai ukuran, maka perlu ditambahkan jenis ritel ukuran-ukuran kecil dalam pasar tradisional seperti toko, kios, dan warung yang tidak berada dalam lokasi pasar.

Secara garis besar persaingan dalam usaha/bisnis ritel atau pertokoan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu persaingan antara toko modern dan toko tradisional, persaingan antar sesama supplier. Diantara keempat jenis persaiangan tersebut, persaingan antara toko modern dan toko tradisional sebenarnya tidaklah tepat, ya ng tepat adalah toko modern dengan toko modern, toko tradisional dengan toko tradisional. Tetapi yang menjadi persoalannya adalah toko modern muncul dan mengambil bagian dalam kehidupan toko tradisional, sasaran pembeli toko tradisionl juga dibidik oleh toko modern, menempatkan satu pihak (toko tradisional) dalam posisi yang lemah.

Sejarah ritel modern di Indonesia sejak sebelum tahun 1960-an, yaitu perkembangan ritel tradisional yang terdiri atas perdagangan independen. Pada tahun 1960-an adalah era perkenalan ritel modern dengan format department store dengan barang dagangan dalam jumlah besar ditandai dengan dibukanya gerai ritel pertama yaitu Toserba Sarinah di Jl. MH Thamrin, Jakarta. Kemudian pada tahun 1970-an hingga 1980-an perkembangan ritel modern dengan format supermarket dan department store ditandai dengn hadirnya ritel seperti Matahari, Hero, dan Ramayana. Tahun 1990-an, era perkembangan convenience store yang


(20)

ditandi dengan maraknya pertumbuhan minimarket seperti Alfamart dan Indomaret.Tahun 2000-2010, era perkembangan hypermarket dan perkenalan e-ritailing. Era ini ditandai dengan hadirnya Carrefour dengan format hypermarket dan hadirnya LippoShop yang memperkenalkan e-retailing di Indonesia yang berbasis pada penggunaan internet (Utami, 2009).

Tabel 1. Pelaku Bisnis Ritel Modern di Indonesia

Format Nama 2007 2008 2009

Hypermarket Carrefour 37 58 59

Giant 17 26 33

Hypermart 36 43 46

Supermarket Hero 71 53 41

Yogya 53 56 57

Superindo 56 63 65

Department Store Matahari 29 23 24

Ramayana 88 95 93

Minimarket Indomaret 2425 3093 3531

Alfamart 2361 2736 3098

Circle K 120 210 259

Sumber: Nielsen (2009)

Dari data AC Nielsen tersebut dapat dilihat rata-rata jumlah ritel modern bertambah dari tahun 2007-2009. Penambahan yang sangat mencolok yaitu banyaknya jumlah minimarket Indomaret bertambah 1106 unit dan Alfamart yang bertambah 737 unit.


(21)

Tabel 2. Gerai Ritel Modern di Indonesia Tahun 2008

Provinsi Jumlah

DKI 4327

Jawa Barat 1923

Jawa Tengah 1115

Yogyakarta 455

Jawa Timur 1318

Sumatera Utara 492

Riau & Batam 160

Sumatera Barat 228

Sumatera Selatan 236

Lampung 44

Bali 254

Sulawesi Utara 60

Sulawesi Selatan 99

Kalimantan Barat 44

Kalimantan Timur 67

Kalimantan Selatan 60

Papua 38

Lain-lain 162

Total 11866

Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) (2009)

Dari data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) tahun 2009, persebaran ritel modern hampir merata di seluruh Indonesia.Mayoritas ritel modern tersebar di Pulau Jawa dengan total 9138 unit.

Pada saat ini banyak sekali toko modern bermunculan di sekitar pemukiman masyarakat. Kehadiran toko modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah ke atas, saat itu lebih menjadi alternatif dari toko tradisional. Seiring dengan perkembangan


(22)

jaman, toko modern bertumbuh pesat. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas berbelanja. Konsumen menuntut pasar untuk memberikan nilai lebih dari setiap uang yang dibelanjakan. Pasar harus mampu mengkomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelanggannya. Persoalan ini tentu juga dialami di Negara berkembang lainnya.

Sama halnya yang terjadi di wilayah Kecamatan Mlati, yang memiliki permasalahan yang sama seperti yang telah diuraikan diatas, ditambah dengan wilayah Kecamatan Mlati merupakan tempat yang berada dekat dengan kota dan keramaian kota Yogyakarta yang dalam kesehariannya masyarakatnya pasti akan memenuhi kebutuhan mereka, baik berpa barang maupun jasa yang dijual oleh toko tradisional di wilayah Kecamatan Mlati. Hal ini menjadi sasaran untuk meraup keuntungan bagi toko modern dan toko tradisional.

B. Perumusan Masalah

Persaingan toko modern dan toko tradisional yang sebenarnya tidak tepat, menjadi sebuah masalah dan hal yang menarik untuk diteliti. Yang pada awalnya kehadiran toko modern tidak mengancam toko tradisional, toko modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah ke atas, saat itu lebih menjadi alternatif dari toko tradisional. Seiring dengan perkembangan jaman toko modern bertumbuh pesat. Bahkan saat ini banyak sekali toko modern bermunculan di sekitar pemukiman masyarakat yang mengakibatkan menurunnya eksistensi toko tradisional karena banyaknya konsumen yang lebih memilih belanja di toko modern. Penurunan rata-rata tingkat keuntungan yang dialami oleh toko tradisional di Kecamatan Mlati menurun dari sebelum adanya toko modern adalah Rp1.583.333,33 per bulan dan sesudah adanya toko modern adalah Rp1.170.244,44 per bulan.


(23)

Oleh karena itu, maka pertanyaan penelitian yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas produk berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati ?

2. Bagaimana diferensiasi produk berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati ?

3. Bagaimana kenyamanan berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati ?

4. Bagaimana jarak berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati ?

5. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati dari ke empat variabel independen yang diteliti tersebut ?

C. Batasan Penelitian

Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik, maka perlu dilakukan pembuatan masalah:

1. Penelitian ini memfokuskan pengukuran dampak keberadaan toko modern terhadap penurunan keuntungan pedagang tradisional.

2. Pedagang toko tradisional yang berada diluar lokasi pasar tradisional.

3. Pedagang toko tradisional yang menjadi obyek penelitian ini berada di wilayah Kecamatan Mlati.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :


(24)

1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh kualitas produk tehadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh kenyamanan terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

4. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh jarak terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

5. Untuk mengetahui variabel independen manakah diantara ke empat variabel independen yaitu kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak yang paling berpengaruh terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

E. Manfaat Penelitian

Jika penelitian ini berhasil memperoleh analisis yang akurat diharapkan bisa memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi peneliti, untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah yang dibandingkan dengan kondisi sesungguhnya pada bidang perdagangan sebagai sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dihaapkan dapat bermanfaat untuk melihat keuntungan pedagang toko tradisional di Kecamatan Mlati sebagai upaya meningkatkan keuntungan pedagang toko tradisional.

3. Bagi pedagang toko tradisional, hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam memperhatikan faktor-faktor yang akan ditingkatkan dalam meningkatkan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.


(25)

4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi terutama dalam hal yang berhubungan dengan dampak keberadaan toko modern terhadap penurunan keuntungan toko tradisional.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Menurut Bilas 1971: 4 (Soeranto, 2003) mengemukakan bahwa pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual sumber daya mereka dan barang dan pelayanan. Sedangkan menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Pertokoan, Mall, Plasa, Pusat Perdagangan maupun sebutan lainnya.

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departemen store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang realtif lebih terjamin karena melalui penyeleksian dahulu secera ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan sesudah dikenakan pajak). Macam-macam pasar modern diantaranya (Kotler, 2000) :


(27)

a. Minimarket, gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang minimarket adalah anatara 50m2 sampai 200m2.

b. Convenience store, gerai ini mirip dengan minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan, dan lokasi. Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200m2 hingga 450m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal dari harga minimarket.

c. Special store, merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga konsumen

tidak perlu pindah ke toko lain untuk membeli sesuatu harga yang bervariasi dari harga terjangkau hingga yang mahal.

d. Factory outlet, merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan, membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu.

e. Distro (Distribution Store), jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri.

f. Supermarket, mempunyai luas 300-1100m2 yang kecil sedang yang besar 1100-2300m2.

g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakain bisnis.

h. Super store, adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket.

i. Hypermarket, luas ruangan di atas 500m2.

j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.

Pasar tradisional menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern,


(28)

adalah pasar yang dibangun dan dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa Toko, Kios, Los, dan Tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.

Umumnya pasar tradisional tersebut terdapat di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan perumahan. Pasar tradisional diantaranya yaitu toko/warung rumah tangga, warung kios, pedagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir sama seperti barang-barang yang di jual di pasar modern dengan variasi jenis yang beragam. Tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang lokal saja dan jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun mempunyai kulaitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di pasar modern. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik arau permintaan dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar.

2. Struktur Pasar

Dalam teori ekonomi mikro struktur pasar dibagi dalam 4 macam bentuk, yaitu : a. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah salah satu struktur pasar yang ditandai oleh tidak adanya persaingan yang bersifat pribadi rivalry diantara perusahaan-perusahaan individu


(29)

yang ada didalamnya (Sumarsono, 2007). Suatu pasar dikatakan sebagai pasar persaingan sempurna atau perfect competition jika memenuni syarat sebagai berikut :

1. Terdiri dari banyak penjual. 2. Terdiri dari banyak pembeli.

3. Kebebasan untuk membuka dan menutup perusahaan (Free Entry and Free Exit). 4. Barang yang diperjual-belikan bersifat homogen (sama).

5. Penjual dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan pasar. 6. Mobilitas sumber-sumber ekonomi yang cukup sempurna.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat menggunakan analisis ekuilibrium atau keseimbangan produsen atau perusahaan dan pasar atau industri untuk mencapai keuntungan maksimum. Keuntungan didefinisikan sebagai perbedaan antara total biaya (TC) dan total penerimaan (TR), sehingga dapat ditulis . Dalam jangka pendek, syarat laba maksimal pasar persaingan sempurna P = MC yang secara grafis ditentukan oleh bidang segiempat yang terletak antara harga (P) dengan biaya rata-rata total (AC).

Gambar 1. Kurva Keuntungan Maksimum Perusahaan Pasar Persaingan Sempurna P

A

0 Q*

AC

Q MC

Laba Maksimal

d = AR = MR P


(30)

b. Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah suatu model pasar dimana di pasar itu hanya ada satu penjual, output yang dihasilkan oleh produsen bersifat lain dari pada yang lain. Tidak mempunyai barang pengganti (substitusi) yang sangat ketat. Dan di pasar ada rintangan bagi produsen lain untuk memasukinya (barriers to entry) (Sumarsono, 2007).

Ciri-ciri pasar monopoli : 1. Hanya ada 1 penjual

2. Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti secara baik output yang dijual oleh monopolist.

3. Adanya penghalang (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk memasuki pasar.

Hal-hal yang memungkinkan untuk timbulnya pasar monopoli pada umumnya adalah :

1. Produsen memiliki salah satu (beberpa) sumber daya yang penting dan kemudian ia merahasiakannya.

2. Perusahaan mempunyai hak paten untuk output yang ia hasilkan atau proses produksi yang ia selenggarakan.

3. Penetapan Pemerintah (tarif) yang maksudnya untuk menghalang-halangi masuknya barang-barang sejenis dari luar negeri.

4. Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan yang mengoperasikan skala perusahaan optimum.

5. Produsen melakukan kebijaksanaan limitasi harga yaitu penetapan harga sampai pada satu tingkat yang serendah mungkin dimaksudkan agar perusahaan-perusahaan baru tidak ikut memasuki pasar.


(31)

c. Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik adalah suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak (differentiated product ) (Sumarsono, 2007).

Ciri-ciri pasar monopolistik : 1. Terdapat banyak penjual 2. Barangnya berbeda corak

3. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga 4. Masuk kedalam industry relatif mudah

5. Persaingan mendapatkan promosi penjualan sangat mudah

Pasar persaingan monopolistik merupakan peralihan dari pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Analisis keseimbangan pada pasar persaingan monopolistik sama dengan analisis pada pasar monopoli. Bedanya, permintaan yang dihadapi pasar monopoli adalah seluruh permintaan pasar, sedangkan yang dihadapi pasar persaingan monopolistik adalah sebagain dari permintaan pasar. Keuntungan maksimum pasar persaingan monopolistik MR = MC akan terpenuhi pada tingkat produksi dan penjualan sebesar Q dan tingkat harga sebesar P. P lebih tinggi daripada MC dan juga AC tetapi tidak setinggi monopoli.

d. Oligopoli

Oligopoli suatu bentuk pasar yang ditandai oleh jumlah perusahaan sedikit, tiap oligopoli menetapkan kebijaksanaan sendiri, setiap terjadinya perubahan harga dan hasil yang ditetapkan oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi penjualan dan laba saingan (Sumarsono, 2007).


(32)

1. Pasar oligopoli murni

2. Pasar oligopoli dengan pembedaan Kebaikan pasar oligopoli :

1. Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi.

2. Persaingan diantara perusahaan akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam hal harga dan kualitas barang.

Kelemahan pasar oligopoli :

1. Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar karena adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahaan sehingga sulit bagi pesaing baru untuk masuk ke pasar.

2. Apabila terhadap perusahaan yang memiliki hak paten atas sebuah produk, maka tidak memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang sejenis.

3. Perusahaan yang memiliki pelanggan setia akan menyulitkan perusahaan lain untuk menyainginya.

4. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar.

5. Adanya kemungkinan terjadinya kolusi antara perusahaan di pasar yang dapat membentuk monopoli atau kartel yang merugikan masyarakat.

Usaha toko tradisional memiliki struktur pasar yang cenderung bersifat monopolistic. Hal ini dikarenakan jumlah penjual yang banyak dan barang yang dijual adalah sejenis tetapi berbeda corak (bervariasi). Toko tradisional merupakan salah satu bentuk industri kecil/usaha keluarga karena jumlah pekerjanya sedikit, yaitu sekitar 1-5 orang yang biasanya merupakan anggota keluarga sendiri. Dengan skala kecil, modal yang kecil, jenis usaha toko tradisional tersebut relatif mudah masuk ke dalam industri/pasar untuk mendirikannya. Dari segi harga, toko tradisional hanya mempunyai sedikit kekuatan untuk mempengaruhi harga. Harga yang


(33)

diberlakukan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik toko tradisional masing-masing. Dimana syarat keuntungan maksimal pada pasar persaingan monopolistik telah dijelaskan sebelumnya yaitu MR=MC.

3. Toko Modern

Toko modern menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan bentuk Minimarket, Supermarket, Departemen Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang realatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara, tempat parkir yang aman dan tempat yang bersih dan nyaman.

3.1. Dilihat dari bentuknya toko modern dapat dibagi menjadi Minimarket, Supermarket,

Departemen Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan

(Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern).

1. Minimarket adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan.


(34)

2. Supermarket adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan Sembilan bahan pokok secara eceran dan langsung kepada konsumen dengan cara pelayanan sendiri.

3. Departemen store adalah sarana tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang secara eceran, barang-barang konsumsi utamanya adalah produk sandang dengan perlengkapan dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau usia konsumen yang luas lantai usahanya di atas 400m2.

4. Hypermarket adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan Sembilan bahan pokok secara eceran dan langsung kepada konsumen yang didalalmnya terdiri dari atas pasar swalayan, toko modern, dan toko seba ada, yang dilakukan secarab tunggal dan/atau jasa yang terletak pada bangunan/ruangan yang berada dalam satu kesatuan wilayah/tempat.

5. Perkulakan atau grosir adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan pembelian berbagai macam barang dalam partai besar dari berbagai pihak dan menjual barang tersebut dalam partai besar sampai pada distributor dan/atau pedagang eceran.

3.2. Batasan Toko Modern dalam hal luas lantai usahanya (Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 3 Tahun 2010 pasal 7) dibedakan sebagai berikut :

1. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter per segi);

2. Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter per segi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter per segi);

3. Hypermarket, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter per segi); 4. Departemen store, diatas 400 m2 (empat ratus meter peresegi); 5. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter per segi)


(35)

3.3. Berdasarkan sistem penjualan dan jenis barang dagangannya (Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 3 Tahun 2010 pasal 7) Toko Modern dibedakan menjadi : 1. Minimarket, supermarket, dan hypermarket menjual secara eceran langsung kepada

konsumen barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya dengan cara pelayanan mandiri (swalayan).

2. Departemen store menjual secara eceran barang konsumi terutama produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen.

3. Grosir yang berbentuk perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.

3.4. Tentang lokasi penditian dalam pasal 9, Penelitian Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Memenuhi ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2. Berjarak paling sedikit 500 m (lima ratus meter) dari Pasar tradisional yang telah ada, kecuali pendirian Minimarket yang merupakan peningkatan usaha warung/toko oleh pemiliknya yang telah beroperasi paling sedikit selama 5 (lima) tahun.

3. Lokasi pendirian Minimarket berjarak 500 m (lima ratus meter) dari warung/toko terdekat yang telah ada, kecuali pendirian Minimarket yang merupakan peningkatan usaha warung/toko oleh pemiliknya yang telah beroperasi paling sedikit selama 5 (lima) tahun.

4. Pendirian Minimarket diutamakan bagi pelaku usaha yang berdomisili sesuai lokasi

Minimarket tersebut.


(36)

Toko menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kedai berupa bangunan permanen tempat menjual barang-barang (makanan kecil dsb). Toko tradisional merupakan tempat usaha milik keluarga dengan skala kecil, tempat yang tidak terlalu luas, modal kecil, yang menjual barang tidak begitu banyak jenisnya namun hampir sama jenisnya dengan barang yang dijual di toko modern, tapi cenderung menjual barang-barang lokal saja, jarang ditemui barang impor, sistem manajemen yang sederhana dan pelayanan seadanya. Toko tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, warung kios, yang berada di luar area pasar tradisional.

Barang yang dijual di toko tradisional hampir sama dengan barang yang dijual di toko modern, dari segi kualitas barang yang dijual pun relatif sama terjaminnya. Secara kuantitas toko tradisional mempunyai persediaan barang yang sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik toko atau permintaan dari konsumen.

Dari segi harga, barang di toko tradisional tidak ada label harga yang pasti karena disesuaikan dengan keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik toko masing-masing.

5. Keuntungan

Produsen berusaha mencapai tujuannya yaitu memaksimalkan keuntungan. Keuntungan ekonomis yaitu semua penerimaan dikurangi seluruh biaya produksi. Keuntungan ekonomis pada persaingan sama dengan nol merupakan syarat dalam pasar. Dan secara tidak langsung menyatakan bahwa penerimaan yang diperoleh dari input pada penggunaan sekarang adalah sama banyaknya dengan penerimaan dari penggunaan terbaiknya (opportunity cost) (Sumarsono, 2007).

Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis industry, baik perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, baja, farmasi, computer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Sitio, 2001) :


(37)

a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit).

Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan dengan resiko diatas rata-rata.

b. Teori Laba Friksional (Friksional Theory of Profit).

Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dai friksi keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).

c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit).

Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuataqn monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna.

d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).

Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam melakukan inovasi.

e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory Of Profit).

Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal. Keuntungan yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, laba yang rendah atau rugi adealah pertanda bahwa konsumen meningkatkan kurang dari produk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak efisien. Keuntungan yang diperoleh seorang pemilik usaha setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun selalu mengalami perubahan. Perubahan pada keutungan tersebut bisa perubahan keuntungan yang meningkat atau perubahan keuntungan yang menurun. Pada penelitian ini perubahan keuntungan yang terjadi di warung tradisional adalah perubahan keuntungan yang menurun akibat dari munculnya minimarket dan


(38)

Keuntungan diperoleh dari hasil mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dai hasil penjualan yang diperoleh ( ). Keuntungan yang diperoleh seorang pemilik usaha setiap hari, setiap minggu, setiap bulan bahkan setiap tahun selalu mengalami perubahan. Perubahan pada keuntungan tersebut bisa perubahan keuntungan yang meningkat atau perubahan yang menurun. Pada penelitian ini perubahan keuntungan yang terjadi di toko tradisional adalah perubahan keuntungan menurun akibat dari keberadaan toko modern disekitar mereka. Perubahan keuntungan toko tradisional dipengaruhi oleh beberpa hal seperti kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan, dan jarak yang digunakan pada penelitian ini.

6. Produk

Menurut Stanton (2004) produk itu sendiri adalah sekumpulan atribut yang nyata (tengible) dan tidak nyata (intenible) di dalamnya tercakup warna, harga, kemasan dan preastise lainnya yang terkandung dalam produk, yang diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Sedangkan definisi produk menurut Kotler & Amstrong (2006) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pangsa pasar agar menarik perhatian, penggunaan maupun konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau memenuhi kebutuhan konsumen.

7. Kualitas Produk

Dalam menjalankan suatu bisnis, produk maupun jasa yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, terutama persaingan dari segi kualitas perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Karena peningkatan kulaitas produk dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk atau


(39)

jasa yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.

American society for Quality Control mengemukakan definisi mutu yang berpusat pada pelanggan, mutu adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Keller, 2007).

Garvin (1987) telah mengungkapkan adanya delapan dimensi kualitas produk yang bisa dimainkan oleh pemasar. Performance, feature, reliability, conformance, durability, serviceability ,aesthetics, dan precived quality merupakan kedelapan dimensi tersebut.

1. Dimensi performance atau kinerja produk.

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini manfaat atau khasiat utama produk yang dibeli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama dalam membeli produk.

2. Dimensi reliability atau keterandalan produk.

Keterandalan yaitu peluang suatu produk dari kegagalan saat menjalankan fungsinya. 3. Dimensi feature atau fitur produk.

Dimensi feature mrtupsksn karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.

4. Dimensi durability atau daya tahan.

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet.


(40)

Produk yang awet akan dipresepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.

5. Dimensi conformance atau kesesuaian.

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu

produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memilikiu kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

6. Dimensi serviceability atau kemampuan diperbaiki.

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi disbanding produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

7. Dimensi asthetic atau keindahan tampilan produk.

Asthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat konsumen suka.

Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desain produk artau kemasannya. Beberapa merek memperbaharui wajahnya supaya lebih cantik dimata konsumen.

8. Dimensi perceived quality atau kualitas yang dirasakan.

Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipresepsikan lebih berkualitas dibanding merek-merek yang tidak terdengar. Itulah sebabnya produk selalu berupaya membangun mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi. Tentu saja ini tidak dapat dibangun semalam karena menyangkut banyak aspek termasuk dimensi kualitas dari kinerja, fitur, daya tahan, dan sebagainya.

Karena peningkatan kualitas produk dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Kualitas produk dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Definisi mutu yang


(41)

berpusat pada pelanggan sendiri adalah keseluruahan fitur dan sifar produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Dapat dikatakan bahwa penjualan telah menghasilkan mutu bila produk atau pelayanan penjual tersebut memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. (Kotler, 2007).

8. Diferensiasi Produk

Pengertian diferensiasi menurut Kotler (2005), diferensiasi adalah sebagai proses penambahan serangkaian perbedaan yang penting dan bernilai guna membedakan tawaran itu dari tawaran pesaing.

Penjual atau perusahaan melakukan diferensiasi dengan sendirinya jika perusahaan tersebut dapat memiliki keunikan disbanding para pesaingnya dalam sesuatu yang dinilai penting oleh pembeli. Diferensiasi memang mencakup kualitas atau mutu, tetapi merupakan konsep yang lebih luas. Kualitas atau mutu pada umumnya berhubungan dengan produk fisik.

Keunikan perusahaan ditentukani oleh sejumlah penentu pokok. Penentu keunikan adalah alasan mendasar yang menyebabkan sebuah aktivitas menjadi aktivitas yang unik. Penentu keunikan yang pokok telah disusun menurut derajat kepentingan mereka sebagai berikut, (Porter, 1992) :

 Pilihan kebijakan, perusahaan/penjual menetapkan pilihan kebijakan mengenai aktivitas yang perlu dilakukan dan cara melakukan aktivitas ini.

 Keterkaitan dengan pembeli pemasok, koordinasi dengan pemasok dalam memenuhi kebutuhan pembeli.

 Pengaturan waktu, waktu yang ditentukan oleh penjual bersangkutan untuk melakukan suatu aktivitas.

Dengan demikian perbedaan yang diciptakan dapat menambah nilai yang bermanfaat bagi konsumen atau penggunanya. Sehingga produk yang diciptakan oleh perusahaan mempunyai nilai lebih di masyarakat sebagai konsumen sehingga perusahaan yang memiliki


(42)

diferensiasi yang kuat akan mendapatkan kinerja yang baik diantara para pesaingnya. Faktor penentu keunikan berbeda-beda menurut jenis aktivitas dan jenis industri. Faktor penentu ini berinteraksi untuk menentukan kadar keunikan aktivitas yang bersangkutan. Dalam penelitian ini adalah keunikan yang berkaitan pada aktivitas toko tradisional.

9. Kenyamanan

Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsive individu (Oborne, 1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar, sehat. Sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistic.

Sanders dan McCormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat kenyamanan suatu tempat yang dirasakan orang lain pada secara langsung atau dengan observasi melainkan harus menanyakan langsung pada orang tersebut. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri sendiri individu tersebut.

Kondisi nyaman menunjukkan keadaan yang bervariasi untuk setiap individu. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Menurut Kolcaba (2003) kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperature, warna, suhu, pencahayaan, suara, dan lain-lain.

Kenyamanan didalam tempat berbelanja akan senantiasa diharapkan konsumen dalam memperoleh barang yang diinginkannya. Mulai dari kenyamanan tempat perbelanjaan, keamanan, suasana dan juga keramahan penjual.


(43)

Penelitian oleh Widiandra (2013) membuktikan peningkatan kenyamanan pada pasar tradisional membuat konsumen bisa merasa nyaman pada saat berbelanja di pasar tradisional, maka akan membuat konsumen untuk melakukan pembelian ualng di pasar tersebut.

10. Jarak

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) anatara dua benda atau tempat. Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan persaingan antar pedagang, sehingga peluang pendapatan pedagang akan terpengaruh (Iskandar, 2007). Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu pedagang dapat menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat dengannya tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar daripada perbedaan harga jual di antara pedagang.

Pada penelitian ini, toko modern yang merupakan pesaing toko tradisional memberikan dampak negative pada perubahan keuntungan usaha karena jarak yang dekat di antara keduanya. Kedekatan jarak di antara keduanya diukur dengan satuan meter. Diamana semakin dekatnya jarak antara toko tradisional dengan toko modern membuat tingkat persaingan di antara keduanya semakin besar, sehingga terjadi perubahan keuntungan usaha toko tradisional. Mudrajad Kuncoro (2009), mengemukakan bahwa turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan, jika jarak kios atau warungnya dengan toko modern di bawah satu kilometer. Apalagi dengan kondisi yang sekarang ini, dimana pertumbuhannya sangat pesat sampai memasuki wilayah pemukiman terutama toko modern. Bila lokasi toko modern lebih jauh dari toko tradisional, maka keuntungan yang diperoleh


(44)

lebih besar daripada toko tradisional yang lokasinya lebih dekat dari toko modern. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada jarak antara keduanya.

Jarak antara Toko Modern dan Toko Tradisional menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern dalam pasal 9 :

a. Memenuhi ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

b. Berjarak paling sedikit 500 m (lima ratus meter) dari pasar Tradisional yang telah ada, kecuali pendirian. Minimarket yang merupakan peningkatan usaha warung/toko oleh pemiliknya yang telah beroperasional paling sedikit selama 5 (lima) tahun.

c. Lokasi pendirian Minimarket berjarak 500m (lima ratus meter) dari warung/toko terdekat yang telah ada, kecuali pendirian Minimarket yang merupakan peningkatan usaha warung/toko oleh pemiliknya yang telah beroperasi paling sedikit 5 (lima) tahun.

d. Pendirian Minimarket diutamakan bagi pelaku usaha yang berdomisili sesuai lokasi pendirian Minimarket tersebut.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

a. Wijayanti (2011), menulis tentang analisis pengaruh perubahan keuntungan usaha warung tradisional dengan munculnya minimarket (studi kasus di Kecamatan Kota Semarang). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan omset penjualan, jarak, dan diversifikasi produk terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional akibat munculnya minimarket. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan omset penjualan dan disversifikasi produk berpengaruh positif terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional, sedangkan jarak kedekatan warung


(45)

tradisional dengan minimarket berpengaruh negative terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional.

b. Widiandra (2013), menulis tentang analisis dampak keberadaan pasar modern terhadap keuntungan usaha pedagang pasar tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah kenyamanan jarak, diversifikasi produk, dan harga berpengaruh terhadap keuntungan usaha pedagang pasar tradisional. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha pedagang pasar tradisional. Dimana apabila semakin nyaman pasar tradisional akan membuat konsumen untuk melakukan pembelian ulang di pasar tersebut. Kemudian jarak pasar lebih strategis maka keutungan usaha akan meningkat, dan apabila diversifikasi produk lebih beragam maka keuntungan usaha akan meningkat pula.

c. Juniawan (2013), menulis tentang analisis pengaruh keberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) terhadap keuntungan usaha warung tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak, dan perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa jarak kedekatan berdirinya minimarket dan

supermarket dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket

dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. Perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh


(46)

keuntungan yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket. Dan dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negative terhadap keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengakapan produk pasar modern. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.

C. Model Penelitian

Berdasarkan studi pustaka yang telah dikemukakan, penelitian ini akan menganalisis dampak keberadaan toko modern terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang toko tradisional di wilayah Kecamatan Mlati. Dampak tersebut dilihat dari segi kuaitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan, dan jarak yang nantinya akan mempengaruhi keuntungan usaha toko tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu keuntungan usaha toko tradisional. Keuntungan merupakan tujuan utama dari produsen/penjual yang didapat dari pendapatan yang mereka terima.

Didalam menjelaskan suatu bisnis, produk maupun jasa yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam mengahadapi persaigan, apalagi persaingan anatara toko tradisional dengan toko modern yang kualitas produknya sudah terbukti lebih bagus. Perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Karena peningkatan kualitas produk dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk atau jasa yang mereka bali, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada toko tersebut, sehingga toko tersebut mendapat keuntungan.

Diferensiasi produk bagi konsumen produk tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginanya, sedangkan bagi perusahaan dilihat dari biaya yang dikeluarkanharus menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh


(47)

Juniawan (2013) perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh keuntungan yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket.

Kenyamanan didalam tempat berbelanja akan senantiasa diharapkan konsumen dalam memperoleh barang yang diinginkannya. Mulai dari kenyamanan tempat perbelanjaan, keamanan, suasana dan juga keramahan penjual. Penelitian dari Widiandra (2013) mengatkan bahwa kenyamanan dapat berpengaruh positif terhadap keuntungan pedagang pasar tradisional dimana konsumen akan mendapatkan barang atau jasa yang diinginkannya dan akan memneri keuntungan pada pedagang pasar tradisional yang memiliki kenyaman tersendiri.

Jarak antar toko tradisional dengan toko modern mempengaruhi keuntungan toko tradisional. Penelitian yang dilakukan Juniawan (2013) dari hasil penelitian jarak kedekaran berdirinya berdirinya minimarket dan supermarket degan warung trradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional. Kareana semakin dekat jarak berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan anatara keduanya.

Dari penjelasan kerangaka penelitian teoritis secara sederhana penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Penurunan Keuangan Toko Tradisional (Y

)

Kualitas Produk (X1)

Diferensiasi (X2)

Kenyamanan (X3)


(48)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks (Nazir, 20110. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoristis dan berdasarkan studi empiris yang akan dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan diajukan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap penurunan keuntungan usaha toko tradisional di Kecamatan Mlati.

2. Diduga terdapat pengaruh antara diferensiasi produk terhadap penurunan keuntungan usaha toko tradisional di Kecamatan Mlati.

3. Diduga terdapat pengaruh antara kenyamanan terhadap penurunan keuntungan usaha toko tradisional di Kecamatan Mlati.

4. Diduga terdapat pengaruh antara jarak terhadap penurunan keuntungan usaha toko tradisional di Kecamatan Mlati.

5. Diduga vaeiabel independen yang paling berpengaruh terhadap keuntungan adalah variabel jarak.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei. Survei ialah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual dari suatu kelompok maupun suatu daerah (Nazir, 2011)

B. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tokko tradisional, yang berada di wilayah Kecamatan Mlati.

C. Lokasi dan Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mlati yang terdiri dari 5 (Lima) Kelurahan yaitu : Sinduadi, Sendangadi, Tlogoadi, Tirtoadi, Sumberadi. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juli 2016.

D. Jenis dan Sumber Data

a. Data primer merupakan sunber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)(Indriantoro dan Supono, 2002). Data primer diperoleh menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden yang merupakan pedagang toko tradisional di Kecamatan Mlati.

b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media peranatara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)(Indriantoro dan Supono, 2002). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan


(50)

tidak dipublikasikan. Data sekunder yang terkait dengan penelitian ini yaitu jumlah pedagang toko tradisional yang tersebar di wilayah Kecamatan Mlati.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuisioner, yaitu mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data yang akan diolah sebagai variabel dalam penelitian ini.

b. Interview atau wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pedagang toko tradisional di Kecamatan Mlati dengan mengajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

c. Observasi, yaitu pengamatan data dengan suatu tujuan tertentu (Nazir, 2011). Tujuan dari penggunaan ini untuk mengetahu, menganalisis pengaruh kualitas produk, diferesiasi produk keenyamanan, dan jarak terhadap keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati.

d. Studi pustaka, mencari referensi-referensi ysng dapat mendukung penelitian, misalnya penelitian terdahulu, data-data dari dinas terkait.

F. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian menurut Indrianto dan Supono adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, (2002). Sedangkan menurut Moh. Nazir populasi adalah kumpulan dari unit-unit elementer (sebuah objek dimana dilakukan pengukuran-pengukuran), (2011).


(51)

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang Toko Tradisional di Kecamatan Mlati. Populasinya yaitu sebanyak 868 toko/kios/warung.

Tabel 3. Banyaknya Toko/Kios/Warung di Kecamatan Mlati Tahun 2016.

No. Kelurahan Toko/Kios/Warung

1 Sinduadi 220

2 Sendangadi 170

3 Tlogoadi 175

4 Tirtoadi 148

5 Sumberadi 155

Total 868

Sumber : BPS Kecamatan Mlati, 2015

b. Sampel

Sampel penelitian menurut Indrianto dan Supono adalah sebagian dari elemen-elemen populasi yang diteliti, (2002). Sedangkan menurut Moh. Nazir sampel adalah kumpulan dari unit sampling. Unit sampling adalah kumpulan dari unsure-unsur populasi yang tidak tumpang tindih, (2011). Metode penelitian sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan :

= besaran sampel N = besaran populasi


(52)

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel). Interval keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 90 persen.

=

=

= = 90

Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah responden yang diperlukan sebanyak 90 responden pedagang toko tradisional. Yang terdiri dari tujuh Kelurahan di Kecamatan Mlati.

Tabel 4. Pembagian Sampel Tiap Kelurahan Kelurahan Populasi

Toko Tradisional

Sampel Tiap Kelurahan

Sinduadi 220


(53)

Tlogoadi 175

Tirtoadi 148

Sumberadi 155

Total 868 90

Sumber : Data diolah

Dari hasil perhitungan sampel tiap Kelurahan , diperoleh sampel 90 dari 868 populasi, terdiri dari sinduadi sebanyak 23 toko tradisional, sendangadi sebanyak 18 toko tradisional, tlogoadi sebanyak 18 toko tradisional, tirtoadi sebanyak 15 toko tradisional, sumberadi sebanyak 16 toko tradisional.

1. Definisi Konseptuasi dan Definisi Operasional a. Definisi Konseptual

1) Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan berbentuk Minimarket, Supermarket, Departemen Store, Supermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan (Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern).

2) Toko Tradisional adalah tempat usaha milik keluarga dengan skala kecil , tempat yang tidak terlalu luas, modal kecil, yang menjual barang tidak begitu banyak jenisnya, namun hampir sama jenisnya dengan barang yang di jual di toko modern, tapi cenderung menjual barang-barang lokal saja, jarang ditemui barang impor, sistem manajemen yang sederhana dan pelayanan seadanya.

3) Keuntungan ekonomis yaitu semua penerimaan dikurangi seluruh biaya produksi (Sumarsono, 2007).


(54)

4) Kualitas produk adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau pelayanan yang

berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Keller, 2007).

5) Diferensiasi produk adalah sebagai proses penambahan seramgkaian perbedaan yang penting yang bernilai guna membedakan tawaran perusahaan itu dari perusahaan pesaing (Kotler, 2005).

6) Kenyamanan lingkungan adalah suatu keadaan yang membuat seseorang terlindung dari ancaman psikologis (Carpenito, 1998).

7) Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu (Iskandar, 2007).

b. Definisi Operasional

1) Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan berbentuk minimarket, Supermarket, Departemen Store, Supermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan yang berada di wilayah Kecamatan Mlati.

2) Toko tradisional adalah toko yang dikelola oleh rumah tangga yang menjual barang dagangan dengan modal kecil, yang berada di Kecamatan Mlati.

3) Penurunan keuntungan (Y), adalah penurunan keuntungan toko tradisional per bulan sebelum ada toko modern dikurangi keuntungan per bulan toko tradisional sesudah ada toko modern.

4) Kualitas produk (X1), yaitu kualitas produk pada toko tradisional yang berkaitan dengan keaslian produk, kelayakan produk, produk yang higenis, dan daya tahan produk.


(55)

5) Definisi produk (X2), yaitu adanya keunikan atau perbedaan baik produk barang atau jasa maupun pelayanannya yang terdapat di toko tradisional . Dilihat dari penentuan keunikan yaitu :

a. Pilihan kebijakan, pelayan yang disediakan (proses transaksi pembayaran, dan perbaikan dan pengembalian barang).

b. Keterkaitan dengan pemasok (mempersingkat waktu untuk penyetokan barang, sehingga barang selalu tersedia).

c. Pengaturan waktu (pengaturan jam kerja toko dari buka sampai tutup).

6) Kenyamanan (X3), yaitu suatu keadaan yang dilihat dari pelayanan penjual, prosedur pelayanan (pelanggan menggambil barang sendiri), keamanan toko (cctv), keadaan dan suasana lebih memuaskan (tidak gerah dan jauh dari bau yang tidak sedap), penataan barang yang baik.

7) Jarak (X4), yaitu jauh dekatnya jarak antara toko tradisional dan toko modern.

G. Teknik Analisis Data 1. Pengukuran Variabel

a. Penurunan keuntungan

Variabel dependen penurunan keuntungan usaha toko tradisional, yang diukur dengan selisih keuntungan per bulan sebelum dan sesudah ada toko modern.

b. Kualitas produk (X1)

Variabel independen kualitas produk ini diukur dalam bentuk frekuensi dengan nilai semantik diferensial 1 sampai 5.

c. Diferensiasi produk (X2)

Variabel independen diferensiasi produk ini diukur dalam bentuk frekuensi dengan nilai semantik diferensial 1 sampai 5.


(56)

Variabel independen kenyamanan produk ini diukur dalam bentuk frekuensi dengan nilai semantik diferensial 1 sampai 5.

e. Jarak (X4)

Variabel independen jarak produk ini diukur dalam bentuk frekuensi dengan nilai semantik diferensial 1 sampai 5.

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda diketahui bahwa variabel bergantung dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungisional antara variabel tergantung (Y) dengan variabel bebas (X1,X2,…..,Xn). Model regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut (Ghozali, 2009):

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ e Keterangan :

Y = Penurunan keuntungan toko tradisional (variabel dependen)

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel kualitas produk

b2 = Koefisien regresi variabel diferensiasi produk

b3 = Koefisien regresi variabel kenyamanan

b4 = Koefisien regresi variabel jarak

X1 = Variabel kualitas produk

X3 = Variabel diferensiasi produk


(57)

e = Kesalahan (eror)

a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan koefisien nilai yang menunjukan besarnya variasi pengaruh variabel tidak bebas yang berpengaruh oleh variasi variabel bebas. Formula untuk mencari Adjusted adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003) :

̅̅̅ ∑

Keterangan :

̅̅̅ = koefisien adjusted R

K = banyaknya parameter dalam model ditambah dengan intercept N = banyaknya pengamatan

∑ = jumlah kuadrat residual (Residual Sum Square/RSS) atau total variasi yang dapat dijelaskan oleh regresi

∑ = jumlah kuadrat total (Total Sum Square/TSS) atau total variasi

Adjusted R squared ini digunakan untuk melihat berapa besar faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas dan besarnya R squared ini berkisar antara 0 < R2 < 1.

Kriteria pengujian :

R2 = 0 (berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat)

R2 = 1 (berarti ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(58)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas /independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas/dependen, dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 2003):

Fhitung

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

K = jumlah variabel yang diamati

n = jumlah pengamatan

Fhitung = F hitung

Dengan menggunakan degree of freedom (k-1)(n-k) dengan tingkat keyakinan 95% atau ɑ = 0,05 maka hipotesis yang digunakan :

a) H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 Semua variabel independen tidak mampu mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.

b) H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 Semua variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.

Dengan demikian keputusan yang diambil adalah :

a) Terima H0 jika nilai F hitung < nilai F table, artinya semua variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

b) Terima H1 jika nilai F hitung > nilai F table, artinya semua variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.


(59)

c. Uji T

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikan variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya, dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 2003) :

Keterangan:

t = nilai t hitung

βi = Koefisien regresi dari variabel bebas Se (βi) = Kesalahan baku koefisen regresi

Adapun hipotesis pada uji t ini adalah sebagai berikut :

a) H0 : β1 = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b) Ha : β1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

a) Jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0,05, maka H0 diterima yang berarti variabel independen tersebut secara individu, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b) Jika t hitung > t tabel atau probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak yang berarti variabel independen tersebut secara individu berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel dependen.

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asusmsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan


(60)

baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinearitas, autokolerasi, dan heteroskedasitas. Untuk itu dilakukan uji untuk tehadap model apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan asumsi klasik.

Menurut Gauss-Markov, setiap estimator OLS harus memenuhi criteria BLUE, yaitu (Gujarati, 2003) :

Best = yang terbaik

Linear = merupakan fungsi linear dari sampel

Unbiased = rata-rata nilai harapan (E(bi)) harus sama dengan nilai yang sebenarnya (bi)

Efficient Estimator = memiliki varians yang minimal diantara pemerkiraan lain yang tidak bisa.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Gujarati 1999) :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Oleh karena itu untuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolomogorov Smirnov

dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Membuat persamaan regresi


(61)

3) Menghitung selisih nilai Z kamulatif dengan Z tabel dan diberi symbol K 4) Mencari nilai K hitung

5) Menarik kesimpulan dengan criteria : Jika nilai K hitung ≤ K tabel maka residual terstandarisasi berdistribusi normal. Jika K hitung ≥ K tabel maka residual berstandarisasi tidak berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini nilai Asymp,sig (2-failed) juga digunakan untuk mendeteksi apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak, dengan cara dibandingkan dengan alpha (tingkat kepercayaan 5%). Jika nilai Asymp,sig >: alpha, maka dapat disimoulkan data terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka model regresi tersebut terdapat problem multikoliniearitas. Sedangkan yang baik seharusnya dalam model regresi tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dideteksi dengan melihat (Gujarati1999) :

a) Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tollerance. Nilai VIF disekitar angka 1 (satu) dan nilai tolerance mendekati angka 1 (satu).

b) Besarnya korelasi antar variabel independen. Pedomannya adalah koefisien korelasi antara variabel independen harus lemah (<0,5).

Dalam penelitian ini, nilai variance inflation factor (VIF) digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Batas nilai VIF adalah 10. Jika nilai VIF diatas 10 maka dapat dipastikan telah terjadi multikolinearitas.


(1)

Lampiran 4

Hasil Uji SPSS

Hasil Analisis Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kualitas produk (X1) 90 10 25 17.67 3.610

Diferensiasi produk (X2) 90 18 36 27.98 4.411

Kenyamanan (X3) 90 15 32 21.97 3.959

Jarak (X4) 90 7 20 14.33 2.872

Penurunan keuntungan (Y) 90 30000 1700000 413088.89 346588.628

Valid N (listwise) 90


(2)

Hasil Uji Normalitas Metode Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kualitas produk (X1)

Diferensiasi produk (X2)

Kenyamana

n (X3) Jarak (X4)

Unstandardize d Residual

N 90 90 90 90 90

Normal Parametersa

Mean 17.67 27.98 21.97 14.33 .0000000

Std. Deviation

3.610 4.411 3.959 2.872 297200.34221

027 Most Extreme

Differences

Absolute .089 .080 .119 .114 .084

Positive .089 .057 .119 .068 .084

Negative -.081 -.080 -.081 -.114 -.041

Kolmogorov-Smirnov Z .847 .757 1.128 1.082 .798

Asymp. Sig. (2-tailed) .470 .616 .157 .193 .548


(3)

Hasil uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Kualitas produk (X1) .742 1.348

Diferensiasi produk (X2) .720 1.389

Kenyamanan (X3) .734 1.363

Jarak (X4) .889 1.124

a. Dependent Variable: Penurunan keuntungan (Y)


(4)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.824 .782 17.679 .000

Kualitas produk (X1) -.047 .032 -.177 -1.477 .143

Diferensiasi produk (X2) .010 .027 .044 .361 .719

Kenyamanan (X3) -.038 .029 -.154 -1.277 .205

Jarak (X4) -.032 .037 -.097 -.880 .382

a. Dependent Variable: ABS_RES

Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.725E6 252858.910 6.823 .000

Kualitas produk (X1) -14043.876 10365.204 -.146 -1.355 .179

Diferensiasi produk (X2) -9910.600 8611.365 -.126 -1.151 .253

Kenyamanan (X3) -27264.435 9506.780 -.311 -2.868 .005

Jarak (X4) -13112.450 11902.995 -.109 -1.102 .274

a. Dependent Variable: Penurunan keuntungan (Y)

Hasil uji t (uji secara parsial)

Coefficientsa

Model t Sig.

1 (Constant) 6.823 .000


(5)

Diferensiasi produk (X2) -1.151 .253

Kenyamanan (X3) -2.868 .005

Jarak (X4) -1.102 .274

a. Dependent Variable: Penurunan keuntungan (Y)

Hasil Uji F (Koefisien Regresi Secara Bersama-sama)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.830E12 4 7.075E11 7.649 .000a

Residual 7.861E12 85 9.248E10

Total 1.069E13 89

a. Predictors: (Constant), Jarak (X4), Kualitas produk (X1), Kenyamanan (X3), Diferensiasi produk (X2) b. Dependent Variable: Penurunan keuntungan (Y)

Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .514a .265 .230 304112.902 2.055

a. Predictors: (Constant), Jarak (X4), Kualitas produk (X1), Kenyamanan (X3), Diferensiasi produk (X2)

b. Dependent Variable: Penurunan keuntungan (Y)

Hasil Analisis Koefisien Beta

Coefficientsa

Model

Standardized Coefficients

Beta

1 (Constant)

Kualitas produk (X1) -.146

Diferensiasi produk (X2) -.126

Kenyamanan (X3) -.311

Jarak (X4) -.109


(6)